Namun sepertinya lelaki itu enggan untuk membuka mulutnya. Dia tetap bungkam demi melindungi identitas orang yang sudah menyuruhnya. “Sepertinya dia punya jasa yang sangat besar padamu hingga kau begitu loyal melindungi identitas pelaku,” ucap Hendra lagi. “Sampai kapan pun aku tidak akan memberi tahu siapa saja yang terlibat dalam kasus ini, walau aku harus mati sekalipun!” ucap lelaki itu. “Baiklah kalau itu maumu. Kudengar kau punya istri dan seorang anak gadis di kampung. Bagaimana kalau aku beritahu mereka kalau kepala rumah tangga dan ayah yang selalu anakmu banggakan itu mendekam di jeruji besi karena kasus percobaan pembunuhan berencana? Atau aku culik saja mereka dan kubuang di tempat yang jauh agar kalian tidak bisa berkumpul lagi? Kau sendiri juga lebih memilih Tuanmu itu kan ketimbang keluargamu?” tanya Agung sambil tersenyum misterius. “Dari mana kau mengetahui tentang keluargaku? Jangan macam-macam dengan mereka!” jawab
Melihat perubahan ekspresi wajah suaminya membuat Anjani yakin jika orang yang datang kali ini pasti punya masalah dengan suaminya di masa lalu. Dia mengelus lengan Revan agar suaminya meredam emosinya."Mas, sabar ya jangan marah dulu," kata Anjani menenangkan.Tak berselang lama pemilik mobil itu ke luar dan semakin mendekat ke arah Anjani dan Revan. Melihat itu Anjani langsung paham akan kemarahan Revan.'Pantas saja Mas Revan, ternyata mereka yang datang!' batin Anjani sambil menatap kedua orang yang terus melangkah mendekat itu."Revan, bagaimana keadaanmu saat ini?" tanya Alex berusaha seramah mungkin."Untuk apa lagi Anda datang? Apa masih belum cukup Anda menoreh luka di keluarga saya?" tanya Revan dengan amarah yang tertahan.Tanpa aba-aba Rina langsung bersimpuh di kaki Revan dan Anjani."Nak, maafkan segala kesalahan Dika, Nak. Maafkan semua kekhilafan yang sud
Aku tersenyum sinis ketika Papa datang dan melemparkan pertanyaan yang sangat menjatuhkan harga diri lelaki congkak di depanku ini. Jika tidak ingat kalau aku sedang sakit dan ada Anjani di sampingku mungkin aku sudah melayangkan bogem mentah pada lelaki ini."Hendra, tahu apa kau tentang rumah tanggaku? Sebaiknya kau diam saja. Lihatlah, setelah menceraikan Linda kau bahkan langsung menikahi Mila. Perbuatanmu itu sungguh tidak pantas untuk ditiru. Apa kau sendiri tidak malu dengan kelakuanmu?" Akan tetapi aku melihat Papa tetap terlihat tenang saat Om Alex membalas pertanyaan yang diajukan Papa pada Tante Rina."Kenapa aku harus malu? Aku tidak berbuat serong selama pernikahanku dengan Linda. Aku malah dengan bodohnya terus memberi kesempatan pada Linda dan menahan semua rasa sakit ini sendirian padahal berulang kali dia mengkhianatiku dari belakang, dan semua kulakukan demi Revan. Sekarang Revan sudah dewasa, dia sudah bisa memilih jalan hidupnya sendiri. Jadi untuk apa aku harus t
Rina yang kepalang geram dengan sikap suaminya langsung menyeretnya menjauh dari Revan. Di saat yang bersamaan, Valdi dan Ira datang ke rumah Agung. Mereka yang sudah dipersilahkan masuk oleh mbok Nem berhenti sejenak kala melihat keributan di rumah Agung."Valdi, Tante Ira, sejak kapan kalian di situ?" tanya Anjani kala dia melihat Valdi dan kedua orang tuanya mematung di sana.Anjani segera menghampiri keduanya dan mempersilahkan duduk. Akhirnya semua kembali kondusif setelah kedatangan Valdi sekeluarga."Kalian kok sampai repot-repot ke sini sih?" tanya Anjani pada Valdi."Kami dengar Nak Revan baru saja mengalami kecelakaan, Nak. Jadi Tante Ira mengajak Valdi buat menjenguknya," jelas Ira."Itu benar, Anjani.""Keadaanmu sendiri bagaimana? Apa sudah benar-benar sembuh?" tanya Anjani lagi."Alhamdulillah berkat bantuan donor darah dari Om Agung sekarang aku sudah sembuh. Terima kasih Om atas bantuannya saat itu. Aku tidak tahu bagaimana nasibku jika tidak Om tolong.""Sama-sama Nak
Sementara itu, Rina dan Alex yang sudah sampai di rumah langsung terlibat pertengkaran hebat. Rina mengamuk karena Alex masih terus membahas Linda."Aku benar-benar kecewa denganmu, Lex. Bisa-bisanya kamu masih membawa nama Linda di sana tadi. Apa sebegitu pentingnya Linda di hidupmu sampai kamu begitu membelanya saat dia dibuang Hendra?" "Rina, kenapa kamu selalu merasa cemburu jika aku menyebut Linda? Harusnya kamu bisa berpikir kenapa aku selalu membela Linda selama ini!" ujar Alex tak kalah garang."Oh apa karena selama ini dia selalu bisa memuaskanmu di atas ranjang lalu kau selalu membelanya?" "Selalu saja itu yang kamu bahas saat kita bertengkar. Tidak bisakah kita berdamai dengan masa lalu? Apa kamu kira aku nggak bosan dan jika lelah setiap hari kamu selalu membahas tentang hubunganku dan Linda di masa lalu?""Kenyataannya memang seperti itu kan, Lex? Kau menghianati dan membodohiku bertahun-tahun lamanya. Kau tidak mau menceraikanku karena kau takut akan kehilangan semua h
Anjani semakin merajuk dan enggan mengajak bicara Revan hingga malam tiba. Kedua orang tua Anjani heran melihat tingkah anak-anaknya yang saling diamkan."Kalian kenapa kok tumben diam? Biasanya kalian berdua berisik terus?" tanya Nurma penasaran."Tanya aja sama orang ini," jawab Anjani ketus. Nurma langsung melihat ke arah Revan untuk mencari jawaban. Revan menghela nafasnya. "Masa iya Anjani suruh Revan dandan cantik terus pakai dres, Revan nggak mau Ma. Revan malu, bisa jatuh harga diri Revan kalau begini caranya!" ujar Revan.Nurma dan Agung saling lempar tatapan setelahnya mereka tertawa terbahak-bahak. Revan semakin malu dibuatnya."Udahlah Van ikutin juga kenapa sih? Dari pada kalian saling mendiamkan seperti ini kan nggak enak," tutur Nurma menasehati. Revan mengangguk lemas. Dia akhirnya mengabulkan keinginan Anjani meski dengan berat hati. Tanpa pikir panjang, Anjani langsung mengeluarkan kotak make up dan mendandani Revan. “Wahh kamu cantik sekali Mas,” ujar Anjani set
Melihat raut wajah terkejut Revan membuat Anjani menjadi penasaran. Apa lagi sepertinya akan segera pergi.“Kamu mau ke mana, Mas?” tanya Anjani juga ikut berdiri."Tante Linda pingsan Sayang, dan aku harus secepatnya ke sana karena tidak ada keluarga lain yang menunggunya," jawab Revan."Mohon maaf semuanya, sepertinya saya harus pergi sebentar, sekarang. Ada urusan mendadak yang harus segera saya selesaikan," kata Revan sambil menatap seluruh keluarga.Mila segera menahan Revan agar tidak pergi dari situ. Perasaannya mengatakan jika akan terjadi sesuatu dengan Revan. Sebaliknya, dia memerintahkan orang untuk mengurus Linda."Kamu tidak perlu repot mengurusi Linda, Van. Mama sudah mengatasinya!" "Tapi, Ma-" "Sudahlah jangan membantah Mama. Jangan merusak hari bahagia kalian dengan masalah kecil seperti ini," sanggah Mila.Akhirnya Revan menurut kembali duduk. Mereka melanjutkan percakapan yang sempat terjeda tanpa memedulikan keadaan Linda.***Sementara di tempat lain, Linda sedan
Linda terdiam, perkataan Vina barusan seperti menyadarkannya pada kekeliruan yang selama ini dia lakukan. Ya, putrinya benar. Selama ini dia terlalu memaksakan kehendak pada Revan dan dia selalu merasa jika Revan punya tanggung jawab untuk membalas budi padanya."Apa aku telah menyia-nyiakan Revan? Vin katakan pada Mama, apa Mama telah menyia-nyiakan Kakakmu selama ini?" tanya Linda mengguncang tangan Vina.Vina hanya mengangguk lemah. Linda tergugu dalam tangisnya. Dia sangat menyesali perbuatannya selama ini. Belum terlambat, semua belum terlambat."Vin, antar Mama ke kediaman Kakakmu Vin. Mama mau meminta maaf pada Revan dan Anjani. Mama sudah salah dalam menilai mereka," ucap Linda tergugu. "Vina akan mengantar Mama ke sana, tapi tidak sekarang Ma. Mama harus sembuh dulu," ujar Vina menasihati.***Pagi harinya, karena keadaan Linda sudah membaik dia sudah diperbolehkan pulang oleh dokter. Vina tidak mengantarkan Linda ke apartemen Alex."Vin, kita ke mana? Sepertinya ini bukan j