Linda terdiam, perkataan Vina barusan seperti menyadarkannya pada kekeliruan yang selama ini dia lakukan. Ya, putrinya benar. Selama ini dia terlalu memaksakan kehendak pada Revan dan dia selalu merasa jika Revan punya tanggung jawab untuk membalas budi padanya."Apa aku telah menyia-nyiakan Revan? Vin katakan pada Mama, apa Mama telah menyia-nyiakan Kakakmu selama ini?" tanya Linda mengguncang tangan Vina.Vina hanya mengangguk lemah. Linda tergugu dalam tangisnya. Dia sangat menyesali perbuatannya selama ini. Belum terlambat, semua belum terlambat."Vin, antar Mama ke kediaman Kakakmu Vin. Mama mau meminta maaf pada Revan dan Anjani. Mama sudah salah dalam menilai mereka," ucap Linda tergugu. "Vina akan mengantar Mama ke sana, tapi tidak sekarang Ma. Mama harus sembuh dulu," ujar Vina menasihati.***Pagi harinya, karena keadaan Linda sudah membaik dia sudah diperbolehkan pulang oleh dokter. Vina tidak mengantarkan Linda ke apartemen Alex."Vin, kita ke mana? Sepertinya ini bukan j
Alex memutar otak berusaha meluluhkan hati Rina kembali. Dia tak mungkin menduda di usianya yang menjelang senja. "Rin, apa kamu sudah lupa dengan janji kita dulu? Janji untuk menua bersama dan tidak akan saling meninggalkan apa pun keadaannya?" tanya Alex berusaha mempengaruhi Rina. "Iya aku memang melupakan semua janji itu setelah aku tahu kamu bermain gila di belakangku. Persetan dengan janji, nyatanya kamu mencari kehangatan lain di saat aku masih berjuang bertahan demi melanjutkan hidup bersamamu. Lalu sekarang untuk apa aku harus kapal yang sudah hampir karam? Lebih baik aku menyelamatkan diriku sendiri sebelum tenggelam terlalu dalam ke dasar penyesalan!" tukas Rina menohok. "Baik, silahkan lanjutkan gugatan perceraian itu. Bukankah masih ada mediasi? Aku akan menggunakan kesempatan itu mempertahankan rumah tanggah kita," sanggah Alex. "Sudahlah Lex, jangan berusaha mempengaruhi putriku lagi. Andai dia bersedia kembali denganmu pun aku tidak akan pernah membiarkan itu terjad
“Silakan saja kalau kau bisa melaporkanku ke polisi. Jangan lupa semua fasilitas yang selama ini kau paksi juga tak luput dari pemberianku. Jadi sebaiknya kau tahu dirilah sedikit Linda!” ujar Alex menyeringai.Alex malah semakin kencang mengunci Linda. Dia melepaskan pakaian Linda dengan paksa hingga hanya tersisa bagian dalamnya saja. Tapi aksinya mendadak dia hentikan dan berjalan ke luar kamar.Melihat ada peluang kabur, Linda segera memakai pakaiannya dan mencoba kabur. Namun sayangnya Alex ternyata ke luar untuk mencari apa pun yang bisa dia gunakan untuk mengikat Linda.Dia menyeret kembali Linda ke dalam kamar saat dia memergoki Linda sudah sampai di depan sofa hendak menuju pintu."Mau lari ke mana kamu, Lin? Ayo ikut aku!" "Tidak Lex lepaskan aku. Aku tidak mau melayani nafsumu lagi."Alex yang berada di atas tubuh Linda tidak menghiraukan racauan Linda. Dia terus mengikat tangan Linda dengan tali di sisi Ranjang. Setelahnya dia mulai menjalankan aksinya."Sudahlah Linda ti
Mbok Sum segera mematikan kompor agar cabai yang digoreng Revan berhenti meletup.“Aduh, Tuan makanya kalau mau goreng cabai itu diiris dulu biar nggak jadi bom,” keluh mbok Nem. “Udah sini biar Mbok Nem aja yang masak Tuan!” ucap mbok Nem ingin membantu.Tapi Revan menolak, dia kekeh ingin memasak sendiri demi memenuhi permintaan Anjani. Dia melanjutkan acara memasaknya sambil melihat tutorial di yukyup. Dan setelah dua jam bertempur dan membuat dapur berantakan akhirnya Revan bisa menyelesaikan masakannya dan menyajikannya di meja makan.“Sayang, aku sudah selesai memasak sesuai pesananmu!” ucap Revan semringah.“Wah benarkah, Mas? Coba sini aku mau langsung mencicipinya,” ucap Anjani antusias.“Hmm penampilannya cukup menarik,” sambung Anjani lagi.“Ayo dong dicoba bagaimana rasanya?” pinta Revan.Anjani segera mengambil nasi dan menyendokkan lauknya ke piring. Dia mulai menyuapkan nasi dan lauk itu ke mulutnya. Namun gerakannya terhenti dan dia langsung menatap Revan lalu memberik
Walau sedikit terkejut dengan kedatangan wanita itu, Nurma tetap bersikap tenang dan mempersilahkannya untuk duduk. "Maaf ada angin apa tiba-tiba Anda ke mari, Jeng Linda?" Linda menghela nafasnya sebelum menjawab pertanyaan Nurma. Dia sadar betul kalau Nurma sedikit kurang nyaman dengan kehadirannya ini."Begini Jeng, kehadiran saya ke sini karena saya ingin bertemu dengan Revan dan Anjani," jelas Linda."Maaf, ada perlu apa ya? Kalau kehadiran Anda hanya untuk menyakiti hati menjatuhkan mental putri saya, maaf saya tidak akan pernah membiarkan itu terjadi!" ucap Nurma menimpali."Oh tidak, Jeng Nurma tenang saja saya tidak akan menyakiti hati mereka. Justru kedatangan saya ke sini ingin meminta maaf," jawab Linda.Nurma melongo mendengar penuturan Linda."Apa aku tidak salah dengar?" tanya Nurma memastikan."Iya, kamu tidak salah dengar, Jeng. Kedatanganku ke sini karena aku ingin meminta maaf pada mereka berdua. Aku sudah menyadari semua kesalahanku pada mereka, terutama Anjani."
Ucapan wanita itu seketika menarik perhatian khalayak. Mereka segera mendekat untuk menyaksikan perseteruan yang terjadi."Anda ini siapa kok main menuduh istri saya? Apa tidak mali berteriak di muka umum?" tanya Revan."Asal kamu tahu, saya calon istri Dika. Kami akan menikah sebentar lagi atas perjodohan yang dilakukan oleh Kakek Pranoto. Tapi gara-gara kamu," ucapnya sambil menunjuk Anjani. "Pernikahan saya gagal!" teriaknya."Oh, bukannya kamu yang jadi selingkuhan Dika dulu ya?" tanya Anjani santai.Muka wanita itu makin memerah saat Anjani menyebutnya selingkuhan. "Heh jaga ucapanmu ya, jalang. Asal kamu tahu, jauh sebelum kalian menjalin hubungan, Kakekku dan Kakek Pranoto sudah sepakat untuk menjodohkan kami. Tapi gara-gara kehadiranmu, Dika lebih memilih kamu alih-alih menikah denganku." "Tapi kenyataannya di belakangku kalian juga tetap menjalin hubungan spesial bukan? Lalu di mana letak kesalahanku? Ingat ya, semenjak Dika memutuskan untuk menduakanku, di saat itu pula ak
Sementara di sisi lain, kondisi Mayra semakin mengenaskan setelah dia ke luar dari tempat penyiksaan. Anak buah Reno sengaja menyiksa mental Mayra hingga dia berubah menjadi tidak waras. Dia sering menangis dan tertawa dengan tiba-tiba."Revan, coba lihat anak kita cantik sekali ya seperti aku. Kamu nggak mau gendong dia Van? Coba deh Van lihat anak kita," ucap Mayra sambil menggendong boneka dan menyodorkannya pada penjaga. Kedua orang tua Mayra sengaja memperkerjakan penjaga untuk menjaga Mayra agar tidak kabur. "Pa, bagaimana ini Pa? Anak kita seperinya sudah gila, Pa? Segera lakukan sesuatu Pa, aku tidak bisa melihatnya seperti ini lebih lama," ucap Fatma sambil menangis."Tidak ada cara lain lagi Ma, kita harus membawa Mayra ke rumah sakit jiwa."Mau tidak mau akhirnya Fatma harus rela jika Mayra dibawa ke rumah sakit jiwa. Polisi juga tidak menangkap Mayra kembali dengan alasan Mayra sakit jiwa. Setiap hari Mayra selalu meracau dan menganggap setiap lelaki yang melintas di de
DeggggPengakuan Gibran membuat Linda menjadi terkejut. Dia sama sekali tidak mengira jika Gibran akan menaruh hati pada Mayra."Kalau kau memang mencintai Mayra, kenapa kau mau menuruti perintahku untuk menghancurkan hidupnya dan menjauhinya?" tanya Linda nanar."Apa Tante sudah melupakan sesuatu?" tanya Gibran balik.Flashback On"Tante, apa tidak sebaiknya aku menikahi Mayra saja? Aku rasa sepertinya aku sudah terlanjur mencintainya. Aku berjanji tidak akan pernah membiarkannya kembali mengejar Revan, Tante!" ujar Gibran meminta pertimbangan."Tidak, kau tidak boleh menikahinya. Mayra harus menderita karena sudah berani menentangku dan terus berhubungan dengan Revan. Awas saja kalau sampai kau berani menikahi Mayra, Gibran. Di sini, akulah yang berhak memutuskan segalanya. Dan kamu hanya harus tunduk di bawah perintahku!" Flashback off"Dengan pongahnya kau memintaku meninggalkan Mayra di saat aku sudah mulai mencintainya. Apa kau pikir itu tidak menyakitkan bagiku, Tante Linda?"