Rina yang kepalang geram dengan sikap suaminya langsung menyeretnya menjauh dari Revan. Di saat yang bersamaan, Valdi dan Ira datang ke rumah Agung. Mereka yang sudah dipersilahkan masuk oleh mbok Nem berhenti sejenak kala melihat keributan di rumah Agung."Valdi, Tante Ira, sejak kapan kalian di situ?" tanya Anjani kala dia melihat Valdi dan kedua orang tuanya mematung di sana.Anjani segera menghampiri keduanya dan mempersilahkan duduk. Akhirnya semua kembali kondusif setelah kedatangan Valdi sekeluarga."Kalian kok sampai repot-repot ke sini sih?" tanya Anjani pada Valdi."Kami dengar Nak Revan baru saja mengalami kecelakaan, Nak. Jadi Tante Ira mengajak Valdi buat menjenguknya," jelas Ira."Itu benar, Anjani.""Keadaanmu sendiri bagaimana? Apa sudah benar-benar sembuh?" tanya Anjani lagi."Alhamdulillah berkat bantuan donor darah dari Om Agung sekarang aku sudah sembuh. Terima kasih Om atas bantuannya saat itu. Aku tidak tahu bagaimana nasibku jika tidak Om tolong.""Sama-sama Nak
Sementara itu, Rina dan Alex yang sudah sampai di rumah langsung terlibat pertengkaran hebat. Rina mengamuk karena Alex masih terus membahas Linda."Aku benar-benar kecewa denganmu, Lex. Bisa-bisanya kamu masih membawa nama Linda di sana tadi. Apa sebegitu pentingnya Linda di hidupmu sampai kamu begitu membelanya saat dia dibuang Hendra?" "Rina, kenapa kamu selalu merasa cemburu jika aku menyebut Linda? Harusnya kamu bisa berpikir kenapa aku selalu membela Linda selama ini!" ujar Alex tak kalah garang."Oh apa karena selama ini dia selalu bisa memuaskanmu di atas ranjang lalu kau selalu membelanya?" "Selalu saja itu yang kamu bahas saat kita bertengkar. Tidak bisakah kita berdamai dengan masa lalu? Apa kamu kira aku nggak bosan dan jika lelah setiap hari kamu selalu membahas tentang hubunganku dan Linda di masa lalu?""Kenyataannya memang seperti itu kan, Lex? Kau menghianati dan membodohiku bertahun-tahun lamanya. Kau tidak mau menceraikanku karena kau takut akan kehilangan semua h
Anjani semakin merajuk dan enggan mengajak bicara Revan hingga malam tiba. Kedua orang tua Anjani heran melihat tingkah anak-anaknya yang saling diamkan."Kalian kenapa kok tumben diam? Biasanya kalian berdua berisik terus?" tanya Nurma penasaran."Tanya aja sama orang ini," jawab Anjani ketus. Nurma langsung melihat ke arah Revan untuk mencari jawaban. Revan menghela nafasnya. "Masa iya Anjani suruh Revan dandan cantik terus pakai dres, Revan nggak mau Ma. Revan malu, bisa jatuh harga diri Revan kalau begini caranya!" ujar Revan.Nurma dan Agung saling lempar tatapan setelahnya mereka tertawa terbahak-bahak. Revan semakin malu dibuatnya."Udahlah Van ikutin juga kenapa sih? Dari pada kalian saling mendiamkan seperti ini kan nggak enak," tutur Nurma menasehati. Revan mengangguk lemas. Dia akhirnya mengabulkan keinginan Anjani meski dengan berat hati. Tanpa pikir panjang, Anjani langsung mengeluarkan kotak make up dan mendandani Revan. “Wahh kamu cantik sekali Mas,” ujar Anjani set
Melihat raut wajah terkejut Revan membuat Anjani menjadi penasaran. Apa lagi sepertinya akan segera pergi.“Kamu mau ke mana, Mas?” tanya Anjani juga ikut berdiri."Tante Linda pingsan Sayang, dan aku harus secepatnya ke sana karena tidak ada keluarga lain yang menunggunya," jawab Revan."Mohon maaf semuanya, sepertinya saya harus pergi sebentar, sekarang. Ada urusan mendadak yang harus segera saya selesaikan," kata Revan sambil menatap seluruh keluarga.Mila segera menahan Revan agar tidak pergi dari situ. Perasaannya mengatakan jika akan terjadi sesuatu dengan Revan. Sebaliknya, dia memerintahkan orang untuk mengurus Linda."Kamu tidak perlu repot mengurusi Linda, Van. Mama sudah mengatasinya!" "Tapi, Ma-" "Sudahlah jangan membantah Mama. Jangan merusak hari bahagia kalian dengan masalah kecil seperti ini," sanggah Mila.Akhirnya Revan menurut kembali duduk. Mereka melanjutkan percakapan yang sempat terjeda tanpa memedulikan keadaan Linda.***Sementara di tempat lain, Linda sedan
Linda terdiam, perkataan Vina barusan seperti menyadarkannya pada kekeliruan yang selama ini dia lakukan. Ya, putrinya benar. Selama ini dia terlalu memaksakan kehendak pada Revan dan dia selalu merasa jika Revan punya tanggung jawab untuk membalas budi padanya."Apa aku telah menyia-nyiakan Revan? Vin katakan pada Mama, apa Mama telah menyia-nyiakan Kakakmu selama ini?" tanya Linda mengguncang tangan Vina.Vina hanya mengangguk lemah. Linda tergugu dalam tangisnya. Dia sangat menyesali perbuatannya selama ini. Belum terlambat, semua belum terlambat."Vin, antar Mama ke kediaman Kakakmu Vin. Mama mau meminta maaf pada Revan dan Anjani. Mama sudah salah dalam menilai mereka," ucap Linda tergugu. "Vina akan mengantar Mama ke sana, tapi tidak sekarang Ma. Mama harus sembuh dulu," ujar Vina menasihati.***Pagi harinya, karena keadaan Linda sudah membaik dia sudah diperbolehkan pulang oleh dokter. Vina tidak mengantarkan Linda ke apartemen Alex."Vin, kita ke mana? Sepertinya ini bukan j
Alex memutar otak berusaha meluluhkan hati Rina kembali. Dia tak mungkin menduda di usianya yang menjelang senja. "Rin, apa kamu sudah lupa dengan janji kita dulu? Janji untuk menua bersama dan tidak akan saling meninggalkan apa pun keadaannya?" tanya Alex berusaha mempengaruhi Rina. "Iya aku memang melupakan semua janji itu setelah aku tahu kamu bermain gila di belakangku. Persetan dengan janji, nyatanya kamu mencari kehangatan lain di saat aku masih berjuang bertahan demi melanjutkan hidup bersamamu. Lalu sekarang untuk apa aku harus kapal yang sudah hampir karam? Lebih baik aku menyelamatkan diriku sendiri sebelum tenggelam terlalu dalam ke dasar penyesalan!" tukas Rina menohok. "Baik, silahkan lanjutkan gugatan perceraian itu. Bukankah masih ada mediasi? Aku akan menggunakan kesempatan itu mempertahankan rumah tanggah kita," sanggah Alex. "Sudahlah Lex, jangan berusaha mempengaruhi putriku lagi. Andai dia bersedia kembali denganmu pun aku tidak akan pernah membiarkan itu terjad
“Silakan saja kalau kau bisa melaporkanku ke polisi. Jangan lupa semua fasilitas yang selama ini kau paksi juga tak luput dari pemberianku. Jadi sebaiknya kau tahu dirilah sedikit Linda!” ujar Alex menyeringai.Alex malah semakin kencang mengunci Linda. Dia melepaskan pakaian Linda dengan paksa hingga hanya tersisa bagian dalamnya saja. Tapi aksinya mendadak dia hentikan dan berjalan ke luar kamar.Melihat ada peluang kabur, Linda segera memakai pakaiannya dan mencoba kabur. Namun sayangnya Alex ternyata ke luar untuk mencari apa pun yang bisa dia gunakan untuk mengikat Linda.Dia menyeret kembali Linda ke dalam kamar saat dia memergoki Linda sudah sampai di depan sofa hendak menuju pintu."Mau lari ke mana kamu, Lin? Ayo ikut aku!" "Tidak Lex lepaskan aku. Aku tidak mau melayani nafsumu lagi."Alex yang berada di atas tubuh Linda tidak menghiraukan racauan Linda. Dia terus mengikat tangan Linda dengan tali di sisi Ranjang. Setelahnya dia mulai menjalankan aksinya."Sudahlah Linda ti
Mbok Sum segera mematikan kompor agar cabai yang digoreng Revan berhenti meletup.“Aduh, Tuan makanya kalau mau goreng cabai itu diiris dulu biar nggak jadi bom,” keluh mbok Nem. “Udah sini biar Mbok Nem aja yang masak Tuan!” ucap mbok Nem ingin membantu.Tapi Revan menolak, dia kekeh ingin memasak sendiri demi memenuhi permintaan Anjani. Dia melanjutkan acara memasaknya sambil melihat tutorial di yukyup. Dan setelah dua jam bertempur dan membuat dapur berantakan akhirnya Revan bisa menyelesaikan masakannya dan menyajikannya di meja makan.“Sayang, aku sudah selesai memasak sesuai pesananmu!” ucap Revan semringah.“Wah benarkah, Mas? Coba sini aku mau langsung mencicipinya,” ucap Anjani antusias.“Hmm penampilannya cukup menarik,” sambung Anjani lagi.“Ayo dong dicoba bagaimana rasanya?” pinta Revan.Anjani segera mengambil nasi dan menyendokkan lauknya ke piring. Dia mulai menyuapkan nasi dan lauk itu ke mulutnya. Namun gerakannya terhenti dan dia langsung menatap Revan lalu memberik