Revan terbangun karena teriakan Anjani yang nyaring saat mengigau. Dia segera membangunkan istrinya itu."Sayang, bangun Sayang ini aku suamimu."Anjani terbangun dalam keadaan nafas tersengal. Dia memeluk suaminya dengan erat, Revan segera mengambilkan minum untuk Anjani."Mas aku takut, Mas. Aku tidak ingin bersama Ibu dan Ayah lagi, mereka jahat terutama Ibu, Mas." Trauma Anjani yang sangat mendalam membuat Revan geram sekaligus sedih. Dia tidak bisa membiarkan ini terlalu lama, dia takut hal ini akan berdampak pada kedua buah hati mereka."Tenang ya Sayang kamu aman, di sini tidak ada Ibu dan Ayah. Besok kita ke psikiater ya Sayang, di sana kamu bisa cerita sepuasnya." Anjani hanya mengangguk, tubuhnya sampai berkeringat dingin karena mimpi buruk itu.***Hari berikutnya, Revan benar-benar memaksa Anjani untuk ke psikiater. Setelah melakukan bimbingan, Anjani menjadi sedikit lebih tenang. "Sayang setelah ini Mas kembali ke perusahaan ya. Andre sedang sakit jadi Mas yang handle s
Karena mereka sangat berisik, perawat datang untuk menegur karena mereka berdua ribut di tempat yang salah."Mohon maaf tolong jangan membuat keributan di sini, kalau ingin bertengkar sebaiknya di luar saja. Di sini ada banyak pasien yang sedang berjuang untuk kesembuhan. Mohon pengertiannya!" Akhirnya mereka semua terdiam. Namun di hati Linda, dia sangat membenci Anjani dan keluarganya.***Sementara di tempat lain, Dika tersenyum puas setelah mengetahui jika Revan tengah koma. "Bagus, akhirnya lelaki itu tumbang. Kini aku bisa bebas kembali dan merebut Anjani tanpa harus khawatir dengan mereka. Anak buah Revan tak mungkin akan bergerak tanpa perintah dari bosnya," gumam Dika. Dia segera mentransfer sisa pembayaran sekaligus bonus pada orang suruhannya. Setelah itu, Dika bergegas bersiap untuk pulang.Dika sangat menikmati perjalanannya karena dia merasa sudah menang dari Revan hingga tanpa dia sadari mobil yang dikendarainya remnya blong."Apa yang terjadi? Kenapa remnya tidak be
Dua hari telah berlalu, kini kondisi Andre sudah berangsur membaik. Namun berbeda dengan Revan, suami Anjani sampai saat ini masih belum sadarkan diri dan Linda semakin menyalahkan Anjani atas hal ini. Apa lagi Hendra dan Mila belum bisa kembali dalam waktu dekat membuat Linda bisa lebih leluasa untuk mendekati kembali anak tirinya itu."Ngapain kamu ke sini? Belum puas kamu sudah membuat Revan selalu kena sial?" ucap Linda kasar saat mengetahui Anjani hendak masuk ke ruang perawatan Revan."Kenapa Anda masih bertanya alasan saya ada di sini, Tante? Saya di sini karena suami saya sedang sakit!" jawab Anjani tenang."Saya tidak mengizinkan kamu untuk di sini, jadi sebaiknya kamu pulang saja. Saya bisa merawat anak saya sendiri!" "Anak? Apakah saya nggak salah dengar? Anak yang dulu sering Anda terlantarkan bahkan sampai saat ini pun Anda hanya datang jika sedang membutuhkannya saja? Bahkan Mas Revan saja sudah enggan memanggil Anda dengan sebutan 'Mama'. Tapi kok sepertinya Anda ini
Kedua bodyguard itu menampakkan raut wajah terkejut. Namun mereka tetap saja tidak memperbolehkan Agung dan Anjani masuk. "Menyingkir atau saya seret kalian ke polisi!" ancam Agung."Maaf kami hanya menjalankan perintah, jangan mengancam kami."Dengan terpaksa, Agung mengerahkan orang suruhan yang dia bawa untuk melawan dan menyeret paksa para bodyguard ini.***Sementara di dalam ruangan, Revan yang sudah sadar mencari-cari keberadaan Anjani, namun Linda selalu saja mengatakan jika Anjani tidak mau merawatnya."Tante, aku tahu Tante berbohong. Aku paham betul bagaimana sifat istriku, tidak mungkin dia membiarkanku di sini sendirian. Jadi tolong jangan menghalangiku untuk bertemu dengan Anjani!" tegas Revan sedikit lemah."Tapi mana buktinya? Dia tidak ada di sini kan? Orang tuamu juga di mana? Mereka nggak peduli kan sama kamu? Cuma Mama yang peduli sama kamu, Nak harusnya kamu sadar!" jawab Linda berusaha mempengaruhi.Revan memutar bola matanya. Selalu seperti ini jika dia sedang
"Bukan begitu maksud Tante, Van tapi-" "Sudahlah lebih baik Tante pergi dari sini. Aku tidak ingin keberadaan Tante di sini membuat Anjani menjadi tidak nyaman!" usir Revan pada Linda. "Kamu ngusir Tante, Van? Ingat ya Van selama kamu nggak sadar, Tante lah yang menjaga dan merawat kamu. Istrimu tidak pernah menyentuhmu!" sergah Linda. "Aku tidak bisa menemui dan merawat Mas Revan juga karena perbuatan Tante. Tante bahkan menyuruh satpam buat mengusir aku dan Mama dengan alasan kami mengganggu kenyamanan pasien. Lalu kenapa sekarang Tante Linda menyalahkan Anjani atas semua ulah Tante?" tanya Anjani balik. Mulut Linda mengatup tak berani membantah lagi karena setiap ucapan yang Anjani lontarkan memang benar adanya. Semakin dia mencari pembelaan maka perbuatannya akan segera terbongkar dan Revan pasti akan sangat marah. “Ya sudah Tante pulang saja. Kehadiran Tante sudah tidak dibutuhkan lagi di sini.” Linda melengos pergi. Anjani menghembuskan nafasnya, menghadapi orang seperti L
"Tenangkan dirimu dulu Hen, untuk apa kita harus susah-susah menangkapnya? Sedangkan dia saja sudah digerogoti belatung di dalam tanah," jawab Agung santai."Apa lagi maksudmu Gung?""Dika sudah meninggal."Hendra semakin tercengang dengan kabar yang baru dia dapat. Dalam sejenak dia tenggelam dalam lamunannya sendiri. Rasanya sangat tidak mungkin jika Dika meregang nyawa setelah mencelakai Revan. "Apakah Dika bunuh diri?" tanya Hendra setelah bangkit dari keterkejutan."Tidak, dia mengalami kecelakaan saat menuju perjalanan pulang. Sesaat setelah sempat menyabotase mobil Revan, dia melarikan diri ke luar kota. Mungkin ini balasan yang harus dia terima dari semua perbuatannya!" ucap Agung."Pantas saja. Lalu bagaimana perkembangan kasusnya sekarang?" "Polisi masih mengejar pelaku yang sengaja menaruh ranjau di sekitar jalan yang dilewati Revan. Satu lagi, asisten yang sudah mencelakai Anjani juga sudah tertangkap!" ujar Agung panjang lebar."Dari mana kamu tahu mengenai peristiwa it
Namun sepertinya lelaki itu enggan untuk membuka mulutnya. Dia tetap bungkam demi melindungi identitas orang yang sudah menyuruhnya. “Sepertinya dia punya jasa yang sangat besar padamu hingga kau begitu loyal melindungi identitas pelaku,” ucap Hendra lagi. “Sampai kapan pun aku tidak akan memberi tahu siapa saja yang terlibat dalam kasus ini, walau aku harus mati sekalipun!” ucap lelaki itu. “Baiklah kalau itu maumu. Kudengar kau punya istri dan seorang anak gadis di kampung. Bagaimana kalau aku beritahu mereka kalau kepala rumah tangga dan ayah yang selalu anakmu banggakan itu mendekam di jeruji besi karena kasus percobaan pembunuhan berencana? Atau aku culik saja mereka dan kubuang di tempat yang jauh agar kalian tidak bisa berkumpul lagi? Kau sendiri juga lebih memilih Tuanmu itu kan ketimbang keluargamu?” tanya Agung sambil tersenyum misterius. “Dari mana kau mengetahui tentang keluargaku? Jangan macam-macam dengan mereka!” jawab
Melihat perubahan ekspresi wajah suaminya membuat Anjani yakin jika orang yang datang kali ini pasti punya masalah dengan suaminya di masa lalu. Dia mengelus lengan Revan agar suaminya meredam emosinya."Mas, sabar ya jangan marah dulu," kata Anjani menenangkan.Tak berselang lama pemilik mobil itu ke luar dan semakin mendekat ke arah Anjani dan Revan. Melihat itu Anjani langsung paham akan kemarahan Revan.'Pantas saja Mas Revan, ternyata mereka yang datang!' batin Anjani sambil menatap kedua orang yang terus melangkah mendekat itu."Revan, bagaimana keadaanmu saat ini?" tanya Alex berusaha seramah mungkin."Untuk apa lagi Anda datang? Apa masih belum cukup Anda menoreh luka di keluarga saya?" tanya Revan dengan amarah yang tertahan.Tanpa aba-aba Rina langsung bersimpuh di kaki Revan dan Anjani."Nak, maafkan segala kesalahan Dika, Nak. Maafkan semua kekhilafan yang sud