Beberapa orang yang memakai jubah hitam pun membuka jubahnya.
"Sial, lagi-lagi kita kalah," gumam seseorang sembari menendang batu di depannya. "Kita kalah jumlah," jawab ketua mereka."Bukankah kita harus menyelamatkan Maria?" tanya salah seorang dari mereka yang bernama Red.Ketua dari kelompok itu pun menghembus napas panjang. Sudah hampir lima tahun ia mendirikan kelompok rahasia ini.Para anggota kelompok ini, utusan langsung dari Raja sebelumnya sebelum Raja Aiden. Raja Amung sudah memperkirakan akan terjadi seperti ini.Identitas anggota kelompok begitu dirahasiakan terdiri dari kalangan biasa dan juga bangsawan yang masih mendukung penuh Raja Amung."Kita harus lebih cepat untuk menemukan kondisi Maria," ucap ketua itu serius.Semua menganggukkan kepalanya. Hanya ketua mereka yang tak pernah memperlihatkan wajahnya seperti apa.Semua anggota selalu menuruti perintah ketua yang dipilih langsung oleh Raja Amung sebelum ia wafat karena diracun oleh para pengkhianat kerajaan."Sekarang apa rencana kita?" tanya Red serius kaki tangan ketua yang mereka panggil Black."Mereka sudah mengetahui pergerakan kita, apa ada pengkhianat di sini?" tanya ketua menatap semua anggota yang ada di tempat ini.Red melihat ke semuanya mereka menundukan kepalanya."Kita kumpulkan semua anggota malam ini kita."Semua menganggukan kepalanya. Black pun segera pergi dari sana. Kekuatannya begitu besar karena ia juga seorang Serigala yang tak pernah diketahui siapapun."Kalian mendengarkan apa kata ketua?" tanya Red lagi.Semua menganggukan kepalanya.Black pun mulai melompat dari satu pohon ke pohon yang lain dengan sangat cepat. Di susul oleh Red yang mampu mengimbanginya."Anda tau siapa penghianatnya?" tanya Red."Entahlah," jawabnya karena ia tak menemukan bukti apa pun.Black cukup terkejut dengan semua yang terjadi pada saat ini. Rasanya ia seperti kecolongan sampai membuat banyak korban yang tak bersalah mati sia-sia."Kita harus bergerak cepat ketua untuk mencegah hal seperti ini lagi?"Black menganggukkan kepalanya dan mulai melompat lebih cepat dari Red sampai tak terlihat lagi di depannya."Aku penasaran siapa sebenarnya dia?" tanya Red sendiri mencoba mengikutinya tapi, jejaknya sudah tak ada."Lagi-lagi kalah cepat," gumamnya.***Sebuah busur panah pun masuk ke dalam kediaman Raja Aiden dengan kertas kecil yang melipat di busurnya ditangkap langsung olehnya."Maria sudah aman, ia berada di kota Oasis di kediaman keluarga Rebery."Itu isi surat itu dan Raja Aiden pun tersenyum. "Akhirnya aku menemukanmu."Raja Aiden pun segera ke kamar mandi dan melihat tangannya menghitam."Tak ada yang boleh melihatku seperti ini?" tanyanya sendiri.Raja Aiden pun merendam tangan dengan air panas yang diberikan rempah-rempah sebagai penangkal racun.Laki-laki itu pun mengigit bajunya sendiri agar ia tak berteriak. Ia merasakan sakit yang teramat sangat sampai membuatnya keringat dingin."Aku harus bertahan," gumamnya dalam hatinya.Rempah-rempah yang sudah diberikan mantra-mantra itu pun mulai menyerap racun itu sampai air yang ada dalam bak mandi itu pun berubah menghitam.Raja Aiden pun menarik tangannya dari genangan air itu."Benar-benar racun yang sangat kuat!""Aku tak boleh terkena racun ini lagi?"Raja Aiden pun membuang genangan air itu dan menganti dengan air hangat yang baru. Ia merendam seluruh tubuhnya."Rasanya aku lelah sekali," gumamnya sendiri."Apakah kekuatan Maria benar-benar sebesar itu?""Ini sangat berbahaya jika kekuatan itu tak tak bisa dikendalikan?"***Maria di sambut hangat oleh Rubina, kepala keluarga dari Rebery. Wanita ini seorang janda yang mampu mengangkat keluarga menjadi seperti sekarang."Aku senang kamu selamat," ucapnya langsung merangkul Maria begitu sampai di rumahnya.Maria tak mengatakan apa-apa hanya air mata saja yang terus mengalir tanpa henti."Aku turut berduka cita atas kematian orang tuamu," ucapnya lagi sembari mengelus-elus rambut Maria dengan lembut.Rubina begitu hangat sampai Maria merindukan ibunya yang baru saja meninggal tanpa sebab.Rubina pun melepaskan rangkulannya. "Kamu pasti lelah karena itu kamu istirahat di kamar yang sudah di sediakan," ucap Rubina sembari menoleh ke salah satu Maid yang ada di sana.Maria menganggukan kepalanya dan para Maid pun mengantar Maria ke kamarnya."Apa yang terjadi padamu?" tanya Rubina terkejut dan juga panik melihat kondisi Monga. "Sepertinya ada pengkhianat diantara mereka," jawab Monga pelan."Pengkhianat?" tanyanya dan pandangannya tertuju pada Kriston yang baru saja masuk ke dalam."Tuan Kriston," panggil Rubina tersenyum masam sembari menoleh pada Monga."Aku kira, rumah ini bukan kediaman Nyonya Rubina ... aku merasa terhormat karena berada di sini," ucap Kriston sembari memberikan hormat pada Rubina."Tuan, Anda sangat berlebihan silahkan masuk dan ajak para pasukan yang lain untuk tinggal di sini untuk sementara," jawab Rubina masih menoleh pada Monga."Terima kasih, aku akan mengambil pasukan yang lain untuk masuk," pamit Kriston."Yah, aku akan menyiapkan jamuan makan untuk kalian.""Sekali lagi terima kasih.""Rada," panggil Rubina pada kepala Maid di kediamannya."Iya Nyonya," jawabnya."Siapkan jamuan makan yang lezat untuk para prajurit," perintahnya.Rada menganggukan kepalanya dan meminta semua Maid yang lain untuk mempersiapkan perjamuan untuk para prajurit."Kenapa kamu tak mengatakan kalau Kriston ada di sini?" tanya Rubina berbisik pelan."Raja Aiden memerintahkannya untuk mengawal Maria karena itu aku tak bisa menolaknya.""Bukan itu, kenapa kamu tak memberitahuku sebelumnya?""Aku selalu diawasi."Rubina menghembus napas panjang. "Kalau begitu kamu ikut aku untuk aku obati lukamu."Monga menganggukan kepalanya.Maria sudah berada di kamarnya. Keluarga Rebery begitu kaya kamar tamu saja begitu mewah seperti ini. Sampai-sampai membuat Maria sangat terpukau."Kamar ini begitu luar biasa jauh lebih besar dari kamarku," gumamnya sendiri.Entah bagaimana telinga Maria pun berdentum begitu keras sampai ia menutup telinganya sendiri."Apa ini?" tanyanya sendiri.Begitu terdengar suara-suara aneh yang begitu terdengar. Entah apa itu sampai Maria pun menjerit-jerit ketakutan membuat semua orang berhamburan ke kamar Maria."Ada apa?" tanya Monga yang lebih dulu ke kamar Maria."Sakit, telingaku sakit," jawab Maria berteriak karena telinganya masih berdentum begitu keras."Maria, kamu bisa mendengarkan ku?" tanya Monga lagi.Tak ada respon dari Maria karena gadis itu masih saja menjerit-jerit kesakitan sembari menutup telinganya.Rubina masuk ke kamar Maria. "Apa yang terjadi pada Maria?" tanyanya melihat ke arah Maria.Monga mengelengkan kepalanya karena ia sendiri tak tau apa yang terjadi pada Maria.Maria terus saja menjerit-jerit sampai dari dalam telinganya keluar darah segar yang terus saja mengalir.Melihat itu semua terkejut dan tak tau apa yang harus mereka lakukan karena Maria masih saja belum tenang.Black terus saja membaca mantra-mantra yang ia lontarkan dengan semua persiapkan sampai selesai. "Aku harus ke sana untuk memastikan kalau Maria benar-benar dia," gumamnya. Suara ketukan pintu pun membuyarkan lamunannya. Red pun membuka pintu ruangan itu. "Ketua, semua anggota sudah berkumpul untuk rapat," ucapnya. Black menganggukan kepalanya dan beranjak bangun. Seluruh anggota BlackTown sudah berkumpul. Semua memakai jubah dan topeng hitam untuk mengetahui sesama anggota mereka diberikan gelang khusus hanya bisa dilihat oleh anggota BlackTown sendiri. "Kalian sudah tau apa tujuan kalian dikumpulkan di sini?" tanya Black serius. Semua menganggukan kepalanya. "Kita tau tujuan kita di sini?" "Tak hanya untuk melindungi bangsa kita dan juga melindungi satu-satunya keturunan dari Serigala Hitam dari manusia serakah yang ingin menghabisi bangsa kita," tutur Black serius. Semua menganggukan kepalanya. "Kita sudah memastikan kalau Maria itu keturunan Serigala Hitam ...." "Maaf
Black menyeringai begitu semua anggota mengucapkan sumpah itu. "Sumpah itu tak hanya sekedar ucapan tapi juga pengakuan bangsa kita bangsa serigala," ucap Black. "Hidup bangsa serigala," ungkap semua bersorak. Hanya Yellow dan Blue yang merasa kesakitan di sini. Walau rasa sakit Blue tak seperti Yellow namun, keduanya menyesali semua pengkhianatan mereka. *** Maria masih menjerit-jerit kesakitan, gadis ini hanya bisa mendengar suara-suara aneh dari dalam pikirannya entah apa itu. Tak ada yang bisa membantunya. Semakin merasa kesakitan telinga Maria mengeluarkan darah secara terus-menerus sampai gadis ini tak sadarkan diri. Tak ada yang berani mendekati Maria pada saat ini. Semua takut untuk bisa mendekat hanya Kriston saja yang mau mengendongnya untuk ia baringkan di tempat tidur. "Tolong, panggilkan dokter," pinta Kriston. Semuanya terdiam termasuk Rubina dan Monga masih terkejut, bingung tak tau harus bagaimana?" Kriston mengerutkan keningnya karena tak ada yang meresponny
Setelah beberapa saat akhirnya Maria bisa tenang. "Sebenarnya apa yang terjadi pada Maria?" tanya Rubina penasaran. "Entahlah, aku tak merasakan apa pun," jawab Monga sama-sama penasaran. "Sepertinya dia benar-benar kesakitan!" Monga menganggukan kepalanya. "Sebenarnya apa yang terjadi padanya?" tanyanya sendiri. "Aku tak merasakan kekuatannya?" Lamunan Monga buyar saat seorang Maid mendatanginya. "Tuan, Raja Aiden sudah tiba," ucapnya pelan. "Raja Aiden?" tanya Rubina terkejut. "Kamu tak perlu khawatir, aku sudah memastikannya dia tak berpihak pada siapa-siapa?" jawab Monga beranjak dari sana. Rubina hanya menganggukan kepalanya. Walaupun Monga mengatakan kalau Raja Aiden tak berpihak pada siapapun tetap saja Raja Aiden itu putra Raja Amung. "Selamat datang Raja Aiden," sambut Monga begitu melihat Raja Aiden dan beberapa pengawal setianya datang ke kediaman Rubina."Bagaimana keadaan Maria saat ini?" tanyanya cemas. "Keadaan Maria aman di sini," jawab Monga. "Apa di sin
Maria menundukan kepalanya ia merasa stres karena suara-suara dipikirannya. "Maria," panggil suara dari pikirannya. "Pergi ... pergi." "Kamu jangan takut Maria." Maria menundukan kepalanya sembari meneteskan air matanya. "Aku takut ... aku mohon jangan ganggu aku," pinta Maria menangis tersedu-sedu. "Aku akan menjagamu karena itu kamu jangan takut."Suara ketukan pintu membuyarkan lamunannya. Seketika suara-suara itu pun menghilang. Seseorang membuka pintu kamarnya. "Maria," panggil Rubina sembari membawakan makanan dalam nampan. "Maria, kamu kenapa?" tanyanya saat melihat Maria sedang menangis sejadi-jadinya. Rubina menyimpan nampan dan segera menghampiri Maria. "Ada apa denganmu?" tanyanya lagi sembari memeluknya. Entah kenapa ada hawa panas dari tubuh Maria membuat Rubina pun melepaskan pelukannya. Tanpa disadarinya pakaian Rubina pun terbakar. "Kenapa pakaian Anda terbakar?" tanya Maria terkejut. Rubina sama-sama terkejut berusaha memadamkan api menjalar terus ke s
Rubina tersenyum pada Kriston. "Saya Rubina," memperjelas tentang dirinya sendiri kalau ia benar-benar Rubina. "Dua hari lalu tubuh Anda hangus terbakar sekarang Anda baik-baik saja?" Kriston masih menatap Rubina dengan tatapan tak percaya. "Dari kecil saya sudah belajar beberapa mantra penyembuh karena itu tubuh saya pulih seperti semula," tuturnya menjelaskan. Kriston tak mengatakan apa-apa dan masih penasaran dengan ucapan Rubina tentang mantra penyembuh itu. Apa benar-benar ada mantra seperti itu?Rubina tersenyum dan melewati Kriston untuk melihat keadaan Maria, masih belum sadar dari dua hari yang lalu. "Tubuh Anda begitu luar biasa, luka separah itu bisa sembuh dalam waktu dua hari," tambah Raja Aiden sambil tersenyum. "Raja tak perlu memuji seperti itu ... hal ini sudah terbiasa di keluarga saya selama nyawa saya masih ada, saya bisa pulih kembali," tuturnya menjelaskan semuanya. Raja Aiden tersenyum. Rubina tersenyum dan mencoba membaca pikiran Raja Aiden tapi, laki-l
Black pun muncul sebagai pemimpin BlackTown menemui Maria yang masih terbaring di tempat tidur. "Sebenarnya apa yang terjadi?" tanyanya melihat Maria seperti itu. "Entahlah, aku tak bisa mendekatinya," jawab Red sama-sama berada di sana. Black pun berjalan pelan mendekati Maria. Aura Maria saat ini begitu besar sekali sampai manusia biasa mampu merasakannya. "Black, kamu tak bisa mendekati Maria begitu saja!" seru Red mencoba memperingatinya karena ia melihat langsung bagaimana Rubina hangus terbakar saat menyentuh Maria. "Kamu tak perlu khawatir, aku akan baik-baik saja," jawab Black. Saat Black mendekati Maria tiba-tiba saja sebuah cahaya muncul dan Black pun tersedot masuk ke dalamnya sampai Red terkejut karena itu. Dalam hitungan detik Black sudah hilang di depannya. "Black, di mana kamu?" tanya Red bingung ke mana mencari Black. Red mencari sekitar akan tetapi, Black tak ada di mana-mana. "Black, kamu jangan becanda denganku?" Tak ada jawaban dari pemimpinnya Red pun b
Seketika Maria terkejut begitu ia membuka pintu rumahnya. "Ayah, ibu," panggilnya terkejut sampai tak bisa berkata-kata melihat orang tuanya terasa berlumuran darah di lantai rumahnya. "Ayah, ibu apa yang terjadi pada kalian?" tanyanya sembari menghampiri tubuh mereka yang sudah tak bernyawa. Maria menangis sejadi-jadinya sampai tanpa sadar, bola matanya berubah menjadi merah, kuku-kuku tangannya pun mulai panjang begitu cepat dan dari dalam mulutnya muncul taring-taring tajam. Maria pun mulai mengaum dengan begitu keras sampai siapapun yang mendengarnya merinding seketika. Maria keluar dari rumahnya dan dengan cepat menghabisi semua orang yang ada di depannya dalam hitungan detik. Nyawa-nyawa tak bersalah pun tewas tanpa ada ampun mati di tangan Maria. Dalam hitungan menit desa itu pun berubah menjadi lautan darah. "Pak, tolong Monster Serigala mengamuk di desa," lapor seseorang dengan kondisi yang memperhatikan saat ia sampai di kantor kepala desa. "Apa yang kamu katakan?" t
Maria masih saja menundukan kepala dan seseorang mendekatinya. "Maria," panggilnya pelan. Gadis itu masih saja menundukan kepalanya. "Maria," panggilnya lagi. Maria pun mengangkat kepalanya dan menoleh ke arah luar. Seseorang membuka jubahnya begitu Maria menoleh. "Pak Monga," panggilnya mendekati jeruji besi. "Apa yang terjadi?" tanyanya pelan. "Aku tak tau aku tak ingat," jawabnya menundukan kepalanya. "Kenapa kamu menyerahkan diri?""Aku tak tau, aku merasa semua salahku." "Harusnya kamu tak boleh menyerahkan diri untuk perbuatan yang tidak kamu lakukan!" "Tapi, tanganku penuh darah!" "Apa kamu ingat sebelum terjadi kekacauan ini?" "Orang tuaku tewas begitu aku pulang ke rumah!" "Itu yang aku ingat?" Pak Monga menoleh ke arah Maria. Pria itu tak mengatakan apa-apa akan tetapi, ada yang ia pikirkan. "Kamu sabar di sini sampai aku menemukan cara untuk membebaskan mu jika Raja Aiden tak membebaskan mu." Maria menganggukan kepalanya. "Aku harap kamu tak mengatakan apa
Black pun muncul sebagai pemimpin BlackTown menemui Maria yang masih terbaring di tempat tidur. "Sebenarnya apa yang terjadi?" tanyanya melihat Maria seperti itu. "Entahlah, aku tak bisa mendekatinya," jawab Red sama-sama berada di sana. Black pun berjalan pelan mendekati Maria. Aura Maria saat ini begitu besar sekali sampai manusia biasa mampu merasakannya. "Black, kamu tak bisa mendekati Maria begitu saja!" seru Red mencoba memperingatinya karena ia melihat langsung bagaimana Rubina hangus terbakar saat menyentuh Maria. "Kamu tak perlu khawatir, aku akan baik-baik saja," jawab Black. Saat Black mendekati Maria tiba-tiba saja sebuah cahaya muncul dan Black pun tersedot masuk ke dalamnya sampai Red terkejut karena itu. Dalam hitungan detik Black sudah hilang di depannya. "Black, di mana kamu?" tanya Red bingung ke mana mencari Black. Red mencari sekitar akan tetapi, Black tak ada di mana-mana. "Black, kamu jangan becanda denganku?" Tak ada jawaban dari pemimpinnya Red pun b
Rubina tersenyum pada Kriston. "Saya Rubina," memperjelas tentang dirinya sendiri kalau ia benar-benar Rubina. "Dua hari lalu tubuh Anda hangus terbakar sekarang Anda baik-baik saja?" Kriston masih menatap Rubina dengan tatapan tak percaya. "Dari kecil saya sudah belajar beberapa mantra penyembuh karena itu tubuh saya pulih seperti semula," tuturnya menjelaskan. Kriston tak mengatakan apa-apa dan masih penasaran dengan ucapan Rubina tentang mantra penyembuh itu. Apa benar-benar ada mantra seperti itu?Rubina tersenyum dan melewati Kriston untuk melihat keadaan Maria, masih belum sadar dari dua hari yang lalu. "Tubuh Anda begitu luar biasa, luka separah itu bisa sembuh dalam waktu dua hari," tambah Raja Aiden sambil tersenyum. "Raja tak perlu memuji seperti itu ... hal ini sudah terbiasa di keluarga saya selama nyawa saya masih ada, saya bisa pulih kembali," tuturnya menjelaskan semuanya. Raja Aiden tersenyum. Rubina tersenyum dan mencoba membaca pikiran Raja Aiden tapi, laki-l
Maria menundukan kepalanya ia merasa stres karena suara-suara dipikirannya. "Maria," panggil suara dari pikirannya. "Pergi ... pergi." "Kamu jangan takut Maria." Maria menundukan kepalanya sembari meneteskan air matanya. "Aku takut ... aku mohon jangan ganggu aku," pinta Maria menangis tersedu-sedu. "Aku akan menjagamu karena itu kamu jangan takut."Suara ketukan pintu membuyarkan lamunannya. Seketika suara-suara itu pun menghilang. Seseorang membuka pintu kamarnya. "Maria," panggil Rubina sembari membawakan makanan dalam nampan. "Maria, kamu kenapa?" tanyanya saat melihat Maria sedang menangis sejadi-jadinya. Rubina menyimpan nampan dan segera menghampiri Maria. "Ada apa denganmu?" tanyanya lagi sembari memeluknya. Entah kenapa ada hawa panas dari tubuh Maria membuat Rubina pun melepaskan pelukannya. Tanpa disadarinya pakaian Rubina pun terbakar. "Kenapa pakaian Anda terbakar?" tanya Maria terkejut. Rubina sama-sama terkejut berusaha memadamkan api menjalar terus ke s
Setelah beberapa saat akhirnya Maria bisa tenang. "Sebenarnya apa yang terjadi pada Maria?" tanya Rubina penasaran. "Entahlah, aku tak merasakan apa pun," jawab Monga sama-sama penasaran. "Sepertinya dia benar-benar kesakitan!" Monga menganggukan kepalanya. "Sebenarnya apa yang terjadi padanya?" tanyanya sendiri. "Aku tak merasakan kekuatannya?" Lamunan Monga buyar saat seorang Maid mendatanginya. "Tuan, Raja Aiden sudah tiba," ucapnya pelan. "Raja Aiden?" tanya Rubina terkejut. "Kamu tak perlu khawatir, aku sudah memastikannya dia tak berpihak pada siapa-siapa?" jawab Monga beranjak dari sana. Rubina hanya menganggukan kepalanya. Walaupun Monga mengatakan kalau Raja Aiden tak berpihak pada siapapun tetap saja Raja Aiden itu putra Raja Amung. "Selamat datang Raja Aiden," sambut Monga begitu melihat Raja Aiden dan beberapa pengawal setianya datang ke kediaman Rubina."Bagaimana keadaan Maria saat ini?" tanyanya cemas. "Keadaan Maria aman di sini," jawab Monga. "Apa di sin
Black menyeringai begitu semua anggota mengucapkan sumpah itu. "Sumpah itu tak hanya sekedar ucapan tapi juga pengakuan bangsa kita bangsa serigala," ucap Black. "Hidup bangsa serigala," ungkap semua bersorak. Hanya Yellow dan Blue yang merasa kesakitan di sini. Walau rasa sakit Blue tak seperti Yellow namun, keduanya menyesali semua pengkhianatan mereka. *** Maria masih menjerit-jerit kesakitan, gadis ini hanya bisa mendengar suara-suara aneh dari dalam pikirannya entah apa itu. Tak ada yang bisa membantunya. Semakin merasa kesakitan telinga Maria mengeluarkan darah secara terus-menerus sampai gadis ini tak sadarkan diri. Tak ada yang berani mendekati Maria pada saat ini. Semua takut untuk bisa mendekat hanya Kriston saja yang mau mengendongnya untuk ia baringkan di tempat tidur. "Tolong, panggilkan dokter," pinta Kriston. Semuanya terdiam termasuk Rubina dan Monga masih terkejut, bingung tak tau harus bagaimana?" Kriston mengerutkan keningnya karena tak ada yang meresponny
Black terus saja membaca mantra-mantra yang ia lontarkan dengan semua persiapkan sampai selesai. "Aku harus ke sana untuk memastikan kalau Maria benar-benar dia," gumamnya. Suara ketukan pintu pun membuyarkan lamunannya. Red pun membuka pintu ruangan itu. "Ketua, semua anggota sudah berkumpul untuk rapat," ucapnya. Black menganggukan kepalanya dan beranjak bangun. Seluruh anggota BlackTown sudah berkumpul. Semua memakai jubah dan topeng hitam untuk mengetahui sesama anggota mereka diberikan gelang khusus hanya bisa dilihat oleh anggota BlackTown sendiri. "Kalian sudah tau apa tujuan kalian dikumpulkan di sini?" tanya Black serius. Semua menganggukan kepalanya. "Kita tau tujuan kita di sini?" "Tak hanya untuk melindungi bangsa kita dan juga melindungi satu-satunya keturunan dari Serigala Hitam dari manusia serakah yang ingin menghabisi bangsa kita," tutur Black serius. Semua menganggukan kepalanya. "Kita sudah memastikan kalau Maria itu keturunan Serigala Hitam ...." "Maaf
Beberapa orang yang memakai jubah hitam pun membuka jubahnya. "Sial, lagi-lagi kita kalah," gumam seseorang sembari menendang batu di depannya. "Kita kalah jumlah," jawab ketua mereka. "Bukankah kita harus menyelamatkan Maria?" tanya salah seorang dari mereka yang bernama Red. Ketua dari kelompok itu pun menghembus napas panjang. Sudah hampir lima tahun ia mendirikan kelompok rahasia ini. Para anggota kelompok ini, utusan langsung dari Raja sebelumnya sebelum Raja Aiden. Raja Amung sudah memperkirakan akan terjadi seperti ini. Identitas anggota kelompok begitu dirahasiakan terdiri dari kalangan biasa dan juga bangsawan yang masih mendukung penuh Raja Amung. "Kita harus lebih cepat untuk menemukan kondisi Maria," ucap ketua itu serius. Semua menganggukkan kepalanya. Hanya ketua mereka yang tak pernah memperlihatkan wajahnya seperti apa. Semua anggota selalu menuruti perintah ketua yang dipilih langsung oleh Raja Amung sebelum ia wafat karena diracun oleh para pengkhianat kera
Maria masih saja menundukan kepala dan seseorang mendekatinya. "Maria," panggilnya pelan. Gadis itu masih saja menundukan kepalanya. "Maria," panggilnya lagi. Maria pun mengangkat kepalanya dan menoleh ke arah luar. Seseorang membuka jubahnya begitu Maria menoleh. "Pak Monga," panggilnya mendekati jeruji besi. "Apa yang terjadi?" tanyanya pelan. "Aku tak tau aku tak ingat," jawabnya menundukan kepalanya. "Kenapa kamu menyerahkan diri?""Aku tak tau, aku merasa semua salahku." "Harusnya kamu tak boleh menyerahkan diri untuk perbuatan yang tidak kamu lakukan!" "Tapi, tanganku penuh darah!" "Apa kamu ingat sebelum terjadi kekacauan ini?" "Orang tuaku tewas begitu aku pulang ke rumah!" "Itu yang aku ingat?" Pak Monga menoleh ke arah Maria. Pria itu tak mengatakan apa-apa akan tetapi, ada yang ia pikirkan. "Kamu sabar di sini sampai aku menemukan cara untuk membebaskan mu jika Raja Aiden tak membebaskan mu." Maria menganggukan kepalanya. "Aku harap kamu tak mengatakan apa
Seketika Maria terkejut begitu ia membuka pintu rumahnya. "Ayah, ibu," panggilnya terkejut sampai tak bisa berkata-kata melihat orang tuanya terasa berlumuran darah di lantai rumahnya. "Ayah, ibu apa yang terjadi pada kalian?" tanyanya sembari menghampiri tubuh mereka yang sudah tak bernyawa. Maria menangis sejadi-jadinya sampai tanpa sadar, bola matanya berubah menjadi merah, kuku-kuku tangannya pun mulai panjang begitu cepat dan dari dalam mulutnya muncul taring-taring tajam. Maria pun mulai mengaum dengan begitu keras sampai siapapun yang mendengarnya merinding seketika. Maria keluar dari rumahnya dan dengan cepat menghabisi semua orang yang ada di depannya dalam hitungan detik. Nyawa-nyawa tak bersalah pun tewas tanpa ada ampun mati di tangan Maria. Dalam hitungan menit desa itu pun berubah menjadi lautan darah. "Pak, tolong Monster Serigala mengamuk di desa," lapor seseorang dengan kondisi yang memperhatikan saat ia sampai di kantor kepala desa. "Apa yang kamu katakan?" t