Home / Fantasi / Half Wolf / Siapa Kamu?

Share

Siapa Kamu?

last update Last Updated: 2023-08-14 12:21:19

Rubina tersenyum pada Kriston.

"Saya Rubina," memperjelas tentang dirinya sendiri kalau ia benar-benar Rubina.

"Dua hari lalu tubuh Anda hangus terbakar sekarang Anda baik-baik saja?" Kriston masih menatap Rubina dengan tatapan tak percaya.

"Dari kecil saya sudah belajar beberapa mantra penyembuh karena itu tubuh saya pulih seperti semula," tuturnya menjelaskan.

Kriston tak mengatakan apa-apa dan masih penasaran dengan ucapan Rubina tentang mantra penyembuh itu. Apa benar-benar ada mantra seperti itu?

Rubina tersenyum dan melewati Kriston untuk melihat keadaan Maria, masih belum sadar dari dua hari yang lalu.

"Tubuh Anda begitu luar biasa, luka separah itu bisa sembuh dalam waktu dua hari," tambah Raja Aiden sambil tersenyum.

"Raja tak perlu memuji seperti itu ... hal ini sudah terbiasa di keluarga saya selama nyawa saya masih ada, saya bisa pulih kembali," tuturnya menjelaskan semuanya.

Raja Aiden tersenyum.

Rubina tersenyum dan mencoba membaca pikiran Raja Aiden tapi, laki-laki ini tak memikirkan apa pun.

"Tak mungkin seorang manusia tak memikirkan apa pun dalam pikirannya?" tanya Rubina dalam hatinya sedikit cemas.

Raja Aiden tersenyum lagi. "Kamu tak akan pernah bisa membaca pikiranku," ucapnya dalam hatinya.

Rubina menoleh pada Monga masih terfokus pada Maria.

"Aku tak bisa menyentuhnya," gumam Monga dalam hatinya.

Monga hanya bisa berdiri dari jarak dua meter dari tempat Maria. Entah kenapa aura Maria begitu kuat tak bisa memaksakan untuk lebih dekat dari ini.

"Monga," panggil Rubina melalui telepati.

Monga pun menoleh pada Rubina.

"Ada yang aneh dengan Raja Aiden?"

Rubina mencoba mengajak berbicara Monga melalui telepati agar hanya mereka berdua saja yang bisa berkomunikasi tanpa diketahui siapapun.

"Rubina, kita tak perlu membahas yang tidak penting," jawab Monga dalam hatinya.

"Ini penting menurutku?"

"Tak ada yang lebih penting dari Maria."

"Monga, kamu harus mendengarkan aku?"

"Masalah Raja Aiden nanti saja, kita fokus pada Maria."

"Terserah lah, aku sudah memperingatkan mu!"

Rubina terlihat kesal karena jawaban Monga karena itu ia berpaling melihat ke sisi lainnya.

Sesekali Raja Aiden memperhatikan Rubina dan Monga akan tetapi, ia lebih memprioritaskan Maria.

"Aku harus tau apa yang terjadi pada Maria?" tanya Monga sendiri.

"Dengan aura Maria seperti ini, tubuhku akan hangus seperti Rubina!"

***

"Maria," panggil suara misterius itu lagi.

Seketika Maria pun bangun dan melihat sekitar.

"Di mana aku?" tanyanya sendiri melihat sekitar.

Maria tau kalau ia bukan berada di kamarnya. Sekarang ia berada di tempat asing entah di mana.

"Kamu harus memulihkan dirimu sendiri," ucap suara misterius itu lagi.

Lagi-lagi Maria melihat sekitar. Gadis ini berada dalam satu kamar yang begitu asing dengan desain mewah seperti berada dalam istana.

"Aku ada di mana?" tanyanya bingung karena ia merasa sendirian di sini.

"Kamu berada di alam bawah sadar mu," jawabnya.

"Aku tak mengerti!"

"Kamu berada dalam dirimu sendiri, berada di tempat yang tak pernah kamu sentuh ataupun kamu kunjungi."

"Aku tak suka tempat ini?"

Maria sangat benci di tempat sepi karena ia akan merasa sangat sedih meratapi semuanya.

"Kamu harus bisa mengendalikan kekuatanmu sendiri, Maria?"

"Kekuatan apa?"

"Aku tak mengerti ucapanmu?"

"Kamu siapa?"

"Kenapa kamu terus-menerus datang tanpa memperlihatkan wujud aslimu?"

Maria menundukan kepalanya air matanya keluar dengan sendirinya sangat sedih dengan semuanya karena jujur saja ia tak mengerti dengan semua yang terjadi padanya.

"Maria, kamu itu sangat istimewa karena itu kamu berbeda."

"Aku tak mau seperti ini."

"Maria, ini takdir yang harus kamu lalui karena itu kamu harus menerimanya."

"Aku hanya ingin hidup tenang layaknya manusia biasa."

"Tapi, kamu bukan manusia biasa?"

"Jika aku bukan manusia lalu aku itu apa?"

"Kamu akan tau, saat kamu mampu mengendalikan kekuatanmu."

"Aku mau pulang!"

"Kendalikan kekuatanmu."

"Aku tak mengerti ucapanmu, kekuatan apa yang kamu maksud?"

"Kamu akan mencelakai manusia jika kamu tak bisa mengendalikan kekuatanmu."

Maria menangis tersedu-sedu benar-benar tak tau apa yang harus ia lakukan di tempat asing seperti ini.

"Tenangkan pikiranmu dan berkonsentrasi lah."

Maria masih menangis sampai ia pun mau mengikuti apa yang dikatakan suara misterius itu.

Maria pun duduk bersila meletakan kedua tangannya di dadanya.

"Aku tak tau apa yang aku lakukan ini benar atau tidak."

"Aku ingin keluar dari sini, keluarkan aku!"

Hati Maria masih saja campur aduk tak tenang untuk bisa mengendalikan kekuatannya sendiri.

"Maria, kamu harus berkonsentrasi!"

Maria masih berusaha untuk berkonsentrasi karena ia tak ingin terjebak di sini selamanya.

***

Kriston masih menjaga Maria di luar kamarnya. Beberapa kali ia menghembuskan napas panjang.

Raja Aiden pun menghampirinya.

"Hormat, Raja Aiden," ucapnya sembari membungkukkan badannya.

Raja Aiden pun menganggukan kepalanya. Sedangkan Kriston masih menundukan kepalanya.

"Angkat kepalamu Kriston," ucapnya.

Kriston pun menganggukan kepalanya dan menoleh ke arah Raja Aiden akan tetapi, laki-laki ini tak berani menatap langsung matanya.

"Di sini hanya kita berdua saja," ucap Raja Aiden.

Kriston menganggukan kepalanya.

"Karena itu berbicara santai saja bukankah saat kecil kita teman bermain!"

"Sekarang Anda pemimpin kerajaan ini, raja. Aku tak bisa bersikap tidak sopan," jawab Kriston sembari menundukan kepalanya.

"Kamu harus sopan jika banyak orang di sini!"

Kriston melihat sekitar tak ada siapapun selain mereka berdua.

"Aku tau kekhawatiranmu tentang Rubina?" tanya Raja Aiden pelan.

Kriston menganggukan kepalanya. Dari kecil Raja Aiden selalu paling mengerti apa yang Kriston rasakan dan selalu tau isi hatinya.

"Apa wanita itu bukan manusia?" tanyanya lagi.

"Kamu jangan berbicara sembarangan tentang pemilik rumah," jawab Raja Aiden.

Kriston menganggukan kepalanya.

"Siapapun Rubina kamu harus menghormatinya sebagai pemilik rumah?"

"Maafkan saya Raja, saya hanya tak habis pikir dan tak masuk akal atas apa yang terjadi pada Rubina."

"Ada beberapa hal yang seharusnya kamu tak tau karena keadaan ini bukan konsumsi publik."

"Baik, Raja Aiden ...."

"Aku tak akan mencampuri urusan mereka hanya penasaran saja, kenapa Rubina bisa seperti semula?"

"Aku mengerti rasa penasaran dalam hatimu Kriston, bahkan bertanya-tanya kenapa bisa seperti itu?"

Kriston pun menganggukan kepalanya.

"Karena itu lebih baik diam saja cukup simpan dalam hati rasa penasaranmu."

Kriston menganggukan kepalanya lagi. Walau sebenarnya ia ingin bertanya lebih lanjut mantra apa yang Rubina pakai untuk menyembuhkan dirinya.

Kriston pun menghembus napas panjang dan saat menoleh seseorang bersembunyi. Laki-laki itu pun beranjak bangun.

"Biarkan saja," tahan Raja Aiden.

Kriston pun menoleh pada Raja Aiden.

"Dia ingin mengetahui apa yang kita bicarakan," ucap Raja Aiden lagi.

"Harusnya kalau ingin tau tak perlu sembunyi-sembunyi seperti itu gabung saja bersama kita," lanjut Kriston lagi sembari tersenyum.

Seseorang masih bersembunyi dibalik tembok ia tak bisa keluar walaupun sudah ketahuan kalau ia menguping sedari tadi.

Related chapters

  • Half Wolf   Mencari Kesempatan

    Black pun muncul sebagai pemimpin BlackTown menemui Maria yang masih terbaring di tempat tidur. "Sebenarnya apa yang terjadi?" tanyanya melihat Maria seperti itu. "Entahlah, aku tak bisa mendekatinya," jawab Red sama-sama berada di sana. Black pun berjalan pelan mendekati Maria. Aura Maria saat ini begitu besar sekali sampai manusia biasa mampu merasakannya. "Black, kamu tak bisa mendekati Maria begitu saja!" seru Red mencoba memperingatinya karena ia melihat langsung bagaimana Rubina hangus terbakar saat menyentuh Maria. "Kamu tak perlu khawatir, aku akan baik-baik saja," jawab Black. Saat Black mendekati Maria tiba-tiba saja sebuah cahaya muncul dan Black pun tersedot masuk ke dalamnya sampai Red terkejut karena itu. Dalam hitungan detik Black sudah hilang di depannya. "Black, di mana kamu?" tanya Red bingung ke mana mencari Black. Red mencari sekitar akan tetapi, Black tak ada di mana-mana. "Black, kamu jangan becanda denganku?" Tak ada jawaban dari pemimpinnya Red pun b

    Last Updated : 2023-08-20
  • Half Wolf   Maria

    Seketika Maria terkejut begitu ia membuka pintu rumahnya. "Ayah, ibu," panggilnya terkejut sampai tak bisa berkata-kata melihat orang tuanya terasa berlumuran darah di lantai rumahnya. "Ayah, ibu apa yang terjadi pada kalian?" tanyanya sembari menghampiri tubuh mereka yang sudah tak bernyawa. Maria menangis sejadi-jadinya sampai tanpa sadar, bola matanya berubah menjadi merah, kuku-kuku tangannya pun mulai panjang begitu cepat dan dari dalam mulutnya muncul taring-taring tajam. Maria pun mulai mengaum dengan begitu keras sampai siapapun yang mendengarnya merinding seketika. Maria keluar dari rumahnya dan dengan cepat menghabisi semua orang yang ada di depannya dalam hitungan detik. Nyawa-nyawa tak bersalah pun tewas tanpa ada ampun mati di tangan Maria. Dalam hitungan menit desa itu pun berubah menjadi lautan darah. "Pak, tolong Monster Serigala mengamuk di desa," lapor seseorang dengan kondisi yang memperhatikan saat ia sampai di kantor kepala desa. "Apa yang kamu katakan?" t

    Last Updated : 2023-05-25
  • Half Wolf   Apa Yang Terjadi?

    Maria masih saja menundukan kepala dan seseorang mendekatinya. "Maria," panggilnya pelan. Gadis itu masih saja menundukan kepalanya. "Maria," panggilnya lagi. Maria pun mengangkat kepalanya dan menoleh ke arah luar. Seseorang membuka jubahnya begitu Maria menoleh. "Pak Monga," panggilnya mendekati jeruji besi. "Apa yang terjadi?" tanyanya pelan. "Aku tak tau aku tak ingat," jawabnya menundukan kepalanya. "Kenapa kamu menyerahkan diri?""Aku tak tau, aku merasa semua salahku." "Harusnya kamu tak boleh menyerahkan diri untuk perbuatan yang tidak kamu lakukan!" "Tapi, tanganku penuh darah!" "Apa kamu ingat sebelum terjadi kekacauan ini?" "Orang tuaku tewas begitu aku pulang ke rumah!" "Itu yang aku ingat?" Pak Monga menoleh ke arah Maria. Pria itu tak mengatakan apa-apa akan tetapi, ada yang ia pikirkan. "Kamu sabar di sini sampai aku menemukan cara untuk membebaskan mu jika Raja Aiden tak membebaskan mu." Maria menganggukan kepalanya. "Aku harap kamu tak mengatakan apa

    Last Updated : 2023-05-25
  • Half Wolf   Sisi Lain

    Beberapa orang yang memakai jubah hitam pun membuka jubahnya. "Sial, lagi-lagi kita kalah," gumam seseorang sembari menendang batu di depannya. "Kita kalah jumlah," jawab ketua mereka. "Bukankah kita harus menyelamatkan Maria?" tanya salah seorang dari mereka yang bernama Red. Ketua dari kelompok itu pun menghembus napas panjang. Sudah hampir lima tahun ia mendirikan kelompok rahasia ini. Para anggota kelompok ini, utusan langsung dari Raja sebelumnya sebelum Raja Aiden. Raja Amung sudah memperkirakan akan terjadi seperti ini. Identitas anggota kelompok begitu dirahasiakan terdiri dari kalangan biasa dan juga bangsawan yang masih mendukung penuh Raja Amung. "Kita harus lebih cepat untuk menemukan kondisi Maria," ucap ketua itu serius. Semua menganggukkan kepalanya. Hanya ketua mereka yang tak pernah memperlihatkan wajahnya seperti apa. Semua anggota selalu menuruti perintah ketua yang dipilih langsung oleh Raja Amung sebelum ia wafat karena diracun oleh para pengkhianat kera

    Last Updated : 2023-05-25
  • Half Wolf   Memastikan

    Black terus saja membaca mantra-mantra yang ia lontarkan dengan semua persiapkan sampai selesai. "Aku harus ke sana untuk memastikan kalau Maria benar-benar dia," gumamnya. Suara ketukan pintu pun membuyarkan lamunannya. Red pun membuka pintu ruangan itu. "Ketua, semua anggota sudah berkumpul untuk rapat," ucapnya. Black menganggukan kepalanya dan beranjak bangun. Seluruh anggota BlackTown sudah berkumpul. Semua memakai jubah dan topeng hitam untuk mengetahui sesama anggota mereka diberikan gelang khusus hanya bisa dilihat oleh anggota BlackTown sendiri. "Kalian sudah tau apa tujuan kalian dikumpulkan di sini?" tanya Black serius. Semua menganggukan kepalanya. "Kita tau tujuan kita di sini?" "Tak hanya untuk melindungi bangsa kita dan juga melindungi satu-satunya keturunan dari Serigala Hitam dari manusia serakah yang ingin menghabisi bangsa kita," tutur Black serius. Semua menganggukan kepalanya. "Kita sudah memastikan kalau Maria itu keturunan Serigala Hitam ...." "Maaf

    Last Updated : 2023-05-25
  • Half Wolf   Memastikan Bagian

    Black menyeringai begitu semua anggota mengucapkan sumpah itu. "Sumpah itu tak hanya sekedar ucapan tapi juga pengakuan bangsa kita bangsa serigala," ucap Black. "Hidup bangsa serigala," ungkap semua bersorak. Hanya Yellow dan Blue yang merasa kesakitan di sini. Walau rasa sakit Blue tak seperti Yellow namun, keduanya menyesali semua pengkhianatan mereka. *** Maria masih menjerit-jerit kesakitan, gadis ini hanya bisa mendengar suara-suara aneh dari dalam pikirannya entah apa itu. Tak ada yang bisa membantunya. Semakin merasa kesakitan telinga Maria mengeluarkan darah secara terus-menerus sampai gadis ini tak sadarkan diri. Tak ada yang berani mendekati Maria pada saat ini. Semua takut untuk bisa mendekat hanya Kriston saja yang mau mengendongnya untuk ia baringkan di tempat tidur. "Tolong, panggilkan dokter," pinta Kriston. Semuanya terdiam termasuk Rubina dan Monga masih terkejut, bingung tak tau harus bagaimana?" Kriston mengerutkan keningnya karena tak ada yang meresponny

    Last Updated : 2023-05-26
  • Half Wolf   Penuh Tanya

    Setelah beberapa saat akhirnya Maria bisa tenang. "Sebenarnya apa yang terjadi pada Maria?" tanya Rubina penasaran. "Entahlah, aku tak merasakan apa pun," jawab Monga sama-sama penasaran. "Sepertinya dia benar-benar kesakitan!" Monga menganggukan kepalanya. "Sebenarnya apa yang terjadi padanya?" tanyanya sendiri. "Aku tak merasakan kekuatannya?" Lamunan Monga buyar saat seorang Maid mendatanginya. "Tuan, Raja Aiden sudah tiba," ucapnya pelan. "Raja Aiden?" tanya Rubina terkejut. "Kamu tak perlu khawatir, aku sudah memastikannya dia tak berpihak pada siapa-siapa?" jawab Monga beranjak dari sana. Rubina hanya menganggukan kepalanya. Walaupun Monga mengatakan kalau Raja Aiden tak berpihak pada siapapun tetap saja Raja Aiden itu putra Raja Amung. "Selamat datang Raja Aiden," sambut Monga begitu melihat Raja Aiden dan beberapa pengawal setianya datang ke kediaman Rubina."Bagaimana keadaan Maria saat ini?" tanyanya cemas. "Keadaan Maria aman di sini," jawab Monga. "Apa di sin

    Last Updated : 2023-08-10
  • Half Wolf   Siapa Rubina?

    Maria menundukan kepalanya ia merasa stres karena suara-suara dipikirannya. "Maria," panggil suara dari pikirannya. "Pergi ... pergi." "Kamu jangan takut Maria." Maria menundukan kepalanya sembari meneteskan air matanya. "Aku takut ... aku mohon jangan ganggu aku," pinta Maria menangis tersedu-sedu. "Aku akan menjagamu karena itu kamu jangan takut."Suara ketukan pintu membuyarkan lamunannya. Seketika suara-suara itu pun menghilang. Seseorang membuka pintu kamarnya. "Maria," panggil Rubina sembari membawakan makanan dalam nampan. "Maria, kamu kenapa?" tanyanya saat melihat Maria sedang menangis sejadi-jadinya. Rubina menyimpan nampan dan segera menghampiri Maria. "Ada apa denganmu?" tanyanya lagi sembari memeluknya. Entah kenapa ada hawa panas dari tubuh Maria membuat Rubina pun melepaskan pelukannya. Tanpa disadarinya pakaian Rubina pun terbakar. "Kenapa pakaian Anda terbakar?" tanya Maria terkejut. Rubina sama-sama terkejut berusaha memadamkan api menjalar terus ke s

    Last Updated : 2023-08-12

Latest chapter

  • Half Wolf   Mencari Kesempatan

    Black pun muncul sebagai pemimpin BlackTown menemui Maria yang masih terbaring di tempat tidur. "Sebenarnya apa yang terjadi?" tanyanya melihat Maria seperti itu. "Entahlah, aku tak bisa mendekatinya," jawab Red sama-sama berada di sana. Black pun berjalan pelan mendekati Maria. Aura Maria saat ini begitu besar sekali sampai manusia biasa mampu merasakannya. "Black, kamu tak bisa mendekati Maria begitu saja!" seru Red mencoba memperingatinya karena ia melihat langsung bagaimana Rubina hangus terbakar saat menyentuh Maria. "Kamu tak perlu khawatir, aku akan baik-baik saja," jawab Black. Saat Black mendekati Maria tiba-tiba saja sebuah cahaya muncul dan Black pun tersedot masuk ke dalamnya sampai Red terkejut karena itu. Dalam hitungan detik Black sudah hilang di depannya. "Black, di mana kamu?" tanya Red bingung ke mana mencari Black. Red mencari sekitar akan tetapi, Black tak ada di mana-mana. "Black, kamu jangan becanda denganku?" Tak ada jawaban dari pemimpinnya Red pun b

  • Half Wolf   Siapa Kamu?

    Rubina tersenyum pada Kriston. "Saya Rubina," memperjelas tentang dirinya sendiri kalau ia benar-benar Rubina. "Dua hari lalu tubuh Anda hangus terbakar sekarang Anda baik-baik saja?" Kriston masih menatap Rubina dengan tatapan tak percaya. "Dari kecil saya sudah belajar beberapa mantra penyembuh karena itu tubuh saya pulih seperti semula," tuturnya menjelaskan. Kriston tak mengatakan apa-apa dan masih penasaran dengan ucapan Rubina tentang mantra penyembuh itu. Apa benar-benar ada mantra seperti itu?Rubina tersenyum dan melewati Kriston untuk melihat keadaan Maria, masih belum sadar dari dua hari yang lalu. "Tubuh Anda begitu luar biasa, luka separah itu bisa sembuh dalam waktu dua hari," tambah Raja Aiden sambil tersenyum. "Raja tak perlu memuji seperti itu ... hal ini sudah terbiasa di keluarga saya selama nyawa saya masih ada, saya bisa pulih kembali," tuturnya menjelaskan semuanya. Raja Aiden tersenyum. Rubina tersenyum dan mencoba membaca pikiran Raja Aiden tapi, laki-l

  • Half Wolf   Siapa Rubina?

    Maria menundukan kepalanya ia merasa stres karena suara-suara dipikirannya. "Maria," panggil suara dari pikirannya. "Pergi ... pergi." "Kamu jangan takut Maria." Maria menundukan kepalanya sembari meneteskan air matanya. "Aku takut ... aku mohon jangan ganggu aku," pinta Maria menangis tersedu-sedu. "Aku akan menjagamu karena itu kamu jangan takut."Suara ketukan pintu membuyarkan lamunannya. Seketika suara-suara itu pun menghilang. Seseorang membuka pintu kamarnya. "Maria," panggil Rubina sembari membawakan makanan dalam nampan. "Maria, kamu kenapa?" tanyanya saat melihat Maria sedang menangis sejadi-jadinya. Rubina menyimpan nampan dan segera menghampiri Maria. "Ada apa denganmu?" tanyanya lagi sembari memeluknya. Entah kenapa ada hawa panas dari tubuh Maria membuat Rubina pun melepaskan pelukannya. Tanpa disadarinya pakaian Rubina pun terbakar. "Kenapa pakaian Anda terbakar?" tanya Maria terkejut. Rubina sama-sama terkejut berusaha memadamkan api menjalar terus ke s

  • Half Wolf   Penuh Tanya

    Setelah beberapa saat akhirnya Maria bisa tenang. "Sebenarnya apa yang terjadi pada Maria?" tanya Rubina penasaran. "Entahlah, aku tak merasakan apa pun," jawab Monga sama-sama penasaran. "Sepertinya dia benar-benar kesakitan!" Monga menganggukan kepalanya. "Sebenarnya apa yang terjadi padanya?" tanyanya sendiri. "Aku tak merasakan kekuatannya?" Lamunan Monga buyar saat seorang Maid mendatanginya. "Tuan, Raja Aiden sudah tiba," ucapnya pelan. "Raja Aiden?" tanya Rubina terkejut. "Kamu tak perlu khawatir, aku sudah memastikannya dia tak berpihak pada siapa-siapa?" jawab Monga beranjak dari sana. Rubina hanya menganggukan kepalanya. Walaupun Monga mengatakan kalau Raja Aiden tak berpihak pada siapapun tetap saja Raja Aiden itu putra Raja Amung. "Selamat datang Raja Aiden," sambut Monga begitu melihat Raja Aiden dan beberapa pengawal setianya datang ke kediaman Rubina."Bagaimana keadaan Maria saat ini?" tanyanya cemas. "Keadaan Maria aman di sini," jawab Monga. "Apa di sin

  • Half Wolf   Memastikan Bagian

    Black menyeringai begitu semua anggota mengucapkan sumpah itu. "Sumpah itu tak hanya sekedar ucapan tapi juga pengakuan bangsa kita bangsa serigala," ucap Black. "Hidup bangsa serigala," ungkap semua bersorak. Hanya Yellow dan Blue yang merasa kesakitan di sini. Walau rasa sakit Blue tak seperti Yellow namun, keduanya menyesali semua pengkhianatan mereka. *** Maria masih menjerit-jerit kesakitan, gadis ini hanya bisa mendengar suara-suara aneh dari dalam pikirannya entah apa itu. Tak ada yang bisa membantunya. Semakin merasa kesakitan telinga Maria mengeluarkan darah secara terus-menerus sampai gadis ini tak sadarkan diri. Tak ada yang berani mendekati Maria pada saat ini. Semua takut untuk bisa mendekat hanya Kriston saja yang mau mengendongnya untuk ia baringkan di tempat tidur. "Tolong, panggilkan dokter," pinta Kriston. Semuanya terdiam termasuk Rubina dan Monga masih terkejut, bingung tak tau harus bagaimana?" Kriston mengerutkan keningnya karena tak ada yang meresponny

  • Half Wolf   Memastikan

    Black terus saja membaca mantra-mantra yang ia lontarkan dengan semua persiapkan sampai selesai. "Aku harus ke sana untuk memastikan kalau Maria benar-benar dia," gumamnya. Suara ketukan pintu pun membuyarkan lamunannya. Red pun membuka pintu ruangan itu. "Ketua, semua anggota sudah berkumpul untuk rapat," ucapnya. Black menganggukan kepalanya dan beranjak bangun. Seluruh anggota BlackTown sudah berkumpul. Semua memakai jubah dan topeng hitam untuk mengetahui sesama anggota mereka diberikan gelang khusus hanya bisa dilihat oleh anggota BlackTown sendiri. "Kalian sudah tau apa tujuan kalian dikumpulkan di sini?" tanya Black serius. Semua menganggukan kepalanya. "Kita tau tujuan kita di sini?" "Tak hanya untuk melindungi bangsa kita dan juga melindungi satu-satunya keturunan dari Serigala Hitam dari manusia serakah yang ingin menghabisi bangsa kita," tutur Black serius. Semua menganggukan kepalanya. "Kita sudah memastikan kalau Maria itu keturunan Serigala Hitam ...." "Maaf

  • Half Wolf   Sisi Lain

    Beberapa orang yang memakai jubah hitam pun membuka jubahnya. "Sial, lagi-lagi kita kalah," gumam seseorang sembari menendang batu di depannya. "Kita kalah jumlah," jawab ketua mereka. "Bukankah kita harus menyelamatkan Maria?" tanya salah seorang dari mereka yang bernama Red. Ketua dari kelompok itu pun menghembus napas panjang. Sudah hampir lima tahun ia mendirikan kelompok rahasia ini. Para anggota kelompok ini, utusan langsung dari Raja sebelumnya sebelum Raja Aiden. Raja Amung sudah memperkirakan akan terjadi seperti ini. Identitas anggota kelompok begitu dirahasiakan terdiri dari kalangan biasa dan juga bangsawan yang masih mendukung penuh Raja Amung. "Kita harus lebih cepat untuk menemukan kondisi Maria," ucap ketua itu serius. Semua menganggukkan kepalanya. Hanya ketua mereka yang tak pernah memperlihatkan wajahnya seperti apa. Semua anggota selalu menuruti perintah ketua yang dipilih langsung oleh Raja Amung sebelum ia wafat karena diracun oleh para pengkhianat kera

  • Half Wolf   Apa Yang Terjadi?

    Maria masih saja menundukan kepala dan seseorang mendekatinya. "Maria," panggilnya pelan. Gadis itu masih saja menundukan kepalanya. "Maria," panggilnya lagi. Maria pun mengangkat kepalanya dan menoleh ke arah luar. Seseorang membuka jubahnya begitu Maria menoleh. "Pak Monga," panggilnya mendekati jeruji besi. "Apa yang terjadi?" tanyanya pelan. "Aku tak tau aku tak ingat," jawabnya menundukan kepalanya. "Kenapa kamu menyerahkan diri?""Aku tak tau, aku merasa semua salahku." "Harusnya kamu tak boleh menyerahkan diri untuk perbuatan yang tidak kamu lakukan!" "Tapi, tanganku penuh darah!" "Apa kamu ingat sebelum terjadi kekacauan ini?" "Orang tuaku tewas begitu aku pulang ke rumah!" "Itu yang aku ingat?" Pak Monga menoleh ke arah Maria. Pria itu tak mengatakan apa-apa akan tetapi, ada yang ia pikirkan. "Kamu sabar di sini sampai aku menemukan cara untuk membebaskan mu jika Raja Aiden tak membebaskan mu." Maria menganggukan kepalanya. "Aku harap kamu tak mengatakan apa

  • Half Wolf   Maria

    Seketika Maria terkejut begitu ia membuka pintu rumahnya. "Ayah, ibu," panggilnya terkejut sampai tak bisa berkata-kata melihat orang tuanya terasa berlumuran darah di lantai rumahnya. "Ayah, ibu apa yang terjadi pada kalian?" tanyanya sembari menghampiri tubuh mereka yang sudah tak bernyawa. Maria menangis sejadi-jadinya sampai tanpa sadar, bola matanya berubah menjadi merah, kuku-kuku tangannya pun mulai panjang begitu cepat dan dari dalam mulutnya muncul taring-taring tajam. Maria pun mulai mengaum dengan begitu keras sampai siapapun yang mendengarnya merinding seketika. Maria keluar dari rumahnya dan dengan cepat menghabisi semua orang yang ada di depannya dalam hitungan detik. Nyawa-nyawa tak bersalah pun tewas tanpa ada ampun mati di tangan Maria. Dalam hitungan menit desa itu pun berubah menjadi lautan darah. "Pak, tolong Monster Serigala mengamuk di desa," lapor seseorang dengan kondisi yang memperhatikan saat ia sampai di kantor kepala desa. "Apa yang kamu katakan?" t

DMCA.com Protection Status