Maria masih saja menundukan kepala dan seseorang mendekatinya.
"Maria," panggilnya pelan.Gadis itu masih saja menundukan kepalanya."Maria," panggilnya lagi.Maria pun mengangkat kepalanya dan menoleh ke arah luar.Seseorang membuka jubahnya begitu Maria menoleh."Pak Monga," panggilnya mendekati jeruji besi."Apa yang terjadi?" tanyanya pelan."Aku tak tau aku tak ingat," jawabnya menundukan kepalanya."Kenapa kamu menyerahkan diri?""Aku tak tau, aku merasa semua salahku.""Harusnya kamu tak boleh menyerahkan diri untuk perbuatan yang tidak kamu lakukan!""Tapi, tanganku penuh darah!""Apa kamu ingat sebelum terjadi kekacauan ini?""Orang tuaku tewas begitu aku pulang ke rumah!""Itu yang aku ingat?"Pak Monga menoleh ke arah Maria. Pria itu tak mengatakan apa-apa akan tetapi, ada yang ia pikirkan."Kamu sabar di sini sampai aku menemukan cara untuk membebaskan mu jika Raja Aiden tak membebaskan mu."Maria menganggukan kepalanya."Aku harap kamu tak mengatakan apa-apa saat ada seseorang yang datang selain aku!"Maria mengerutkan keningnya."Kamu tak boleh percaya siapapun?""Apa aku tak boleh percaya pada bapak juga?"Maria menatap Monga serius."Itu terserah padamu!"Maria pun menganggukan kepalanya.Monga pun Buru-buru keluar dari penjara dan Maria pun terdiam sejenak memikirkan ucapan kepala desanya."Sebenarnya apa yang terjadi?" tanya Maria bingung.Gadis itu mencoba mengingat apa yang terjadi tapi, tak ada yang ia ingat sama sekali.Maria pun menundukan kepalanya.Seseorang datang menghampirinya."Maria," panggilnya.Maria mengangkat kepalanya."Kamu harus keluar dari sini!" serunya."Siapa kamu?""Aku bisa membebaskan mu dari sini?""Aku tak tau siapa kamu?""Kamu sangat spesial karena itu kamu tak pantas di sini?""Aku tak mengerti maksudmu?"Seseorang itu pun memegang jeruji besi seketika jeruji besi itu pun terbakar membuat Maria pun terkejut."Ikutlah denganku?" seseorang itu pun mengulurkan tangannya.Maria tak bisa melihat wajahnya dan tak tau siapa dia.Gadis itu masih saja terdiam bahkan seperti tersihir untuk mengikuti seseorang yang memakai jubah itu. Saat tangan Maria akan menyentuhnya tiba-tiba saja seseorang itu pun ambruk."Maria, kamu jangan mempercayainya!" seru seseorang.Seketika Maria pun sadar dan terkejut dengan apa yang terjadi di sini.Seseorang terkapar di lantai dan setelah itu buru-buru beranjak bangun lagi. Melihat orang-orang yang berkerumun seseorang itu pun kabur dari penjara."Maria, kamu tak apa-apa?" tanyanya khawatir."Pak Monga," panggilnya.Pria paruh baya itu pun merangkulnya dan seluruh tubuhnya bergetar sangat takut."Kamu aman sekarang," ungkap Monga sembari melihat ke arah orang itu."Siapa dia?" tanya Maria penasaran."Dia bukan orang baik," jawab Monga.***Di tempat lain seseorang berlari sekuat tenaganya menjauh dari Kerajaan Orion."Sial," gumamnya berhenti setelah sedari dari berlari menghindari para penjaga."Aku tau ini tak akan mudah jika ada mereka di sana!" serunya sendiri.Dia membuka jubah hitamnya dan terlihat wajahnya yang begitu rupawan dan juga tampan."Aku harus lebih kuat lagi," ucapnya sembari melihat lengannya yang menghitam.Laki-laki itu menoleh ke belakang dan setelah itu segera menjauh dari sana sebelum ada yang melihatnya di sini.***Maria langsung dibawa naik kereta kuda dengan penjagaan yang begitu ketat."Kita mau ke mana pak?" tanya Maria merasa bingung harus bagaimana."Ke tempat aman," jawab Pak Monga serius.Maria melihat ke arah luar begitu banyak para prajurit yang menjaga termasuk Kriston."Pasti kamu bingung dengan semua yang terjadi padamu," ucap Monga tiba-tiba.Maria menganggukan kepalanya tanpa mengatakan apa-apa."Nanti setelah sampai aku akan menjelaskan semua padamu," tambah Monga lagi.Maria menganggukan kepalanya. Semuanya terjadi begitu cepat sampai ia benar-benar tak bisa mencerna semuanya.Dalam keheningan tiba-tiba saja kereta kuda yang ditumpangi Maria dan Monga pun berhenti.Monga melihat ke arah luar begitu banyak orang-orang yang memakai jubah hitam menyerang."Kamu tetap di dalam!""Apa pun yang terjadi jangan keluar dari sini."Monga keluar dari kereta kuda itu dan menghadapi orang-orang itu."Siapa mereka?" tanya Maria dalam hatinya.Maria sedikit mengintip ke arah luar dan seseorang melihat ke arah Maria buru-buru menutup tirai kereta kudanya.Jantungnya berdegup lebih kencang dari biasanya. Dari luar seseorang secara paksa membuka pintu kereta kuda itu tapi, Maria menahannya dari dalam."Tuhan, selamatkan aku," pinta Maria sembari menangis.Entah bagaimana, diluar kereta kuda begitu banyak orang yang sedang berperang mengunakan senjata.Maria ketakutan sendiri, merasa kalau nyawanya benar-benar terancam."Tuhan, kenapa semua ini terjadi padaku?" Maria terlalu takut untuk mengintip keluar lagi.Ia meringkuk di dalam kereta kuda mencoba menutup telinganya tak ingin mendengar suara ribut-ribut di luar.Dalam beberapa saat di luar terdengar suara ribut-ribut sampai dalam hitungan detik suasana kembali hening.Maria membuka tangannya dari telinganya."Aku tak mendengar apa pun apa sudah selesai?" tanyanya sendiri.Seseorang berusaha membuka pintu kereta kuda itu. Maria masih menahannya karena ia merasa belum aman."Maria, buka pintunya," pinta Monga dari luar."Apa benar-benar sudah aman?" tanya Maria dari dalam."Yah, kita menang," jawab Monga.Maria pun membuka pintu kereta kudanya dan terlihat Monga berdiri di luar dengan tubuh yang berlumuran darah."Pak Monga," panggil Maria terkejut melihat keadaan pria itu."Apa yang terjadi pak?" tanyanya.Monga pun masuk ke dalam kereta kuda seluruh tubuhnya sudah penuh dengan darah."Si-siapa mereka?" tanya Maria dengan suara bergetar."Mereka orang-orang jahat yang ingin menghabisimu," jawab Monga serius."Aku salah apa?" Maria terus saja menangis."Selama ada aku, kamu akan tenang.""Apa mereka juga yang menghabisi orang tuaku?"Monga tak mengatakan apa-apa hanya menoleh pada Maria."Benarkan pak?"Monga masih belum menjawab namun, mata Maria sudah merah dan kuku-kukunya mulai memanjang."Tenang Maria, kamu harus bisa mengendalikannya!" seru Monga waspada.Mendengar itu, Maria pun bisa merendam amarahnya, Monga pun menghembuskan napas panjang. Maria terus saja menangis dan Monga pun membiarkannya."Lebih baik kamu seperti itu saja dari pada berubah menjadi monster," gumamnya dalam hati Monga.Maria terdiam sejenak, ia merasa mendengar suara samar-samar dan suara itu tak begitu jelas.Kereta kuda kembali berjalan hanya itu yang terdengar dan suara langkah kaki para prajurit tak ada suara lainnya.Maria mencoba melihat keluar jendela. "Aku tak tau ke mana akan pergi?" tanyanya sendiri."Semuanya begitu cepat, ayah ibu aku harus membalaskan dendam kalian," gumam Maria dalam hatinya sembari terus saja menangis tanpa henti.Monga menoleh pada Maria tanpa mengatakan apa-apa hanya saja sorot matanya menunjuk kebencian yang begitu dalam.Beberapa orang yang memakai jubah hitam pun membuka jubahnya. "Sial, lagi-lagi kita kalah," gumam seseorang sembari menendang batu di depannya. "Kita kalah jumlah," jawab ketua mereka. "Bukankah kita harus menyelamatkan Maria?" tanya salah seorang dari mereka yang bernama Red. Ketua dari kelompok itu pun menghembus napas panjang. Sudah hampir lima tahun ia mendirikan kelompok rahasia ini. Para anggota kelompok ini, utusan langsung dari Raja sebelumnya sebelum Raja Aiden. Raja Amung sudah memperkirakan akan terjadi seperti ini. Identitas anggota kelompok begitu dirahasiakan terdiri dari kalangan biasa dan juga bangsawan yang masih mendukung penuh Raja Amung. "Kita harus lebih cepat untuk menemukan kondisi Maria," ucap ketua itu serius. Semua menganggukkan kepalanya. Hanya ketua mereka yang tak pernah memperlihatkan wajahnya seperti apa. Semua anggota selalu menuruti perintah ketua yang dipilih langsung oleh Raja Amung sebelum ia wafat karena diracun oleh para pengkhianat kera
Black terus saja membaca mantra-mantra yang ia lontarkan dengan semua persiapkan sampai selesai. "Aku harus ke sana untuk memastikan kalau Maria benar-benar dia," gumamnya. Suara ketukan pintu pun membuyarkan lamunannya. Red pun membuka pintu ruangan itu. "Ketua, semua anggota sudah berkumpul untuk rapat," ucapnya. Black menganggukan kepalanya dan beranjak bangun. Seluruh anggota BlackTown sudah berkumpul. Semua memakai jubah dan topeng hitam untuk mengetahui sesama anggota mereka diberikan gelang khusus hanya bisa dilihat oleh anggota BlackTown sendiri. "Kalian sudah tau apa tujuan kalian dikumpulkan di sini?" tanya Black serius. Semua menganggukan kepalanya. "Kita tau tujuan kita di sini?" "Tak hanya untuk melindungi bangsa kita dan juga melindungi satu-satunya keturunan dari Serigala Hitam dari manusia serakah yang ingin menghabisi bangsa kita," tutur Black serius. Semua menganggukan kepalanya. "Kita sudah memastikan kalau Maria itu keturunan Serigala Hitam ...." "Maaf
Black menyeringai begitu semua anggota mengucapkan sumpah itu. "Sumpah itu tak hanya sekedar ucapan tapi juga pengakuan bangsa kita bangsa serigala," ucap Black. "Hidup bangsa serigala," ungkap semua bersorak. Hanya Yellow dan Blue yang merasa kesakitan di sini. Walau rasa sakit Blue tak seperti Yellow namun, keduanya menyesali semua pengkhianatan mereka. *** Maria masih menjerit-jerit kesakitan, gadis ini hanya bisa mendengar suara-suara aneh dari dalam pikirannya entah apa itu. Tak ada yang bisa membantunya. Semakin merasa kesakitan telinga Maria mengeluarkan darah secara terus-menerus sampai gadis ini tak sadarkan diri. Tak ada yang berani mendekati Maria pada saat ini. Semua takut untuk bisa mendekat hanya Kriston saja yang mau mengendongnya untuk ia baringkan di tempat tidur. "Tolong, panggilkan dokter," pinta Kriston. Semuanya terdiam termasuk Rubina dan Monga masih terkejut, bingung tak tau harus bagaimana?" Kriston mengerutkan keningnya karena tak ada yang meresponny
Setelah beberapa saat akhirnya Maria bisa tenang. "Sebenarnya apa yang terjadi pada Maria?" tanya Rubina penasaran. "Entahlah, aku tak merasakan apa pun," jawab Monga sama-sama penasaran. "Sepertinya dia benar-benar kesakitan!" Monga menganggukan kepalanya. "Sebenarnya apa yang terjadi padanya?" tanyanya sendiri. "Aku tak merasakan kekuatannya?" Lamunan Monga buyar saat seorang Maid mendatanginya. "Tuan, Raja Aiden sudah tiba," ucapnya pelan. "Raja Aiden?" tanya Rubina terkejut. "Kamu tak perlu khawatir, aku sudah memastikannya dia tak berpihak pada siapa-siapa?" jawab Monga beranjak dari sana. Rubina hanya menganggukan kepalanya. Walaupun Monga mengatakan kalau Raja Aiden tak berpihak pada siapapun tetap saja Raja Aiden itu putra Raja Amung. "Selamat datang Raja Aiden," sambut Monga begitu melihat Raja Aiden dan beberapa pengawal setianya datang ke kediaman Rubina."Bagaimana keadaan Maria saat ini?" tanyanya cemas. "Keadaan Maria aman di sini," jawab Monga. "Apa di sin
Maria menundukan kepalanya ia merasa stres karena suara-suara dipikirannya. "Maria," panggil suara dari pikirannya. "Pergi ... pergi." "Kamu jangan takut Maria." Maria menundukan kepalanya sembari meneteskan air matanya. "Aku takut ... aku mohon jangan ganggu aku," pinta Maria menangis tersedu-sedu. "Aku akan menjagamu karena itu kamu jangan takut."Suara ketukan pintu membuyarkan lamunannya. Seketika suara-suara itu pun menghilang. Seseorang membuka pintu kamarnya. "Maria," panggil Rubina sembari membawakan makanan dalam nampan. "Maria, kamu kenapa?" tanyanya saat melihat Maria sedang menangis sejadi-jadinya. Rubina menyimpan nampan dan segera menghampiri Maria. "Ada apa denganmu?" tanyanya lagi sembari memeluknya. Entah kenapa ada hawa panas dari tubuh Maria membuat Rubina pun melepaskan pelukannya. Tanpa disadarinya pakaian Rubina pun terbakar. "Kenapa pakaian Anda terbakar?" tanya Maria terkejut. Rubina sama-sama terkejut berusaha memadamkan api menjalar terus ke s
Rubina tersenyum pada Kriston. "Saya Rubina," memperjelas tentang dirinya sendiri kalau ia benar-benar Rubina. "Dua hari lalu tubuh Anda hangus terbakar sekarang Anda baik-baik saja?" Kriston masih menatap Rubina dengan tatapan tak percaya. "Dari kecil saya sudah belajar beberapa mantra penyembuh karena itu tubuh saya pulih seperti semula," tuturnya menjelaskan. Kriston tak mengatakan apa-apa dan masih penasaran dengan ucapan Rubina tentang mantra penyembuh itu. Apa benar-benar ada mantra seperti itu?Rubina tersenyum dan melewati Kriston untuk melihat keadaan Maria, masih belum sadar dari dua hari yang lalu. "Tubuh Anda begitu luar biasa, luka separah itu bisa sembuh dalam waktu dua hari," tambah Raja Aiden sambil tersenyum. "Raja tak perlu memuji seperti itu ... hal ini sudah terbiasa di keluarga saya selama nyawa saya masih ada, saya bisa pulih kembali," tuturnya menjelaskan semuanya. Raja Aiden tersenyum. Rubina tersenyum dan mencoba membaca pikiran Raja Aiden tapi, laki-l
Black pun muncul sebagai pemimpin BlackTown menemui Maria yang masih terbaring di tempat tidur. "Sebenarnya apa yang terjadi?" tanyanya melihat Maria seperti itu. "Entahlah, aku tak bisa mendekatinya," jawab Red sama-sama berada di sana. Black pun berjalan pelan mendekati Maria. Aura Maria saat ini begitu besar sekali sampai manusia biasa mampu merasakannya. "Black, kamu tak bisa mendekati Maria begitu saja!" seru Red mencoba memperingatinya karena ia melihat langsung bagaimana Rubina hangus terbakar saat menyentuh Maria. "Kamu tak perlu khawatir, aku akan baik-baik saja," jawab Black. Saat Black mendekati Maria tiba-tiba saja sebuah cahaya muncul dan Black pun tersedot masuk ke dalamnya sampai Red terkejut karena itu. Dalam hitungan detik Black sudah hilang di depannya. "Black, di mana kamu?" tanya Red bingung ke mana mencari Black. Red mencari sekitar akan tetapi, Black tak ada di mana-mana. "Black, kamu jangan becanda denganku?" Tak ada jawaban dari pemimpinnya Red pun b
Seketika Maria terkejut begitu ia membuka pintu rumahnya. "Ayah, ibu," panggilnya terkejut sampai tak bisa berkata-kata melihat orang tuanya terasa berlumuran darah di lantai rumahnya. "Ayah, ibu apa yang terjadi pada kalian?" tanyanya sembari menghampiri tubuh mereka yang sudah tak bernyawa. Maria menangis sejadi-jadinya sampai tanpa sadar, bola matanya berubah menjadi merah, kuku-kuku tangannya pun mulai panjang begitu cepat dan dari dalam mulutnya muncul taring-taring tajam. Maria pun mulai mengaum dengan begitu keras sampai siapapun yang mendengarnya merinding seketika. Maria keluar dari rumahnya dan dengan cepat menghabisi semua orang yang ada di depannya dalam hitungan detik. Nyawa-nyawa tak bersalah pun tewas tanpa ada ampun mati di tangan Maria. Dalam hitungan menit desa itu pun berubah menjadi lautan darah. "Pak, tolong Monster Serigala mengamuk di desa," lapor seseorang dengan kondisi yang memperhatikan saat ia sampai di kantor kepala desa. "Apa yang kamu katakan?" t
Black pun muncul sebagai pemimpin BlackTown menemui Maria yang masih terbaring di tempat tidur. "Sebenarnya apa yang terjadi?" tanyanya melihat Maria seperti itu. "Entahlah, aku tak bisa mendekatinya," jawab Red sama-sama berada di sana. Black pun berjalan pelan mendekati Maria. Aura Maria saat ini begitu besar sekali sampai manusia biasa mampu merasakannya. "Black, kamu tak bisa mendekati Maria begitu saja!" seru Red mencoba memperingatinya karena ia melihat langsung bagaimana Rubina hangus terbakar saat menyentuh Maria. "Kamu tak perlu khawatir, aku akan baik-baik saja," jawab Black. Saat Black mendekati Maria tiba-tiba saja sebuah cahaya muncul dan Black pun tersedot masuk ke dalamnya sampai Red terkejut karena itu. Dalam hitungan detik Black sudah hilang di depannya. "Black, di mana kamu?" tanya Red bingung ke mana mencari Black. Red mencari sekitar akan tetapi, Black tak ada di mana-mana. "Black, kamu jangan becanda denganku?" Tak ada jawaban dari pemimpinnya Red pun b
Rubina tersenyum pada Kriston. "Saya Rubina," memperjelas tentang dirinya sendiri kalau ia benar-benar Rubina. "Dua hari lalu tubuh Anda hangus terbakar sekarang Anda baik-baik saja?" Kriston masih menatap Rubina dengan tatapan tak percaya. "Dari kecil saya sudah belajar beberapa mantra penyembuh karena itu tubuh saya pulih seperti semula," tuturnya menjelaskan. Kriston tak mengatakan apa-apa dan masih penasaran dengan ucapan Rubina tentang mantra penyembuh itu. Apa benar-benar ada mantra seperti itu?Rubina tersenyum dan melewati Kriston untuk melihat keadaan Maria, masih belum sadar dari dua hari yang lalu. "Tubuh Anda begitu luar biasa, luka separah itu bisa sembuh dalam waktu dua hari," tambah Raja Aiden sambil tersenyum. "Raja tak perlu memuji seperti itu ... hal ini sudah terbiasa di keluarga saya selama nyawa saya masih ada, saya bisa pulih kembali," tuturnya menjelaskan semuanya. Raja Aiden tersenyum. Rubina tersenyum dan mencoba membaca pikiran Raja Aiden tapi, laki-l
Maria menundukan kepalanya ia merasa stres karena suara-suara dipikirannya. "Maria," panggil suara dari pikirannya. "Pergi ... pergi." "Kamu jangan takut Maria." Maria menundukan kepalanya sembari meneteskan air matanya. "Aku takut ... aku mohon jangan ganggu aku," pinta Maria menangis tersedu-sedu. "Aku akan menjagamu karena itu kamu jangan takut."Suara ketukan pintu membuyarkan lamunannya. Seketika suara-suara itu pun menghilang. Seseorang membuka pintu kamarnya. "Maria," panggil Rubina sembari membawakan makanan dalam nampan. "Maria, kamu kenapa?" tanyanya saat melihat Maria sedang menangis sejadi-jadinya. Rubina menyimpan nampan dan segera menghampiri Maria. "Ada apa denganmu?" tanyanya lagi sembari memeluknya. Entah kenapa ada hawa panas dari tubuh Maria membuat Rubina pun melepaskan pelukannya. Tanpa disadarinya pakaian Rubina pun terbakar. "Kenapa pakaian Anda terbakar?" tanya Maria terkejut. Rubina sama-sama terkejut berusaha memadamkan api menjalar terus ke s
Setelah beberapa saat akhirnya Maria bisa tenang. "Sebenarnya apa yang terjadi pada Maria?" tanya Rubina penasaran. "Entahlah, aku tak merasakan apa pun," jawab Monga sama-sama penasaran. "Sepertinya dia benar-benar kesakitan!" Monga menganggukan kepalanya. "Sebenarnya apa yang terjadi padanya?" tanyanya sendiri. "Aku tak merasakan kekuatannya?" Lamunan Monga buyar saat seorang Maid mendatanginya. "Tuan, Raja Aiden sudah tiba," ucapnya pelan. "Raja Aiden?" tanya Rubina terkejut. "Kamu tak perlu khawatir, aku sudah memastikannya dia tak berpihak pada siapa-siapa?" jawab Monga beranjak dari sana. Rubina hanya menganggukan kepalanya. Walaupun Monga mengatakan kalau Raja Aiden tak berpihak pada siapapun tetap saja Raja Aiden itu putra Raja Amung. "Selamat datang Raja Aiden," sambut Monga begitu melihat Raja Aiden dan beberapa pengawal setianya datang ke kediaman Rubina."Bagaimana keadaan Maria saat ini?" tanyanya cemas. "Keadaan Maria aman di sini," jawab Monga. "Apa di sin
Black menyeringai begitu semua anggota mengucapkan sumpah itu. "Sumpah itu tak hanya sekedar ucapan tapi juga pengakuan bangsa kita bangsa serigala," ucap Black. "Hidup bangsa serigala," ungkap semua bersorak. Hanya Yellow dan Blue yang merasa kesakitan di sini. Walau rasa sakit Blue tak seperti Yellow namun, keduanya menyesali semua pengkhianatan mereka. *** Maria masih menjerit-jerit kesakitan, gadis ini hanya bisa mendengar suara-suara aneh dari dalam pikirannya entah apa itu. Tak ada yang bisa membantunya. Semakin merasa kesakitan telinga Maria mengeluarkan darah secara terus-menerus sampai gadis ini tak sadarkan diri. Tak ada yang berani mendekati Maria pada saat ini. Semua takut untuk bisa mendekat hanya Kriston saja yang mau mengendongnya untuk ia baringkan di tempat tidur. "Tolong, panggilkan dokter," pinta Kriston. Semuanya terdiam termasuk Rubina dan Monga masih terkejut, bingung tak tau harus bagaimana?" Kriston mengerutkan keningnya karena tak ada yang meresponny
Black terus saja membaca mantra-mantra yang ia lontarkan dengan semua persiapkan sampai selesai. "Aku harus ke sana untuk memastikan kalau Maria benar-benar dia," gumamnya. Suara ketukan pintu pun membuyarkan lamunannya. Red pun membuka pintu ruangan itu. "Ketua, semua anggota sudah berkumpul untuk rapat," ucapnya. Black menganggukan kepalanya dan beranjak bangun. Seluruh anggota BlackTown sudah berkumpul. Semua memakai jubah dan topeng hitam untuk mengetahui sesama anggota mereka diberikan gelang khusus hanya bisa dilihat oleh anggota BlackTown sendiri. "Kalian sudah tau apa tujuan kalian dikumpulkan di sini?" tanya Black serius. Semua menganggukan kepalanya. "Kita tau tujuan kita di sini?" "Tak hanya untuk melindungi bangsa kita dan juga melindungi satu-satunya keturunan dari Serigala Hitam dari manusia serakah yang ingin menghabisi bangsa kita," tutur Black serius. Semua menganggukan kepalanya. "Kita sudah memastikan kalau Maria itu keturunan Serigala Hitam ...." "Maaf
Beberapa orang yang memakai jubah hitam pun membuka jubahnya. "Sial, lagi-lagi kita kalah," gumam seseorang sembari menendang batu di depannya. "Kita kalah jumlah," jawab ketua mereka. "Bukankah kita harus menyelamatkan Maria?" tanya salah seorang dari mereka yang bernama Red. Ketua dari kelompok itu pun menghembus napas panjang. Sudah hampir lima tahun ia mendirikan kelompok rahasia ini. Para anggota kelompok ini, utusan langsung dari Raja sebelumnya sebelum Raja Aiden. Raja Amung sudah memperkirakan akan terjadi seperti ini. Identitas anggota kelompok begitu dirahasiakan terdiri dari kalangan biasa dan juga bangsawan yang masih mendukung penuh Raja Amung. "Kita harus lebih cepat untuk menemukan kondisi Maria," ucap ketua itu serius. Semua menganggukkan kepalanya. Hanya ketua mereka yang tak pernah memperlihatkan wajahnya seperti apa. Semua anggota selalu menuruti perintah ketua yang dipilih langsung oleh Raja Amung sebelum ia wafat karena diracun oleh para pengkhianat kera
Maria masih saja menundukan kepala dan seseorang mendekatinya. "Maria," panggilnya pelan. Gadis itu masih saja menundukan kepalanya. "Maria," panggilnya lagi. Maria pun mengangkat kepalanya dan menoleh ke arah luar. Seseorang membuka jubahnya begitu Maria menoleh. "Pak Monga," panggilnya mendekati jeruji besi. "Apa yang terjadi?" tanyanya pelan. "Aku tak tau aku tak ingat," jawabnya menundukan kepalanya. "Kenapa kamu menyerahkan diri?""Aku tak tau, aku merasa semua salahku." "Harusnya kamu tak boleh menyerahkan diri untuk perbuatan yang tidak kamu lakukan!" "Tapi, tanganku penuh darah!" "Apa kamu ingat sebelum terjadi kekacauan ini?" "Orang tuaku tewas begitu aku pulang ke rumah!" "Itu yang aku ingat?" Pak Monga menoleh ke arah Maria. Pria itu tak mengatakan apa-apa akan tetapi, ada yang ia pikirkan. "Kamu sabar di sini sampai aku menemukan cara untuk membebaskan mu jika Raja Aiden tak membebaskan mu." Maria menganggukan kepalanya. "Aku harap kamu tak mengatakan apa
Seketika Maria terkejut begitu ia membuka pintu rumahnya. "Ayah, ibu," panggilnya terkejut sampai tak bisa berkata-kata melihat orang tuanya terasa berlumuran darah di lantai rumahnya. "Ayah, ibu apa yang terjadi pada kalian?" tanyanya sembari menghampiri tubuh mereka yang sudah tak bernyawa. Maria menangis sejadi-jadinya sampai tanpa sadar, bola matanya berubah menjadi merah, kuku-kuku tangannya pun mulai panjang begitu cepat dan dari dalam mulutnya muncul taring-taring tajam. Maria pun mulai mengaum dengan begitu keras sampai siapapun yang mendengarnya merinding seketika. Maria keluar dari rumahnya dan dengan cepat menghabisi semua orang yang ada di depannya dalam hitungan detik. Nyawa-nyawa tak bersalah pun tewas tanpa ada ampun mati di tangan Maria. Dalam hitungan menit desa itu pun berubah menjadi lautan darah. "Pak, tolong Monster Serigala mengamuk di desa," lapor seseorang dengan kondisi yang memperhatikan saat ia sampai di kantor kepala desa. "Apa yang kamu katakan?" t