Beranda / Fantasi / Half Wolf / Mencari Kesempatan

Share

Mencari Kesempatan

Penulis: Novia Avianti Sakinah
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Black pun muncul sebagai pemimpin BlackTown menemui Maria yang masih terbaring di tempat tidur.

"Sebenarnya apa yang terjadi?" tanyanya melihat Maria seperti itu.

"Entahlah, aku tak bisa mendekatinya," jawab Red sama-sama berada di sana.

Black pun berjalan pelan mendekati Maria. Aura Maria saat ini begitu besar sekali sampai manusia biasa mampu merasakannya.

"Black, kamu tak bisa mendekati Maria begitu saja!" seru Red mencoba memperingatinya karena ia melihat langsung bagaimana Rubina hangus terbakar saat menyentuh Maria.

"Kamu tak perlu khawatir, aku akan baik-baik saja," jawab Black.

Saat Black mendekati Maria tiba-tiba saja sebuah cahaya muncul dan Black pun tersedot masuk ke dalamnya sampai Red terkejut karena itu.

Dalam hitungan detik Black sudah hilang di depannya.

"Black, di mana kamu?" tanya Red bingung ke mana mencari Black.

Red mencari sekitar akan tetapi, Black tak ada di mana-mana.

"Black, kamu jangan becanda denganku?"

Tak ada jawaban dari pemimpinnya Red pun buru-buru bersembunyi sebelum ada yang melihatnya.

Seseorang pun masuk ke kamar Maria secara diam-diam.

Secara perlahan seseorang meletakan tangannya ke kening Maria akan tetapi, seseorang itu justru terpental jauh.

"Kurang ajar," gerutunya.

Red masih memperhatikan laki-laki itu beranjak bangun beberapa kali mencoba menyentuh Maria tapi, lagi-lagi terpental.

Laki-laki itu pun pergi dari sana dengan perasaan kesal dan juga marah karena aura Maria begitu kuat.

"Apa benar, Maria titisan serigala hitam?" tanya Red saat mendekati Maria.

Tiba-tiba saja Red pun ambruk. "Aku harus segera pergi dari sini aura Maria begitu besar aku tak bisa jika terus ada di sini."

***

Monga menghampiri Rubina dengan perasaan kesal dan marah.

"Habis dari mana kamu?" tanya Rubina.

"Kamar Maria," jawabnya kesal.

"Kamu masih belum bisa menguasainya?" tanyanya lagi  dengan nada meledek.

Monga menoleh ke arah Rubina dengan tatapan kesal.

"Bagaimana kalau kita coba secara bersama-sama," saran Rubina.

Monga menoleh ke arah Rubina baru terpikir dengan saran Rubina.

"Kita harus mencobanya," ajak Monga sumringah.

"Selama ini kita mencoba sendiri-sendiri karena itu lebih baik kita coba bersama."

"Kita akan tentukan waktunya."

"Besok saja?"

"Bagaimana kalau ketahuan?"

"Tenang, aku punya cara!"

Monga menoleh pada Rubina.

"Kita, campur makanan semua orang dengan obat tidur," bisik Rubina sambil tersenyum.

Monga pun tersenyum menyetujui saran dari Rubina.

Keesokan harinya semuanya makan bersama saat makan malam.

Raja Aiden pun mulai makan tapi, saat akan memasukan sendok ke mulutnya. Laki-laki itu memcium bau asing dalam makanan tersebut.

"Ada apa dengan makanannya?" tanyanya sendiri.

Raja Aiden pun pura-pura menyunyah makanan itu tapi, tak ia telan.

Semua orang menikmati makanan itu kecuali Monga dan Rubina.

"Apa yang mereka rencanakan?" tanya Raja Aiden.

Raja Aiden masih bersikap wajar karena ia sendiri sedang menyelidiki Monga dan Rubina secara diam-diam.

Setelah makan malam, semua masuk kamar masing-masing begitu juga Raja Aiden.

"Apa semuanya sudah tertidur?" tanya Monga dengan suara yang begitu pelan.

"Sepertinya sudah tapi, ..." jawab Rubina sedikit ragu.

"Tapi, kenapa?"

"Aku melihat Raja Aiden tak memakan makanannya dengan benar!"

"Kamu yakin?"

"Entahlah!"

"Kita cek saja."

Secara perlahan Monga pun masuk ke kamar Raja Aiden. Semua penjaga di luar tertidur pulas.

Raja Aiden pun pura-pura tidur untuk mengelabuhi Monga dan Rubina.

"Kamu lihat sendiri kan Raja Aiden tidur!" seru Monga setelah memastikan kalau Raja Aiden sudah tertidur pulas.

Rubina menghembus napas panjang. Ia menoleh pada Raja Aiden, wanita ini tak pernah mempercayai Raja Aiden karena itu sikapnya selalu ketus.

"Yah, sudah kita keluar dari sini kita harus ke kamar Maria!"

"Baiklah."

Monga dan Rubina pun keluar dari kamar Raja Aiden segera ke kamar Maria.

"Apa yang mereka rencanakan pada Maria?" tanya Raja Aiden sendiri setelah Monga dan Rubina keluar dari kamarnya.

Raja Aiden pun bangun dari tempat tidur. Laki-laki ini ingin mengetahui apa yang ingin Monga dan Rubina lakukan di kamar Maria.

Monga dan Rubina pun terjatuh ke lantai.

"Apa yang sebenarnya terjadi di kamar Maria?" tanya Raja Aiden sedikit mengintip dibalik pintu.

Monga dan Rubina beranjak bangun.

"Aku harus mendapatkan kekuatan itu!" seru Rubina menggebu-gebu.

"Tahan Rubina, kita harus bekerja sama," tahan Monga setelah berusaha menyentuh Maria.

Rubina menganggukan kepalanya walau sebenarnya ia sudah terbawa emosi karena tak bisa menguasai tubuh Maria.

Pasangan itu pun berusaha mendekati Maria dengan cara apa pun akan tetapi tubuh mereka selalu saja terpental.

"Tubuh Maria dilindungi sesuatu, apa kamu bisa melihatnya Monga?" tanya Rubina merasa sangat kekalahan.

Monga pun terdiam sejenak dan mulai fokus untuk melihat tubuh Maria mengunakan mata batinnya.

"Astaga," gumam Monga terkejut setengah mati.

"Ada apa?" tanya Rubina penasaran.

"Kamu tak akan percaya jika tak melihatnya secara langsung," jawab Monga masih tak percaya dengan apa yang ia lihat.

Rubina pun mulai memfokuskan diri untuk melihat apa yang Monga lihat.

Rubina tak bisa berkata-kata dengan apa yang ia lihat saat ini.

"Tidak mungkin," gumamnya pelan.

"Kamu percayakan?" tanya Monga serius.

Rubina menganggukan kepalanya.

"Kita keluar dari sini," ajak Rubina.

Wanita itu sudah menyerah untuk bisa menguasai kekuatan Maria karena itu ia merasa sia-sia melakukan semua ini.

Monga pun menganggukan kepalanya karena semuanya sia-sia.

"Dari mana Maria mendapatkan kekuatan sebesar ini?" tanya Rubina penasaran.

Monga tak mengatakan apa-apa karena ia sendiri tak tau.

"Bagaimanapun caranya kita harus melepas semua itu dari tubuh Maria?" balik tanya Monga serius.

Rubina menganggukan kepalanya karena ia sendiri tak tau bagaimana caranya.

Monga menghembus napas panjang. "Kenapa sulit sekali menyentuh Maria?" tanyanya sendiri.

"Aku semakin ingin memiliki kekuatan Maria," gumam Rubina berapi-api.

"Dari mana kekuatan itu?" tanya Rubina semakin penasaran dengan semua yang ada dalam tubuh Maria.

"Apa karena kebangkitan Maria saat ini, mempengaruhi kekuatannya yang ada dalam tubuhnya?"

"Bisa saja seperti itu."

Semuanya dilihat oleh Raja Aiden apa pun yang dilakukan Monga dan Rubina pada Maria.

"Jadi ini tujuan kalian?" tanya Raja Aiden sendiri.

Raja Aiden sudah mempunyai bukti akan tetapi, bukti yang ia punya masih belum cukup. Karena itu raja muda itu pun masih memperhatikan Monga dan Rubina.

"Aku tak bisa menunggu Maria sampai Maria sadar sepenuhnya," gumam Rubina.

"Yah, kamu benar, kita tak bisa diam saja tanpa melakukan apa-apa?"

Monga terdiam sesaat, ia benar-benar tak menyadari ada yang memperhatikan sedari tadi melihat semua yang Monga dan Rubina lakukan.

"Rubina," panggil Monga.

Wanita itu pun menghampiri Monga dan tanpa basa-basi mereka melakukan hubungan suami-istri tanpa rasa malu di ruangan itu.

Bab terkait

  • Half Wolf   Maria

    Seketika Maria terkejut begitu ia membuka pintu rumahnya. "Ayah, ibu," panggilnya terkejut sampai tak bisa berkata-kata melihat orang tuanya terasa berlumuran darah di lantai rumahnya. "Ayah, ibu apa yang terjadi pada kalian?" tanyanya sembari menghampiri tubuh mereka yang sudah tak bernyawa. Maria menangis sejadi-jadinya sampai tanpa sadar, bola matanya berubah menjadi merah, kuku-kuku tangannya pun mulai panjang begitu cepat dan dari dalam mulutnya muncul taring-taring tajam. Maria pun mulai mengaum dengan begitu keras sampai siapapun yang mendengarnya merinding seketika. Maria keluar dari rumahnya dan dengan cepat menghabisi semua orang yang ada di depannya dalam hitungan detik. Nyawa-nyawa tak bersalah pun tewas tanpa ada ampun mati di tangan Maria. Dalam hitungan menit desa itu pun berubah menjadi lautan darah. "Pak, tolong Monster Serigala mengamuk di desa," lapor seseorang dengan kondisi yang memperhatikan saat ia sampai di kantor kepala desa. "Apa yang kamu katakan?" t

  • Half Wolf   Apa Yang Terjadi?

    Maria masih saja menundukan kepala dan seseorang mendekatinya. "Maria," panggilnya pelan. Gadis itu masih saja menundukan kepalanya. "Maria," panggilnya lagi. Maria pun mengangkat kepalanya dan menoleh ke arah luar. Seseorang membuka jubahnya begitu Maria menoleh. "Pak Monga," panggilnya mendekati jeruji besi. "Apa yang terjadi?" tanyanya pelan. "Aku tak tau aku tak ingat," jawabnya menundukan kepalanya. "Kenapa kamu menyerahkan diri?""Aku tak tau, aku merasa semua salahku." "Harusnya kamu tak boleh menyerahkan diri untuk perbuatan yang tidak kamu lakukan!" "Tapi, tanganku penuh darah!" "Apa kamu ingat sebelum terjadi kekacauan ini?" "Orang tuaku tewas begitu aku pulang ke rumah!" "Itu yang aku ingat?" Pak Monga menoleh ke arah Maria. Pria itu tak mengatakan apa-apa akan tetapi, ada yang ia pikirkan. "Kamu sabar di sini sampai aku menemukan cara untuk membebaskan mu jika Raja Aiden tak membebaskan mu." Maria menganggukan kepalanya. "Aku harap kamu tak mengatakan apa

  • Half Wolf   Sisi Lain

    Beberapa orang yang memakai jubah hitam pun membuka jubahnya. "Sial, lagi-lagi kita kalah," gumam seseorang sembari menendang batu di depannya. "Kita kalah jumlah," jawab ketua mereka. "Bukankah kita harus menyelamatkan Maria?" tanya salah seorang dari mereka yang bernama Red. Ketua dari kelompok itu pun menghembus napas panjang. Sudah hampir lima tahun ia mendirikan kelompok rahasia ini. Para anggota kelompok ini, utusan langsung dari Raja sebelumnya sebelum Raja Aiden. Raja Amung sudah memperkirakan akan terjadi seperti ini. Identitas anggota kelompok begitu dirahasiakan terdiri dari kalangan biasa dan juga bangsawan yang masih mendukung penuh Raja Amung. "Kita harus lebih cepat untuk menemukan kondisi Maria," ucap ketua itu serius. Semua menganggukkan kepalanya. Hanya ketua mereka yang tak pernah memperlihatkan wajahnya seperti apa. Semua anggota selalu menuruti perintah ketua yang dipilih langsung oleh Raja Amung sebelum ia wafat karena diracun oleh para pengkhianat kera

  • Half Wolf   Memastikan

    Black terus saja membaca mantra-mantra yang ia lontarkan dengan semua persiapkan sampai selesai. "Aku harus ke sana untuk memastikan kalau Maria benar-benar dia," gumamnya. Suara ketukan pintu pun membuyarkan lamunannya. Red pun membuka pintu ruangan itu. "Ketua, semua anggota sudah berkumpul untuk rapat," ucapnya. Black menganggukan kepalanya dan beranjak bangun. Seluruh anggota BlackTown sudah berkumpul. Semua memakai jubah dan topeng hitam untuk mengetahui sesama anggota mereka diberikan gelang khusus hanya bisa dilihat oleh anggota BlackTown sendiri. "Kalian sudah tau apa tujuan kalian dikumpulkan di sini?" tanya Black serius. Semua menganggukan kepalanya. "Kita tau tujuan kita di sini?" "Tak hanya untuk melindungi bangsa kita dan juga melindungi satu-satunya keturunan dari Serigala Hitam dari manusia serakah yang ingin menghabisi bangsa kita," tutur Black serius. Semua menganggukan kepalanya. "Kita sudah memastikan kalau Maria itu keturunan Serigala Hitam ...." "Maaf

  • Half Wolf   Memastikan Bagian

    Black menyeringai begitu semua anggota mengucapkan sumpah itu. "Sumpah itu tak hanya sekedar ucapan tapi juga pengakuan bangsa kita bangsa serigala," ucap Black. "Hidup bangsa serigala," ungkap semua bersorak. Hanya Yellow dan Blue yang merasa kesakitan di sini. Walau rasa sakit Blue tak seperti Yellow namun, keduanya menyesali semua pengkhianatan mereka. *** Maria masih menjerit-jerit kesakitan, gadis ini hanya bisa mendengar suara-suara aneh dari dalam pikirannya entah apa itu. Tak ada yang bisa membantunya. Semakin merasa kesakitan telinga Maria mengeluarkan darah secara terus-menerus sampai gadis ini tak sadarkan diri. Tak ada yang berani mendekati Maria pada saat ini. Semua takut untuk bisa mendekat hanya Kriston saja yang mau mengendongnya untuk ia baringkan di tempat tidur. "Tolong, panggilkan dokter," pinta Kriston. Semuanya terdiam termasuk Rubina dan Monga masih terkejut, bingung tak tau harus bagaimana?" Kriston mengerutkan keningnya karena tak ada yang meresponny

  • Half Wolf   Penuh Tanya

    Setelah beberapa saat akhirnya Maria bisa tenang. "Sebenarnya apa yang terjadi pada Maria?" tanya Rubina penasaran. "Entahlah, aku tak merasakan apa pun," jawab Monga sama-sama penasaran. "Sepertinya dia benar-benar kesakitan!" Monga menganggukan kepalanya. "Sebenarnya apa yang terjadi padanya?" tanyanya sendiri. "Aku tak merasakan kekuatannya?" Lamunan Monga buyar saat seorang Maid mendatanginya. "Tuan, Raja Aiden sudah tiba," ucapnya pelan. "Raja Aiden?" tanya Rubina terkejut. "Kamu tak perlu khawatir, aku sudah memastikannya dia tak berpihak pada siapa-siapa?" jawab Monga beranjak dari sana. Rubina hanya menganggukan kepalanya. Walaupun Monga mengatakan kalau Raja Aiden tak berpihak pada siapapun tetap saja Raja Aiden itu putra Raja Amung. "Selamat datang Raja Aiden," sambut Monga begitu melihat Raja Aiden dan beberapa pengawal setianya datang ke kediaman Rubina."Bagaimana keadaan Maria saat ini?" tanyanya cemas. "Keadaan Maria aman di sini," jawab Monga. "Apa di sin

  • Half Wolf   Siapa Rubina?

    Maria menundukan kepalanya ia merasa stres karena suara-suara dipikirannya. "Maria," panggil suara dari pikirannya. "Pergi ... pergi." "Kamu jangan takut Maria." Maria menundukan kepalanya sembari meneteskan air matanya. "Aku takut ... aku mohon jangan ganggu aku," pinta Maria menangis tersedu-sedu. "Aku akan menjagamu karena itu kamu jangan takut."Suara ketukan pintu membuyarkan lamunannya. Seketika suara-suara itu pun menghilang. Seseorang membuka pintu kamarnya. "Maria," panggil Rubina sembari membawakan makanan dalam nampan. "Maria, kamu kenapa?" tanyanya saat melihat Maria sedang menangis sejadi-jadinya. Rubina menyimpan nampan dan segera menghampiri Maria. "Ada apa denganmu?" tanyanya lagi sembari memeluknya. Entah kenapa ada hawa panas dari tubuh Maria membuat Rubina pun melepaskan pelukannya. Tanpa disadarinya pakaian Rubina pun terbakar. "Kenapa pakaian Anda terbakar?" tanya Maria terkejut. Rubina sama-sama terkejut berusaha memadamkan api menjalar terus ke s

  • Half Wolf   Siapa Kamu?

    Rubina tersenyum pada Kriston. "Saya Rubina," memperjelas tentang dirinya sendiri kalau ia benar-benar Rubina. "Dua hari lalu tubuh Anda hangus terbakar sekarang Anda baik-baik saja?" Kriston masih menatap Rubina dengan tatapan tak percaya. "Dari kecil saya sudah belajar beberapa mantra penyembuh karena itu tubuh saya pulih seperti semula," tuturnya menjelaskan. Kriston tak mengatakan apa-apa dan masih penasaran dengan ucapan Rubina tentang mantra penyembuh itu. Apa benar-benar ada mantra seperti itu?Rubina tersenyum dan melewati Kriston untuk melihat keadaan Maria, masih belum sadar dari dua hari yang lalu. "Tubuh Anda begitu luar biasa, luka separah itu bisa sembuh dalam waktu dua hari," tambah Raja Aiden sambil tersenyum. "Raja tak perlu memuji seperti itu ... hal ini sudah terbiasa di keluarga saya selama nyawa saya masih ada, saya bisa pulih kembali," tuturnya menjelaskan semuanya. Raja Aiden tersenyum. Rubina tersenyum dan mencoba membaca pikiran Raja Aiden tapi, laki-l

Bab terbaru

  • Half Wolf   Mencari Kesempatan

    Black pun muncul sebagai pemimpin BlackTown menemui Maria yang masih terbaring di tempat tidur. "Sebenarnya apa yang terjadi?" tanyanya melihat Maria seperti itu. "Entahlah, aku tak bisa mendekatinya," jawab Red sama-sama berada di sana. Black pun berjalan pelan mendekati Maria. Aura Maria saat ini begitu besar sekali sampai manusia biasa mampu merasakannya. "Black, kamu tak bisa mendekati Maria begitu saja!" seru Red mencoba memperingatinya karena ia melihat langsung bagaimana Rubina hangus terbakar saat menyentuh Maria. "Kamu tak perlu khawatir, aku akan baik-baik saja," jawab Black. Saat Black mendekati Maria tiba-tiba saja sebuah cahaya muncul dan Black pun tersedot masuk ke dalamnya sampai Red terkejut karena itu. Dalam hitungan detik Black sudah hilang di depannya. "Black, di mana kamu?" tanya Red bingung ke mana mencari Black. Red mencari sekitar akan tetapi, Black tak ada di mana-mana. "Black, kamu jangan becanda denganku?" Tak ada jawaban dari pemimpinnya Red pun b

  • Half Wolf   Siapa Kamu?

    Rubina tersenyum pada Kriston. "Saya Rubina," memperjelas tentang dirinya sendiri kalau ia benar-benar Rubina. "Dua hari lalu tubuh Anda hangus terbakar sekarang Anda baik-baik saja?" Kriston masih menatap Rubina dengan tatapan tak percaya. "Dari kecil saya sudah belajar beberapa mantra penyembuh karena itu tubuh saya pulih seperti semula," tuturnya menjelaskan. Kriston tak mengatakan apa-apa dan masih penasaran dengan ucapan Rubina tentang mantra penyembuh itu. Apa benar-benar ada mantra seperti itu?Rubina tersenyum dan melewati Kriston untuk melihat keadaan Maria, masih belum sadar dari dua hari yang lalu. "Tubuh Anda begitu luar biasa, luka separah itu bisa sembuh dalam waktu dua hari," tambah Raja Aiden sambil tersenyum. "Raja tak perlu memuji seperti itu ... hal ini sudah terbiasa di keluarga saya selama nyawa saya masih ada, saya bisa pulih kembali," tuturnya menjelaskan semuanya. Raja Aiden tersenyum. Rubina tersenyum dan mencoba membaca pikiran Raja Aiden tapi, laki-l

  • Half Wolf   Siapa Rubina?

    Maria menundukan kepalanya ia merasa stres karena suara-suara dipikirannya. "Maria," panggil suara dari pikirannya. "Pergi ... pergi." "Kamu jangan takut Maria." Maria menundukan kepalanya sembari meneteskan air matanya. "Aku takut ... aku mohon jangan ganggu aku," pinta Maria menangis tersedu-sedu. "Aku akan menjagamu karena itu kamu jangan takut."Suara ketukan pintu membuyarkan lamunannya. Seketika suara-suara itu pun menghilang. Seseorang membuka pintu kamarnya. "Maria," panggil Rubina sembari membawakan makanan dalam nampan. "Maria, kamu kenapa?" tanyanya saat melihat Maria sedang menangis sejadi-jadinya. Rubina menyimpan nampan dan segera menghampiri Maria. "Ada apa denganmu?" tanyanya lagi sembari memeluknya. Entah kenapa ada hawa panas dari tubuh Maria membuat Rubina pun melepaskan pelukannya. Tanpa disadarinya pakaian Rubina pun terbakar. "Kenapa pakaian Anda terbakar?" tanya Maria terkejut. Rubina sama-sama terkejut berusaha memadamkan api menjalar terus ke s

  • Half Wolf   Penuh Tanya

    Setelah beberapa saat akhirnya Maria bisa tenang. "Sebenarnya apa yang terjadi pada Maria?" tanya Rubina penasaran. "Entahlah, aku tak merasakan apa pun," jawab Monga sama-sama penasaran. "Sepertinya dia benar-benar kesakitan!" Monga menganggukan kepalanya. "Sebenarnya apa yang terjadi padanya?" tanyanya sendiri. "Aku tak merasakan kekuatannya?" Lamunan Monga buyar saat seorang Maid mendatanginya. "Tuan, Raja Aiden sudah tiba," ucapnya pelan. "Raja Aiden?" tanya Rubina terkejut. "Kamu tak perlu khawatir, aku sudah memastikannya dia tak berpihak pada siapa-siapa?" jawab Monga beranjak dari sana. Rubina hanya menganggukan kepalanya. Walaupun Monga mengatakan kalau Raja Aiden tak berpihak pada siapapun tetap saja Raja Aiden itu putra Raja Amung. "Selamat datang Raja Aiden," sambut Monga begitu melihat Raja Aiden dan beberapa pengawal setianya datang ke kediaman Rubina."Bagaimana keadaan Maria saat ini?" tanyanya cemas. "Keadaan Maria aman di sini," jawab Monga. "Apa di sin

  • Half Wolf   Memastikan Bagian

    Black menyeringai begitu semua anggota mengucapkan sumpah itu. "Sumpah itu tak hanya sekedar ucapan tapi juga pengakuan bangsa kita bangsa serigala," ucap Black. "Hidup bangsa serigala," ungkap semua bersorak. Hanya Yellow dan Blue yang merasa kesakitan di sini. Walau rasa sakit Blue tak seperti Yellow namun, keduanya menyesali semua pengkhianatan mereka. *** Maria masih menjerit-jerit kesakitan, gadis ini hanya bisa mendengar suara-suara aneh dari dalam pikirannya entah apa itu. Tak ada yang bisa membantunya. Semakin merasa kesakitan telinga Maria mengeluarkan darah secara terus-menerus sampai gadis ini tak sadarkan diri. Tak ada yang berani mendekati Maria pada saat ini. Semua takut untuk bisa mendekat hanya Kriston saja yang mau mengendongnya untuk ia baringkan di tempat tidur. "Tolong, panggilkan dokter," pinta Kriston. Semuanya terdiam termasuk Rubina dan Monga masih terkejut, bingung tak tau harus bagaimana?" Kriston mengerutkan keningnya karena tak ada yang meresponny

  • Half Wolf   Memastikan

    Black terus saja membaca mantra-mantra yang ia lontarkan dengan semua persiapkan sampai selesai. "Aku harus ke sana untuk memastikan kalau Maria benar-benar dia," gumamnya. Suara ketukan pintu pun membuyarkan lamunannya. Red pun membuka pintu ruangan itu. "Ketua, semua anggota sudah berkumpul untuk rapat," ucapnya. Black menganggukan kepalanya dan beranjak bangun. Seluruh anggota BlackTown sudah berkumpul. Semua memakai jubah dan topeng hitam untuk mengetahui sesama anggota mereka diberikan gelang khusus hanya bisa dilihat oleh anggota BlackTown sendiri. "Kalian sudah tau apa tujuan kalian dikumpulkan di sini?" tanya Black serius. Semua menganggukan kepalanya. "Kita tau tujuan kita di sini?" "Tak hanya untuk melindungi bangsa kita dan juga melindungi satu-satunya keturunan dari Serigala Hitam dari manusia serakah yang ingin menghabisi bangsa kita," tutur Black serius. Semua menganggukan kepalanya. "Kita sudah memastikan kalau Maria itu keturunan Serigala Hitam ...." "Maaf

  • Half Wolf   Sisi Lain

    Beberapa orang yang memakai jubah hitam pun membuka jubahnya. "Sial, lagi-lagi kita kalah," gumam seseorang sembari menendang batu di depannya. "Kita kalah jumlah," jawab ketua mereka. "Bukankah kita harus menyelamatkan Maria?" tanya salah seorang dari mereka yang bernama Red. Ketua dari kelompok itu pun menghembus napas panjang. Sudah hampir lima tahun ia mendirikan kelompok rahasia ini. Para anggota kelompok ini, utusan langsung dari Raja sebelumnya sebelum Raja Aiden. Raja Amung sudah memperkirakan akan terjadi seperti ini. Identitas anggota kelompok begitu dirahasiakan terdiri dari kalangan biasa dan juga bangsawan yang masih mendukung penuh Raja Amung. "Kita harus lebih cepat untuk menemukan kondisi Maria," ucap ketua itu serius. Semua menganggukkan kepalanya. Hanya ketua mereka yang tak pernah memperlihatkan wajahnya seperti apa. Semua anggota selalu menuruti perintah ketua yang dipilih langsung oleh Raja Amung sebelum ia wafat karena diracun oleh para pengkhianat kera

  • Half Wolf   Apa Yang Terjadi?

    Maria masih saja menundukan kepala dan seseorang mendekatinya. "Maria," panggilnya pelan. Gadis itu masih saja menundukan kepalanya. "Maria," panggilnya lagi. Maria pun mengangkat kepalanya dan menoleh ke arah luar. Seseorang membuka jubahnya begitu Maria menoleh. "Pak Monga," panggilnya mendekati jeruji besi. "Apa yang terjadi?" tanyanya pelan. "Aku tak tau aku tak ingat," jawabnya menundukan kepalanya. "Kenapa kamu menyerahkan diri?""Aku tak tau, aku merasa semua salahku." "Harusnya kamu tak boleh menyerahkan diri untuk perbuatan yang tidak kamu lakukan!" "Tapi, tanganku penuh darah!" "Apa kamu ingat sebelum terjadi kekacauan ini?" "Orang tuaku tewas begitu aku pulang ke rumah!" "Itu yang aku ingat?" Pak Monga menoleh ke arah Maria. Pria itu tak mengatakan apa-apa akan tetapi, ada yang ia pikirkan. "Kamu sabar di sini sampai aku menemukan cara untuk membebaskan mu jika Raja Aiden tak membebaskan mu." Maria menganggukan kepalanya. "Aku harap kamu tak mengatakan apa

  • Half Wolf   Maria

    Seketika Maria terkejut begitu ia membuka pintu rumahnya. "Ayah, ibu," panggilnya terkejut sampai tak bisa berkata-kata melihat orang tuanya terasa berlumuran darah di lantai rumahnya. "Ayah, ibu apa yang terjadi pada kalian?" tanyanya sembari menghampiri tubuh mereka yang sudah tak bernyawa. Maria menangis sejadi-jadinya sampai tanpa sadar, bola matanya berubah menjadi merah, kuku-kuku tangannya pun mulai panjang begitu cepat dan dari dalam mulutnya muncul taring-taring tajam. Maria pun mulai mengaum dengan begitu keras sampai siapapun yang mendengarnya merinding seketika. Maria keluar dari rumahnya dan dengan cepat menghabisi semua orang yang ada di depannya dalam hitungan detik. Nyawa-nyawa tak bersalah pun tewas tanpa ada ampun mati di tangan Maria. Dalam hitungan menit desa itu pun berubah menjadi lautan darah. "Pak, tolong Monster Serigala mengamuk di desa," lapor seseorang dengan kondisi yang memperhatikan saat ia sampai di kantor kepala desa. "Apa yang kamu katakan?" t

DMCA.com Protection Status