"Mato! To!"
Mendengar namanya dipanggil sang atasan, anak muda itu berkerut bingung. Bukankah tugasnya sudah selesai?Tak butuh waktu lama, ia pun menghadap. "Bapak memanggilku?" "Ini Kano ke mana? Disuruh nganter makanan ke rumah saya, malah sampai sekarang tidak kelihatan anaknya," sungut pria berperut buncit dengan wajah yang terlihat sangat kesal."Maaf, saya nggak tahu, Pak." Mato menjawab dengan wajah yang terlihat sedikit bingung."Ya udah, kamu aja yang ngantar ini ke rumah saya, sekalian kamu istirahat di rumah saja. Ke sininya besok sekalian."Mato segera mengangguk. Dengan sangat terpaksa Mato menerima perintah bosnya. Biar bagaimanapun, dia tidak enak jika menolak perintah sang atasan.
Hanya saja, hujan masih mengguyur begitu deras meski waktu sudah menunjukan pukul sebelas malam ketika ia hendak melaksanakan tugas terakhirnya.
Mato pun segera mengenakan mantel untuk bersiap pergi ke rumah sang bos dan melajukan motornya dengan pelan.
Diperhatikannya jalanan sudah terlihat cukup sepi. Hanya ada beberapa kendaraan yang melintas meski semuanya didominasi oleh kendaraan besar.
Namun, ketika Mato melaju beberapa meter, terdapat mobil yang hendak menyalip sebuah truk dari arah berlawanan..Karena kaget dan juga silau dengan cahaya mobil yang terpancar sangat terang, Mato langsung saja banting stir ke kiri.
Tapi naas, Mato kehilangan keseimbangan saat itu juga.Brak!Kecelakaan pun tak bisa dihindari. Anak muda itu terseret motor, hingga menghantam beberapa drum yang ada di depan sebuah toko. Tak jauh dari tempat kejadian tersebut, ada sosok yang mengenakan pakaian serba hitam, tersenyum ke arah pemuda yang sedang meregang nyawa.Sosok itu berdiri di seberang jalan dengan senyum penuh kepuasan.Tak lama waktu berselang, datang dua sosok yang mengenakan pakaian yang sama persis, menghampiri sosok yang sedang tersenyum penuh dengan rasa senang. "Sepertinya kamu menjalankan tugas terakhirmu dengan baik, Jasuke," ucap salah satu dari sosok yang baru saja datang.Pandangan mata mereka tertuju pada Mato. "Selamat, Jasuke, akhirnya kamu akan menuju ke tingkat yang lebih tinggi, mendahului kami.""Tentu, ini adalah saat yang aku tunggu," jawab Jasuke dengan seringai jahatnya yang sejak beberapa waktu lalu terkembang di bibirnya, "Baiklah, aku harus memastikan dulu kalau manusia itu sudah mati dan kita bisa kembali untuk memberi laporan."
Kedua rekan Jasuke pun setuju.Mereka mendekat kepada pemuda yang sedang dilarikan ke rumah sakit. Anehnya kedatangan tiga sosok itu tidak ada satupun mata manusia yang melihatnya. Hanya sosok Mato yang tiba tiba matanya melotot begitu melihat tiga sosok tersebut. Namun tak lama kemudian mata Mato berubah perlahan menjadi terpejam."Selamat, Jasuke, nyawa dia sudah terlepas dari tubuhnya," ucap sang rekan.Jasuke tersenyum senang sembari menatap arwah Mato yang menatapnya dengan penuh tanda tanya. "Sudah saatnya kamu berada di alam keabadian, pergilah kamu mengikuti cahaya itu," ucap Jasuke kepada sang arwah. Setelah arwah Mato mengangguk lalu pergi mengikuti cahaya terang, Jasuke bersama kedua rekannya segera saja menghilang.Jasuke kembali ke dunianya, yaitu dunia para dewa. Kedatangan Jasuke disambut meriah oleh dewa dewa lainnya, terutama para dewa kematian. Ya, Jasuke adalah sosok dewa kematian yang baru saja menyelesaikan tugas terakhirnya. Saat ini Jasuke masih berada di tingkat dewa yang terbilang rendah. Setelah tugas terakhirnya ini sukses dia jalankan, Jasuke akan segera naik pangkat menjadi Dewa ditingkat yang lebih tinggi.Itulah alasan kenapa Jasuke sangat senang saat tugas terakhirnya sukses besar. Dengan kata lain kesuksesannya adalah simbol kalau dia akan naik tingkat sebentar lagi. Maka itu rekan sesama dewa kematian yang tingkatannya sama dengan dia, menyambut kedatangan Jasuke dengan penuh keceriaan karena naik ketingkat yang lebih tinggi adalah impian semua dewa termasuk dewa pencabut nyawa."Jasuke, kamu disuruh menghadap Mahadewa, sekarang," ucap salah satu dewa menyampaikan pesan yang dia bawa."Benarkah?" tanya Jasuke memastikan pendengarnya. "Kenapa secepat ini, aku disuruh menghadap Mahadewa?""Aku tidak tahu. Cepatlah, kamu menemuinya, Mahadewa sudah menunggumu."Mendengar kepastian dari si pembawa pesan, Jasukeblangsung saja bergegas pergi menuju ke tempat Mahadewa, Pimpinan dewa tertinggi dari para dewa yang ada. Sepanjang kaki melangkah, senyum Jasuke tidak surut sama sekali dari bibirnya. Pikirannya sudah membayangkan kalau dia akan berdiri sejajar bersama para dewa dengan tingkat yang lebih tinggi."Permisi Mahadewa, saya Jasuke, saya dengar anda memanggil saya?" ucap Jasuke begitu sampai di tempat tujuan."Masuklah!" terdengar suara tegas nan dingin dari arah dalam ruangan. Dengan segala rasa tenang yang dia kumpulkan, Jasuke pun membuka pintu dan memasuki ruangan tempat Mahadewa berada. Namun saat mata Jasuke melihat keadaan di dalam sana, dia dibuat tercengang. Di dalam ruangan yang luas tersebut, tidak hanya ada Mahadewa yang duduk disinggasananya, tapi sosok dewa lain yang menatapnya dengan tajam."Dewa kehidupan? Kenapa dia ada disini?" gumam Jasuke dengan tatapan herannya.Dengan tatapan penuh tanda tanya, Jasuke memasuki ruangan khusus, dimana ruangan tersebut biasa dijadikan tempat berkumpulnya para dewa tertinggi dengan Mahadewa sebagai pemimpinnya. Apa yang Jasuke lihat saat ini berbanding terbalik dengan apa yang ada dalam pikiran Jasuke sejak dirinya dipanggil untuk menghadap Mahadewa.Sepanjang kaki melangkah menuju ruangan yang cukup luas tersebut, Jasuke sudah membayangkan dirinya akan disambut dengan meriah oleh para dewa tertinggi, karena telah sukses melaksanakan tugas terakhirnya. Sebagaimana yang Jasuke ketahui, setiap ada dewa yang akan naik ketingkat yang lebih tinggi, maka, akan banyak dewa yang menyambutnya, terutama para dewa tertinggi di setiap bagian tugas mereka.Namun yang saat ini Jasuke saksikan,sungguh berbeda jauh dari dugaannya. Disana hanya ada Mahadewa yang menatapnya dengan tatapan dingin, serta salah satu dewa tertinggi lainnya, yang bertugas mengatur usia makhluk hidup. Dewa itu sudah berada ditingkatan yang paling tingg
"Tidak!" pekik dua dewa pencabut nyawa secara bersamaan, begitu mereka mendengar hukuman yang harus mereka terima atas perbuatan mereka. Meski hukuman yang diterima berbeda versi, tapi dua dewa itu merasa keberatan dengan hukuman yang harus mereka jalani. Yang pasti mereka tidak menyangka akan mendapatkan hukuman yang tidak pernah mereka duga."Saya tidak terima, Mahadewa, ini tidak adil," protes Dewa kematian yang kedua tangannya terikat rantai. Dia menatap Mahadewa dengan segala rasa amarah yang terlihat berkobar dari bola matanya. "Kami sama-sama melakukan kesalahan, tapi kenapa hukuman kami berbeda? Harusnya kami mendapat hukuman yang sama? Karena kami melakukan kesalahan yang sama juga."Jasuke terperangah mendengar alasan yang diutarakan rekan sesama pencabut nyawa. Dia tidak percaya dengan apa yang baru saja dia dengar. Bagaimana mungkin rekannya dengan lantang, mengatakan rasa keberatannya tentang hukuman yang berbeda. "Sudah pasti, hukuman kalian akan berbeda, karena kesalah
"Bagaimana mungkin dia bisa kabur!" teriak Mahadewa dengan suara lantang yang sangat menggelagar. Bahkan Jasuke dan Dewa kehidupan sampai terjengat karena terlalu kaget oleh teriakan penuh amarah yang ditunjukan Mahadewa saat ini. "Bagaimana bisa kalian bisa seteledor itu, hah! Apa kalian tidak tahu, bahaya yang bisa dia datangkan?"Dewa penjaga yang tadi masuk memberi laporan langsung bersimpuh dengan segala rasa takut dan juga rasa sesal yang begitu mendalam. "Ampuni saya, Mahadewa. Ampuni kesalahan saya. Tadi dia hanya bilang hendak pamit kepada rekannya, tapi tidak kami sangka dia malah melarikan diri melalui jalur lain di saat kami sedang menunggunya. Kami baru mendapat laporan saat ada dewa yang berteriak, melihat dia lari ke arah gerbang manusia."Tangan Mahadewa terkepal sangat kencang. "Kamu tahu apa akibat yang bisa dia timbulkan jika dia berhasil sampai ke dunia manusia? Dia bisa ikut campur dalam kehidupan para makhluk hidup. Dia juga masih memiliki kekuatan dewa yang bisa
Gempar, itulah yang terjadi saat ini di satu satunya tempat kremasi yang ada di kota kecil. Hampir semua orang yang hadir untuk mengikuti jalannya upacara kremasi atas kematian salah satu warga yang mereka kenal, dibuat syok oleh sosok tubuh, yang terlihat bergerak setelah dinyatakan meninggal.Sosok tubuh anak muda yang meninggal karena mengalami kecelakaan saat hujan deras semalam, terlihat bergerak ketika tubuh itu akan dikremasi. Para warga terperangah dan terpaku, menatap tubuh yang menunjukkan berapa gerakan tak terduga.Di sana, di tengah tengah para warga, sosok yang dinyatakan telah meninggal, perlahan tapi pasti, tubuh yang awalnya terbaring, sedang bangkit dengan mata yang terbuka. Sosok tubuh yang hidup kembali, terlihat seperti orang bingung, dengan mengedarkan pandangannya ke sekitarnya."Mato! Kamu hidup kembali?" seru seorang pria yang jarak berdirinya paling dekat dengan sosok tersebut. Pria itu mencoba memberanikan diri mendekat, menepis segala rasa takut yang menyer
"Apa anda tidak salah, mengutus dia untuk turun ke bumi, Mahadewa?" tanya salah satu dewa tertinggi di saat para dewa sedang berkumpul, membicarakan kegemparan yang terjadi pada dunia dewa beberapa saat yanf lalu. Para dewa dari berbagai bagian, baru memiliki waktu berkumpul saat ini karena mereka memiliki waktu tugas yang berbeda beda."Kenapa? Apa anda meragukan keputusan saya, Dewa air?" tanya Mahadewa dengan segala ketenangan, yang seperti biasa dia tunjukka. Ketenangan penuh kewibawaan sebagai pemimpin para dewa dari berbagai tingkatan. Senyum tipis terkembang pada bibir Mahadewa dan tatapannya begitu meneduhkan, penuh kehangatan. Tapi jika sedang emosi, tidak ada yang berani menandangi amarah Mahadewa."Tentu saja saya tidak meragukan keputusan anda," sanggah Dewa air dengan sopannya. "Saya hanya penasaran, kenapa anda justru meminta dewa dari kalangan rendah untuk menangkap dewa yang melarikan diri ke dunia manusia. Bukankah itu sangat beresiko? Anda pasti tahu, kekuatan yang d
Semua orang yang berada di rumah sakit, tertegun dengan kehadiran pria yang baru saja menyela obrolan mereka. Pria berwajah tampan dengan tubuh tegap. Namun pakaiannya serba hitam, membuat semua mata yang memandangnya terlihat heran dengan segala pemikiran yang telah ditumbuhi banyak pertanyaan.Tatapan dengan arti yang lebih berbeda, saat ini juga ditunjukan oleh anak muda yang terbaring di atas brangkar. Anak muda yang baru saja mengalami kecelakaan dan sempat dinyatakan meninggal, menatap wajah pria dengan segala pikirannya yang saat itu juga langsung berkecamuk. Antara ingat dan tidak ingat, pria muda yang akrab dipanggil dengan nama Mato itu, terus menatap tamunya dengan tatapan penuh selidik."Kalian siapa?" tanya pria tua yang ada di sana. Sosok tampan bertubuh tegap tadi memang tidak datang sendiri. Dia datang bersama dua pria berwajah kembar dengan postur tubuh yang lebih pendek dari pria tadi. Jika diperhatikan perbedaan tinggi pria kembar tersebut dengan pria tampan itu ha
Tiga dewa berwujud manusia itu bergegas pergi mengitari area rumah sakit untuk mencari sosok yang mereka buru. Mata mereka mengedar ke segala penjuru tempat dimana langkah kaki ketiganya berada dan sesekali menatap cincin yang melingkar pada jari tengah milik Jasuke. Cincin itu masih memancarkan cahaya, berarti itu sosok yang mereka buru memang berada di sekitar mereka."Apa kalian masih ingat, wajah dari dewa yang melarikan diri?" tanya Jasuke kepada dua rekannya yang memiliki wajah kembar. "Kalau aku terus terang tidak terlalu ingat, karena aku jarang berinteraksi dengan dia.""Namanya Dick," jawab Zano. "Kalau dia tidak menyamar, aku masih mengenali wajahnya. Sayang sekali, dia waktu kabur masih memiliki kekuatan dewa. Aku khawatir dia akan menggunakan kekuatannya untuk memanipusi manusia.""Itu juga yang aku khawatirkan," sahut Nano dengan mata terus memperhatikan ke sekitarnya. "Bukankah kalian pasti tahu jika kekuatan dewa dipengaruhi iblis maka hasilnya akan sangat bahaya? Aku
Tiga dewa perwujud manusia itu kini melangkah semakin cepat. Mereka tidak peduli kepada setiap mata yang memperhatikan ketiganya dengan tatapan penuh tanya dan tentunya rasa heran juga menyertainya. Penampilan ketiga dewa yang mengenakan pakaian serba hitam, sangat mengundang perhatian bagi semua orang yang berada di rumah sakit."Kemana perginya mereka?" ucap salah satu dari tiga dewa dengan suara cukup kencang, saat langkah kaki mereka tepat berada di halaman rumah sakit. Mata mereka seketika mengedar ke berbagai penjuru arah, mencari gerombolan pria yang tadi mereka lihat, ketika ketiganya berada di salah satu lorong rumah sakit. "Apa mereka sudah pergi? Sial, kita terlambat," umpat dewa yang sama."Sepertinya begitu," sahut Dewa yang lain, yang memiliki wajah kembar dengan dewa yang tadi bersuara. Matanya masih memperhatikan setiap orang yang dia lihat. "Mereka sepertinya sudah pergi dari rumah sakit ini."Mengetahui sosok yang diburu sudah menghilang entah kemana, ketiga dewa itu
Setelah terjadi percakapan yang cukup panjang dengan kedua rekan dewanya, saat ini Jasuke memilih duduk menyendiri, merenungi semua nasehat yang menghampiri dirinya. Saran dan nasehat dari dua dewa berwajah kembar, cukup membantunya untuk merenung agar Jasuke bisa mengambil pilihan yang tepat.Jasuke duduk termenung sembari menatap langit. Pikirannya menerawang pada semua hal yang telah dia lalui. Jasuke membandingkan dirinya sendiri, kala dirinya masih bertugas menjadi dewa dengan saat dia menjalani kehidupan layaknya manusia.Cukup lama sosok dewa itu merenung di halaman rumahnya. Bahkan dia merasa bosan kala jalan pikirannya terasa buntu karena sama sekali tidak menemukan solusi yang tepat menurutnya. Jasuke pun kembali berpikir untuk mengalihkan dilema yang bergelayut dalam benaknya."Apa sebaiknya aku pergi ke rumah Lavena saja ya?" gumamnya kala teringat satu nama wanita yang akan menjadi tempat terakhir Jasuke untuk menanam benih. "Benar, sebaiknya aku ke sana. Mungkin saja
Dick terduduk dengan perasaan yang sangat kacau. Matanya menatap nanar ke arah cahaya merah yang mengandung kekuatan besar, yang baru saja dia miliki. Dick tidak menyangka, kekuatan yang sangat dia harapkan, hanya sekejap bersarang pada tubuhnya. Marah dan menyesal kini berbaur dalam benak sosok dewa itu. Dick menyesal bukan karena kesalahannya yang telah berbuat curang kepada rekan sesama dewa, tapi Dick menyesal, karena dia memilih terlebih dahulu datang ke markas naga merah demi menguasai kelompok tersebut.Dick berandai-andai, jika dia memilih untuk langsung menyerang dunia para dewa, mungkin nasibnya tidak seburuk ini. Dick masih memiliki kesempatan besar untuk membalaskan dendamnya. Bahkan, bisa saja dia berhasil mewujudkan keinginannya itu berkat kekuatan besar yang dia miliki.Namun sayang, harapan tinggal harapan. Dick sudah tidak bisa berkutik lagi karena saat ini dia sudah tidak berdaya sama sekali. Dick bahkan merasa kekuatan lain yang dia miliki juga ikutan lenyap bersam
"Apa yang terjadi? Kenapa ruangan menjadi gelap begini?" tanya Nano disela-sela dirinya sedang mencari keberadaan Mato. Sosok dewa itu nampak terkejut dengan perubahan keadaan yang berlangsung mendadak di depan matanya. Ruangan yang tadinya nampak cerah karena cahaya matahari yang menembus dari atap kaca, tiba-tiba menjadi gelap dengan keadaan langit yang sangat mendung. Perubahan cuaca secara signifikan tersebut tentu saja membuat dua dewa yang ada dalam satu ruangan merasa heran."Apa mungkin, ini pengaruah dari kekuatan jahat yang ada dalam tubuh Dick?" tanya Zano menyimpulkan segala yang dia pikirkan sejak perubahan susana itu terjadi."Wah, bisa jadi itu! Jangan-jangan saat ini, Dick sedang mengeluarkan kekuatannya?" Nano mendadak panik kala mengungkapkan dugaannya yang tidak sengaja terbesit dalam pikirannya. "Bagaimana ini? Kita lanjutkan mencari Mato apa membantu Jasuke terlebih dahulu?"Zano menggeleng. "Aku tidak tahu. Saat ini keduanya sangat penting," jawabnya. Nano pun
Jasuke menyeringai. Sosok dewa itu sama sekali tidak merasa gentar kala matanya menangkap sosok Dick, yang penampilannya jelas sangat berbeda. Bahkan dalam benak Jasuke, dia sudah tidak sabar untuk menaklukan dewa yang dia buru, sejak beberapa waktu yang lalu.Sebenarnya Jasuke bukan baru datang ke tempat itu. Dia sudah sejak beberapa waktu yang lalu, sampai di markas Naga merah. Jasuke dan dua dewa berwajah kembar memilih fokus mencari keberadaan Mato, yang kemungkinan berada di salah satu ruangan, setelah tadi mereka mendapat surat ancaman.Namun, kala mereka memasuki ruang utama markas tersebut, Jasuke dikejutkan dengan suara perdebatan. Jasuke pun penasaran dengan apa yang terjadi di sana. Dia dan dewa berwajah kembar, memilih mendekat ke ruang yang nampak ramai dengan persebut. Namun Betapa terkejutnya Jasuke kala dia mengetahui, siapa yang sedang berdebat di sana.Jasuke sempat terperangah melihat keadaan Dick yang jauh berbeda. Bahkan, dari penampilannya saja, Jasuke sudah me
Empat sosok dewa masih berbincang sampai detik ini. Mereka membahas sesuatu yang menurut mereka penting sangat penting.Mereka berbagi pendapat dalam persiapan menghadapi segala kemungkinan yang akan terjadi jika sosok dewa yang menjadi buruan mereka, datang dan mengusik ketenangan dunia dewa.Pyar!Tiba-tiba sebuah suara keras, terdengar dari arah halaman depan rumah. Keempat dewa tentu saja kaget mendengar suara tersebut. Tanpa pikir panjang salah satu dari mereka, bangkit dan beranjak keluar untuk mengecek keadaan."Apa ini?" gumam salah satu sosok dewa sembari memungut sesuatu yang tergeletak di atas rumput. Di sana, sosok dewa itu juga menyaksikan salah satu tempat tanaman hias yang terbuat dari tanah liat, nampak pecah dan tanahnya berserakan.Setelah memungut sesuatu yang dia temukan, Sosok dewa itu kembali beranjak masuk untuk menunjukan benda yang dia bawa. "Apa yang pecah, Zano?" tanya Nano begitu melihat Zano menghambiri ketiga dewa lainnya."Tempat tanaman yang ada di at
"Orang rumah pada kemana? Kok sepi?" Jasuke nampak terkejut begitu dirinya sudah sampai di kediamannya dan rumah terlihat sepi.Mata Jasuke mengedar ke segala penjuru ruangan, tapi hanya hening yang dia dapatkan. Jasuke pun berteriak memanggil dua nama dewa. Sekian detik dia berteriak, sama sekali tidak ada sahutan."Apa mereka sedang pergi?" gumam Jasuke sembari mendaratkan pantatnya di atas sofa. Dia merogoh kantung jubah yang dia kenakan dan mengeluarkan ponsel miliknya. "Astaga! Ponselnya mati," keluhnya baru sadar. Entah ponsel miliknya mati sejak kapan, Jasuke sama sekali tidak mengetahuinya. Namun bukannya segera menambah daya, Jasuke malah meletakan ponsel tersebut di atas meja dan dia merebahkan tubuhnya."Mungkin mereka sedang pergi, biarin aja lah," Jasuke kembali bergumam dan dia memilih bengong di sana. Namun, tak lama setelah itu, Jasuke malah dkejutkan dengan kedatangan sosok yang dia kenal secara tiba-tiba dan sudah berdiri di hadapannya."Mahedewa!" pekiknya. Jasuke
Jasuke terdiam sembari mendaratkan pantatnya di tepi ranjang. Sesekali dia memperhatikan wajah wanita yang terlelap di atas ranjang tersebut. Dia begitu Cantik dan kelihatan masih muda. Saat itu juga Jasuke kembali teringat akan sikap wanita itu yang mendadak marah hanya karena candaannya.Jasuke masih diselimuti rasa heran dengan banyak pertanyaan dalam benaknya. Bagaimana mungkin ada seorang wanita yang dengan mudah merelakan tubuhnya untuk dinikmati seorang pria, hanya karena wajah pria yang tampan. Apa semua wanita seperti itu.Namun kala Jasuke kembali mengingat semua kejadian yang telah dia lalui, terutama yang terhubungan dengan wanita, Jasuke malah jadi senyum-senyum sendiri kala menyimpulkan sebuah fakta, memang beberapa wanita selalu ingin kembali bercinta dengannya dengan alasan yang sama, yaitu, wajah Jasuke yang sangat tampan."Tuan Jas, Nikmatilah tubuh saya, Tuan, Ayok, Aku siap," tiba-tiba Lucia mengigau dan tentunya Jasuke kaget mendengarnya. Sosok dewa yang tadi se
Pada akhirnya Jasuke dibuat bimbang karena isengnya. Wanita yang telah dia tolong, justru terlihat agresif dalam menanggapi ucapan Jasuke yang berawal dari candaan. Jasuke bahkan sampai terdiam untuk beberapa saat, mencari cara untuk mengatasi masalah yang menurutnya cukup rumit dan membuat Jasuke berpikir keras."Kenapa anda malah diam? Apa anda sedang berpikir untuk mencari alasan agar bisa pergi dari sini dan menghindari saya?" tuduhan Lucia membuat Jasuke seketika tersentak. "Baiklah. Mungkin memang anda ingin menghindar dari keadaan seperti ini, sebaiknya aku masuk kamar."Belum sempat Jasuke mengeluarkan suaranya, Lucia terlebih dahulu beranjak meninggalkan Jasuke di ruang tamu. Jasuke pun semakin merasa tidak enak hati karena telah mengecewakan si pemilik rumah.Setelah lama terdiam dengan merenungi apa yang baru saja terjadi, begitu Lucia masuk kamar, Jasuke pun memilih beranjak menuju kamar yang sudah disediakan Lucia untuk dirinya beristirahat serta menjalankan misinya.Se
Pada akhirnya malam ini Jasuke harus menginap di rumah Lucia. Demi sebuah misi yang sebentar lagi akan berakhir, sosok dewa itu tidak ada pilihan lain lagi, yang bisa dia gunakan selain bermalam di rumah wanita yang dia tolong. Setelah banyak hal yang dia bicarakan dengan sepasang suami istri yang hendak dia tolong, Saat ini Jasuke sudah kembali berada di rumah Lucia."Kamu kenapa dari tadi senyum-senyum sendiri? Apa ada sesuatu yang sangat menyenangkan, sampai kamu tersenyum sendiri seperti itu?" tanya Jasuke kala matanya menangkap raut wajah Lucia yang nampak bahagia. Sedari tadi diam-diam, Jasuke memang memperhatikan tingkah wanita muda yang bersamanya saat ini.Lucia nampak kaget mendengar ucapan tamunya. Tapi itu hanya sebentar saja, karena selebihnya dia kembali tersenyum dan kali ini senyuman wanita itu cukup lebar. "Tentu saja saya tersenyum karena saya sedang merasa senang. Hari ini banyak kejadian yang membuat saya senang dan tentunya saya merasa sangat bahagia tanpa beba