Gempar, itulah yang terjadi saat ini di satu satunya tempat kremasi yang ada di kota kecil. Hampir semua orang yang hadir untuk mengikuti jalannya upacara kremasi atas kematian salah satu warga yang mereka kenal, dibuat syok oleh sosok tubuh, yang terlihat bergerak setelah dinyatakan meninggal.
Sosok tubuh anak muda yang meninggal karena mengalami kecelakaan saat hujan deras semalam, terlihat bergerak ketika tubuh itu akan dikremasi. Para warga terperangah dan terpaku, menatap tubuh yang menunjukkan berapa gerakan tak terduga.Di sana, di tengah tengah para warga, sosok yang dinyatakan telah meninggal, perlahan tapi pasti, tubuh yang awalnya terbaring, sedang bangkit dengan mata yang terbuka. Sosok tubuh yang hidup kembali, terlihat seperti orang bingung, dengan mengedarkan pandangannya ke sekitarnya."Mato! Kamu hidup kembali?" seru seorang pria yang jarak berdirinya paling dekat dengan sosok tersebut. Pria itu mencoba memberanikan diri mendekat, menepis segala rasa takut yang menyergap dalam benaknya. Biar bagaimanapun pria itu penasaran dengan mayat yang kembali hidup di dekatnya. "Apa kamu berubah jadi Zombie?"Sosok yang dipanggil Mato sontak mengerutkan keningnya. "Zombie? Siapa yang jadi Zombie?" sosok pria muda itu malah mengeluarkan pertanyaan yang membuat semua orang yang mendengarnya semakin merasa heran.Pria yang tadi terus mencoba mendekat, menggerakan tangan kanannya, mencoba menyentuh lengan mayat yang hidup kembali. "Kamu beneran hidup kembali?" tanyanya guna memastikan."Aduh," Mato merintih kesakitan sambil memegangi kepalanya. melihat keadaan Mato yang kembali meringis kesakitan, membuat semua orang yang disana, menjadi panik secara mendadak. Meski tara takjub masih mendominasi di dalam benak, tapi rasa khawatir seketika ikut hadir saat melihat pemuda itu kesakitan. "Gawat! Kita harus segera membawa Mato kembali ke rumah sakit!" seru salah satu warga yang menyaksikan keajaiban itu. Para warga yang masih ada di sana, langsung menyetujui usulan orang itu. Mereka bergegas membawa tubuh Mato dengan mobil mengangkut jenasah ke rumah sakit terdekat.Salah satu warga ada yang berinisistif pergi ke rumah duka, untuk memberi tahu keluarga Mato. Dikarenakan mereka sedang berduka dengan kondisi yang sangat memprihatinkan, keluarga Mato sampai tidak turut dalam upacara kremasi. Mato selama ini hidup dengan kakek dan neneknya yang sudah tua dan juga dua adik yang masih kecil. membuat mereka sangat terpukul atas kepergian anak muda yang menjadi tulang punggung keluarga tersebut."Nenek Nian, kakek Er, Mato hidup kembali!" teriak si warga begitu dia sampai di rumah duka. Tentu saja kedatangan dan ucapan yang keluar dari mulut orang itu, membuat semua yang ada di rumah terkejut bukan main."Apa maksudmu?" tanya sang Kakek dengan mata penuh selidik, untuk memastikan kalau dia tidak salah mendengar. "Mato hidup kembali?""Benar, Kakek, Mato hidup kembali. Sekarang dia sudah dibawa ke rumah sakit karena tadi masih merasa kesakitan" jawaban yang terlontar dari pria itu, membuat sang kakek dan semua yang ada di sana ternganga untuk beberapa saat dengan wajah yang semakin menunjukan rasa terkejut yang luar biasa."Bagaimana mungkin! Mato hidup kembali?" tanya Sang nenek dengan suara yang cukup lirih dan airmata yang mulai menetes kembali. Namun ucapan wanita tua itu masih bisa didengar oleh yang lainnya."Untuk memastikannya, lebih baik kita ke rumah sakit sekarang, Nek," ajak salah satu warga yang kebetulan sedari tadi berada di rumah duka untuk menemani keluarga Mato. Tanpa pikir panjang lagi, Nenek, Kakek dan kedua cucunya yaitu adek Mato, langsung bersiap diri bersama warga menuju rumah sakit terdekat di kota kecil itu.Tangis kedua orang lanjut usia itu pecah seketika begitu mereka menyaksikan dengan kepala mata sendiri, cucunya hidup kembali. Bukan hanya mereka yang menangis, beberapa warga yang menyaksikan keajaiban tersebut juga ikut meneteskan air mata, setelah menyaksikan sendiri, keajaiban di depan mata mereka."Ini benar benar keajaiban, kita harus merayakan upacara untuk para dewa yang sudah memberi keajaiban kepada Mato," ucap salah satu warga.Mato sendiri setelah keadaanya tenang karena telah ditangani oleh dokter dan perawat, memandang penuh rasa haru kepada sepasang nenek dan kekeknya serta kedua adiknya yang lebih banyak diam, tidak seperti biasanya. "Kenapa aku dibawa ke rumah sakit? Nanti biayanya bagaimana?" tanya Mato dengan saura yang begitu lirih."Jangan memikrikan hal itu dulu, Mato," ucap sang kakek. "Urusan biaya, biar kakek yang memikirkannya."Mato tersenyum tipis. Bukan karena dia setuju dengan ucapan sang kakek, tapi karena dia tahu kalau kedua orang tua itu pasti akan sangat kesusahan mencari uang untuk biaya rumah sakit yang dipastikan jumlahnya tidak sedikit."Lebih baik kamu istirahat," ucap sang nenek dengan lembut. Mata wanita itu begitu sembab karena wanita tua itu tidak berhenti menangis sejak mendapat kabar tentang kecelakaan yang menimpa cucu tertuanya. "Kamu tdiak perlu memikirkan apapun. Urusan biaya, biar Nenek dan kakek yang memikirkannya."Mato hanya mengangguk lemah. Biar bagaimanapun saat ini dia tidak bisa melakukan apa apa meski dia tahu kesusahan seperti apa yang akan dialami keluarganya, dalam mencari uang untuk biaya rumah sakit. Agar Mato bisa lekas istirahat, semua yang ada dalam ruangan rawat Mato, memilih keluar lalu say satu persatu mereka pamit pulang.""Kira kira, berapa besarnya biaya rumah sakit yang harus kita keluarkan, Kek?" tanya si Nenek, begitu semua warga telah pergi."Biar nanti Kakek coba tanyakan ke perawatnya," ucap pria tua itu sembari bangkit dari duduknya. Langkah kakinya begitu pelan karena pikirannya saat ini terpusat pada biaya rumah sakit yang sudah pasti akan sangat besar."Permisi, Sus," ucap sang kakek dengan suara agak bergetar begitu dia sampai di tempat yang dituju."Iya, Tuan, ada yang bisa saya bantu?" tanya seorang suster dengan ramahnya."Saya mau menanyakan, biaya perawatan cucu saya yang baru saja masuk beberapa waktu yang lalu karena kecelakaan," ucap sang kakek lagi."Baik, cucu kakek namanya siapa?" tanya sng perawat sambil bersiap mencari data pasien."Namanya Mato Matio, usia dua puluh tahun.""Baik, ditunggu sebentar, Tuan, saya akan carikan datanya terlebih dahulu," sang kakek sontak mengiyakan dan tetap berada di tempatnya dengan perasaan yang campur aduk. "Maaf, Tuan, setelah saya cek, biaya perawatan atas nama Mato sudah dibayarkan lunas, Tuan.""Apa!" pekik sang kakek. "Itu nggak salah, Sus?" sang kakek menatap tak percaya ke arah suster yang melayaninya."Tidak, Tuan, semua sudah tercantum di dalam data kami, dan semua biaya sudah terbayar lunas sampai nanti pasien sembuh total.""Apa!"Tak jauh dari tempat keberadaan kakek tersebut ada tiga sosok jelmaan dari dewa yang sedari tadi memperhatikan gerak gerik kakek itu."Jasuke, kenapa kamu malah menolong orang itu? Ini kan bukan tugas kita," tanya salah satu dari sosok jelmaan dewa tersebut."Aku tahu," jawab Jasuke dengan mata terus menatap kearah si kakek. "Tapi, ada sesuatu yang harus aku lakukan kepada keluarga itu," sambung Jasuke sembari menyeringai."Apa anda tidak salah, mengutus dia untuk turun ke bumi, Mahadewa?" tanya salah satu dewa tertinggi di saat para dewa sedang berkumpul, membicarakan kegemparan yang terjadi pada dunia dewa beberapa saat yanf lalu. Para dewa dari berbagai bagian, baru memiliki waktu berkumpul saat ini karena mereka memiliki waktu tugas yang berbeda beda."Kenapa? Apa anda meragukan keputusan saya, Dewa air?" tanya Mahadewa dengan segala ketenangan, yang seperti biasa dia tunjukka. Ketenangan penuh kewibawaan sebagai pemimpin para dewa dari berbagai tingkatan. Senyum tipis terkembang pada bibir Mahadewa dan tatapannya begitu meneduhkan, penuh kehangatan. Tapi jika sedang emosi, tidak ada yang berani menandangi amarah Mahadewa."Tentu saja saya tidak meragukan keputusan anda," sanggah Dewa air dengan sopannya. "Saya hanya penasaran, kenapa anda justru meminta dewa dari kalangan rendah untuk menangkap dewa yang melarikan diri ke dunia manusia. Bukankah itu sangat beresiko? Anda pasti tahu, kekuatan yang d
Semua orang yang berada di rumah sakit, tertegun dengan kehadiran pria yang baru saja menyela obrolan mereka. Pria berwajah tampan dengan tubuh tegap. Namun pakaiannya serba hitam, membuat semua mata yang memandangnya terlihat heran dengan segala pemikiran yang telah ditumbuhi banyak pertanyaan.Tatapan dengan arti yang lebih berbeda, saat ini juga ditunjukan oleh anak muda yang terbaring di atas brangkar. Anak muda yang baru saja mengalami kecelakaan dan sempat dinyatakan meninggal, menatap wajah pria dengan segala pikirannya yang saat itu juga langsung berkecamuk. Antara ingat dan tidak ingat, pria muda yang akrab dipanggil dengan nama Mato itu, terus menatap tamunya dengan tatapan penuh selidik."Kalian siapa?" tanya pria tua yang ada di sana. Sosok tampan bertubuh tegap tadi memang tidak datang sendiri. Dia datang bersama dua pria berwajah kembar dengan postur tubuh yang lebih pendek dari pria tadi. Jika diperhatikan perbedaan tinggi pria kembar tersebut dengan pria tampan itu ha
Tiga dewa berwujud manusia itu bergegas pergi mengitari area rumah sakit untuk mencari sosok yang mereka buru. Mata mereka mengedar ke segala penjuru tempat dimana langkah kaki ketiganya berada dan sesekali menatap cincin yang melingkar pada jari tengah milik Jasuke. Cincin itu masih memancarkan cahaya, berarti itu sosok yang mereka buru memang berada di sekitar mereka."Apa kalian masih ingat, wajah dari dewa yang melarikan diri?" tanya Jasuke kepada dua rekannya yang memiliki wajah kembar. "Kalau aku terus terang tidak terlalu ingat, karena aku jarang berinteraksi dengan dia.""Namanya Dick," jawab Zano. "Kalau dia tidak menyamar, aku masih mengenali wajahnya. Sayang sekali, dia waktu kabur masih memiliki kekuatan dewa. Aku khawatir dia akan menggunakan kekuatannya untuk memanipusi manusia.""Itu juga yang aku khawatirkan," sahut Nano dengan mata terus memperhatikan ke sekitarnya. "Bukankah kalian pasti tahu jika kekuatan dewa dipengaruhi iblis maka hasilnya akan sangat bahaya? Aku
Tiga dewa perwujud manusia itu kini melangkah semakin cepat. Mereka tidak peduli kepada setiap mata yang memperhatikan ketiganya dengan tatapan penuh tanya dan tentunya rasa heran juga menyertainya. Penampilan ketiga dewa yang mengenakan pakaian serba hitam, sangat mengundang perhatian bagi semua orang yang berada di rumah sakit."Kemana perginya mereka?" ucap salah satu dari tiga dewa dengan suara cukup kencang, saat langkah kaki mereka tepat berada di halaman rumah sakit. Mata mereka seketika mengedar ke berbagai penjuru arah, mencari gerombolan pria yang tadi mereka lihat, ketika ketiganya berada di salah satu lorong rumah sakit. "Apa mereka sudah pergi? Sial, kita terlambat," umpat dewa yang sama."Sepertinya begitu," sahut Dewa yang lain, yang memiliki wajah kembar dengan dewa yang tadi bersuara. Matanya masih memperhatikan setiap orang yang dia lihat. "Mereka sepertinya sudah pergi dari rumah sakit ini."Mengetahui sosok yang diburu sudah menghilang entah kemana, ketiga dewa itu
Malam itu, udara terasa sedikit lebih panas. Di sana, pada salah satu taman yang letaknya tidak jauh dari rumah sakit yang ada di kota kecil, nampak tiga sosok dewa berwujud manusia sedang ngobrol satu sama lainnya sambil membaringkan tubuh mereka di atas rumput. Ketiganya sedang berbincang ringan tentang semua yang mereka rasakan sejak turun ke bumi.Namun di tengah-tengah obrolan santai yang mereka lakukan, ketiga sosok dewa tersebut dibuat terkejut saat telinga mereka menangkap suara yang cukup menyayat hati. Ketiganya bahkan terperanjat sampai mereka bangkit dari berbaringnya dengan mata langsung mengedar ke segala arah di taman kota tersebut."Apa kalian mendengarnya juga?" Jasuke, salah satu nama sosok dewa itu, sediikit terkejut saat melihat reaksi yang sama, ditunjukan oleh dua dewa lainnya, yang berwajah kembar, yang saat ini bersamanya."Sepertinya di sana manusia yang saat sedang berada dalam bahaya," salah satu dewa berwajah kembar dengan nama Zano malah mengatakan hal yan
"Kenapa Jasuke belum kembali? Apa terjadi sesuatu sama dia?" tanya Zano dengan mata yang masih menatap gelapnya langit malam. Tak lama setelah mengeluarkan dua pertanyaan secara beruntun, Zano bangkit dari berbaringnya dan duduk di tempat yang sama, lalu matanya berkeliling di sekitar taman, mencari sosok yang namanya baru saja dia sebutkan.Rekannya yang terbaring di atas rumput, sekilas menoleh ke arah Zano, lalu kembali menatap langit. Dengan kedua telapak tangan yang dijadikan bantal, sosok yang dikenal dengan nama Nano, mengembangkan senyum tipisnya. "Emang kenapa kalau terjadi sesuatu sama dia? Apa kamu meragukan kekuata yang dimiliki Jasuke?"Zano mengerutkan keningnya, lalu matanya menatap satu arah yaitu ke tempat dimana dewa yang wajahnya kembar dengan dirinya sedang berbaring. Tak lama setelah itu, kerutan dikening Zano menghilang dengan hadirnya senyum dan wajah ceria dari sosok dewa tersebut. "Benar juga ya," ungkapnya. "Bukankah Jasuke kekuatannya lebih besar dari kita?"
"Apa anda bisa menemaniku ke sana? Aku butuh seseorang untuk berbicara," wanita yang sedang duduk di teras depan toko itu bertanya sembari menunjuk ke arah sebuah bangunan. Matanya menatap lekat penuh permohonan kepada sosok pria yang duduk tak jauh dari keradaannya. Sosok pria yang dianggap hanya manusia biasa itu sontak mengerutkan keningnya dengan tatapan mata yang terbagi, antara si wanita dan tempat yang ditunjuk. "Emang berbicara, harus di tempat seperti itu?" dengan polosnya sosok pria bernama Jasuke melontarkan sebuah pertanyaan yang tedengar aneh di telinga si wanita.Awalnya kening wanita itu sempat berkerut dan matanya semakin lekat menatap wajah Jasuke. Heran sudah pasti, tapi tak lama setelahnya, wanita itu tersenyum. "Ngobrol di sana itu lebih enak. Kita bisa berbicara dari hati ke hati dengan menyantap sesuatu. Apa kamu tidak berani ngobrol dengan wanita di tempat seperti itu?""Tidak berani?" tanya Jasuke dengan kening yang kembali menyernyit. Dia cukup terkejut juga
"Apa mungkin ini jalanku untuk melaksanakan hukuman yang aku dapat?" gumam Jasuke dalam benaknya setelah mendengar lawan bicaranya berbagi kisah hidupnya yang terkesan sangat memprihatinkan. Wanita yang belum diketahui namanya itu, bahkan terlihat berusaha tegar meski kisah yang dia ceritakan terdengar sangat menyedihkan dan membuat siapapun yang mendengarnya merasa terharu dan ikut prihatin."Apa aku boleh tahu, usaha apa saja yang sudah kamu tempuh untuk memperoleh keturunan?" sebuah pertanyaan terlontar dari mulut Jasuke, setelah dari tadi Jasuke lebih banyak tenggelam dengan pikirannya sendiri, dalam beberapa waktu lamanya, sembari mendengar dan mencerna, kisah hidup wanita yang dia tolong."Banyak," wanita itu menjawab sedikit antusias. "Bahkan kami juga sudah merencanakan bayi tabung dan segalanya. Tapi entah kenapa, aku merasa ada pihak lain yang selalu menggagalkan rencana aku dan suamiku. Hidupku seperti ada yang mengawasi. Entah kenapa, selalu saja rencanaku gagal meski aku
Setelah terjadi percakapan yang cukup panjang dengan kedua rekan dewanya, saat ini Jasuke memilih duduk menyendiri, merenungi semua nasehat yang menghampiri dirinya. Saran dan nasehat dari dua dewa berwajah kembar, cukup membantunya untuk merenung agar Jasuke bisa mengambil pilihan yang tepat.Jasuke duduk termenung sembari menatap langit. Pikirannya menerawang pada semua hal yang telah dia lalui. Jasuke membandingkan dirinya sendiri, kala dirinya masih bertugas menjadi dewa dengan saat dia menjalani kehidupan layaknya manusia.Cukup lama sosok dewa itu merenung di halaman rumahnya. Bahkan dia merasa bosan kala jalan pikirannya terasa buntu karena sama sekali tidak menemukan solusi yang tepat menurutnya. Jasuke pun kembali berpikir untuk mengalihkan dilema yang bergelayut dalam benaknya."Apa sebaiknya aku pergi ke rumah Lavena saja ya?" gumamnya kala teringat satu nama wanita yang akan menjadi tempat terakhir Jasuke untuk menanam benih. "Benar, sebaiknya aku ke sana. Mungkin saja
Dick terduduk dengan perasaan yang sangat kacau. Matanya menatap nanar ke arah cahaya merah yang mengandung kekuatan besar, yang baru saja dia miliki. Dick tidak menyangka, kekuatan yang sangat dia harapkan, hanya sekejap bersarang pada tubuhnya. Marah dan menyesal kini berbaur dalam benak sosok dewa itu. Dick menyesal bukan karena kesalahannya yang telah berbuat curang kepada rekan sesama dewa, tapi Dick menyesal, karena dia memilih terlebih dahulu datang ke markas naga merah demi menguasai kelompok tersebut.Dick berandai-andai, jika dia memilih untuk langsung menyerang dunia para dewa, mungkin nasibnya tidak seburuk ini. Dick masih memiliki kesempatan besar untuk membalaskan dendamnya. Bahkan, bisa saja dia berhasil mewujudkan keinginannya itu berkat kekuatan besar yang dia miliki.Namun sayang, harapan tinggal harapan. Dick sudah tidak bisa berkutik lagi karena saat ini dia sudah tidak berdaya sama sekali. Dick bahkan merasa kekuatan lain yang dia miliki juga ikutan lenyap bersam
"Apa yang terjadi? Kenapa ruangan menjadi gelap begini?" tanya Nano disela-sela dirinya sedang mencari keberadaan Mato. Sosok dewa itu nampak terkejut dengan perubahan keadaan yang berlangsung mendadak di depan matanya. Ruangan yang tadinya nampak cerah karena cahaya matahari yang menembus dari atap kaca, tiba-tiba menjadi gelap dengan keadaan langit yang sangat mendung. Perubahan cuaca secara signifikan tersebut tentu saja membuat dua dewa yang ada dalam satu ruangan merasa heran."Apa mungkin, ini pengaruah dari kekuatan jahat yang ada dalam tubuh Dick?" tanya Zano menyimpulkan segala yang dia pikirkan sejak perubahan susana itu terjadi."Wah, bisa jadi itu! Jangan-jangan saat ini, Dick sedang mengeluarkan kekuatannya?" Nano mendadak panik kala mengungkapkan dugaannya yang tidak sengaja terbesit dalam pikirannya. "Bagaimana ini? Kita lanjutkan mencari Mato apa membantu Jasuke terlebih dahulu?"Zano menggeleng. "Aku tidak tahu. Saat ini keduanya sangat penting," jawabnya. Nano pun
Jasuke menyeringai. Sosok dewa itu sama sekali tidak merasa gentar kala matanya menangkap sosok Dick, yang penampilannya jelas sangat berbeda. Bahkan dalam benak Jasuke, dia sudah tidak sabar untuk menaklukan dewa yang dia buru, sejak beberapa waktu yang lalu.Sebenarnya Jasuke bukan baru datang ke tempat itu. Dia sudah sejak beberapa waktu yang lalu, sampai di markas Naga merah. Jasuke dan dua dewa berwajah kembar memilih fokus mencari keberadaan Mato, yang kemungkinan berada di salah satu ruangan, setelah tadi mereka mendapat surat ancaman.Namun, kala mereka memasuki ruang utama markas tersebut, Jasuke dikejutkan dengan suara perdebatan. Jasuke pun penasaran dengan apa yang terjadi di sana. Dia dan dewa berwajah kembar, memilih mendekat ke ruang yang nampak ramai dengan persebut. Namun Betapa terkejutnya Jasuke kala dia mengetahui, siapa yang sedang berdebat di sana.Jasuke sempat terperangah melihat keadaan Dick yang jauh berbeda. Bahkan, dari penampilannya saja, Jasuke sudah me
Empat sosok dewa masih berbincang sampai detik ini. Mereka membahas sesuatu yang menurut mereka penting sangat penting.Mereka berbagi pendapat dalam persiapan menghadapi segala kemungkinan yang akan terjadi jika sosok dewa yang menjadi buruan mereka, datang dan mengusik ketenangan dunia dewa.Pyar!Tiba-tiba sebuah suara keras, terdengar dari arah halaman depan rumah. Keempat dewa tentu saja kaget mendengar suara tersebut. Tanpa pikir panjang salah satu dari mereka, bangkit dan beranjak keluar untuk mengecek keadaan."Apa ini?" gumam salah satu sosok dewa sembari memungut sesuatu yang tergeletak di atas rumput. Di sana, sosok dewa itu juga menyaksikan salah satu tempat tanaman hias yang terbuat dari tanah liat, nampak pecah dan tanahnya berserakan.Setelah memungut sesuatu yang dia temukan, Sosok dewa itu kembali beranjak masuk untuk menunjukan benda yang dia bawa. "Apa yang pecah, Zano?" tanya Nano begitu melihat Zano menghambiri ketiga dewa lainnya."Tempat tanaman yang ada di at
"Orang rumah pada kemana? Kok sepi?" Jasuke nampak terkejut begitu dirinya sudah sampai di kediamannya dan rumah terlihat sepi.Mata Jasuke mengedar ke segala penjuru ruangan, tapi hanya hening yang dia dapatkan. Jasuke pun berteriak memanggil dua nama dewa. Sekian detik dia berteriak, sama sekali tidak ada sahutan."Apa mereka sedang pergi?" gumam Jasuke sembari mendaratkan pantatnya di atas sofa. Dia merogoh kantung jubah yang dia kenakan dan mengeluarkan ponsel miliknya. "Astaga! Ponselnya mati," keluhnya baru sadar. Entah ponsel miliknya mati sejak kapan, Jasuke sama sekali tidak mengetahuinya. Namun bukannya segera menambah daya, Jasuke malah meletakan ponsel tersebut di atas meja dan dia merebahkan tubuhnya."Mungkin mereka sedang pergi, biarin aja lah," Jasuke kembali bergumam dan dia memilih bengong di sana. Namun, tak lama setelah itu, Jasuke malah dkejutkan dengan kedatangan sosok yang dia kenal secara tiba-tiba dan sudah berdiri di hadapannya."Mahedewa!" pekiknya. Jasuke
Jasuke terdiam sembari mendaratkan pantatnya di tepi ranjang. Sesekali dia memperhatikan wajah wanita yang terlelap di atas ranjang tersebut. Dia begitu Cantik dan kelihatan masih muda. Saat itu juga Jasuke kembali teringat akan sikap wanita itu yang mendadak marah hanya karena candaannya.Jasuke masih diselimuti rasa heran dengan banyak pertanyaan dalam benaknya. Bagaimana mungkin ada seorang wanita yang dengan mudah merelakan tubuhnya untuk dinikmati seorang pria, hanya karena wajah pria yang tampan. Apa semua wanita seperti itu.Namun kala Jasuke kembali mengingat semua kejadian yang telah dia lalui, terutama yang terhubungan dengan wanita, Jasuke malah jadi senyum-senyum sendiri kala menyimpulkan sebuah fakta, memang beberapa wanita selalu ingin kembali bercinta dengannya dengan alasan yang sama, yaitu, wajah Jasuke yang sangat tampan."Tuan Jas, Nikmatilah tubuh saya, Tuan, Ayok, Aku siap," tiba-tiba Lucia mengigau dan tentunya Jasuke kaget mendengarnya. Sosok dewa yang tadi se
Pada akhirnya Jasuke dibuat bimbang karena isengnya. Wanita yang telah dia tolong, justru terlihat agresif dalam menanggapi ucapan Jasuke yang berawal dari candaan. Jasuke bahkan sampai terdiam untuk beberapa saat, mencari cara untuk mengatasi masalah yang menurutnya cukup rumit dan membuat Jasuke berpikir keras."Kenapa anda malah diam? Apa anda sedang berpikir untuk mencari alasan agar bisa pergi dari sini dan menghindari saya?" tuduhan Lucia membuat Jasuke seketika tersentak. "Baiklah. Mungkin memang anda ingin menghindar dari keadaan seperti ini, sebaiknya aku masuk kamar."Belum sempat Jasuke mengeluarkan suaranya, Lucia terlebih dahulu beranjak meninggalkan Jasuke di ruang tamu. Jasuke pun semakin merasa tidak enak hati karena telah mengecewakan si pemilik rumah.Setelah lama terdiam dengan merenungi apa yang baru saja terjadi, begitu Lucia masuk kamar, Jasuke pun memilih beranjak menuju kamar yang sudah disediakan Lucia untuk dirinya beristirahat serta menjalankan misinya.Se
Pada akhirnya malam ini Jasuke harus menginap di rumah Lucia. Demi sebuah misi yang sebentar lagi akan berakhir, sosok dewa itu tidak ada pilihan lain lagi, yang bisa dia gunakan selain bermalam di rumah wanita yang dia tolong. Setelah banyak hal yang dia bicarakan dengan sepasang suami istri yang hendak dia tolong, Saat ini Jasuke sudah kembali berada di rumah Lucia."Kamu kenapa dari tadi senyum-senyum sendiri? Apa ada sesuatu yang sangat menyenangkan, sampai kamu tersenyum sendiri seperti itu?" tanya Jasuke kala matanya menangkap raut wajah Lucia yang nampak bahagia. Sedari tadi diam-diam, Jasuke memang memperhatikan tingkah wanita muda yang bersamanya saat ini.Lucia nampak kaget mendengar ucapan tamunya. Tapi itu hanya sebentar saja, karena selebihnya dia kembali tersenyum dan kali ini senyuman wanita itu cukup lebar. "Tentu saja saya tersenyum karena saya sedang merasa senang. Hari ini banyak kejadian yang membuat saya senang dan tentunya saya merasa sangat bahagia tanpa beba