Malam itu, udara terasa sedikit lebih panas. Di sana, pada salah satu taman yang letaknya tidak jauh dari rumah sakit yang ada di kota kecil, nampak tiga sosok dewa berwujud manusia sedang ngobrol satu sama lainnya sambil membaringkan tubuh mereka di atas rumput. Ketiganya sedang berbincang ringan tentang semua yang mereka rasakan sejak turun ke bumi.Namun di tengah-tengah obrolan santai yang mereka lakukan, ketiga sosok dewa tersebut dibuat terkejut saat telinga mereka menangkap suara yang cukup menyayat hati. Ketiganya bahkan terperanjat sampai mereka bangkit dari berbaringnya dengan mata langsung mengedar ke segala arah di taman kota tersebut."Apa kalian mendengarnya juga?" Jasuke, salah satu nama sosok dewa itu, sediikit terkejut saat melihat reaksi yang sama, ditunjukan oleh dua dewa lainnya, yang berwajah kembar, yang saat ini bersamanya."Sepertinya di sana manusia yang saat sedang berada dalam bahaya," salah satu dewa berwajah kembar dengan nama Zano malah mengatakan hal yan
"Kenapa Jasuke belum kembali? Apa terjadi sesuatu sama dia?" tanya Zano dengan mata yang masih menatap gelapnya langit malam. Tak lama setelah mengeluarkan dua pertanyaan secara beruntun, Zano bangkit dari berbaringnya dan duduk di tempat yang sama, lalu matanya berkeliling di sekitar taman, mencari sosok yang namanya baru saja dia sebutkan.Rekannya yang terbaring di atas rumput, sekilas menoleh ke arah Zano, lalu kembali menatap langit. Dengan kedua telapak tangan yang dijadikan bantal, sosok yang dikenal dengan nama Nano, mengembangkan senyum tipisnya. "Emang kenapa kalau terjadi sesuatu sama dia? Apa kamu meragukan kekuata yang dimiliki Jasuke?"Zano mengerutkan keningnya, lalu matanya menatap satu arah yaitu ke tempat dimana dewa yang wajahnya kembar dengan dirinya sedang berbaring. Tak lama setelah itu, kerutan dikening Zano menghilang dengan hadirnya senyum dan wajah ceria dari sosok dewa tersebut. "Benar juga ya," ungkapnya. "Bukankah Jasuke kekuatannya lebih besar dari kita?"
"Apa anda bisa menemaniku ke sana? Aku butuh seseorang untuk berbicara," wanita yang sedang duduk di teras depan toko itu bertanya sembari menunjuk ke arah sebuah bangunan. Matanya menatap lekat penuh permohonan kepada sosok pria yang duduk tak jauh dari keradaannya. Sosok pria yang dianggap hanya manusia biasa itu sontak mengerutkan keningnya dengan tatapan mata yang terbagi, antara si wanita dan tempat yang ditunjuk. "Emang berbicara, harus di tempat seperti itu?" dengan polosnya sosok pria bernama Jasuke melontarkan sebuah pertanyaan yang tedengar aneh di telinga si wanita.Awalnya kening wanita itu sempat berkerut dan matanya semakin lekat menatap wajah Jasuke. Heran sudah pasti, tapi tak lama setelahnya, wanita itu tersenyum. "Ngobrol di sana itu lebih enak. Kita bisa berbicara dari hati ke hati dengan menyantap sesuatu. Apa kamu tidak berani ngobrol dengan wanita di tempat seperti itu?""Tidak berani?" tanya Jasuke dengan kening yang kembali menyernyit. Dia cukup terkejut juga
"Apa mungkin ini jalanku untuk melaksanakan hukuman yang aku dapat?" gumam Jasuke dalam benaknya setelah mendengar lawan bicaranya berbagi kisah hidupnya yang terkesan sangat memprihatinkan. Wanita yang belum diketahui namanya itu, bahkan terlihat berusaha tegar meski kisah yang dia ceritakan terdengar sangat menyedihkan dan membuat siapapun yang mendengarnya merasa terharu dan ikut prihatin."Apa aku boleh tahu, usaha apa saja yang sudah kamu tempuh untuk memperoleh keturunan?" sebuah pertanyaan terlontar dari mulut Jasuke, setelah dari tadi Jasuke lebih banyak tenggelam dengan pikirannya sendiri, dalam beberapa waktu lamanya, sembari mendengar dan mencerna, kisah hidup wanita yang dia tolong."Banyak," wanita itu menjawab sedikit antusias. "Bahkan kami juga sudah merencanakan bayi tabung dan segalanya. Tapi entah kenapa, aku merasa ada pihak lain yang selalu menggagalkan rencana aku dan suamiku. Hidupku seperti ada yang mengawasi. Entah kenapa, selalu saja rencanaku gagal meski aku
"Aku ... " Jasuke menjeda sejenak ucapannya. "Tidak tahu cara melakukannya?"Si wanita seketika ternganga. Untuk beberapa saat dia terdiam dengan segala rasa heran yang langsung menyerang dirinya. "Maksud kamu?" tanya si wanita untuk mepertegas hasil pemikirannya yang tadi sempat berkecamuk."Ya, seperti yang kamu dengar. Aku tidak tahu cara memberi benih ke dalam rahim kamu," Jasuke berkata jujur tanpa ada rasa malu. Wajahnya bahkan terlihat biasa saja meski tadi sempat merasa panik dan bingung untuk mengatakan kejujuran tersebut."Apa!" pekik si wanita dengan suara yang cukup lantang sampai beberapa pengunjung yang ada di sana menoleh kepadanya. Wanita itu sampai gelagapan sendiri saat menyadari beberapa pasang mata menatap dirinya. Dia sontak menangkup kedua telapak tangannya dan meminta maaf, lalu kembali menatap Jasuke. "Ternyata kamu bisa bercanda juga ya?"Kening Jasuke sontak berkerut. "Siapa yang bercanda?" bantahnya. "Aku serius, aku nggak tahu cara melakukannya," ucap Jasuk
Waktu terus bergulir dan malam kini terus menuju larut. Di sana, di dalam salah satu penginapan murah meriah yang ada di sebuah sudut kota kecil, sosok dewa berwujud manusia sedang berdiri terdiam dengan kepala yang menunduk. Sosok dewa bernama Jasuke itu menunduk dengan menatap lekat ke arah sesuatu yang merupakan bagian dari tubuhnya sendiri."Kenapa bengong?" tanya seorang wanita yang saat ini dalam satu kamar dengan Jasuke. Suara wanita itu sukses membuat Jasuke mendongak dan menatapnya. Mata Jasuke menelisik tubuh wanita yang terbaring di atas ranjang dan tubuhnya tidak tertup kain sehelaipun. Dari mata sampai ke bawah, Jasuke memperhatikan setiap inci tubuh wanita yang kakinya sudah telentang dengan tangan kanan mengusap-usap sesuatu yang berlubang di bawah perutnya."Aku sudah siap loh, Sayang. Kenapa kamu malah berdiri dan bengong saja? Ayo masukin," wanita itu kembali bersuara dengan tatapan yang sungguh sangat menggoda dan penuh harap. Tangan kanan wanita itu terus mengusap
Senyum Jasuke terkembang saat matanya menatap cincin yang melingkar pada jari tengah tangan kirinya. Satu dari sembilan warna yang menghiasi cincin tersebut, kini berubah warna menjadi warna emas. hal itu tentu saja membuat Jasuke senang, karena dengan berubahnya warna cincin, Jasuke tahu kalau dia telah berhasil memberi nafkah batin, sesuai dengan tugas yang dia jalani di dalam hukumannya.Namun senyum Jasuke seketika memudar dan wajahnya nampak terkejut, saat dia merasakan ada bibir yang menempel pada pipi kanannya. Begitu bibir itu terlepas, Jasuke langsung menoleh dan matanya menangkap sosok wanita sedang tersenyum kepadanya. "Kamu ngapain senyum-senyum sendiri, Sayang?" tanya si wanita itu, lalu tubuh polosnya bergeser, mendekat dan menempel pada tubuh Jasuke. Kepalanya sedikit mendongak, menatap wajah tampan pria yang baru saja memberikan kepuasan kepadanya. Tangan wanita itu membelai lembut dan mengusap pipi Jasuke. "Apa kamu sangat bahagia, bisa berhubungan badan denganku?"J
Dua sosok berbeda jenis kelamin itu nampak saling tersenyum lalu mereka bersiap diri untuk melangkah bersama menuju ke bangunan dua lantai yang ada di seberang jalan. Mungkin karena sudah malam, suasana jalan di sana terlihat sepi. Mereka pun dengan mudah melenggang dan menyebrang jalan raya tersebut.Namun saat dua sosok itu hampir saja sampai ke depan pintu bangunan berlantai dua, secara tiba-tiba, langkah salah satu dari dua sosok berhenti, tak jauh dari pintu masuk bangunan tersebut. Sosok tersebut menoleh ke arah wanita yang bersamanya."Bagaimana kalau kita ke sana dulu?" sosok pria itu menunjuk ke salah satu arah dimana yang dia tunjuk adalah sebuah pedagang di pinggir jalan.Si wanita lantas menoleh ke arah yang ditunjuk si pria dan tak lama setelah itu dia kembali menatap pria di sisinya. "Kamu lapar?" si pria mengangguk sembari tersenyum manis. Wanita itu juga ikut tersenyum karena merasa gemas dengan senyuman pria yang bersamanya. "Ya udah, ayok! Tapi setelah makan, kita ke
Setelah terjadi percakapan yang cukup panjang dengan kedua rekan dewanya, saat ini Jasuke memilih duduk menyendiri, merenungi semua nasehat yang menghampiri dirinya. Saran dan nasehat dari dua dewa berwajah kembar, cukup membantunya untuk merenung agar Jasuke bisa mengambil pilihan yang tepat.Jasuke duduk termenung sembari menatap langit. Pikirannya menerawang pada semua hal yang telah dia lalui. Jasuke membandingkan dirinya sendiri, kala dirinya masih bertugas menjadi dewa dengan saat dia menjalani kehidupan layaknya manusia.Cukup lama sosok dewa itu merenung di halaman rumahnya. Bahkan dia merasa bosan kala jalan pikirannya terasa buntu karena sama sekali tidak menemukan solusi yang tepat menurutnya. Jasuke pun kembali berpikir untuk mengalihkan dilema yang bergelayut dalam benaknya."Apa sebaiknya aku pergi ke rumah Lavena saja ya?" gumamnya kala teringat satu nama wanita yang akan menjadi tempat terakhir Jasuke untuk menanam benih. "Benar, sebaiknya aku ke sana. Mungkin saja
Dick terduduk dengan perasaan yang sangat kacau. Matanya menatap nanar ke arah cahaya merah yang mengandung kekuatan besar, yang baru saja dia miliki. Dick tidak menyangka, kekuatan yang sangat dia harapkan, hanya sekejap bersarang pada tubuhnya. Marah dan menyesal kini berbaur dalam benak sosok dewa itu. Dick menyesal bukan karena kesalahannya yang telah berbuat curang kepada rekan sesama dewa, tapi Dick menyesal, karena dia memilih terlebih dahulu datang ke markas naga merah demi menguasai kelompok tersebut.Dick berandai-andai, jika dia memilih untuk langsung menyerang dunia para dewa, mungkin nasibnya tidak seburuk ini. Dick masih memiliki kesempatan besar untuk membalaskan dendamnya. Bahkan, bisa saja dia berhasil mewujudkan keinginannya itu berkat kekuatan besar yang dia miliki.Namun sayang, harapan tinggal harapan. Dick sudah tidak bisa berkutik lagi karena saat ini dia sudah tidak berdaya sama sekali. Dick bahkan merasa kekuatan lain yang dia miliki juga ikutan lenyap bersam
"Apa yang terjadi? Kenapa ruangan menjadi gelap begini?" tanya Nano disela-sela dirinya sedang mencari keberadaan Mato. Sosok dewa itu nampak terkejut dengan perubahan keadaan yang berlangsung mendadak di depan matanya. Ruangan yang tadinya nampak cerah karena cahaya matahari yang menembus dari atap kaca, tiba-tiba menjadi gelap dengan keadaan langit yang sangat mendung. Perubahan cuaca secara signifikan tersebut tentu saja membuat dua dewa yang ada dalam satu ruangan merasa heran."Apa mungkin, ini pengaruah dari kekuatan jahat yang ada dalam tubuh Dick?" tanya Zano menyimpulkan segala yang dia pikirkan sejak perubahan susana itu terjadi."Wah, bisa jadi itu! Jangan-jangan saat ini, Dick sedang mengeluarkan kekuatannya?" Nano mendadak panik kala mengungkapkan dugaannya yang tidak sengaja terbesit dalam pikirannya. "Bagaimana ini? Kita lanjutkan mencari Mato apa membantu Jasuke terlebih dahulu?"Zano menggeleng. "Aku tidak tahu. Saat ini keduanya sangat penting," jawabnya. Nano pun
Jasuke menyeringai. Sosok dewa itu sama sekali tidak merasa gentar kala matanya menangkap sosok Dick, yang penampilannya jelas sangat berbeda. Bahkan dalam benak Jasuke, dia sudah tidak sabar untuk menaklukan dewa yang dia buru, sejak beberapa waktu yang lalu.Sebenarnya Jasuke bukan baru datang ke tempat itu. Dia sudah sejak beberapa waktu yang lalu, sampai di markas Naga merah. Jasuke dan dua dewa berwajah kembar memilih fokus mencari keberadaan Mato, yang kemungkinan berada di salah satu ruangan, setelah tadi mereka mendapat surat ancaman.Namun, kala mereka memasuki ruang utama markas tersebut, Jasuke dikejutkan dengan suara perdebatan. Jasuke pun penasaran dengan apa yang terjadi di sana. Dia dan dewa berwajah kembar, memilih mendekat ke ruang yang nampak ramai dengan persebut. Namun Betapa terkejutnya Jasuke kala dia mengetahui, siapa yang sedang berdebat di sana.Jasuke sempat terperangah melihat keadaan Dick yang jauh berbeda. Bahkan, dari penampilannya saja, Jasuke sudah me
Empat sosok dewa masih berbincang sampai detik ini. Mereka membahas sesuatu yang menurut mereka penting sangat penting.Mereka berbagi pendapat dalam persiapan menghadapi segala kemungkinan yang akan terjadi jika sosok dewa yang menjadi buruan mereka, datang dan mengusik ketenangan dunia dewa.Pyar!Tiba-tiba sebuah suara keras, terdengar dari arah halaman depan rumah. Keempat dewa tentu saja kaget mendengar suara tersebut. Tanpa pikir panjang salah satu dari mereka, bangkit dan beranjak keluar untuk mengecek keadaan."Apa ini?" gumam salah satu sosok dewa sembari memungut sesuatu yang tergeletak di atas rumput. Di sana, sosok dewa itu juga menyaksikan salah satu tempat tanaman hias yang terbuat dari tanah liat, nampak pecah dan tanahnya berserakan.Setelah memungut sesuatu yang dia temukan, Sosok dewa itu kembali beranjak masuk untuk menunjukan benda yang dia bawa. "Apa yang pecah, Zano?" tanya Nano begitu melihat Zano menghambiri ketiga dewa lainnya."Tempat tanaman yang ada di at
"Orang rumah pada kemana? Kok sepi?" Jasuke nampak terkejut begitu dirinya sudah sampai di kediamannya dan rumah terlihat sepi.Mata Jasuke mengedar ke segala penjuru ruangan, tapi hanya hening yang dia dapatkan. Jasuke pun berteriak memanggil dua nama dewa. Sekian detik dia berteriak, sama sekali tidak ada sahutan."Apa mereka sedang pergi?" gumam Jasuke sembari mendaratkan pantatnya di atas sofa. Dia merogoh kantung jubah yang dia kenakan dan mengeluarkan ponsel miliknya. "Astaga! Ponselnya mati," keluhnya baru sadar. Entah ponsel miliknya mati sejak kapan, Jasuke sama sekali tidak mengetahuinya. Namun bukannya segera menambah daya, Jasuke malah meletakan ponsel tersebut di atas meja dan dia merebahkan tubuhnya."Mungkin mereka sedang pergi, biarin aja lah," Jasuke kembali bergumam dan dia memilih bengong di sana. Namun, tak lama setelah itu, Jasuke malah dkejutkan dengan kedatangan sosok yang dia kenal secara tiba-tiba dan sudah berdiri di hadapannya."Mahedewa!" pekiknya. Jasuke
Jasuke terdiam sembari mendaratkan pantatnya di tepi ranjang. Sesekali dia memperhatikan wajah wanita yang terlelap di atas ranjang tersebut. Dia begitu Cantik dan kelihatan masih muda. Saat itu juga Jasuke kembali teringat akan sikap wanita itu yang mendadak marah hanya karena candaannya.Jasuke masih diselimuti rasa heran dengan banyak pertanyaan dalam benaknya. Bagaimana mungkin ada seorang wanita yang dengan mudah merelakan tubuhnya untuk dinikmati seorang pria, hanya karena wajah pria yang tampan. Apa semua wanita seperti itu.Namun kala Jasuke kembali mengingat semua kejadian yang telah dia lalui, terutama yang terhubungan dengan wanita, Jasuke malah jadi senyum-senyum sendiri kala menyimpulkan sebuah fakta, memang beberapa wanita selalu ingin kembali bercinta dengannya dengan alasan yang sama, yaitu, wajah Jasuke yang sangat tampan."Tuan Jas, Nikmatilah tubuh saya, Tuan, Ayok, Aku siap," tiba-tiba Lucia mengigau dan tentunya Jasuke kaget mendengarnya. Sosok dewa yang tadi se
Pada akhirnya Jasuke dibuat bimbang karena isengnya. Wanita yang telah dia tolong, justru terlihat agresif dalam menanggapi ucapan Jasuke yang berawal dari candaan. Jasuke bahkan sampai terdiam untuk beberapa saat, mencari cara untuk mengatasi masalah yang menurutnya cukup rumit dan membuat Jasuke berpikir keras."Kenapa anda malah diam? Apa anda sedang berpikir untuk mencari alasan agar bisa pergi dari sini dan menghindari saya?" tuduhan Lucia membuat Jasuke seketika tersentak. "Baiklah. Mungkin memang anda ingin menghindar dari keadaan seperti ini, sebaiknya aku masuk kamar."Belum sempat Jasuke mengeluarkan suaranya, Lucia terlebih dahulu beranjak meninggalkan Jasuke di ruang tamu. Jasuke pun semakin merasa tidak enak hati karena telah mengecewakan si pemilik rumah.Setelah lama terdiam dengan merenungi apa yang baru saja terjadi, begitu Lucia masuk kamar, Jasuke pun memilih beranjak menuju kamar yang sudah disediakan Lucia untuk dirinya beristirahat serta menjalankan misinya.Se
Pada akhirnya malam ini Jasuke harus menginap di rumah Lucia. Demi sebuah misi yang sebentar lagi akan berakhir, sosok dewa itu tidak ada pilihan lain lagi, yang bisa dia gunakan selain bermalam di rumah wanita yang dia tolong. Setelah banyak hal yang dia bicarakan dengan sepasang suami istri yang hendak dia tolong, Saat ini Jasuke sudah kembali berada di rumah Lucia."Kamu kenapa dari tadi senyum-senyum sendiri? Apa ada sesuatu yang sangat menyenangkan, sampai kamu tersenyum sendiri seperti itu?" tanya Jasuke kala matanya menangkap raut wajah Lucia yang nampak bahagia. Sedari tadi diam-diam, Jasuke memang memperhatikan tingkah wanita muda yang bersamanya saat ini.Lucia nampak kaget mendengar ucapan tamunya. Tapi itu hanya sebentar saja, karena selebihnya dia kembali tersenyum dan kali ini senyuman wanita itu cukup lebar. "Tentu saja saya tersenyum karena saya sedang merasa senang. Hari ini banyak kejadian yang membuat saya senang dan tentunya saya merasa sangat bahagia tanpa beba