Waktu terus bergulir dan malam kini terus menuju larut. Di sana, di dalam salah satu penginapan murah meriah yang ada di sebuah sudut kota kecil, sosok dewa berwujud manusia sedang berdiri terdiam dengan kepala yang menunduk. Sosok dewa bernama Jasuke itu menunduk dengan menatap lekat ke arah sesuatu yang merupakan bagian dari tubuhnya sendiri."Kenapa bengong?" tanya seorang wanita yang saat ini dalam satu kamar dengan Jasuke. Suara wanita itu sukses membuat Jasuke mendongak dan menatapnya. Mata Jasuke menelisik tubuh wanita yang terbaring di atas ranjang dan tubuhnya tidak tertup kain sehelaipun. Dari mata sampai ke bawah, Jasuke memperhatikan setiap inci tubuh wanita yang kakinya sudah telentang dengan tangan kanan mengusap-usap sesuatu yang berlubang di bawah perutnya."Aku sudah siap loh, Sayang. Kenapa kamu malah berdiri dan bengong saja? Ayo masukin," wanita itu kembali bersuara dengan tatapan yang sungguh sangat menggoda dan penuh harap. Tangan kanan wanita itu terus mengusap
Senyum Jasuke terkembang saat matanya menatap cincin yang melingkar pada jari tengah tangan kirinya. Satu dari sembilan warna yang menghiasi cincin tersebut, kini berubah warna menjadi warna emas. hal itu tentu saja membuat Jasuke senang, karena dengan berubahnya warna cincin, Jasuke tahu kalau dia telah berhasil memberi nafkah batin, sesuai dengan tugas yang dia jalani di dalam hukumannya.Namun senyum Jasuke seketika memudar dan wajahnya nampak terkejut, saat dia merasakan ada bibir yang menempel pada pipi kanannya. Begitu bibir itu terlepas, Jasuke langsung menoleh dan matanya menangkap sosok wanita sedang tersenyum kepadanya. "Kamu ngapain senyum-senyum sendiri, Sayang?" tanya si wanita itu, lalu tubuh polosnya bergeser, mendekat dan menempel pada tubuh Jasuke. Kepalanya sedikit mendongak, menatap wajah tampan pria yang baru saja memberikan kepuasan kepadanya. Tangan wanita itu membelai lembut dan mengusap pipi Jasuke. "Apa kamu sangat bahagia, bisa berhubungan badan denganku?"J
Dua sosok berbeda jenis kelamin itu nampak saling tersenyum lalu mereka bersiap diri untuk melangkah bersama menuju ke bangunan dua lantai yang ada di seberang jalan. Mungkin karena sudah malam, suasana jalan di sana terlihat sepi. Mereka pun dengan mudah melenggang dan menyebrang jalan raya tersebut.Namun saat dua sosok itu hampir saja sampai ke depan pintu bangunan berlantai dua, secara tiba-tiba, langkah salah satu dari dua sosok berhenti, tak jauh dari pintu masuk bangunan tersebut. Sosok tersebut menoleh ke arah wanita yang bersamanya."Bagaimana kalau kita ke sana dulu?" sosok pria itu menunjuk ke salah satu arah dimana yang dia tunjuk adalah sebuah pedagang di pinggir jalan.Si wanita lantas menoleh ke arah yang ditunjuk si pria dan tak lama setelah itu dia kembali menatap pria di sisinya. "Kamu lapar?" si pria mengangguk sembari tersenyum manis. Wanita itu juga ikut tersenyum karena merasa gemas dengan senyuman pria yang bersamanya. "Ya udah, ayok! Tapi setelah makan, kita ke
"Cincinnya bersinar! Apa Dick ada disini?" gumam Jasuke saat kedua matanya tidak sengaja melihat cincin di jarinya. Gerakan tangan Jasuke yang sedang memijat dua bulatan kembar kenyal milik si wanita seketika terhenti begitu saja. Konsentrasi Jasuke saat itu juga menjadi terbagi. "Bagaimana ini? Apa aku harus menghentikan percintaan ini?"Jasuke mendadak dilema. Dia merasa berada di sebuah persimpangan saat ini. Di saat dia sedang menikmati percintaan yang telah berjalan sejak beberapa puluh menit yang lalu, dia harus dihadapkan dengan cincin yang bersinar sebagai tanda kalau dewa yang dia buru berada di tempat yang sama dengan dirinya"Kenapa, Sayang? Kok berhenti?" rupanya sikap Jasuke yang berhenti mendadak, mengundang perhatian bagi wanita yang sedari naik turun di atas pangkuan dewa itu. Sang wanita lantas ikut menghentikan gerakan tubuhnya meski milik Jasuke yang kekar masih menancap di lubang nikmat wanita tersebut "Ada apa?" tanyanya lembut dengan yang menderu.Mata Jasuke ber
Tok! Tok! Tok!"Ada yang mengetuk pintu! Apa kita ketahuan?" tanya seorang pria yang tubuh polosnya sedang mengungkung tubuh wanita. Keduanya terperanjat dengan wajah sedikit panik. Gerakan tubuh mereka yang sedari tadi sedang menikmati permainan ranjangnya, juga berhenti seketika karena suara ketukan pintu tersebut. Tok! Tok! Tok!Suara ketukan pintu itu kembali terdengar dan semakin menegaskan kalau suara tersebut memang berasal dari pintu kamar yang digunakan sepasang manusia yang sedang menikmati indahnya berhubungan badan. Cukup lama keduanya terdiam dan saat sadar dari diamnya, si wanita mendorong tubuh pria hingga benda menegang milik si pria terlepas dari lubang nikmat wanita itu."Kenapa berhenti?" si pria bertanya dengan tatapan heran. Apa lagi begitu tubuhnya sedikit menyingkir, si waniita langsung bangkit dan duduk di tepi ranjang. "Kamu ..." belum sempat pria itu meneruskan ucapannya, jari si wanita langsung menempel ke mulut si pria untuk menghentikan suaranya."Ngomong
Hari kini telah berganti, dan di sana, di sebuah kota kecil, terlihat sosok pria yang sedang melangkah ringan dengan senyum yang terkembang. Sosok pria yang sebenarnya adalah dewa itu, terlihat begitu senang dengan wajah nampak sangat ceria. Sejak beberapa menit yang lalu senyum tipisnya terkembang dengan pikiran yang berpusat pada kejadian semalam."Jasuke, kamu kenapa senyum-senyum begitu? udah gila ya?" sebuah pertanyaan tiba-tiba terlontar, membuat sosok pria bernama Jasuke itu terkejut untuk beberapa saat, kemudian dia kembali tersenyum setelah menyadari sesuatu. Jasuke lantas duduk di seberang kursi yang ada di hadapan sosok yang tadi melempar pertanyaan."Rupanya aku udah sampai di rumah sakit, " ucap Jasuke begitu dia sadar kalau dia sudah sampai di tempat tujuan, lalu dia memandang kearah sekitar. "Aku kira kalian sudah pergi," kini mata Jasuke menatap pada dua dewa berwajah kembar di hadapannya."Mau pergi kemana? Orang kita tidak punya tempat tujuan," ucap salah satu dewa k
Saat ini, waktu sudah menunjukkan cukup siang. Di sana, di depan gerbang salah satu halaman rumah penduduk, terlihat empat sosok pria sedang memperhatikan rumah yang ada di balik gerbang tersebut. Pintu gerbang terbuka cukup lebar dan ada kendaraan di halaman rumah yang mereka lihat. Hal itu menunjukan, di dalam rumah tersebut pasti ada penghuninya.Setelah berbincang beberapa saat, keempat pria itu memutuskan untuk beranjak masuk menemui pemilik rumah tersebut. Berdasarkan informasi yang terpampang pada pintu gerbang, rumah itu akan segera dijual, itulah alasan, keempat pria itu mendatangi rumah tersebut sebagai pembeli dari rumah dua lantai itu.Namun, saat salah satu dari mereka hendak mengentuk pintu dan menyapa penghuni rumah, keempat pria itu dibuat tercengang, ketika mendengar sesuatu dari dalam. Mereka sampai saling pandang untuk beberapa saat, dan mereka seakan sedang berbicara melalui tatapan mata mereka masing-masing. "Sepertinya sedang ada keributan di dalam, apa tidak se
"Jasuke, bagaimana? Rumahnya cocok tidak?" tanya Zano, saat mereka kembali ke rumah sakit. Begitu selesai melihat keadaan rumah yang akan mereka beli, dan mengobrol sebentar dengan pemilik rumah, keempat pria itu memang sengaja kembali ke rumah sakit karena mereka memang belum memiliki tempat tujuan untuk pulang. Mereka kini kembali bertiga, karena pria tua yang menemaninya, sudah kembali menemui cucunya.Karena pria yang baru disebut namanya terlihat tidak bereaksi, Zano pun menjadi heran dan menatap Jasuke dengan kening yang berkerut. Namun tak lama setelah itu, Zano menepuk pundak pria yang duduk di sebelahnya sampai pria itu melonjak kaget. "Kamu kenapa? Aku tanya kok, malah kamu bengong."Jasuke sontak gelagapan, lalu dia tersenyum cukup lebar. "Tidak," bantahnya. "Aku hanya sedang memikirkan rumah itu saja. Rumah yang bagus."Zano dan pria yang wajahnya kembar dengan Zano, nampak saling pandang dengan tatapan heran dan penuh tanya. Namun sepertinya kedua pria itu tahu, apa yang
Setelah terjadi percakapan yang cukup panjang dengan kedua rekan dewanya, saat ini Jasuke memilih duduk menyendiri, merenungi semua nasehat yang menghampiri dirinya. Saran dan nasehat dari dua dewa berwajah kembar, cukup membantunya untuk merenung agar Jasuke bisa mengambil pilihan yang tepat.Jasuke duduk termenung sembari menatap langit. Pikirannya menerawang pada semua hal yang telah dia lalui. Jasuke membandingkan dirinya sendiri, kala dirinya masih bertugas menjadi dewa dengan saat dia menjalani kehidupan layaknya manusia.Cukup lama sosok dewa itu merenung di halaman rumahnya. Bahkan dia merasa bosan kala jalan pikirannya terasa buntu karena sama sekali tidak menemukan solusi yang tepat menurutnya. Jasuke pun kembali berpikir untuk mengalihkan dilema yang bergelayut dalam benaknya."Apa sebaiknya aku pergi ke rumah Lavena saja ya?" gumamnya kala teringat satu nama wanita yang akan menjadi tempat terakhir Jasuke untuk menanam benih. "Benar, sebaiknya aku ke sana. Mungkin saja
Dick terduduk dengan perasaan yang sangat kacau. Matanya menatap nanar ke arah cahaya merah yang mengandung kekuatan besar, yang baru saja dia miliki. Dick tidak menyangka, kekuatan yang sangat dia harapkan, hanya sekejap bersarang pada tubuhnya. Marah dan menyesal kini berbaur dalam benak sosok dewa itu. Dick menyesal bukan karena kesalahannya yang telah berbuat curang kepada rekan sesama dewa, tapi Dick menyesal, karena dia memilih terlebih dahulu datang ke markas naga merah demi menguasai kelompok tersebut.Dick berandai-andai, jika dia memilih untuk langsung menyerang dunia para dewa, mungkin nasibnya tidak seburuk ini. Dick masih memiliki kesempatan besar untuk membalaskan dendamnya. Bahkan, bisa saja dia berhasil mewujudkan keinginannya itu berkat kekuatan besar yang dia miliki.Namun sayang, harapan tinggal harapan. Dick sudah tidak bisa berkutik lagi karena saat ini dia sudah tidak berdaya sama sekali. Dick bahkan merasa kekuatan lain yang dia miliki juga ikutan lenyap bersam
"Apa yang terjadi? Kenapa ruangan menjadi gelap begini?" tanya Nano disela-sela dirinya sedang mencari keberadaan Mato. Sosok dewa itu nampak terkejut dengan perubahan keadaan yang berlangsung mendadak di depan matanya. Ruangan yang tadinya nampak cerah karena cahaya matahari yang menembus dari atap kaca, tiba-tiba menjadi gelap dengan keadaan langit yang sangat mendung. Perubahan cuaca secara signifikan tersebut tentu saja membuat dua dewa yang ada dalam satu ruangan merasa heran."Apa mungkin, ini pengaruah dari kekuatan jahat yang ada dalam tubuh Dick?" tanya Zano menyimpulkan segala yang dia pikirkan sejak perubahan susana itu terjadi."Wah, bisa jadi itu! Jangan-jangan saat ini, Dick sedang mengeluarkan kekuatannya?" Nano mendadak panik kala mengungkapkan dugaannya yang tidak sengaja terbesit dalam pikirannya. "Bagaimana ini? Kita lanjutkan mencari Mato apa membantu Jasuke terlebih dahulu?"Zano menggeleng. "Aku tidak tahu. Saat ini keduanya sangat penting," jawabnya. Nano pun
Jasuke menyeringai. Sosok dewa itu sama sekali tidak merasa gentar kala matanya menangkap sosok Dick, yang penampilannya jelas sangat berbeda. Bahkan dalam benak Jasuke, dia sudah tidak sabar untuk menaklukan dewa yang dia buru, sejak beberapa waktu yang lalu.Sebenarnya Jasuke bukan baru datang ke tempat itu. Dia sudah sejak beberapa waktu yang lalu, sampai di markas Naga merah. Jasuke dan dua dewa berwajah kembar memilih fokus mencari keberadaan Mato, yang kemungkinan berada di salah satu ruangan, setelah tadi mereka mendapat surat ancaman.Namun, kala mereka memasuki ruang utama markas tersebut, Jasuke dikejutkan dengan suara perdebatan. Jasuke pun penasaran dengan apa yang terjadi di sana. Dia dan dewa berwajah kembar, memilih mendekat ke ruang yang nampak ramai dengan persebut. Namun Betapa terkejutnya Jasuke kala dia mengetahui, siapa yang sedang berdebat di sana.Jasuke sempat terperangah melihat keadaan Dick yang jauh berbeda. Bahkan, dari penampilannya saja, Jasuke sudah me
Empat sosok dewa masih berbincang sampai detik ini. Mereka membahas sesuatu yang menurut mereka penting sangat penting.Mereka berbagi pendapat dalam persiapan menghadapi segala kemungkinan yang akan terjadi jika sosok dewa yang menjadi buruan mereka, datang dan mengusik ketenangan dunia dewa.Pyar!Tiba-tiba sebuah suara keras, terdengar dari arah halaman depan rumah. Keempat dewa tentu saja kaget mendengar suara tersebut. Tanpa pikir panjang salah satu dari mereka, bangkit dan beranjak keluar untuk mengecek keadaan."Apa ini?" gumam salah satu sosok dewa sembari memungut sesuatu yang tergeletak di atas rumput. Di sana, sosok dewa itu juga menyaksikan salah satu tempat tanaman hias yang terbuat dari tanah liat, nampak pecah dan tanahnya berserakan.Setelah memungut sesuatu yang dia temukan, Sosok dewa itu kembali beranjak masuk untuk menunjukan benda yang dia bawa. "Apa yang pecah, Zano?" tanya Nano begitu melihat Zano menghambiri ketiga dewa lainnya."Tempat tanaman yang ada di at
"Orang rumah pada kemana? Kok sepi?" Jasuke nampak terkejut begitu dirinya sudah sampai di kediamannya dan rumah terlihat sepi.Mata Jasuke mengedar ke segala penjuru ruangan, tapi hanya hening yang dia dapatkan. Jasuke pun berteriak memanggil dua nama dewa. Sekian detik dia berteriak, sama sekali tidak ada sahutan."Apa mereka sedang pergi?" gumam Jasuke sembari mendaratkan pantatnya di atas sofa. Dia merogoh kantung jubah yang dia kenakan dan mengeluarkan ponsel miliknya. "Astaga! Ponselnya mati," keluhnya baru sadar. Entah ponsel miliknya mati sejak kapan, Jasuke sama sekali tidak mengetahuinya. Namun bukannya segera menambah daya, Jasuke malah meletakan ponsel tersebut di atas meja dan dia merebahkan tubuhnya."Mungkin mereka sedang pergi, biarin aja lah," Jasuke kembali bergumam dan dia memilih bengong di sana. Namun, tak lama setelah itu, Jasuke malah dkejutkan dengan kedatangan sosok yang dia kenal secara tiba-tiba dan sudah berdiri di hadapannya."Mahedewa!" pekiknya. Jasuke
Jasuke terdiam sembari mendaratkan pantatnya di tepi ranjang. Sesekali dia memperhatikan wajah wanita yang terlelap di atas ranjang tersebut. Dia begitu Cantik dan kelihatan masih muda. Saat itu juga Jasuke kembali teringat akan sikap wanita itu yang mendadak marah hanya karena candaannya.Jasuke masih diselimuti rasa heran dengan banyak pertanyaan dalam benaknya. Bagaimana mungkin ada seorang wanita yang dengan mudah merelakan tubuhnya untuk dinikmati seorang pria, hanya karena wajah pria yang tampan. Apa semua wanita seperti itu.Namun kala Jasuke kembali mengingat semua kejadian yang telah dia lalui, terutama yang terhubungan dengan wanita, Jasuke malah jadi senyum-senyum sendiri kala menyimpulkan sebuah fakta, memang beberapa wanita selalu ingin kembali bercinta dengannya dengan alasan yang sama, yaitu, wajah Jasuke yang sangat tampan."Tuan Jas, Nikmatilah tubuh saya, Tuan, Ayok, Aku siap," tiba-tiba Lucia mengigau dan tentunya Jasuke kaget mendengarnya. Sosok dewa yang tadi se
Pada akhirnya Jasuke dibuat bimbang karena isengnya. Wanita yang telah dia tolong, justru terlihat agresif dalam menanggapi ucapan Jasuke yang berawal dari candaan. Jasuke bahkan sampai terdiam untuk beberapa saat, mencari cara untuk mengatasi masalah yang menurutnya cukup rumit dan membuat Jasuke berpikir keras."Kenapa anda malah diam? Apa anda sedang berpikir untuk mencari alasan agar bisa pergi dari sini dan menghindari saya?" tuduhan Lucia membuat Jasuke seketika tersentak. "Baiklah. Mungkin memang anda ingin menghindar dari keadaan seperti ini, sebaiknya aku masuk kamar."Belum sempat Jasuke mengeluarkan suaranya, Lucia terlebih dahulu beranjak meninggalkan Jasuke di ruang tamu. Jasuke pun semakin merasa tidak enak hati karena telah mengecewakan si pemilik rumah.Setelah lama terdiam dengan merenungi apa yang baru saja terjadi, begitu Lucia masuk kamar, Jasuke pun memilih beranjak menuju kamar yang sudah disediakan Lucia untuk dirinya beristirahat serta menjalankan misinya.Se
Pada akhirnya malam ini Jasuke harus menginap di rumah Lucia. Demi sebuah misi yang sebentar lagi akan berakhir, sosok dewa itu tidak ada pilihan lain lagi, yang bisa dia gunakan selain bermalam di rumah wanita yang dia tolong. Setelah banyak hal yang dia bicarakan dengan sepasang suami istri yang hendak dia tolong, Saat ini Jasuke sudah kembali berada di rumah Lucia."Kamu kenapa dari tadi senyum-senyum sendiri? Apa ada sesuatu yang sangat menyenangkan, sampai kamu tersenyum sendiri seperti itu?" tanya Jasuke kala matanya menangkap raut wajah Lucia yang nampak bahagia. Sedari tadi diam-diam, Jasuke memang memperhatikan tingkah wanita muda yang bersamanya saat ini.Lucia nampak kaget mendengar ucapan tamunya. Tapi itu hanya sebentar saja, karena selebihnya dia kembali tersenyum dan kali ini senyuman wanita itu cukup lebar. "Tentu saja saya tersenyum karena saya sedang merasa senang. Hari ini banyak kejadian yang membuat saya senang dan tentunya saya merasa sangat bahagia tanpa beba