Saat ini, waktu sudah menunjukkan cukup siang. Di sana, di depan gerbang salah satu halaman rumah penduduk, terlihat empat sosok pria sedang memperhatikan rumah yang ada di balik gerbang tersebut. Pintu gerbang terbuka cukup lebar dan ada kendaraan di halaman rumah yang mereka lihat. Hal itu menunjukan, di dalam rumah tersebut pasti ada penghuninya.Setelah berbincang beberapa saat, keempat pria itu memutuskan untuk beranjak masuk menemui pemilik rumah tersebut. Berdasarkan informasi yang terpampang pada pintu gerbang, rumah itu akan segera dijual, itulah alasan, keempat pria itu mendatangi rumah tersebut sebagai pembeli dari rumah dua lantai itu.Namun, saat salah satu dari mereka hendak mengentuk pintu dan menyapa penghuni rumah, keempat pria itu dibuat tercengang, ketika mendengar sesuatu dari dalam. Mereka sampai saling pandang untuk beberapa saat, dan mereka seakan sedang berbicara melalui tatapan mata mereka masing-masing. "Sepertinya sedang ada keributan di dalam, apa tidak se
"Jasuke, bagaimana? Rumahnya cocok tidak?" tanya Zano, saat mereka kembali ke rumah sakit. Begitu selesai melihat keadaan rumah yang akan mereka beli, dan mengobrol sebentar dengan pemilik rumah, keempat pria itu memang sengaja kembali ke rumah sakit karena mereka memang belum memiliki tempat tujuan untuk pulang. Mereka kini kembali bertiga, karena pria tua yang menemaninya, sudah kembali menemui cucunya.Karena pria yang baru disebut namanya terlihat tidak bereaksi, Zano pun menjadi heran dan menatap Jasuke dengan kening yang berkerut. Namun tak lama setelah itu, Zano menepuk pundak pria yang duduk di sebelahnya sampai pria itu melonjak kaget. "Kamu kenapa? Aku tanya kok, malah kamu bengong."Jasuke sontak gelagapan, lalu dia tersenyum cukup lebar. "Tidak," bantahnya. "Aku hanya sedang memikirkan rumah itu saja. Rumah yang bagus."Zano dan pria yang wajahnya kembar dengan Zano, nampak saling pandang dengan tatapan heran dan penuh tanya. Namun sepertinya kedua pria itu tahu, apa yang
"Akhhh~" suara desahan yang lembut tapi cukup kencang, terdengar menggema, memenuhi ruang kamar. Bukan hanya satu suara yang terdengar di sana, tapi ada suara desahan yang saling bersahutan, sebagai tanda kalau dua suara itu sedang menikmati kegiatan yang sedang mereka lakukan saat ini.Di sana, di atas sebuah ranjang, seorang wanita terbaring pasrah dengan tatapan mata sayu, menatap pria yang sedang mengungkung tubuhnya dan menusuk lubang nikmatnya. Senyum wanita itu sesekali mengembang, disela-sela suara desahan kenikmatan serta tubuh yang meliuk indah akibat sodokan demi sodokan yang dia terima. Wanita itu masih tidak menyangka, akan dengan mudah luluh dan mengabulkan permintaan pria untuk berhubungan badan saat itu juga. Padahal keduanya baru saja bertemu dalam urusan jual beli rumah, tapi pesona pria yang menjadi tamu wanita itu, berhasil membuatnya pasrah dan mau melakukan hubungan badan untuk mencapai tujuannya.Permainan ranjang itu sudah berlangsung sejak beberapa puluh meni
"Sepertinya ada yang masuk ke dalam rumah," ucap Jasuke disela-sela dirinya sedang melakukan permainanan nikmatnya di ronde kedua. Tubuh wanita yang sedang bergerak naik turun di atas pangkuan Jasuke, seketika menghentitkan gerakannya dan menatap wajah tampan Jasuke dengan kening yang berkerut. Jasuke pun menatap balik wanita tersebut dengan sikap yang sangat tenang."Mana mungkin? Aku tidak mendengar suara apapun?" ucap si wanita, meragukan ucapan Jasuke. Dia bahkan menajamkan pendengarnya, berharap bisa mendengar sesuatu tanpa harus beranjak dari pangkuan Jasuke. "Kalau ada yang datang, harusnya ada yang ketuk pintu dan teriak memanggil namaku."Jasuke lantas tersenyum. "Coba aja kamu periksa. Aku merasa yang datang saat ini adalah orang yang biasa masuk ke dalam rumah ini?" ucapnya dengan tenang, tapi sukses membuat wanita itu terperanjat. Wanita yang belum diketahui namanya, akhirnya dengan berat hati melepas batang Jasuke yang tertancap pada lubangnya dan beranjak dari pangkuan
"Suamiku!" pekik seorang wanita yang wajahnya berubah menjadi pucat saat keduanya melihat sosok pria yang menjadi suaminya, menatap dirinya dengan penuh rasa amarah. Wanita itu langsung mengambil apapun untuk menutupi tubuh polosnya dengan segala rasa takut sampai tubuhnya gemetar. "Dasar sialan! Kalian mau cari mati, hah!" pria yang baru saja menyaksikan istrinya bercinta dengan pria lain itu, terlihat begitu emosi. Rahang yang mengeras serta kedua tangan yang terkepal menandakan kalau pria itu siap menernjang dua orang yang telah mengkhianatinya. Disamping amarah yang melanda dirinya, pria itu juga cukup terkejut dengan sosok pria yang sedang bercinta dengan istrinya. D adalah anak buahnya sendiri yang baru saja bergabung ke dalam kelompok yang dia pimpin."Suamiku, ini ... aku bisa jelaskan," seperti pada umumnya jika seseorang ketahuan selingkuh, mereka pasti akan mencari alasan. Begitu juga dengan wanita yang saat ini sedang ketakutan setengah mati. Setelah meraih selimut untuk
"Apa kita tidak sebaiknya pindah dari tempat ini?" tanya seorang wanita kepada pria yang saat ini sedang menikmati dua benda kenyal yang menggantung pada dadanya. Dengan suara pelan dan sedikit gugup, wanita itu mencoba mengusulkan sesuatu pindah tempat karena dia merasa tidak nyaman diperlakukan seperti itu oleh seorang pria lain, di depan mata suaminya dan empat pria lain yang ada di sana.Bagaimana mungkin wanita itu akan nyaman diperlakukan seperti itu oleh pria lain sedangkan di sana ada sosok suaminya yang menyaksikan perbuatan pria lain kepada tubuhnya. Suami dari wanita itu bahkan menatap penuh rasa jijik dan juga penuh rasa amarah akibat pengkhianatan yang terjadi di depan matanya. "Kenapa? Bukankah disini tempat yang paling nyaman?" tanya pria yang akrab dipanggil Dick tanpa menatap wanita dihadapannya. Pria yang sebenarnya adalah jelmaan dari sosok dewa itu, terlihat sangat menikmati benda kembar yang menggantung di dada wanita tersebut. Mungkin karena baru kali ini sosok
"Bagaimana? Apa kalian masih mau mencobanya?" ucap Dick dengan begitu santainya, kepada segerombolan orang yang saat ini sudah terkapar dengan segala rasa sakit yang mereka rasakan pada tubuh mereka. Dewa berwujud manusia itu menyeringai dan tatapannya sangat meremehkan, menatap semua pria yang tadi sempat menatap remeh kepada dewa berwujud manusia itu. Dick yang saat itu hanya mengenakan celana panjang, menempelkan pantatnya pada kursi yang ada di sana dengan senyum penuh kepuasan."Mana kehebatan kalian? Apa cuma segitu?" lagi lagi suara ejekan itu terlontar untuk para pria yang sudah tidak berdaya. Para pria itu tidak menyangka, Dick yang menurutnya lemah, justru memiliki kekuatan yang tidak mereka duga. Bahkan Dick sama sekali tidak terluka ataupun merasa lelah sedikitpun. Dick terlihat masih bugar setelah pertarungan yang mereka lakukan. "Ahhh, tidak seru. Aku pikir kekuatan kalian sangat besar, tapi nyatanya, kalian sama lemahnya dengan bos kalian," ejekan demi ejekan sukses me
"Apa anda tidak masalah tidur di tempat seperti ini?" tanya seorang pemuda berusia sekitar dua puluh tahun kepada pria yang usianya tidak diketahui. Jika dilihat secara fisik, pria yang tadi diberi pertanyaan, terlihat lebih matang dan cukup dewasa, seperti terlihat pria itu usianya tidak jauh dari angka tiga puluh tahun.Pria berpakaian serba hitam itu tersenyum dengan menatap anak muda yang baru saja keluar dari rumah sakit. "Tidak masalah, saya orangnya bukan orang yang pemilih, tenang saja," jawab pria yang sebenarnya adalah sosok dewa tersebut. Di sengaja menginap di kamar pria muda dan sekarang dia berada di dalam kamar pemuda bernama Mato. Pria yang dikenal dengan nama Jasuke, memang ada maksud terselubung sampai dia rela menginap di sana."Padahal anda orang kaya dan banyak uang, tapi anda malah mau menginap di rumah saya yang jelek ini," ucap Mato merendah. Sedari tadi saat Jasuke datang ke rumahnya, sebenarnya Mato terlihat cukup heran. Banyak pertanyaan yang ingin dia lonta
Setelah terjadi percakapan yang cukup panjang dengan kedua rekan dewanya, saat ini Jasuke memilih duduk menyendiri, merenungi semua nasehat yang menghampiri dirinya. Saran dan nasehat dari dua dewa berwajah kembar, cukup membantunya untuk merenung agar Jasuke bisa mengambil pilihan yang tepat.Jasuke duduk termenung sembari menatap langit. Pikirannya menerawang pada semua hal yang telah dia lalui. Jasuke membandingkan dirinya sendiri, kala dirinya masih bertugas menjadi dewa dengan saat dia menjalani kehidupan layaknya manusia.Cukup lama sosok dewa itu merenung di halaman rumahnya. Bahkan dia merasa bosan kala jalan pikirannya terasa buntu karena sama sekali tidak menemukan solusi yang tepat menurutnya. Jasuke pun kembali berpikir untuk mengalihkan dilema yang bergelayut dalam benaknya."Apa sebaiknya aku pergi ke rumah Lavena saja ya?" gumamnya kala teringat satu nama wanita yang akan menjadi tempat terakhir Jasuke untuk menanam benih. "Benar, sebaiknya aku ke sana. Mungkin saja
Dick terduduk dengan perasaan yang sangat kacau. Matanya menatap nanar ke arah cahaya merah yang mengandung kekuatan besar, yang baru saja dia miliki. Dick tidak menyangka, kekuatan yang sangat dia harapkan, hanya sekejap bersarang pada tubuhnya. Marah dan menyesal kini berbaur dalam benak sosok dewa itu. Dick menyesal bukan karena kesalahannya yang telah berbuat curang kepada rekan sesama dewa, tapi Dick menyesal, karena dia memilih terlebih dahulu datang ke markas naga merah demi menguasai kelompok tersebut.Dick berandai-andai, jika dia memilih untuk langsung menyerang dunia para dewa, mungkin nasibnya tidak seburuk ini. Dick masih memiliki kesempatan besar untuk membalaskan dendamnya. Bahkan, bisa saja dia berhasil mewujudkan keinginannya itu berkat kekuatan besar yang dia miliki.Namun sayang, harapan tinggal harapan. Dick sudah tidak bisa berkutik lagi karena saat ini dia sudah tidak berdaya sama sekali. Dick bahkan merasa kekuatan lain yang dia miliki juga ikutan lenyap bersam
"Apa yang terjadi? Kenapa ruangan menjadi gelap begini?" tanya Nano disela-sela dirinya sedang mencari keberadaan Mato. Sosok dewa itu nampak terkejut dengan perubahan keadaan yang berlangsung mendadak di depan matanya. Ruangan yang tadinya nampak cerah karena cahaya matahari yang menembus dari atap kaca, tiba-tiba menjadi gelap dengan keadaan langit yang sangat mendung. Perubahan cuaca secara signifikan tersebut tentu saja membuat dua dewa yang ada dalam satu ruangan merasa heran."Apa mungkin, ini pengaruah dari kekuatan jahat yang ada dalam tubuh Dick?" tanya Zano menyimpulkan segala yang dia pikirkan sejak perubahan susana itu terjadi."Wah, bisa jadi itu! Jangan-jangan saat ini, Dick sedang mengeluarkan kekuatannya?" Nano mendadak panik kala mengungkapkan dugaannya yang tidak sengaja terbesit dalam pikirannya. "Bagaimana ini? Kita lanjutkan mencari Mato apa membantu Jasuke terlebih dahulu?"Zano menggeleng. "Aku tidak tahu. Saat ini keduanya sangat penting," jawabnya. Nano pun
Jasuke menyeringai. Sosok dewa itu sama sekali tidak merasa gentar kala matanya menangkap sosok Dick, yang penampilannya jelas sangat berbeda. Bahkan dalam benak Jasuke, dia sudah tidak sabar untuk menaklukan dewa yang dia buru, sejak beberapa waktu yang lalu.Sebenarnya Jasuke bukan baru datang ke tempat itu. Dia sudah sejak beberapa waktu yang lalu, sampai di markas Naga merah. Jasuke dan dua dewa berwajah kembar memilih fokus mencari keberadaan Mato, yang kemungkinan berada di salah satu ruangan, setelah tadi mereka mendapat surat ancaman.Namun, kala mereka memasuki ruang utama markas tersebut, Jasuke dikejutkan dengan suara perdebatan. Jasuke pun penasaran dengan apa yang terjadi di sana. Dia dan dewa berwajah kembar, memilih mendekat ke ruang yang nampak ramai dengan persebut. Namun Betapa terkejutnya Jasuke kala dia mengetahui, siapa yang sedang berdebat di sana.Jasuke sempat terperangah melihat keadaan Dick yang jauh berbeda. Bahkan, dari penampilannya saja, Jasuke sudah me
Empat sosok dewa masih berbincang sampai detik ini. Mereka membahas sesuatu yang menurut mereka penting sangat penting.Mereka berbagi pendapat dalam persiapan menghadapi segala kemungkinan yang akan terjadi jika sosok dewa yang menjadi buruan mereka, datang dan mengusik ketenangan dunia dewa.Pyar!Tiba-tiba sebuah suara keras, terdengar dari arah halaman depan rumah. Keempat dewa tentu saja kaget mendengar suara tersebut. Tanpa pikir panjang salah satu dari mereka, bangkit dan beranjak keluar untuk mengecek keadaan."Apa ini?" gumam salah satu sosok dewa sembari memungut sesuatu yang tergeletak di atas rumput. Di sana, sosok dewa itu juga menyaksikan salah satu tempat tanaman hias yang terbuat dari tanah liat, nampak pecah dan tanahnya berserakan.Setelah memungut sesuatu yang dia temukan, Sosok dewa itu kembali beranjak masuk untuk menunjukan benda yang dia bawa. "Apa yang pecah, Zano?" tanya Nano begitu melihat Zano menghambiri ketiga dewa lainnya."Tempat tanaman yang ada di at
"Orang rumah pada kemana? Kok sepi?" Jasuke nampak terkejut begitu dirinya sudah sampai di kediamannya dan rumah terlihat sepi.Mata Jasuke mengedar ke segala penjuru ruangan, tapi hanya hening yang dia dapatkan. Jasuke pun berteriak memanggil dua nama dewa. Sekian detik dia berteriak, sama sekali tidak ada sahutan."Apa mereka sedang pergi?" gumam Jasuke sembari mendaratkan pantatnya di atas sofa. Dia merogoh kantung jubah yang dia kenakan dan mengeluarkan ponsel miliknya. "Astaga! Ponselnya mati," keluhnya baru sadar. Entah ponsel miliknya mati sejak kapan, Jasuke sama sekali tidak mengetahuinya. Namun bukannya segera menambah daya, Jasuke malah meletakan ponsel tersebut di atas meja dan dia merebahkan tubuhnya."Mungkin mereka sedang pergi, biarin aja lah," Jasuke kembali bergumam dan dia memilih bengong di sana. Namun, tak lama setelah itu, Jasuke malah dkejutkan dengan kedatangan sosok yang dia kenal secara tiba-tiba dan sudah berdiri di hadapannya."Mahedewa!" pekiknya. Jasuke
Jasuke terdiam sembari mendaratkan pantatnya di tepi ranjang. Sesekali dia memperhatikan wajah wanita yang terlelap di atas ranjang tersebut. Dia begitu Cantik dan kelihatan masih muda. Saat itu juga Jasuke kembali teringat akan sikap wanita itu yang mendadak marah hanya karena candaannya.Jasuke masih diselimuti rasa heran dengan banyak pertanyaan dalam benaknya. Bagaimana mungkin ada seorang wanita yang dengan mudah merelakan tubuhnya untuk dinikmati seorang pria, hanya karena wajah pria yang tampan. Apa semua wanita seperti itu.Namun kala Jasuke kembali mengingat semua kejadian yang telah dia lalui, terutama yang terhubungan dengan wanita, Jasuke malah jadi senyum-senyum sendiri kala menyimpulkan sebuah fakta, memang beberapa wanita selalu ingin kembali bercinta dengannya dengan alasan yang sama, yaitu, wajah Jasuke yang sangat tampan."Tuan Jas, Nikmatilah tubuh saya, Tuan, Ayok, Aku siap," tiba-tiba Lucia mengigau dan tentunya Jasuke kaget mendengarnya. Sosok dewa yang tadi se
Pada akhirnya Jasuke dibuat bimbang karena isengnya. Wanita yang telah dia tolong, justru terlihat agresif dalam menanggapi ucapan Jasuke yang berawal dari candaan. Jasuke bahkan sampai terdiam untuk beberapa saat, mencari cara untuk mengatasi masalah yang menurutnya cukup rumit dan membuat Jasuke berpikir keras."Kenapa anda malah diam? Apa anda sedang berpikir untuk mencari alasan agar bisa pergi dari sini dan menghindari saya?" tuduhan Lucia membuat Jasuke seketika tersentak. "Baiklah. Mungkin memang anda ingin menghindar dari keadaan seperti ini, sebaiknya aku masuk kamar."Belum sempat Jasuke mengeluarkan suaranya, Lucia terlebih dahulu beranjak meninggalkan Jasuke di ruang tamu. Jasuke pun semakin merasa tidak enak hati karena telah mengecewakan si pemilik rumah.Setelah lama terdiam dengan merenungi apa yang baru saja terjadi, begitu Lucia masuk kamar, Jasuke pun memilih beranjak menuju kamar yang sudah disediakan Lucia untuk dirinya beristirahat serta menjalankan misinya.Se
Pada akhirnya malam ini Jasuke harus menginap di rumah Lucia. Demi sebuah misi yang sebentar lagi akan berakhir, sosok dewa itu tidak ada pilihan lain lagi, yang bisa dia gunakan selain bermalam di rumah wanita yang dia tolong. Setelah banyak hal yang dia bicarakan dengan sepasang suami istri yang hendak dia tolong, Saat ini Jasuke sudah kembali berada di rumah Lucia."Kamu kenapa dari tadi senyum-senyum sendiri? Apa ada sesuatu yang sangat menyenangkan, sampai kamu tersenyum sendiri seperti itu?" tanya Jasuke kala matanya menangkap raut wajah Lucia yang nampak bahagia. Sedari tadi diam-diam, Jasuke memang memperhatikan tingkah wanita muda yang bersamanya saat ini.Lucia nampak kaget mendengar ucapan tamunya. Tapi itu hanya sebentar saja, karena selebihnya dia kembali tersenyum dan kali ini senyuman wanita itu cukup lebar. "Tentu saja saya tersenyum karena saya sedang merasa senang. Hari ini banyak kejadian yang membuat saya senang dan tentunya saya merasa sangat bahagia tanpa beba