Dengan tatapan penuh tanda tanya, Jasuke memasuki ruangan khusus, dimana ruangan tersebut biasa dijadikan tempat berkumpulnya para dewa tertinggi dengan Mahadewa sebagai pemimpinnya. Apa yang Jasuke lihat saat ini berbanding terbalik dengan apa yang ada dalam pikiran Jasuke sejak dirinya dipanggil untuk menghadap Mahadewa.
Sepanjang kaki melangkah menuju ruangan yang cukup luas tersebut, Jasuke sudah membayangkan dirinya akan disambut dengan meriah oleh para dewa tertinggi, karena telah sukses melaksanakan tugas terakhirnya. Sebagaimana yang Jasuke ketahui, setiap ada dewa yang akan naik ketingkat yang lebih tinggi, maka, akan banyak dewa yang menyambutnya, terutama para dewa tertinggi di setiap bagian tugas mereka.Namun yang saat ini Jasuke saksikan,sungguh berbeda jauh dari dugaannya. Disana hanya ada Mahadewa yang menatapnya dengan tatapan dingin, serta salah satu dewa tertinggi lainnya, yang bertugas mengatur usia makhluk hidup. Dewa itu sudah berada ditingkatan yang paling tinggi sehinga dia bisa dengan mudah berada di tempat istimewa tersebut."Mahadewa memanggil saya?" tanya Jasuke setelah dia memberi penghormatan begitu berdiri tepat dan lurus dari arah muka mahadewa."Duduklah," titah Mahadewa dengan suara yang dingin dan cukup membuat Jasuke merasa merinding. Entah kenapa, melihat tatapan dua dewa tertinggi itu, Jasuke merasakan firasat yang tidak baik. Jasuke hanya diam, menunggu Mahadewa untuk membuka suaranya.Namun sebelum Mahadewa membuka suaranya, Jasuke kembali dibuat terkejut saat ada tiga dewa lain masuk ke ruangan yang sama. Yang membuat kening Jasuke berkerut, diantara tiga dewa itu, ada satu dewa kematian, yang sama seperti dirinya dengan tangan yang terikat rantai. Jasuke pun semakin dibuat penasaran dengan apa yang terjadi sebenarnya. Sedangkan dua dewa lainnya adalah Dewa penjaga yang mengantar Dewa kematian itu.Dewa yang terikat rantai itu dipaksa bersimpuh di atas lantai dengan kepala menunduk. Sedangkan dua dewa dari kalangan penjaga, langsung keluar setelah melaksankan tugas mereka. Sungguh Jasuke sangat penasaran, dengaj apa yang terjadi saat ini. Jasuke semakin merasa kalau akan ada hal buruk yang menimpa dirinya, melihat keadaan yang begitu menegangkan."Kalian tahu apa yang membuat kalian dipertemukan dalam kondisi seperti ini?" Mahadewa mengeluarkan suara beratnya yang penuh dengan sikap wibawa."Saya tidak tahu, Mahadewa," jawab Jasuke jujur. Karena pada dasarnya, Jasuke memang tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi. "Apa saya telah membuat kesalahan?""Tentu," jawab Mahadewa dengan lantang, membuat Jasuke terperangah mendengarnya. "Apa kamu tidak sadar, apa kesalahan yang telah kamu perbuat?" secara spontan, Jasuke pun menggeleng. "Ambilah dua catatan yang ada di meja sebelah kanan kamu."Jasuke mengangguk lalu mengambil dua berkas hitam dimana Jasuke sangat mengetahui apa isi berkas itu. Di sana berisi cacatan lengkap makhluk hidup yang menerangkan tentang kapan makhluk hidup akan lahir sampai dia meninggal secara detail, dari mulai usia, tempat dan waktu. Jasuke segera memeriksa satu persatu catatan itu.Awalnya Jasuke nampak biasa saja dalam melakukan pemeriksaan. Namun beberapa saat kemudian mata Jasuke membelalak. Jelas sekali dari raut wajahnya kalau Jasuke begitu sangat terkejut setelah membaca dua berkas itu dengan sangat teliti. "Ini ... bagaimana mungkin? Bagaimana mungkin ini bisa tertukar?""Bisa saja, apa yang tidak mungkin," bukan Mahadewa yang mengeluarkan suaranya, tapi Dewa kehidupan yang bertugas mengatur nyawa makhluk hidup. "Itu karena kamu terlalu ceroboh dan kurang teliti.""Tapi saya selalu memeriksanya. Bahkan disaat terakhir saya akan berangkat melaksanakan tugas saya, saya sudah memeriksanya kembali," Jasuke berusaha membela diri. Karena dalam ingatan dia, Jasuke merasa tidak melakukan kesalahan apapun."Sekarang, coba kamu ingat kembali, apa yang dia lakukan sebelum kamu benar benar berangkat melaksanakan tugas kamu?" tanya Dewa kehidupan sambil menunjuk Dewa kematian yang terikat rantai.Jasuke seketika langsung berpikir dan mencoba mengingat kembali semua yang dia lakukan sebelum berangkat melaksanakan tugasnya. Hingga beberapa saat kemudian Jasuke menemukan sedikit kejadian dalam ingatan yang berhubungan dengan dewa yang bersimpuh. "Astaga! jangan jangan saat kamu menabrak tubuhku dengan keras, kamu ..." ucap Jasuke dengan suara ya cukup lantang."Ya, saat itulah, berkas yang sudah berada di tangan kamu sengaja ditukar oleh dia," ucap dewa kehidupan dengan lantang."Apa!" pekik Jasuke, dan dia kembali menatap rekannya. "Kenapa? Kenapa kamu lakukan itu?" Jasuke menatap rekan seperjuangannya dengan tatapan tidak percaya. Namun Jasuke tidak memungkiri karena dia ingat betul, Jasuke terjatuh sampai berkasnya terhempas dan saat itu juga, Dewa yang bersimpuh mengambil berkas Jasuke."Karena saya tidak rela kamu naik ke tingkat dewa yang lebih tinggi terlebih dahulu," ucap dewa itu dengan kepala yang masih menunduk. Dari suaranya jelas sekali terdengar nada penuh kebencian. "Aku tidak suka kamu yang lebih dulu naik ke tingkat paling tinggi, sedangkan diantara kita, aku duluan yang menjadi dewa."Jasuke terperangah mendengarnya. Dia tidak menyangka ada dewa yang menaruh iri kepadanya. Sekeika ingin rasanya Jasuke meluapkan amarahnya yang saat sini sudah mulai mendidih. kedua tangan Jasuke bahkan terkepal kuat dengan tatapan yang tajam penuh amarah dan rasa benci."Kamu! Apa kamu tidak sadar, akibat dari kesalahan yang kamu perbuat, hah!" bentak Dewa kehidupan dengan suara penuh kemurkaan kepada Dewa yang sedang menunduk. "Kamu sudah sengaja merubah jalan takdir hidup dua manusia yang bisa mempengaruhi takdir makhluk hidup lainnya, paham! Gara gara perbuatan kamu, seluruh Dewa kehidupan harus bekerja keras mengatur ulang takdir hidup makhluk lainnya yang berhubungan dengan dua orang yang kamu tukar takdirnya. Kamu tahu, betapa kesalahan kamu sangat fatal!""Dan kamu!" sekarang Jasuke yang mendapat bagian amarah dari dewa kehidupan. "Harusnya kamu periksa kembali catatan yang kamu pegang sebelum kamu melintasi batas antara dunia dewa dengan dunia manusia. Kamu tahu, hal itu biasa dilakukan kembali oleh setiap dewa yang bertugas sebelum melintas. kenapa kamu tidak melakukannya?"Jasuke kembali dibuat terperangah. Sekarang dia tahu letak kesalahannya berada dimana. Jasuke sadar betul dia memang tidak memeriksa kembali cacatan hitam yang dia bawa, saat melintasi batas dua dunia. Jasuke ingat dengan jelas, jika sudah melintasi batas tersebut, para dewa tidak bisa kembali lagi sebelum menuntaskan tugasnya. Karena saat itu Jasuke terlalu senang, akan segera naik ke tingkat yang lebih tinggi, jadi Jasuke lalai hanya karena hal kecil yang ternyata sangat penting.Seketika Jasuke langsung bersimpuh dengan segala rasa bersalah dan penyesalannya. "Ampuni saya, Mahadewa, saya mengaku salah, saya telah lalai karena tidak memperhatikan hal sekecil itu. Ampuni saya.""Semua sudah terjadi, dan kalian tahu apa konsekuensi dari perbuatan kalian, bukan?" ucap Mahadewa dengan tatapan yang masih begitu tajam. Tentu saja kedua Dewa itu sangat tahu apa yang akan dia dapatkan setelah ini."Buat kamu," Maha dewa menunjuk ke arah Dewa yang tangannya terikat rantai. "Saya akan memasukkan kamu ke lembah dasar hukuman para iblis, dan buat kamu," sekarang Mahadewa menunjuk ke arah Jasuke. "Saya akan menghukum kamu menjadi manusia.""Apa?!" Kedua Dewa kematian memekik secara bersamaan dan mereka nampak terkejut dengan pernyataan tersebut."Tidak!" pekik dua dewa pencabut nyawa secara bersamaan, begitu mereka mendengar hukuman yang harus mereka terima atas perbuatan mereka. Meski hukuman yang diterima berbeda versi, tapi dua dewa itu merasa keberatan dengan hukuman yang harus mereka jalani. Yang pasti mereka tidak menyangka akan mendapatkan hukuman yang tidak pernah mereka duga."Saya tidak terima, Mahadewa, ini tidak adil," protes Dewa kematian yang kedua tangannya terikat rantai. Dia menatap Mahadewa dengan segala rasa amarah yang terlihat berkobar dari bola matanya. "Kami sama-sama melakukan kesalahan, tapi kenapa hukuman kami berbeda? Harusnya kami mendapat hukuman yang sama? Karena kami melakukan kesalahan yang sama juga."Jasuke terperangah mendengar alasan yang diutarakan rekan sesama pencabut nyawa. Dia tidak percaya dengan apa yang baru saja dia dengar. Bagaimana mungkin rekannya dengan lantang, mengatakan rasa keberatannya tentang hukuman yang berbeda. "Sudah pasti, hukuman kalian akan berbeda, karena kesalah
"Bagaimana mungkin dia bisa kabur!" teriak Mahadewa dengan suara lantang yang sangat menggelagar. Bahkan Jasuke dan Dewa kehidupan sampai terjengat karena terlalu kaget oleh teriakan penuh amarah yang ditunjukan Mahadewa saat ini. "Bagaimana bisa kalian bisa seteledor itu, hah! Apa kalian tidak tahu, bahaya yang bisa dia datangkan?"Dewa penjaga yang tadi masuk memberi laporan langsung bersimpuh dengan segala rasa takut dan juga rasa sesal yang begitu mendalam. "Ampuni saya, Mahadewa. Ampuni kesalahan saya. Tadi dia hanya bilang hendak pamit kepada rekannya, tapi tidak kami sangka dia malah melarikan diri melalui jalur lain di saat kami sedang menunggunya. Kami baru mendapat laporan saat ada dewa yang berteriak, melihat dia lari ke arah gerbang manusia."Tangan Mahadewa terkepal sangat kencang. "Kamu tahu apa akibat yang bisa dia timbulkan jika dia berhasil sampai ke dunia manusia? Dia bisa ikut campur dalam kehidupan para makhluk hidup. Dia juga masih memiliki kekuatan dewa yang bisa
Gempar, itulah yang terjadi saat ini di satu satunya tempat kremasi yang ada di kota kecil. Hampir semua orang yang hadir untuk mengikuti jalannya upacara kremasi atas kematian salah satu warga yang mereka kenal, dibuat syok oleh sosok tubuh, yang terlihat bergerak setelah dinyatakan meninggal.Sosok tubuh anak muda yang meninggal karena mengalami kecelakaan saat hujan deras semalam, terlihat bergerak ketika tubuh itu akan dikremasi. Para warga terperangah dan terpaku, menatap tubuh yang menunjukkan berapa gerakan tak terduga.Di sana, di tengah tengah para warga, sosok yang dinyatakan telah meninggal, perlahan tapi pasti, tubuh yang awalnya terbaring, sedang bangkit dengan mata yang terbuka. Sosok tubuh yang hidup kembali, terlihat seperti orang bingung, dengan mengedarkan pandangannya ke sekitarnya."Mato! Kamu hidup kembali?" seru seorang pria yang jarak berdirinya paling dekat dengan sosok tersebut. Pria itu mencoba memberanikan diri mendekat, menepis segala rasa takut yang menyer
"Apa anda tidak salah, mengutus dia untuk turun ke bumi, Mahadewa?" tanya salah satu dewa tertinggi di saat para dewa sedang berkumpul, membicarakan kegemparan yang terjadi pada dunia dewa beberapa saat yanf lalu. Para dewa dari berbagai bagian, baru memiliki waktu berkumpul saat ini karena mereka memiliki waktu tugas yang berbeda beda."Kenapa? Apa anda meragukan keputusan saya, Dewa air?" tanya Mahadewa dengan segala ketenangan, yang seperti biasa dia tunjukka. Ketenangan penuh kewibawaan sebagai pemimpin para dewa dari berbagai tingkatan. Senyum tipis terkembang pada bibir Mahadewa dan tatapannya begitu meneduhkan, penuh kehangatan. Tapi jika sedang emosi, tidak ada yang berani menandangi amarah Mahadewa."Tentu saja saya tidak meragukan keputusan anda," sanggah Dewa air dengan sopannya. "Saya hanya penasaran, kenapa anda justru meminta dewa dari kalangan rendah untuk menangkap dewa yang melarikan diri ke dunia manusia. Bukankah itu sangat beresiko? Anda pasti tahu, kekuatan yang d
Semua orang yang berada di rumah sakit, tertegun dengan kehadiran pria yang baru saja menyela obrolan mereka. Pria berwajah tampan dengan tubuh tegap. Namun pakaiannya serba hitam, membuat semua mata yang memandangnya terlihat heran dengan segala pemikiran yang telah ditumbuhi banyak pertanyaan.Tatapan dengan arti yang lebih berbeda, saat ini juga ditunjukan oleh anak muda yang terbaring di atas brangkar. Anak muda yang baru saja mengalami kecelakaan dan sempat dinyatakan meninggal, menatap wajah pria dengan segala pikirannya yang saat itu juga langsung berkecamuk. Antara ingat dan tidak ingat, pria muda yang akrab dipanggil dengan nama Mato itu, terus menatap tamunya dengan tatapan penuh selidik."Kalian siapa?" tanya pria tua yang ada di sana. Sosok tampan bertubuh tegap tadi memang tidak datang sendiri. Dia datang bersama dua pria berwajah kembar dengan postur tubuh yang lebih pendek dari pria tadi. Jika diperhatikan perbedaan tinggi pria kembar tersebut dengan pria tampan itu ha
Tiga dewa berwujud manusia itu bergegas pergi mengitari area rumah sakit untuk mencari sosok yang mereka buru. Mata mereka mengedar ke segala penjuru tempat dimana langkah kaki ketiganya berada dan sesekali menatap cincin yang melingkar pada jari tengah milik Jasuke. Cincin itu masih memancarkan cahaya, berarti itu sosok yang mereka buru memang berada di sekitar mereka."Apa kalian masih ingat, wajah dari dewa yang melarikan diri?" tanya Jasuke kepada dua rekannya yang memiliki wajah kembar. "Kalau aku terus terang tidak terlalu ingat, karena aku jarang berinteraksi dengan dia.""Namanya Dick," jawab Zano. "Kalau dia tidak menyamar, aku masih mengenali wajahnya. Sayang sekali, dia waktu kabur masih memiliki kekuatan dewa. Aku khawatir dia akan menggunakan kekuatannya untuk memanipusi manusia.""Itu juga yang aku khawatirkan," sahut Nano dengan mata terus memperhatikan ke sekitarnya. "Bukankah kalian pasti tahu jika kekuatan dewa dipengaruhi iblis maka hasilnya akan sangat bahaya? Aku
Tiga dewa perwujud manusia itu kini melangkah semakin cepat. Mereka tidak peduli kepada setiap mata yang memperhatikan ketiganya dengan tatapan penuh tanya dan tentunya rasa heran juga menyertainya. Penampilan ketiga dewa yang mengenakan pakaian serba hitam, sangat mengundang perhatian bagi semua orang yang berada di rumah sakit."Kemana perginya mereka?" ucap salah satu dari tiga dewa dengan suara cukup kencang, saat langkah kaki mereka tepat berada di halaman rumah sakit. Mata mereka seketika mengedar ke berbagai penjuru arah, mencari gerombolan pria yang tadi mereka lihat, ketika ketiganya berada di salah satu lorong rumah sakit. "Apa mereka sudah pergi? Sial, kita terlambat," umpat dewa yang sama."Sepertinya begitu," sahut Dewa yang lain, yang memiliki wajah kembar dengan dewa yang tadi bersuara. Matanya masih memperhatikan setiap orang yang dia lihat. "Mereka sepertinya sudah pergi dari rumah sakit ini."Mengetahui sosok yang diburu sudah menghilang entah kemana, ketiga dewa itu
Malam itu, udara terasa sedikit lebih panas. Di sana, pada salah satu taman yang letaknya tidak jauh dari rumah sakit yang ada di kota kecil, nampak tiga sosok dewa berwujud manusia sedang ngobrol satu sama lainnya sambil membaringkan tubuh mereka di atas rumput. Ketiganya sedang berbincang ringan tentang semua yang mereka rasakan sejak turun ke bumi.Namun di tengah-tengah obrolan santai yang mereka lakukan, ketiga sosok dewa tersebut dibuat terkejut saat telinga mereka menangkap suara yang cukup menyayat hati. Ketiganya bahkan terperanjat sampai mereka bangkit dari berbaringnya dengan mata langsung mengedar ke segala arah di taman kota tersebut."Apa kalian mendengarnya juga?" Jasuke, salah satu nama sosok dewa itu, sediikit terkejut saat melihat reaksi yang sama, ditunjukan oleh dua dewa lainnya, yang berwajah kembar, yang saat ini bersamanya."Sepertinya di sana manusia yang saat sedang berada dalam bahaya," salah satu dewa berwajah kembar dengan nama Zano malah mengatakan hal yan
Setelah terjadi percakapan yang cukup panjang dengan kedua rekan dewanya, saat ini Jasuke memilih duduk menyendiri, merenungi semua nasehat yang menghampiri dirinya. Saran dan nasehat dari dua dewa berwajah kembar, cukup membantunya untuk merenung agar Jasuke bisa mengambil pilihan yang tepat.Jasuke duduk termenung sembari menatap langit. Pikirannya menerawang pada semua hal yang telah dia lalui. Jasuke membandingkan dirinya sendiri, kala dirinya masih bertugas menjadi dewa dengan saat dia menjalani kehidupan layaknya manusia.Cukup lama sosok dewa itu merenung di halaman rumahnya. Bahkan dia merasa bosan kala jalan pikirannya terasa buntu karena sama sekali tidak menemukan solusi yang tepat menurutnya. Jasuke pun kembali berpikir untuk mengalihkan dilema yang bergelayut dalam benaknya."Apa sebaiknya aku pergi ke rumah Lavena saja ya?" gumamnya kala teringat satu nama wanita yang akan menjadi tempat terakhir Jasuke untuk menanam benih. "Benar, sebaiknya aku ke sana. Mungkin saja
Dick terduduk dengan perasaan yang sangat kacau. Matanya menatap nanar ke arah cahaya merah yang mengandung kekuatan besar, yang baru saja dia miliki. Dick tidak menyangka, kekuatan yang sangat dia harapkan, hanya sekejap bersarang pada tubuhnya. Marah dan menyesal kini berbaur dalam benak sosok dewa itu. Dick menyesal bukan karena kesalahannya yang telah berbuat curang kepada rekan sesama dewa, tapi Dick menyesal, karena dia memilih terlebih dahulu datang ke markas naga merah demi menguasai kelompok tersebut.Dick berandai-andai, jika dia memilih untuk langsung menyerang dunia para dewa, mungkin nasibnya tidak seburuk ini. Dick masih memiliki kesempatan besar untuk membalaskan dendamnya. Bahkan, bisa saja dia berhasil mewujudkan keinginannya itu berkat kekuatan besar yang dia miliki.Namun sayang, harapan tinggal harapan. Dick sudah tidak bisa berkutik lagi karena saat ini dia sudah tidak berdaya sama sekali. Dick bahkan merasa kekuatan lain yang dia miliki juga ikutan lenyap bersam
"Apa yang terjadi? Kenapa ruangan menjadi gelap begini?" tanya Nano disela-sela dirinya sedang mencari keberadaan Mato. Sosok dewa itu nampak terkejut dengan perubahan keadaan yang berlangsung mendadak di depan matanya. Ruangan yang tadinya nampak cerah karena cahaya matahari yang menembus dari atap kaca, tiba-tiba menjadi gelap dengan keadaan langit yang sangat mendung. Perubahan cuaca secara signifikan tersebut tentu saja membuat dua dewa yang ada dalam satu ruangan merasa heran."Apa mungkin, ini pengaruah dari kekuatan jahat yang ada dalam tubuh Dick?" tanya Zano menyimpulkan segala yang dia pikirkan sejak perubahan susana itu terjadi."Wah, bisa jadi itu! Jangan-jangan saat ini, Dick sedang mengeluarkan kekuatannya?" Nano mendadak panik kala mengungkapkan dugaannya yang tidak sengaja terbesit dalam pikirannya. "Bagaimana ini? Kita lanjutkan mencari Mato apa membantu Jasuke terlebih dahulu?"Zano menggeleng. "Aku tidak tahu. Saat ini keduanya sangat penting," jawabnya. Nano pun
Jasuke menyeringai. Sosok dewa itu sama sekali tidak merasa gentar kala matanya menangkap sosok Dick, yang penampilannya jelas sangat berbeda. Bahkan dalam benak Jasuke, dia sudah tidak sabar untuk menaklukan dewa yang dia buru, sejak beberapa waktu yang lalu.Sebenarnya Jasuke bukan baru datang ke tempat itu. Dia sudah sejak beberapa waktu yang lalu, sampai di markas Naga merah. Jasuke dan dua dewa berwajah kembar memilih fokus mencari keberadaan Mato, yang kemungkinan berada di salah satu ruangan, setelah tadi mereka mendapat surat ancaman.Namun, kala mereka memasuki ruang utama markas tersebut, Jasuke dikejutkan dengan suara perdebatan. Jasuke pun penasaran dengan apa yang terjadi di sana. Dia dan dewa berwajah kembar, memilih mendekat ke ruang yang nampak ramai dengan persebut. Namun Betapa terkejutnya Jasuke kala dia mengetahui, siapa yang sedang berdebat di sana.Jasuke sempat terperangah melihat keadaan Dick yang jauh berbeda. Bahkan, dari penampilannya saja, Jasuke sudah me
Empat sosok dewa masih berbincang sampai detik ini. Mereka membahas sesuatu yang menurut mereka penting sangat penting.Mereka berbagi pendapat dalam persiapan menghadapi segala kemungkinan yang akan terjadi jika sosok dewa yang menjadi buruan mereka, datang dan mengusik ketenangan dunia dewa.Pyar!Tiba-tiba sebuah suara keras, terdengar dari arah halaman depan rumah. Keempat dewa tentu saja kaget mendengar suara tersebut. Tanpa pikir panjang salah satu dari mereka, bangkit dan beranjak keluar untuk mengecek keadaan."Apa ini?" gumam salah satu sosok dewa sembari memungut sesuatu yang tergeletak di atas rumput. Di sana, sosok dewa itu juga menyaksikan salah satu tempat tanaman hias yang terbuat dari tanah liat, nampak pecah dan tanahnya berserakan.Setelah memungut sesuatu yang dia temukan, Sosok dewa itu kembali beranjak masuk untuk menunjukan benda yang dia bawa. "Apa yang pecah, Zano?" tanya Nano begitu melihat Zano menghambiri ketiga dewa lainnya."Tempat tanaman yang ada di at
"Orang rumah pada kemana? Kok sepi?" Jasuke nampak terkejut begitu dirinya sudah sampai di kediamannya dan rumah terlihat sepi.Mata Jasuke mengedar ke segala penjuru ruangan, tapi hanya hening yang dia dapatkan. Jasuke pun berteriak memanggil dua nama dewa. Sekian detik dia berteriak, sama sekali tidak ada sahutan."Apa mereka sedang pergi?" gumam Jasuke sembari mendaratkan pantatnya di atas sofa. Dia merogoh kantung jubah yang dia kenakan dan mengeluarkan ponsel miliknya. "Astaga! Ponselnya mati," keluhnya baru sadar. Entah ponsel miliknya mati sejak kapan, Jasuke sama sekali tidak mengetahuinya. Namun bukannya segera menambah daya, Jasuke malah meletakan ponsel tersebut di atas meja dan dia merebahkan tubuhnya."Mungkin mereka sedang pergi, biarin aja lah," Jasuke kembali bergumam dan dia memilih bengong di sana. Namun, tak lama setelah itu, Jasuke malah dkejutkan dengan kedatangan sosok yang dia kenal secara tiba-tiba dan sudah berdiri di hadapannya."Mahedewa!" pekiknya. Jasuke
Jasuke terdiam sembari mendaratkan pantatnya di tepi ranjang. Sesekali dia memperhatikan wajah wanita yang terlelap di atas ranjang tersebut. Dia begitu Cantik dan kelihatan masih muda. Saat itu juga Jasuke kembali teringat akan sikap wanita itu yang mendadak marah hanya karena candaannya.Jasuke masih diselimuti rasa heran dengan banyak pertanyaan dalam benaknya. Bagaimana mungkin ada seorang wanita yang dengan mudah merelakan tubuhnya untuk dinikmati seorang pria, hanya karena wajah pria yang tampan. Apa semua wanita seperti itu.Namun kala Jasuke kembali mengingat semua kejadian yang telah dia lalui, terutama yang terhubungan dengan wanita, Jasuke malah jadi senyum-senyum sendiri kala menyimpulkan sebuah fakta, memang beberapa wanita selalu ingin kembali bercinta dengannya dengan alasan yang sama, yaitu, wajah Jasuke yang sangat tampan."Tuan Jas, Nikmatilah tubuh saya, Tuan, Ayok, Aku siap," tiba-tiba Lucia mengigau dan tentunya Jasuke kaget mendengarnya. Sosok dewa yang tadi se
Pada akhirnya Jasuke dibuat bimbang karena isengnya. Wanita yang telah dia tolong, justru terlihat agresif dalam menanggapi ucapan Jasuke yang berawal dari candaan. Jasuke bahkan sampai terdiam untuk beberapa saat, mencari cara untuk mengatasi masalah yang menurutnya cukup rumit dan membuat Jasuke berpikir keras."Kenapa anda malah diam? Apa anda sedang berpikir untuk mencari alasan agar bisa pergi dari sini dan menghindari saya?" tuduhan Lucia membuat Jasuke seketika tersentak. "Baiklah. Mungkin memang anda ingin menghindar dari keadaan seperti ini, sebaiknya aku masuk kamar."Belum sempat Jasuke mengeluarkan suaranya, Lucia terlebih dahulu beranjak meninggalkan Jasuke di ruang tamu. Jasuke pun semakin merasa tidak enak hati karena telah mengecewakan si pemilik rumah.Setelah lama terdiam dengan merenungi apa yang baru saja terjadi, begitu Lucia masuk kamar, Jasuke pun memilih beranjak menuju kamar yang sudah disediakan Lucia untuk dirinya beristirahat serta menjalankan misinya.Se
Pada akhirnya malam ini Jasuke harus menginap di rumah Lucia. Demi sebuah misi yang sebentar lagi akan berakhir, sosok dewa itu tidak ada pilihan lain lagi, yang bisa dia gunakan selain bermalam di rumah wanita yang dia tolong. Setelah banyak hal yang dia bicarakan dengan sepasang suami istri yang hendak dia tolong, Saat ini Jasuke sudah kembali berada di rumah Lucia."Kamu kenapa dari tadi senyum-senyum sendiri? Apa ada sesuatu yang sangat menyenangkan, sampai kamu tersenyum sendiri seperti itu?" tanya Jasuke kala matanya menangkap raut wajah Lucia yang nampak bahagia. Sedari tadi diam-diam, Jasuke memang memperhatikan tingkah wanita muda yang bersamanya saat ini.Lucia nampak kaget mendengar ucapan tamunya. Tapi itu hanya sebentar saja, karena selebihnya dia kembali tersenyum dan kali ini senyuman wanita itu cukup lebar. "Tentu saja saya tersenyum karena saya sedang merasa senang. Hari ini banyak kejadian yang membuat saya senang dan tentunya saya merasa sangat bahagia tanpa beba