Reyna berjalan memasuki lorong-lorong kekuasaan dari OSIS Dalam yaitu gedung B, tempat dimana ruang kelas 2 berada.
Tatapan demi tatapan dari para senior kelas 2, baik itu program Bahasa, Sains, Sosial, Teknik Informatika, Seni, ataupun yang lainnya, semuanya menatap dengan aneh dalam artian sedikit mengintimidasi.
Bisa dibilang tatapan mereka yang membuat banyak sekali junior-junior mereka yang berada di kelas satu menjadi takut untuk datang ke kawasan tersebut, walaupun sebenarnya baik-baik saja apabila mereka memasuki kawasan tersebut, namun kesenjangan antara senior dan junior sangatlah berlaku dan sangat kental di akademi ini.
Kesenjangan ini yang menjadikan para junior atau murid baru di sini takut kepada para senior mereka yang telah lama berada di sekolah ini, ini terjadi sejak beberapa tahun terakhir, namun dua tahun belakangan ini hal itu lebih sering terjadi.
"Hei, lihat ini. Ada seorang junior di sini," kata seorang senior, dia mendekati Reyna bersama dengan dua temannya di sampingnya.
Reyna mencoba tak memperdulikan, tapi itu tidak di biarkan terjadi oleh mereka sama sekali.
"Hei, kita lagi ngomong kau melihat ke mana?" para senior itu mencoba mengganggu Reyna, mereka mempermainkannya.
"Jawab dong. Kok diam aja sih?" seorang senior dengan tubuh tinggi keturunan jerman mendekatinya.
" kalau kita lagi tanya, jawab. Jangan cuma diam aja, kamu pikir kita ngomong itu nggak capek, ha?" ucapnya dengan mendorong pelan tubuh Reyna.
" maaf kak? tapi aku lagi buru-buru, ini menyangkut ujian tahun ini kak," ucap Reyna dengan terus menunduk.
Rasanya sangat gugup dan takut untuk menatap mereka.
"Ujian tahun ini? memang sekarang bulan berapa?" tanya salah satu dari mereka.
"Sekarang bulan ke 5 kak. Ini sudah di minggu kedua," jawab Reyna mencoba untuk lebih tenang, tapi perasaan gugup itu masih saja ada.
"Eh." para senior itu memasang ekspresi sedikit terkejut, "baiklah. Kamu boleh pergi, lain kali jangan asal masuk seperti ini lagi. Semuanya ada tata caranya sendiri, " ucap gadis keturunan Jerman tadi.
"Iya kak. Maafkan aku sekali lagi, lain kali aku akan melakukan sesuai dengan tata caranya kak," balas Reyna.
Tanpa menunggu lebih lagi dia segera pergi tempat itu. Rasanya mengerikan.
" Tidak disangka-sangka sekarang sudah masuk bulan kelima, sebentar lagi akan ada murid-murid baru yang datang. Benar kata orang di tempatku dulu, kalau kita sudah masuk academy ini kita akan lupa tentang tanggal, hari, jam, dan lain sebagainya. Kita sangat sibuk dengan segala macam urusan di sini seperti belajar, belajar, dan belajar. Bertarung dengan teman-teman atau bahkan mungkin dengan mereka yang ada di balik tembok ini."
Mereka memandang tembok tinggi yang membatasi aktivitas dan wilayah kekuasaan mereka, sebuah tembok besar yang berdiri kokoh sejak awal pembangunan akademi ini, demi melindungi para siswanya akademi ini membangun sebuah tembok setinggi puluhan meter agar tidak mendapatkan serangan dari pihak-pihak yang ada di sekitar akademi atau bahkan mungkin akademi lain.
Hell city bukanlah kota yang ramah, banyak kejahatan dimana-mana.
" Yah, sejak ultimate leader dari the guard tidak ada lagi di sini, pintu utama hanya dibuka di saat-saat kritis atau di saat tahun ajaran baru. Seperti 2 tahun terakhir ini, semua ini karena dia. Dia yang membuat the ultimate leader menjadi pergi, dia yang membuat pintu itu tertutup untuk waktu yang lama."
" Dulu aku mengira antara kita dengan Royal academy akan mempunyai hubungan yang baik kedepannya dan melupakan masalah masalah yang dulu, tapi kita salah mengira ternyata pemimpin saat ini begitu egois, tidak bisa berfikir dengan jernih, bodoh, dan tidak masuk akal."
" Bukan cuma itu, dia juga tidak berperasaan. walaupun the ultimate leader academy kita dibilang sangat kejam, brutal, dan tak memiliki rasa kasihan sedikitpun, tapi dia masih lebih baik daripada pemimpin Royal academy sekarang. Menurutku, pemimpin Royal academy saat ini adalah orang gila yang harus akan kekuasaan dan buta akan tahta."
Mereka saling bicara dan mengutarakan pendapat mereka tentang keadaan akademi mereka dan akademi yang menjadi musuh utama mereka sejak lama, memikirkan kejadian 2 tahun yang lalu saja sudah membuat mereka mengepalkan tangan mereka erat dan mengatupkan gigi mereka rapat-rapat, rasa amarah sangat terasa di sekitar mereka.
Dua tahun mereka tanpa kekuatan utama akademi.
Reyna yang belum berjalan jauh merasakan bulu kuduknya berdiri, dia dengan rasa takut menyelimuti tubuhnya berjalan pergi lebih cepat lagi.
Berusaha mati-matian tidak menengok ke belakang, dalam pikirannya di belakangnya adalah deretan hantu-hantu kesepian yang berjejer rapi, menatapnya dengan tatapan seakan ingin memakannya.
"Jangan nengok belakang, jangan nengok belakang, jangan nengok belakang," gumamnya selama berjalan.
"Heh. Ngapain kamu komat-kamit kaya gitu?"
"Astaghfirullah! aduh. Hantu!!" teriak Reyna keras.
"Hei! ini aku Alvaro Maquella Honors, bukan hantu. Enak aja kalau ngomong, pengen tak gampar kamu ya?" ucap Alvaro sambil menarik bagian belakang baju seragam Reyna.
"Eh." Reyna memutar kepalanya pelan. "Eh, kak Alvaro. hehe, maaf kak? aku kira hantu, maaf ya? please?" Reyna menyatukan kedua tangannya, meminta maaf.
"Heh, nggak usah lebay. Ayo masuk, kelamaan kamu datangnya," kata Alvaro, dia menyeret gadis itu kedalam ruangan.
Di ruangan itu sudah ada Steven si ketua OSIS Luar, Excellio si ketua OSIS Dalam, Mikeal si Wakil ketua OSIS Dalam, dan Lily, Kevin, serta Tiffany si sekertaris OSIS Luar sebagai pengganti Wakil ketua yang sedang berhalangan hadir.
Selain mereka, ada juga tiga sosok yang sangat asing bagi Reyna selaku murid baru di sana.
"Kak, itu 3 orang itu siapa?" tanya Reyna pada Alvaro.
"Kamu beruntung deh, mereka itu Ketua dan sekertaris dari Dewan OSIS, sedangkan yang memakai topeng gold itu adalah The low ultimate leader dari GFH-0, taukan para guard? nah dia itu pemimpin tertinggi kanan." Alvaro menjelaskan.
Reyna mengangguk, matanya menatap kagum pada ketiga sosok yang bisa dibilang misterius di sekolah, karena sejauh ini belum pernah ada yang melihat mereka bertiga.
Hanya ketika ada pengadilan sekolah atau pengangkatan anggota OSIS baru, mereka akan datang dan itupun menggunakan topeng khas OSIS.
"Jadi, ini anggota tim yang ada dibawah bimbingan kamu Stev?" ucap seorang perempuan dari 3 sosok tadi.
"Yah, sebenarnya males juga sih. Tapi mau bagaimana lagi, posisi itu kosong dan harus di isi. Sedangkan dia belum kembali, mau bagaimana lagi," jawab Steven.
"Dia akan kembali tahun ini." satu kalimat membuat mereka semua menatap perwakilan guard di sana.
"Serius? tahun ini?" tanya si ketua Dewan OSIS.
"Iya, tapi dia tidak ingin menduduki jabatannya dahulu, dia akan bermain seperti seorang siswa biasa." Dia menjawab.
"Yah, nggak asik dong. Nggak bisa main-main bareng lagi." Mike bicara dengan wajah cemberut, dia memainkan kartu di tangannya.
"Kalian dengar sendiri." Pemimpin kanan dari The guard melemparkan sebuah rekaman.
'Hai semuanya.
Aku yakin kalian baik-baik saja, jadi aku tidak akan basa-basi lagi. Aku akan kembali tahun ini! Hahahaha....
Aku akan menemani kalian bermain sepuasnya, tolong taruh satu boneka di kursi ku, ya? hehe ... biarkan mereka merasakan pusingnya menjadi diriku.
Oh, si coklat tolong jangan nangis terus dong. Bisa ikut nangis nanti ini si kembar!'
Semuanya melihat si pemimpin kanan guard dengan tatapan aneh mereka, sedangkan yang ditatap berusaha untuk tidak mendengar atau melihat apapun.
'hahaha....
Eh, nanti tolong ya. Kak Mike temani aku main, si coklat juga ajakin naga kembar sekalian, Kak Excel harus buatkan aku makanan yang enak, kak agatha harus menari, kak James Bond harus temani aku berkelahi, kak Gerald harus bantu naikin saham, dan kak Stev cukup bantu perban luka aja.
Eh, pasti di situ ada perwakilan dari murid baru ya? Hehe, hebat. Kamu harus bilang ke anggota di tim kamu, siapapun yang berkinerja dengan baik akan mendapatkan posisi sebagai wakil ketua Dewan OSIS! wah! hebat kan, hahaha... kalau nggak percaya tanya aja ke ketua yayasan Sekolah.
udah ah, mau makan ini. Bye"sayang semua.'
Rekaman itupun berhenti, semuanya tersenyum dan hanya Reyna yang merasakan aneh di sana.
"Dia siapa?" ucap Reyna membuyarkan lamunan semua orang.
Alvaro memukul kepala Reyna, "kamu ini. Nggak sopan! Kapan kakak ngajarin kaya gitu sama kamu, ha? yang sopan tahu," marahnya.
"Aduh, maaf kak?" kata Reyna, "Lagi-lagi aku yang salah," gumamnya.
"Kamu emang salah, dari awal kamu udah salah. Dia itu—" ucapan Alvaro terpotong.
"Sudah!" bentak Agatha, Reyna terkejut hingga hampir terjatuh.
Dia pikir Agatha adalah sosok yang anggun dan berhati bagai malaikat, karena dia sangat amat cantik. Tapi ternyata, semuanya berbanding terbalik.
"Dia adalah Wakil saya. Wakil Ketua Dewan OSIS, Alexandra. Dan kamu cukup katakan pada teman-teman kamu apa yang dia katakan sebelumnya, tidak usah menyebut namanya," ucap James dingin.
"Tapi kenapa tidak bisa menyebut namanya?" tanya Reyna polos.
"Kalau kau sebut, maka ucapkan selamat tinggal untuk dunia. Kami tidak peduli jika kau adalah adik Alvaro ataupun adik seorang pemimpin negara sekalipun," Jawab perwakilan guard.
"Kamu tau, aku tidak pernah memakan makanan selezat ini selama setahun terakhir." Kenzi memakan makanan di hadapannya dengan penuh kenikmatan."Ya, kan bagaimana lagi. Dulu, setiap kali kau makan pasti aku yang memasaknya," ucap Alexa mencoba mengenang."Makanya, aku selalu merasa makanan lain yang aku makan itu tidak selezat yang kamu buat." Kenzi tersenyum pada Alexa, "kamu adalah wanita yang tepat untuk menjadi ibu dari anak-anak ku, sayang.""ih, apaan sih. Ayo habiskan, cepat. Setelah itu kita pergi ke taman," ucap Alexa sedikit malu-malu.***Rosella Alexandra, duduk sambil mengenang masa-masa indahnya bersama Sang kekasih.Di dalam kelas yang masih sepi dia duduk termenung, melihat kehidupannya selama 17 tahun ini sangatlah penuh dengan cobaan.Terpisah dengan sahabatnya, bertemu kembali dan menjalin kasih (masa yan
Alexa berjalan pulang ke rumahnya, sebuah rumah sederhana yang di tempati oleh dirinya, ibunya, ayah tiri dan dua saudara tirinya.Sebuah rumah dengan 4 buah kamar tidur, dua kamar mandi, dapur dan ruang tamu. Begitu sederhana, sangat sederhana.Dia berjalan memasuki kamarnya yang berada di tengah, melihat dua bayi berusia kurang dari dua tahun yang begitu lucu, keduanya tidur lelap.Dia tersenyum lembut dan mengecup dahi keduanya dengan penuh kasih."Lea, Leo. Maafkan Mama ya? Mama tidak bisa membawa ayah kalian untuk melihat kalian. Tapi Mama janji, Mama akan berusaha untuk menjadi ibu sekaligus Ayah yang baik buat kalian."Dia tersenyum, beranjak dari kasur dia mengganti pakaiannya dan segera keluar untuk makan siang."Alexa, ayo sini cepat kita makan bersama." panggil ayah tirinya.Alexa hanya tersenyum tipis, di
"Kalau kamu nggak percaya, kamu bisa bertanya langsung pada mereka," lanjut Alexa."Huh." Sena menghentakkan kaki dan membawa ibunya pergi.Nesya yang hanya diam mendengarkan saja juga terkejut. Dia bergegas mendekati Alexa dan menanyakan apa maksud darinya berkata demikian."Kak. Apa maksud kakak bicara seperti itu?" ucap Nesya."Kenapa memang, Sya? adakah yang salah?" tanya Alexa."Enggak, bukan begitu kak. Maksudnya itu, kalau kakak sudah muak dengan ocehan Kak Sena bukankah lebih baik untuk pergi saja. Kalau kakak ketahuan bicara yang tidak-tidak tentang dr. Chris, mungkin kakak bisa di tuntut.""Benar itu, Lex. Lebih baik kamu bicara saja yang sejujurnya, agar kita tidak mendapatkan masalah yang lebih besar lagi," sambung Rendi.Alexa tersenyum, "kalian tenang saja. Tidak akan terjadi apapun, tidak
Alexa, Rendi dan Nesya beserta si kembar Lea dan Leo baru saja memasuki ruangan ketika suara Bu Kyky menginterupsi."Alexa, Rendi sebelum kalian melakukan aktivitas lainnya Bunda mau ngomong sesuatu sama kalian," ucap Bu Kyky, "ikut Bunda sekarang." Perintahnya."Emang Bunda mau ngomong apa? kenapa tidak nanti saja, bun?" kata Rendi."Enggak. Alexa, sekarang serahkan si kembar pada Nesya dan Kalian berdua ikut bunda ke ruang kerja bunda sekarang."Rendi melihat Alexa di sampingnya sedangkan Alexa mengangkat bahunya tidak tau."Sudah, lebih baik kalian ikut saja. Biar twins Aku yang urus. hehe," Nesya langsung membawa Lea dan Leo ke kamarnya untuk bermain.Alexa dan Rendi menuju ruangan Bu Kyky atau bunda mereka.Ruangan tersebut bernuansa kuno dan klasik, di sekeliling ada banyak buku yang tertata rapi dan ju
Para anggota tim lainnya terdiam."Benar yang di katakan Raka, kita tidak tau siapa Wakil Ketua Dewan OSIS dan kita juga tidak tau dimana dia menyimpannya, bagaimana kita akan mendapatkan berkas itu sekarang?" Ucap kekasih Raka atau Tessyana."Kenapa kita tidak cari tau ke Senior aja, siapa tau mereka tau siapa wakil ketua Dewan OSIS dan kita bisa menemukannya untuk mendapatkan berkas itu," kata salah seorang anggota tim bernama Rea."Tapi Re, kita bahkan tidak berani berhadapan dengan para senior. Bagaimana cara kita untuk bertanya pada mereka, coba?" balas Theo."Ah. Untuk masalah itu tenang saja," ucap Rea."Tenang? kamu masih bisa nyuruh kita buat tenang? hei! keberlangsungan kita di Akademi ini itu sedang di ujung tanduk, bagaimana kita bisa tenang?" ucap Reyna keras."Eh, sabar dulu dong. Aku juga belum selesai,
Reyna berjalan memasuki lorong-lorong kekuasaan dari OSIS Dalam yaitu gedung B, tempat dimana ruang kelas 2 berada.Tatapan demi tatapan dari para senior kelas 2, baik itu program Bahasa, Sains, Sosial, Teknik Informatika, Seni, ataupun yang lainnya, semuanya menatap dengan aneh dalam artian sedikit mengintimidasi.Bisa dibilang tatapan mereka yang membuat banyak sekali junior-junior mereka yang berada di kelas satu menjadi takut untuk datang ke kawasan tersebut, walaupun sebenarnya baik-baik saja apabila mereka memasuki kawasan tersebut, namun kesenjangan antara senior dan junior sangatlah berlaku dan sangat kental di akademi ini.Kesenjangan ini yang menjadikan para junior atau murid baru di sini takut kepada para senior mereka yang telah lama berada di sekolah ini, ini terjadi sejak beberapa tahun terakhir, namun dua tahun belakangan ini hal itu lebih sering terjadi."Hei, lihat
Para anggota tim lainnya terdiam."Benar yang di katakan Raka, kita tidak tau siapa Wakil Ketua Dewan OSIS dan kita juga tidak tau dimana dia menyimpannya, bagaimana kita akan mendapatkan berkas itu sekarang?" Ucap kekasih Raka atau Tessyana."Kenapa kita tidak cari tau ke Senior aja, siapa tau mereka tau siapa wakil ketua Dewan OSIS dan kita bisa menemukannya untuk mendapatkan berkas itu," kata salah seorang anggota tim bernama Rea."Tapi Re, kita bahkan tidak berani berhadapan dengan para senior. Bagaimana cara kita untuk bertanya pada mereka, coba?" balas Theo."Ah. Untuk masalah itu tenang saja," ucap Rea."Tenang? kamu masih bisa nyuruh kita buat tenang? hei! keberlangsungan kita di Akademi ini itu sedang di ujung tanduk, bagaimana kita bisa tenang?" ucap Reyna keras."Eh, sabar dulu dong. Aku juga belum selesai,
Alexa, Rendi dan Nesya beserta si kembar Lea dan Leo baru saja memasuki ruangan ketika suara Bu Kyky menginterupsi."Alexa, Rendi sebelum kalian melakukan aktivitas lainnya Bunda mau ngomong sesuatu sama kalian," ucap Bu Kyky, "ikut Bunda sekarang." Perintahnya."Emang Bunda mau ngomong apa? kenapa tidak nanti saja, bun?" kata Rendi."Enggak. Alexa, sekarang serahkan si kembar pada Nesya dan Kalian berdua ikut bunda ke ruang kerja bunda sekarang."Rendi melihat Alexa di sampingnya sedangkan Alexa mengangkat bahunya tidak tau."Sudah, lebih baik kalian ikut saja. Biar twins Aku yang urus. hehe," Nesya langsung membawa Lea dan Leo ke kamarnya untuk bermain.Alexa dan Rendi menuju ruangan Bu Kyky atau bunda mereka.Ruangan tersebut bernuansa kuno dan klasik, di sekeliling ada banyak buku yang tertata rapi dan ju
"Kalau kamu nggak percaya, kamu bisa bertanya langsung pada mereka," lanjut Alexa."Huh." Sena menghentakkan kaki dan membawa ibunya pergi.Nesya yang hanya diam mendengarkan saja juga terkejut. Dia bergegas mendekati Alexa dan menanyakan apa maksud darinya berkata demikian."Kak. Apa maksud kakak bicara seperti itu?" ucap Nesya."Kenapa memang, Sya? adakah yang salah?" tanya Alexa."Enggak, bukan begitu kak. Maksudnya itu, kalau kakak sudah muak dengan ocehan Kak Sena bukankah lebih baik untuk pergi saja. Kalau kakak ketahuan bicara yang tidak-tidak tentang dr. Chris, mungkin kakak bisa di tuntut.""Benar itu, Lex. Lebih baik kamu bicara saja yang sejujurnya, agar kita tidak mendapatkan masalah yang lebih besar lagi," sambung Rendi.Alexa tersenyum, "kalian tenang saja. Tidak akan terjadi apapun, tidak
Alexa berjalan pulang ke rumahnya, sebuah rumah sederhana yang di tempati oleh dirinya, ibunya, ayah tiri dan dua saudara tirinya.Sebuah rumah dengan 4 buah kamar tidur, dua kamar mandi, dapur dan ruang tamu. Begitu sederhana, sangat sederhana.Dia berjalan memasuki kamarnya yang berada di tengah, melihat dua bayi berusia kurang dari dua tahun yang begitu lucu, keduanya tidur lelap.Dia tersenyum lembut dan mengecup dahi keduanya dengan penuh kasih."Lea, Leo. Maafkan Mama ya? Mama tidak bisa membawa ayah kalian untuk melihat kalian. Tapi Mama janji, Mama akan berusaha untuk menjadi ibu sekaligus Ayah yang baik buat kalian."Dia tersenyum, beranjak dari kasur dia mengganti pakaiannya dan segera keluar untuk makan siang."Alexa, ayo sini cepat kita makan bersama." panggil ayah tirinya.Alexa hanya tersenyum tipis, di
"Kamu tau, aku tidak pernah memakan makanan selezat ini selama setahun terakhir." Kenzi memakan makanan di hadapannya dengan penuh kenikmatan."Ya, kan bagaimana lagi. Dulu, setiap kali kau makan pasti aku yang memasaknya," ucap Alexa mencoba mengenang."Makanya, aku selalu merasa makanan lain yang aku makan itu tidak selezat yang kamu buat." Kenzi tersenyum pada Alexa, "kamu adalah wanita yang tepat untuk menjadi ibu dari anak-anak ku, sayang.""ih, apaan sih. Ayo habiskan, cepat. Setelah itu kita pergi ke taman," ucap Alexa sedikit malu-malu.***Rosella Alexandra, duduk sambil mengenang masa-masa indahnya bersama Sang kekasih.Di dalam kelas yang masih sepi dia duduk termenung, melihat kehidupannya selama 17 tahun ini sangatlah penuh dengan cobaan.Terpisah dengan sahabatnya, bertemu kembali dan menjalin kasih (masa yan