Alexa, Rendi dan Nesya beserta si kembar Lea dan Leo baru saja memasuki ruangan ketika suara Bu Kyky menginterupsi.
"Alexa, Rendi sebelum kalian melakukan aktivitas lainnya Bunda mau ngomong sesuatu sama kalian," ucap Bu Kyky, "ikut Bunda sekarang." Perintahnya.
"Emang Bunda mau ngomong apa? kenapa tidak nanti saja, bun?" kata Rendi.
"Enggak. Alexa, sekarang serahkan si kembar pada Nesya dan Kalian berdua ikut bunda ke ruang kerja bunda sekarang."
Rendi melihat Alexa di sampingnya sedangkan Alexa mengangkat bahunya tidak tau.
"Sudah, lebih baik kalian ikut saja. Biar twins Aku yang urus. hehe," Nesya langsung membawa Lea dan Leo ke kamarnya untuk bermain.
Alexa dan Rendi menuju ruangan Bu Kyky atau bunda mereka.
Ruangan tersebut bernuansa kuno dan klasik, di sekeliling ada banyak buku yang tertata rapi dan juga ada beberapa VCD film serta koleksi kaset musik.
Bu Kyky terlihat tengah melihat keluar jendela, dia memegang sebuah dokumen berisikan beberapa data yang cukup rahasia.
"Bun, ada apa sebenarnya?" kata Rendi yang sudah lelah.
"Duduk." Perintah Bu Kyky yang tentunya langsung di taati oleh kedua anak tersebut.
"Alexa, kasih tahu saudara kamu tentang skema ujian HSA."
Bu Kyky menyerahkan dokumen di tangannya pada Alexa, Rendi sendiri cukup bingung, dia tidak pernah mendaftarkan dirinya untuk ujian masuk HSA lantas kenapa ibunya menyuruh saudara tirinya untuk menjelaskan skema ujian? Kira-kira seperti itulah yang ada di otaknya.
"Ok." Alexa mengambil dokumen tersebut dan mulai membalik halaman satu persatu.
"Tunggu dulu! Rendi nggak pernah mendaftarkan diri loh, bun. Kok Bunda suruh Alexa buat jelasin skema ujian? Rendi kan nggak ikut ujian," katanya polos.
"Aduh, kamu ini jadi anak polos banget. Kalau bunda bilang aku buat jelasin ke kamu, maka itu artinya bunda udah daftarin kamu. Lagian selama ini kamu kepo sekali dengan 6 saudara aku, nah. Kamu bisa ketemu dengannya di sana nanti, lagian di sana tidak terlalu menegangkan seperti yang selama ini di beritahukan kok," Ujar Alexa menjelaskan.
"Eh, kapan bunda daftarin aku, bun? kok aku gak di kasih tau dulu sih?" kata Rendi panik.
"Bareng sama Alexa," jawab bu Kyky singkat. "sudah, sekarang Alexa kamu jelaskan pada saudaramu itu," lanjutnya. Alexa mengangguk patuh.
Bu Kyky meninggalkan keduanya sendiri di dalam ruangan tersebut dan dia sendiri pergi melakukan hal lain.
"Kamu tau apa yang di maksud ujian HSA itu?" tanya Alexa sambil terus memandang map di tangannya.
"Ujian untuk masuk kedalam akademi itukan?" jawab dan tanya Rendi.
"Salah!" kata Alexa tegas, Rendi mengerut.
"High School Academy Examination adalah satu kegiatan untuk menyeleksi para calon anggota akademi yang baru. Exam ini terdiri dari tiga tahapan,"
seperti layaknya seorang guru, Alexa menjelaskan sambil menulis poin-poin penting di papan.
"Tahap pertama, pendaftaran. Jangan anggap enteng soal pendaftaran, karena hanya calon siswa yang mendaftar dengan prosedur yang tepatlah yang dapat di pastikan mendapatkan ruang untuk tahapan kedua," ucapnya melanjutkan.
"Ha? maksud kamu, ketika kita mendaftar kita harus melewati beberapa tahapan juga?" ujar Rendi.
"Yes. Tapi, ada perbedaan jika kita sendiri di daftarkan oleh bunda, kenapa? Karena bunda itu sepesial, bahkan kalau bunda mau kita tidak perlu mengikuti ujian-ujian seperti ini."
"Lantas, kenapa bunda tidak melakukan itu saja. Bukankah itu lebih baik bagi kita, karena kita tidak mungkin mendapatkan nilai yang cukup bagus pasti," kata Rendi pesimis.
"Eh! Kalau ngomong itu yang benar kenapa? ada aku tenang aja, ujian itu hanya hal kecil," ujar Alexa pede.
"Yakin?" Rendi masih saja tidak yakin dengan ucapan Alexa yang terlalu sok tahu.
"Udahlah. Sekarang aku akan jelasin tahap ke dua, tahap ke dua itu juga tahapan yang cukup menguras otak. Bukan cuma otak, tapi juga mental."
"Di tahap kedua kita akan mendapatkan 2 buah soal yaitu pengetahuan dan intelektual."
"Tahap ketiga...."
Alexa terus menjelaskan dari awal hingga akhir, tak lupa dia juga memberikan beberapa motivasi dan tips pada Rendi, tapi hasil akhirnya akan tetap tergantung padanya apakah dia akan melakukannya atau tidak.
***
Ini dia sebuah tembok setinggi 20 meter berwarna hitam dan juga di hiasi bercak merah, sebuah gerbang yang kokoh dan tertutup sangat rapat.
Di balik tembok dan pintu itu terdapat sebuah taman dan kebun yang saling bersebelahan, hanya ada satu jalan yang memisahkan keduanya.
Berjalan 50 meter ke depan kita akan melihat sebuah gerbang jeruji besi dengan ujung yang lancip, di setiap jeruji itu ada sebuah tanaman merambat mengelilinginya.
Dibalik gerbang berdiri dengan kokoh sebuah bangunan penuh dengan warna dan juga coretan, jika kalian berfikir sekolah favorit itu akan sangat indah seperti di cerita fantasi, maka kalian salah besar.
High School Academy, sebuah sekolah yang berisikan siswa berprestasi tapi berpenampilan sangat kacau dan berantakan.
"Ketua. Ini berkas untuk ujian tahun ini," kata seorang siswa berompi biru dengan pita merah di lengannya.
"Dari mana soal-soal ini?" tanya seorang siswa yang dipanggil Ketua, dia memakai seragam HSA dengan Rompi biru yang sama, tapi dia mengenakan pita emas di lengannya.
"I–itu, soal itu hasil gabungan dari OSIS dan guru," Dia menjawab dengan kaki yang bergetar, peluh memenuhi tubuhnya.
Brakk!
Ketua OSIS itu langsung membuangnya ke tempat sampah, dia melihat anggotanya dengan tatapan dingin.
"2 tahun yang lalu wakil ketua Dewan OSIS telah menyiapkan sebuah kumpulan soal untuk ujian tahun ini, dimana itu?" Katanya dingin.
"Ma–maaf Ketua, kami tidak tau?" jawab siswa berpita merah itu lirih.
"Apa? saya tidak dengar apa yang kau katakan, maaf sepertinya telinga saya sedikit bermasalah saat ini. Bisa kau ulangi?" ketua OSIS itu bicara sambil duduk dan memainkan telinganya.
"Maaf ketua?" ucap siswa itu lagi.
"Apa? suaramu terlalu kecil. Aku sama sekali tidak mendengarnya, coba kau ulangi lebih keras," ucap ketua OSIS itu lagi.
"maaf ketua, kami tidak tau!" ucap siswa itu keras.
Brak!
"Apa yang kalian tau, hah! hal seperti ini saja kalian tidak bisa, pergi! cepat cari dan bawa kemari. Kalau kalian tidak bisa, aku akan laporkan masalah ini pada Dewan."
"Tidak ketua! jangan! saya, em. Maksudnya kami akan berusaha ketua, kami yakin kami tidak akan mengecewakan ujian tahun ini," ucap siswa itu.
"Baiklah. Kau bisa keluar dan katakan apa yang saya katakan tadi pada rekan satu tim mu itu, Ayo cepat."
siswa berpita merah itu keluar, di luar ekspresi wajahnya berubah, wajah aslinya terlihat. Dia mengepalkan tangannya kuat-kuat, menyalurkan rasa emosinya saat ini.
"Sialan banget sih! Baru jadi ketua OSIS luar aja bangga, awas aja kalau aku udah naik jabatan, hinaan kali ini akan aku balas berkali-kali lipat," Batinnya bersumpah.
Dia berjalan menuju sebuah tempat, timnya di sana telah menunggu, ada juga kekasihnya di sana.
"Kamu kenapa sayang, kok mukanya di Teluk begitu?" ucap sang kekasih.
"Enggak. Aku lagi kesel aja sama ketua kita, aku sudah setor soal-soal untuk ujian besok, tapi dia malah buang ke tempat sampah gitu aja. Terus dia bilang kalau sekitar 2 tahun yang lalu wakil ketua Dewan OSIS sudah menyiapkan soal untuk tahun ini, ya mana kita tau kan? nah, dia itu mau kita untuk cari berkas itu, kalau enggak ketemu kita bakal dilaporkan ke Dewan," ujar siswa tadi menjelaskan.
"Wah. Ngeselin banget tuh si senior, minta di pukul kali dia ya?" salah satu anggota menimpali
"Kayaknya bukan di pukul deh, tapi minta di keroyok tuh," ucap yang lain yang juga ikut terbawa emosi.
"Hus. Kalian nggak bisa ngomong kaya gitu, apakah kalian tahu siapa senior itu? Nggak'kan? nah. Aku baru aja dapet kabar kalau senior itu juga anggota penjaga, kalian taukan bagaimana penjaga itu? mereka sangat brutal," kata yang lain menengahi
"Memang kau sudah pernah melihat kebrutalan mereka? aku rasa itu semua cuma fake aja, nggak ada yang benar-benar terjadi," balas kekasih si siswa berpita merah.
"Enggak, kali ini aku serius. Sekitar 2 bulan yang lalu, aku melihat ada seorang penyusup yang masuk ke kawasan asrama dan dalam waktu singkat saja ada beberapa bayangan hitam yang mengejar penyusup itu, aku mengikuti ke arah mereka pergi dan aku melihat para penjaga yang sedang memukul penyusup itu, apakah kalian tau apa yang mereka lakukan setelah memukulnya?" ucap Reyna salah satu anggota tim.
"Apa memang?" kata Theo salah satu anggota tim juga.
"Mereka membawa penyusup itu ke tembok, di sana ada beberapa orang lain lagi. Sekitar 5 orang tepatnya, ada juga para penjaga lain, mereka mulai menyiksa para penyusup itu dengan begitu brutal, mereka menggores tubuh para penyusup itu membuat darah mengalir dari sana sini, mereka menyiksa para penyusup seperti seorang psikopat yang haus akan mainan." Reyna menjelaskan hingga buru kuduknya berdiri.
"Nih, aku aja sampai ngeri ceritanya. Udah, mending kita turuti aja apa kata ketua, dari pada kita di hukum sama Dewan OSIS yang ada bukan cuma jabatan kita yang di ambil tapi kita di tendang juga dari akademi ini."lanjutnya.
" Serem juga sih. Tapi kita aja nggak tau siapa dan dimana wakil ketua Dewan OSIS itu menyimpan berkasnya," ujar Raka atau siswa berpita merah tadi.
Para anggota tim lainnya terdiam."Benar yang di katakan Raka, kita tidak tau siapa Wakil Ketua Dewan OSIS dan kita juga tidak tau dimana dia menyimpannya, bagaimana kita akan mendapatkan berkas itu sekarang?" Ucap kekasih Raka atau Tessyana."Kenapa kita tidak cari tau ke Senior aja, siapa tau mereka tau siapa wakil ketua Dewan OSIS dan kita bisa menemukannya untuk mendapatkan berkas itu," kata salah seorang anggota tim bernama Rea."Tapi Re, kita bahkan tidak berani berhadapan dengan para senior. Bagaimana cara kita untuk bertanya pada mereka, coba?" balas Theo."Ah. Untuk masalah itu tenang saja," ucap Rea."Tenang? kamu masih bisa nyuruh kita buat tenang? hei! keberlangsungan kita di Akademi ini itu sedang di ujung tanduk, bagaimana kita bisa tenang?" ucap Reyna keras."Eh, sabar dulu dong. Aku juga belum selesai,
Reyna berjalan memasuki lorong-lorong kekuasaan dari OSIS Dalam yaitu gedung B, tempat dimana ruang kelas 2 berada.Tatapan demi tatapan dari para senior kelas 2, baik itu program Bahasa, Sains, Sosial, Teknik Informatika, Seni, ataupun yang lainnya, semuanya menatap dengan aneh dalam artian sedikit mengintimidasi.Bisa dibilang tatapan mereka yang membuat banyak sekali junior-junior mereka yang berada di kelas satu menjadi takut untuk datang ke kawasan tersebut, walaupun sebenarnya baik-baik saja apabila mereka memasuki kawasan tersebut, namun kesenjangan antara senior dan junior sangatlah berlaku dan sangat kental di akademi ini.Kesenjangan ini yang menjadikan para junior atau murid baru di sini takut kepada para senior mereka yang telah lama berada di sekolah ini, ini terjadi sejak beberapa tahun terakhir, namun dua tahun belakangan ini hal itu lebih sering terjadi."Hei, lihat
"Kamu tau, aku tidak pernah memakan makanan selezat ini selama setahun terakhir." Kenzi memakan makanan di hadapannya dengan penuh kenikmatan."Ya, kan bagaimana lagi. Dulu, setiap kali kau makan pasti aku yang memasaknya," ucap Alexa mencoba mengenang."Makanya, aku selalu merasa makanan lain yang aku makan itu tidak selezat yang kamu buat." Kenzi tersenyum pada Alexa, "kamu adalah wanita yang tepat untuk menjadi ibu dari anak-anak ku, sayang.""ih, apaan sih. Ayo habiskan, cepat. Setelah itu kita pergi ke taman," ucap Alexa sedikit malu-malu.***Rosella Alexandra, duduk sambil mengenang masa-masa indahnya bersama Sang kekasih.Di dalam kelas yang masih sepi dia duduk termenung, melihat kehidupannya selama 17 tahun ini sangatlah penuh dengan cobaan.Terpisah dengan sahabatnya, bertemu kembali dan menjalin kasih (masa yan
Alexa berjalan pulang ke rumahnya, sebuah rumah sederhana yang di tempati oleh dirinya, ibunya, ayah tiri dan dua saudara tirinya.Sebuah rumah dengan 4 buah kamar tidur, dua kamar mandi, dapur dan ruang tamu. Begitu sederhana, sangat sederhana.Dia berjalan memasuki kamarnya yang berada di tengah, melihat dua bayi berusia kurang dari dua tahun yang begitu lucu, keduanya tidur lelap.Dia tersenyum lembut dan mengecup dahi keduanya dengan penuh kasih."Lea, Leo. Maafkan Mama ya? Mama tidak bisa membawa ayah kalian untuk melihat kalian. Tapi Mama janji, Mama akan berusaha untuk menjadi ibu sekaligus Ayah yang baik buat kalian."Dia tersenyum, beranjak dari kasur dia mengganti pakaiannya dan segera keluar untuk makan siang."Alexa, ayo sini cepat kita makan bersama." panggil ayah tirinya.Alexa hanya tersenyum tipis, di
"Kalau kamu nggak percaya, kamu bisa bertanya langsung pada mereka," lanjut Alexa."Huh." Sena menghentakkan kaki dan membawa ibunya pergi.Nesya yang hanya diam mendengarkan saja juga terkejut. Dia bergegas mendekati Alexa dan menanyakan apa maksud darinya berkata demikian."Kak. Apa maksud kakak bicara seperti itu?" ucap Nesya."Kenapa memang, Sya? adakah yang salah?" tanya Alexa."Enggak, bukan begitu kak. Maksudnya itu, kalau kakak sudah muak dengan ocehan Kak Sena bukankah lebih baik untuk pergi saja. Kalau kakak ketahuan bicara yang tidak-tidak tentang dr. Chris, mungkin kakak bisa di tuntut.""Benar itu, Lex. Lebih baik kamu bicara saja yang sejujurnya, agar kita tidak mendapatkan masalah yang lebih besar lagi," sambung Rendi.Alexa tersenyum, "kalian tenang saja. Tidak akan terjadi apapun, tidak
Reyna berjalan memasuki lorong-lorong kekuasaan dari OSIS Dalam yaitu gedung B, tempat dimana ruang kelas 2 berada.Tatapan demi tatapan dari para senior kelas 2, baik itu program Bahasa, Sains, Sosial, Teknik Informatika, Seni, ataupun yang lainnya, semuanya menatap dengan aneh dalam artian sedikit mengintimidasi.Bisa dibilang tatapan mereka yang membuat banyak sekali junior-junior mereka yang berada di kelas satu menjadi takut untuk datang ke kawasan tersebut, walaupun sebenarnya baik-baik saja apabila mereka memasuki kawasan tersebut, namun kesenjangan antara senior dan junior sangatlah berlaku dan sangat kental di akademi ini.Kesenjangan ini yang menjadikan para junior atau murid baru di sini takut kepada para senior mereka yang telah lama berada di sekolah ini, ini terjadi sejak beberapa tahun terakhir, namun dua tahun belakangan ini hal itu lebih sering terjadi."Hei, lihat
Para anggota tim lainnya terdiam."Benar yang di katakan Raka, kita tidak tau siapa Wakil Ketua Dewan OSIS dan kita juga tidak tau dimana dia menyimpannya, bagaimana kita akan mendapatkan berkas itu sekarang?" Ucap kekasih Raka atau Tessyana."Kenapa kita tidak cari tau ke Senior aja, siapa tau mereka tau siapa wakil ketua Dewan OSIS dan kita bisa menemukannya untuk mendapatkan berkas itu," kata salah seorang anggota tim bernama Rea."Tapi Re, kita bahkan tidak berani berhadapan dengan para senior. Bagaimana cara kita untuk bertanya pada mereka, coba?" balas Theo."Ah. Untuk masalah itu tenang saja," ucap Rea."Tenang? kamu masih bisa nyuruh kita buat tenang? hei! keberlangsungan kita di Akademi ini itu sedang di ujung tanduk, bagaimana kita bisa tenang?" ucap Reyna keras."Eh, sabar dulu dong. Aku juga belum selesai,
Alexa, Rendi dan Nesya beserta si kembar Lea dan Leo baru saja memasuki ruangan ketika suara Bu Kyky menginterupsi."Alexa, Rendi sebelum kalian melakukan aktivitas lainnya Bunda mau ngomong sesuatu sama kalian," ucap Bu Kyky, "ikut Bunda sekarang." Perintahnya."Emang Bunda mau ngomong apa? kenapa tidak nanti saja, bun?" kata Rendi."Enggak. Alexa, sekarang serahkan si kembar pada Nesya dan Kalian berdua ikut bunda ke ruang kerja bunda sekarang."Rendi melihat Alexa di sampingnya sedangkan Alexa mengangkat bahunya tidak tau."Sudah, lebih baik kalian ikut saja. Biar twins Aku yang urus. hehe," Nesya langsung membawa Lea dan Leo ke kamarnya untuk bermain.Alexa dan Rendi menuju ruangan Bu Kyky atau bunda mereka.Ruangan tersebut bernuansa kuno dan klasik, di sekeliling ada banyak buku yang tertata rapi dan ju
"Kalau kamu nggak percaya, kamu bisa bertanya langsung pada mereka," lanjut Alexa."Huh." Sena menghentakkan kaki dan membawa ibunya pergi.Nesya yang hanya diam mendengarkan saja juga terkejut. Dia bergegas mendekati Alexa dan menanyakan apa maksud darinya berkata demikian."Kak. Apa maksud kakak bicara seperti itu?" ucap Nesya."Kenapa memang, Sya? adakah yang salah?" tanya Alexa."Enggak, bukan begitu kak. Maksudnya itu, kalau kakak sudah muak dengan ocehan Kak Sena bukankah lebih baik untuk pergi saja. Kalau kakak ketahuan bicara yang tidak-tidak tentang dr. Chris, mungkin kakak bisa di tuntut.""Benar itu, Lex. Lebih baik kamu bicara saja yang sejujurnya, agar kita tidak mendapatkan masalah yang lebih besar lagi," sambung Rendi.Alexa tersenyum, "kalian tenang saja. Tidak akan terjadi apapun, tidak
Alexa berjalan pulang ke rumahnya, sebuah rumah sederhana yang di tempati oleh dirinya, ibunya, ayah tiri dan dua saudara tirinya.Sebuah rumah dengan 4 buah kamar tidur, dua kamar mandi, dapur dan ruang tamu. Begitu sederhana, sangat sederhana.Dia berjalan memasuki kamarnya yang berada di tengah, melihat dua bayi berusia kurang dari dua tahun yang begitu lucu, keduanya tidur lelap.Dia tersenyum lembut dan mengecup dahi keduanya dengan penuh kasih."Lea, Leo. Maafkan Mama ya? Mama tidak bisa membawa ayah kalian untuk melihat kalian. Tapi Mama janji, Mama akan berusaha untuk menjadi ibu sekaligus Ayah yang baik buat kalian."Dia tersenyum, beranjak dari kasur dia mengganti pakaiannya dan segera keluar untuk makan siang."Alexa, ayo sini cepat kita makan bersama." panggil ayah tirinya.Alexa hanya tersenyum tipis, di
"Kamu tau, aku tidak pernah memakan makanan selezat ini selama setahun terakhir." Kenzi memakan makanan di hadapannya dengan penuh kenikmatan."Ya, kan bagaimana lagi. Dulu, setiap kali kau makan pasti aku yang memasaknya," ucap Alexa mencoba mengenang."Makanya, aku selalu merasa makanan lain yang aku makan itu tidak selezat yang kamu buat." Kenzi tersenyum pada Alexa, "kamu adalah wanita yang tepat untuk menjadi ibu dari anak-anak ku, sayang.""ih, apaan sih. Ayo habiskan, cepat. Setelah itu kita pergi ke taman," ucap Alexa sedikit malu-malu.***Rosella Alexandra, duduk sambil mengenang masa-masa indahnya bersama Sang kekasih.Di dalam kelas yang masih sepi dia duduk termenung, melihat kehidupannya selama 17 tahun ini sangatlah penuh dengan cobaan.Terpisah dengan sahabatnya, bertemu kembali dan menjalin kasih (masa yan