"Kamu tau, aku tidak pernah memakan makanan selezat ini selama setahun terakhir." Kenzi memakan makanan di hadapannya dengan penuh kenikmatan.
"Ya, kan bagaimana lagi. Dulu, setiap kali kau makan pasti aku yang memasaknya," ucap Alexa mencoba mengenang.
"Makanya, aku selalu merasa makanan lain yang aku makan itu tidak selezat yang kamu buat." Kenzi tersenyum pada Alexa, "kamu adalah wanita yang tepat untuk menjadi ibu dari anak-anak ku, sayang."
"ih, apaan sih. Ayo habiskan, cepat. Setelah itu kita pergi ke taman," ucap Alexa sedikit malu-malu.
***
Rosella Alexandra, duduk sambil mengenang masa-masa indahnya bersama Sang kekasih.
Di dalam kelas yang masih sepi dia duduk termenung, melihat kehidupannya selama 17 tahun ini sangatlah penuh dengan cobaan.
Terpisah dengan sahabatnya, bertemu kembali dan menjalin kasih (masa yang indah). Namun, itu tak lama, tak lama sampai gangguan itu datang. Ibunya dulu sudah pernah berpesan untuk tidak berhubungan asmara dengan siswa Royal Akademi.
Tapi ini Alexa, seorang gadis yang tidak bisa dikekang oleh peraturan, gadis yang terbiasa dengan sebuah kebebasan.
"Hei, Alexa. Tumben berangkat pagi?" sapa Tika atau Kartika Stevani.
"Iya nih. Lagi nggak sibuk aja pagi ini," balas Alexa.
Tidak ada yang tau siapa dirinya yang sebenarnya di sini, hanya Bunda yang tau siapa dia. Yah, Bunda yang di maksud adalah Ibunya dan juga sekaligus guru di sekolahnya saat ini.
Seseorang berkata dan menghampiri Alexa di kelas, "Alexa. Kamu dipanggil bunda tuh. Katanya kamu di suruh menemui dirinya sekarang." Dia Rendi, saudara tiri Alexa.
"Ok." Alexa segera turun, menemui ibunya atau Bu Kyky salah satu guru yang mengajar mata pelajaran Sejarah dan Bahasa.
Alexa turun ke bawah, tapi dia berhenti di tangga ketika mendengar seseorang sedang membicarakan sesuatu.
"Hei. Apa kalian tau? kak Raka sudah jadi anggota OSIS di HSA loh. Hebat ya? padahal belum sampai satu tahun loh dia di sana," ucap salah satu siswa.
"Wah, hebat ya. Baru beberapa bulan udah jadi OSIS aja. Katanya OSIS di sana itu kaya penguasa sekolah gitu, jadi setiap siswa itu harus patuh sama aturan mereka," tambah yang lain.
"Jadi, secara tidak langsung kak Raka itu udah jadi salah satu penguasa sekolah itu, ya?"
"Eh. Bukan, kalau penguasa sekolah itu lain lagi. Penguasa sekolah itu lebih tinggi lagi posisinya dari OSIS. Jadi, semacam atasannya OSIS gitu."
"Ih, aneh juga ya sekolahnya?"
"Tapi banyak juga tuh yang masuk ke sana dan itu juga jadi salah satu sekolah favorit hanya saja, nggak semua orang bisa masuk ke sana."
"Iya sih, katanya ujiannya susah juga. Semua bidang ada ujiannya Masing-masing bahkan bukan hanya bidang studi tapi juga beberapa klub sekolah juga."
"Yah, namanya juga sekolah internasional. Semuanya serba susah, hahaha .... "
"hahaha ...." Tawa mereka semua.
Mendengar percakapan mereka, Alexa sedikit termenung. Kemudian dia segera melanjutkan perjalanannya menuju Kantor Guru, tempat dimana ibunya berada.
"Permisi," katanya sopan sebelum memasuki ruangan.
"Ah, Alexa. Ayo sini masuk," ucap salah satu guru, Alexa tersenyum dan memasuki ruangan tersebut.
Dia berjalan menuju meja ibunya, kemudian duduk di kursi kosong di sana.
"Ada apa, Bu?" tanya Alexa.
"Kamu ikut ujian masuk HSA, ya?" ucap Bu Kyky tanpa basa-basi.
"Ha? Ibu nggak salah? nggak bu, Alexa nggak mau," tolak Alexa keras.
Dia Alexa, sudah jelas dia tidak ingin kembali ke sana lagi. Ke tempat dimana dia bisa kembali bertemu dengannya, bukan cuma dia tapi juga seseorang yang telah lama mengukir luka di hatinya.
"Kamu tenang saja, Alexa. Ibu sudah menghubungi Abang dan kakak kamu, mereka yang akan mengurus semuanya," ucap Bu Kyky.
"Tapi Bu. Ibu tahu, kan? kalau aku itu udah—" ucap Alexa terpotong.
"Alexa! Bunda tidak mau tahu. Kamu akan kembali ke sana atau ... kamu ingin HSA hancur di generasi saat ini?" ucap Bu Kyky yang mengecilkan suaranya di akhir kalimat.
"Maksud Bunda apa?" tanya Alexa dengan wajah bingung.
"Begini." Bu Kyky membalikkan laptopnya dan memperlihatkan sebuah grafik pada Alexa.
Grafik tersebut adalah sebuah grafik perkembangan talenta, akademik, non-akademik, dan kualitas para murid di HSA.
"Kamu bisa lihat sendiri bagaimana perkembangan di sana sekarang, apakah ini lebih baik atau ini adalah awal dari yang terburuk? Sekarang keputusan ada padamu, Bunda hanya ingin yang terbaik untuk semuanya," lanjut Bu Kyky.
"Bu, kalau aku ke sana bagaimana dengan twins?" tanya Alexa ragu.
"Kamu memiliki tanggung jawab yang lebih besar dari ke-enam saudara kamu yang lain dan Bunda tau itu. Maka dari itu Bunda akan di sini dan merawat mereka untukmu."
Dia memandang putrinya dengan penuh kepercayaan, tidak ada setitik pun rasa ketidak percayaan di matanya. Sepenuhnya dia percaya kalau putrinya akan dapat menyelesaikan permasalahan yang ada.
"Baiklah. Aku akan ikut ujian itu dan aku akan melakukan yang terbaik untuk semuanya," jawab Alexa setelah mempertimbangkan segala hal yang akan terjadi.
"Kalau begitu, Alexa ke kelas dulu ya, Bu? Permisi."
Dia pamit dan segera pergi ke kelasnya.
Di dalam kelas, Rendi melihat saudara tirinya yang terlihat muram mencoba mendekatinya.
"Ada apa? Bunda ngomong apa sama kamu?" tanya Rendi.
"Gapapa kok. Bunda cuman pengen Aku ikut ujian masuk HSA dua bulan lagi, itu aja. Gak ada yang spesial, kenapa emang?" dalam sekejap Alexa telah merubah ekspresi wajahnya.
"Ooo. Ya udah, belajarlah yang rajin. Nanti kalau udah lolos jangan lupa semangat di sana, jangan kendor. Syukur kalau bisa seperti raka, dia katanya udah jadi anggota OSIS di sana."
Mendengar nama Raka di sebut Alexa berusaha menahan emosinya sebisa mungkin. Siapa Raka? Raka adalah salah satu laki-laki tidak tau diri yang berani untuk mendekatinya dan mempermainkan hatinya.
"Kamu kenapa?" tanya Rendi, dia cukup khawatir dengan perubahan ekspresi wajah saudari tirinya itu.
"Tidak apa. " Alexa mencoba menenangkan dirinya sendiri, "ah, itu gurunya sudah datang. Kamu nggak mau pergi ke kelas kamu?"
Rendi mengubah perhatiannya, ternyata benar. Seorang guru telah masuk ke kelas tersebut, dia segera beranjak dan pergi dari kelas tersebut.
"Ya, udah aku pergi dulu." Alexa mengangguk.
"Permisi bu. Selamat pagi," sapa Rendi ketika berada di depan guru tersebut.
Guru itu mengangguk, Rendi segera keluar dari kelas. "Selamat pagi semuanya!" ucap guru itu menyapa seisi kelas.
"Pagi bu!" balas para siswa.
"Baik, hari ini kita akan melanjutkan pelajaran kemarin ya. Tapi sebelum itu, kita sama-sama berdoa dulu."
***
Hari telah berubah, matahari telah meninggi. Alexa duduk di sebuah kursi di depan sekolah, dengan memegang buku dan ditemani segelas Es Boba dia terlihat menikmati harinya saat ini.
Sekelompok siswa perempuan datang menemui dirinya tak lama kemudian. Mereka adalah kelompok siswa yang cukup populer di sekolahnya saat ini.
"Eh, eh. Lihat ini, siapa ini yang sedang duduk tanpa menyapa kita, " ucap salah satu diantara mereka.
"Huh. Rupanya dia sudah lupa siapa kita ini."
Mereka ada tiga orang dan mereka adalah Sena, Sisca, dan Tania. Sena sendiri adalah adik dari Raka, salah satu siswa di sekolah Alexa yang telah pindah ke HSA setelah lolos dalam ujian seleksi tahun lalu, Sena sangatlah tidak senang dengan adanya Alexa di sekitarnya.
Bagi Alexa sendiri, Sena adalah seorang anak kecil yang baru memasuki masa puber. Dia tidak peduli sama sekali dengan apa yang dilakukan oleh gadis di hadapannya ini, baginya dia tak lebih dari seorang gadis yang mencari jati diri.
"Hei, kamu denger ya. Abang aku sekarang sudah jadi bagian dari OSIS HSA. Kamu? kamu bahkan nggak akan mungkin bisa masuk ke sana," sarkas Sena.
"Bagaimana mungkin kamu tahu kalau aku tidak akan mungkin bisa masuk ke sana? Apakah kamu adalah panitianya atau kamu bagian dari kepengurusan ujian tahun ini?" jawab Alexa tenang namun terlihat dapat di lihat kalau kalimatnya begitu mengena.
"Huh. Kamu lihat saja, aku tidak akan membiarkan itu terjadi. Kamu sudah curang saat masuk ke sekolah ini dan aku tidak akan membiarkan kamu curang juga untuk dapat masuk ke sana. " Sena mengancam.
Dia mengacungkan jari telunjuknya ke wajah Alexa, dia juga menatapnya dengan tajam.
"Apa bukti yang kau miliki jika aku melakukan kecurangan saat memasuki sekolah ini?" Alexa memegang tangan Sena dan membalasnya dengan aura yang telah lama tidak dia gunakan.
"Kau! cepat singkirkan tanganmu." Sena berteriak dengan sedikit gemetar.
Di mata sena aura yang diberikan oleh Alexa mengandung sebuah teror. Dia bisa merasakan kalau aura itu telah mengiringi banyaknya kejadian mengerikan, sangat menakutkan.
Alexa melepaskan tangan Sena dan masih menekannya dengan aura yang sama.
"Kalau kau tidak punya bukti, jangan pernah kau menyebarkan sebuah berita, karena jika apa yang kau katakan itu salah dan kau memfitnah orang yang salah. Kau tidak akan berakhir dengan baik."
Setelah mengatakan itu dia pergi meninggalkan Sena dan kedua antek-anteknya di sana.
Alexa berjalan pulang ke rumahnya, sebuah rumah sederhana yang di tempati oleh dirinya, ibunya, ayah tiri dan dua saudara tirinya.Sebuah rumah dengan 4 buah kamar tidur, dua kamar mandi, dapur dan ruang tamu. Begitu sederhana, sangat sederhana.Dia berjalan memasuki kamarnya yang berada di tengah, melihat dua bayi berusia kurang dari dua tahun yang begitu lucu, keduanya tidur lelap.Dia tersenyum lembut dan mengecup dahi keduanya dengan penuh kasih."Lea, Leo. Maafkan Mama ya? Mama tidak bisa membawa ayah kalian untuk melihat kalian. Tapi Mama janji, Mama akan berusaha untuk menjadi ibu sekaligus Ayah yang baik buat kalian."Dia tersenyum, beranjak dari kasur dia mengganti pakaiannya dan segera keluar untuk makan siang."Alexa, ayo sini cepat kita makan bersama." panggil ayah tirinya.Alexa hanya tersenyum tipis, di
"Kalau kamu nggak percaya, kamu bisa bertanya langsung pada mereka," lanjut Alexa."Huh." Sena menghentakkan kaki dan membawa ibunya pergi.Nesya yang hanya diam mendengarkan saja juga terkejut. Dia bergegas mendekati Alexa dan menanyakan apa maksud darinya berkata demikian."Kak. Apa maksud kakak bicara seperti itu?" ucap Nesya."Kenapa memang, Sya? adakah yang salah?" tanya Alexa."Enggak, bukan begitu kak. Maksudnya itu, kalau kakak sudah muak dengan ocehan Kak Sena bukankah lebih baik untuk pergi saja. Kalau kakak ketahuan bicara yang tidak-tidak tentang dr. Chris, mungkin kakak bisa di tuntut.""Benar itu, Lex. Lebih baik kamu bicara saja yang sejujurnya, agar kita tidak mendapatkan masalah yang lebih besar lagi," sambung Rendi.Alexa tersenyum, "kalian tenang saja. Tidak akan terjadi apapun, tidak
Alexa, Rendi dan Nesya beserta si kembar Lea dan Leo baru saja memasuki ruangan ketika suara Bu Kyky menginterupsi."Alexa, Rendi sebelum kalian melakukan aktivitas lainnya Bunda mau ngomong sesuatu sama kalian," ucap Bu Kyky, "ikut Bunda sekarang." Perintahnya."Emang Bunda mau ngomong apa? kenapa tidak nanti saja, bun?" kata Rendi."Enggak. Alexa, sekarang serahkan si kembar pada Nesya dan Kalian berdua ikut bunda ke ruang kerja bunda sekarang."Rendi melihat Alexa di sampingnya sedangkan Alexa mengangkat bahunya tidak tau."Sudah, lebih baik kalian ikut saja. Biar twins Aku yang urus. hehe," Nesya langsung membawa Lea dan Leo ke kamarnya untuk bermain.Alexa dan Rendi menuju ruangan Bu Kyky atau bunda mereka.Ruangan tersebut bernuansa kuno dan klasik, di sekeliling ada banyak buku yang tertata rapi dan ju
Para anggota tim lainnya terdiam."Benar yang di katakan Raka, kita tidak tau siapa Wakil Ketua Dewan OSIS dan kita juga tidak tau dimana dia menyimpannya, bagaimana kita akan mendapatkan berkas itu sekarang?" Ucap kekasih Raka atau Tessyana."Kenapa kita tidak cari tau ke Senior aja, siapa tau mereka tau siapa wakil ketua Dewan OSIS dan kita bisa menemukannya untuk mendapatkan berkas itu," kata salah seorang anggota tim bernama Rea."Tapi Re, kita bahkan tidak berani berhadapan dengan para senior. Bagaimana cara kita untuk bertanya pada mereka, coba?" balas Theo."Ah. Untuk masalah itu tenang saja," ucap Rea."Tenang? kamu masih bisa nyuruh kita buat tenang? hei! keberlangsungan kita di Akademi ini itu sedang di ujung tanduk, bagaimana kita bisa tenang?" ucap Reyna keras."Eh, sabar dulu dong. Aku juga belum selesai,
Reyna berjalan memasuki lorong-lorong kekuasaan dari OSIS Dalam yaitu gedung B, tempat dimana ruang kelas 2 berada.Tatapan demi tatapan dari para senior kelas 2, baik itu program Bahasa, Sains, Sosial, Teknik Informatika, Seni, ataupun yang lainnya, semuanya menatap dengan aneh dalam artian sedikit mengintimidasi.Bisa dibilang tatapan mereka yang membuat banyak sekali junior-junior mereka yang berada di kelas satu menjadi takut untuk datang ke kawasan tersebut, walaupun sebenarnya baik-baik saja apabila mereka memasuki kawasan tersebut, namun kesenjangan antara senior dan junior sangatlah berlaku dan sangat kental di akademi ini.Kesenjangan ini yang menjadikan para junior atau murid baru di sini takut kepada para senior mereka yang telah lama berada di sekolah ini, ini terjadi sejak beberapa tahun terakhir, namun dua tahun belakangan ini hal itu lebih sering terjadi."Hei, lihat
Reyna berjalan memasuki lorong-lorong kekuasaan dari OSIS Dalam yaitu gedung B, tempat dimana ruang kelas 2 berada.Tatapan demi tatapan dari para senior kelas 2, baik itu program Bahasa, Sains, Sosial, Teknik Informatika, Seni, ataupun yang lainnya, semuanya menatap dengan aneh dalam artian sedikit mengintimidasi.Bisa dibilang tatapan mereka yang membuat banyak sekali junior-junior mereka yang berada di kelas satu menjadi takut untuk datang ke kawasan tersebut, walaupun sebenarnya baik-baik saja apabila mereka memasuki kawasan tersebut, namun kesenjangan antara senior dan junior sangatlah berlaku dan sangat kental di akademi ini.Kesenjangan ini yang menjadikan para junior atau murid baru di sini takut kepada para senior mereka yang telah lama berada di sekolah ini, ini terjadi sejak beberapa tahun terakhir, namun dua tahun belakangan ini hal itu lebih sering terjadi."Hei, lihat
Para anggota tim lainnya terdiam."Benar yang di katakan Raka, kita tidak tau siapa Wakil Ketua Dewan OSIS dan kita juga tidak tau dimana dia menyimpannya, bagaimana kita akan mendapatkan berkas itu sekarang?" Ucap kekasih Raka atau Tessyana."Kenapa kita tidak cari tau ke Senior aja, siapa tau mereka tau siapa wakil ketua Dewan OSIS dan kita bisa menemukannya untuk mendapatkan berkas itu," kata salah seorang anggota tim bernama Rea."Tapi Re, kita bahkan tidak berani berhadapan dengan para senior. Bagaimana cara kita untuk bertanya pada mereka, coba?" balas Theo."Ah. Untuk masalah itu tenang saja," ucap Rea."Tenang? kamu masih bisa nyuruh kita buat tenang? hei! keberlangsungan kita di Akademi ini itu sedang di ujung tanduk, bagaimana kita bisa tenang?" ucap Reyna keras."Eh, sabar dulu dong. Aku juga belum selesai,
Alexa, Rendi dan Nesya beserta si kembar Lea dan Leo baru saja memasuki ruangan ketika suara Bu Kyky menginterupsi."Alexa, Rendi sebelum kalian melakukan aktivitas lainnya Bunda mau ngomong sesuatu sama kalian," ucap Bu Kyky, "ikut Bunda sekarang." Perintahnya."Emang Bunda mau ngomong apa? kenapa tidak nanti saja, bun?" kata Rendi."Enggak. Alexa, sekarang serahkan si kembar pada Nesya dan Kalian berdua ikut bunda ke ruang kerja bunda sekarang."Rendi melihat Alexa di sampingnya sedangkan Alexa mengangkat bahunya tidak tau."Sudah, lebih baik kalian ikut saja. Biar twins Aku yang urus. hehe," Nesya langsung membawa Lea dan Leo ke kamarnya untuk bermain.Alexa dan Rendi menuju ruangan Bu Kyky atau bunda mereka.Ruangan tersebut bernuansa kuno dan klasik, di sekeliling ada banyak buku yang tertata rapi dan ju
"Kalau kamu nggak percaya, kamu bisa bertanya langsung pada mereka," lanjut Alexa."Huh." Sena menghentakkan kaki dan membawa ibunya pergi.Nesya yang hanya diam mendengarkan saja juga terkejut. Dia bergegas mendekati Alexa dan menanyakan apa maksud darinya berkata demikian."Kak. Apa maksud kakak bicara seperti itu?" ucap Nesya."Kenapa memang, Sya? adakah yang salah?" tanya Alexa."Enggak, bukan begitu kak. Maksudnya itu, kalau kakak sudah muak dengan ocehan Kak Sena bukankah lebih baik untuk pergi saja. Kalau kakak ketahuan bicara yang tidak-tidak tentang dr. Chris, mungkin kakak bisa di tuntut.""Benar itu, Lex. Lebih baik kamu bicara saja yang sejujurnya, agar kita tidak mendapatkan masalah yang lebih besar lagi," sambung Rendi.Alexa tersenyum, "kalian tenang saja. Tidak akan terjadi apapun, tidak
Alexa berjalan pulang ke rumahnya, sebuah rumah sederhana yang di tempati oleh dirinya, ibunya, ayah tiri dan dua saudara tirinya.Sebuah rumah dengan 4 buah kamar tidur, dua kamar mandi, dapur dan ruang tamu. Begitu sederhana, sangat sederhana.Dia berjalan memasuki kamarnya yang berada di tengah, melihat dua bayi berusia kurang dari dua tahun yang begitu lucu, keduanya tidur lelap.Dia tersenyum lembut dan mengecup dahi keduanya dengan penuh kasih."Lea, Leo. Maafkan Mama ya? Mama tidak bisa membawa ayah kalian untuk melihat kalian. Tapi Mama janji, Mama akan berusaha untuk menjadi ibu sekaligus Ayah yang baik buat kalian."Dia tersenyum, beranjak dari kasur dia mengganti pakaiannya dan segera keluar untuk makan siang."Alexa, ayo sini cepat kita makan bersama." panggil ayah tirinya.Alexa hanya tersenyum tipis, di
"Kamu tau, aku tidak pernah memakan makanan selezat ini selama setahun terakhir." Kenzi memakan makanan di hadapannya dengan penuh kenikmatan."Ya, kan bagaimana lagi. Dulu, setiap kali kau makan pasti aku yang memasaknya," ucap Alexa mencoba mengenang."Makanya, aku selalu merasa makanan lain yang aku makan itu tidak selezat yang kamu buat." Kenzi tersenyum pada Alexa, "kamu adalah wanita yang tepat untuk menjadi ibu dari anak-anak ku, sayang.""ih, apaan sih. Ayo habiskan, cepat. Setelah itu kita pergi ke taman," ucap Alexa sedikit malu-malu.***Rosella Alexandra, duduk sambil mengenang masa-masa indahnya bersama Sang kekasih.Di dalam kelas yang masih sepi dia duduk termenung, melihat kehidupannya selama 17 tahun ini sangatlah penuh dengan cobaan.Terpisah dengan sahabatnya, bertemu kembali dan menjalin kasih (masa yan