Masa Sebelum Prolog...
"Dasar kamu anak tidak berguna! Pergi saja sana ke Neraka! Susul Ibumu si pelacur sialan itu! Brengsek!""Ampun Pak! Jangan!" Teriak seorang bocah lelaki dengan tubuhnya yang sudah bermandikan bensin.Semua terlambat baginya, ketika sebuah api dari sebatang korek api berhasil dilempar ke arahnya, membuat tubuh mungil kurus kering bocah lelaki itu kini berselimut kobaran api yang menyala-nyala.Tubuh ringkih bocah itu berguling-guling di lantai, merintih, menangis dan terus berteriak kesakitan.Wajahnya rusak bahkan hampir seluruh bagian kulit tubuhnya pun mengalami luka bakar yang cukup serius.Awalnya, dia berpikir bahwa dia akan benar-benar mati saat itu. Hanya saja, Tuhan memang belum mentakdirkannya untuk mati sia-sia, saat seseorang tiba-tiba datang menolongnya.Dia, seorang bocah perempuan yang juga menghuni lapas yang sama dengan si bocah lelaki malang itu."Tolonggg... Tolonggg..."Suara teriakan terdengar dari mulut mungil bocah perempuan itu yang terus berusaha memadamkan api yang menyelimuti tubuh si bocah lelaki.Tak ada yang datang, si bocah perempuan berlari mencari salah satu sipir penjara dan memberitahukan tragedi itu, hingga tak lama setelahnya, dia datang dan menemukan si bocah lelaki sudah tak bergerak."Apa dia sudah mati?" Tanya si bocah perempuan."Belum, dia belum mati! Panggil Ambulance, kita harus membawanya ke rumah sakit," kata sang sipir penjara pada rekannya setelah dia berhasil memadamkan api."Yasa bangun! Yasa bangun..." Si bocah perempuan itu menangis terisak. Mengguncang tubuh hangus si bocah lelaki di hadapannya.Tanpa pernah dia tahu, bahwa si bocah lelaki saat itu masih tersadar. Menatap ringkih ke arah si bocah perempuan sambil terus menggumamkan kata terima kasih di dalam hatinya.Terus menerus...Aku berjanji, jika aku berhasil sembuh, aku akan mencarimu di mana pun kamu berada, Vi...Gumam si bocah lelaki itu dalam hati.*"Permisi Tuan? Tuan? Tuan Mahes?"Mahessa terkejut.Seolah jiwanya baru saja kembali merasuk ke dalam raganya ketika bahunya diguncang perlahan oleh Saga, sang Asisten pribadinya."Ya Saga, ada apa?" Tanya Mahessa saat itu.Saga memberikan sebuah berkas pada sang atasan."Kami sudah berhasil menemukan di mana keberadaan Gavin, Tuan.""Di mana?""Gavin sekarang ada di Jakarta, Tuan." lapor Saga lagi.Mahessa mengangguk. "Berani-beraninya dia mempermainkan aku! Brengsek!" Maki Mahessa dengan wajah bengisnya. Mahessa menghempaskan tubuhnya ke sandaran kursi lalu memijit pangkal hidungnya sesaat."Tangkap lelaki itu dan bawa ke hadapanku!" Perintahnya kemudian.*****Hari ini sangat melelahkan.Vanessa hendak pulang setelah dirinya bergantian dengan Vanilla untuk menjaga Isna yang merupakan Ibu tirinya, di rumah sakit.Vanessa baru saja keluar dari toilet umum rumah sakit ketika dirinya tiba-tiba dikejutkan oleh beberapa lelaki berseragam hitam yang berdiri di depan pintu toilet.Sedang apa juga mereka berdiri di depan toilet perempuan?Aneh!Gerutu Vanessa membatin.Hingga saat Vanessa sudah berjalan beberapa langkah dari pintu toilet, Vanessa mendengar suara seorang lelaki memanggil namanya.Vanessa menoleh dan mendapati seorang lelaki dengan pakaian casualnya tampak berjalan mendekati Vanessa diikuti empat orang lelaki berseragam hitam tadi di belakang."Anda memanggil saya?" Tanya Vanessa saat itu."Anda yang bernama Nona Vanessa?" Tanya si lelaki ketika dirinya sudah berdiri berhadapan dengan Vanessa."Anda siapa? Dan ada perlu apa?" Tanya Vanessa balik tanpa menjawab pertanyaan lelaki di hadapannya.Lelaki itu mengeluarkan sebuah amplop dari balik jas hitamnya dan memberikannya pada Vanessa."Ini ada kiriman surat dari Bos kami. Dia adalah salah satu anggota keluarga Yasa Ilyas, kekasih anda yang baru saja meninggal," beritahu lelaki itu kemudian."Apa? Keluarga Yasa?" Pekik Vanessa kaget.Ya, Yasa Ilyas, memanglah kekasih Vanessa.Keduanya sudah merencanakan pernikahan, meski takdir berkata lain.Rencana itu tak pernah terealisasikan karena Yasa yang lebih dulu pergi meninggalkan Vanessa untuk selama-lamanya.Yasa Ilyas meninggal akibat dibunuh oleh Ibu kandung Vanessa yang mengidap gangguan jiwa.Dan keberadaan Isna sang Ibu tiri yang kini dirawat di rumah sakit pun tak lepas dari kelakuan keji Kenari, yang merupakan Ibu kandung Vanessa dan Vanilla, sepasang saudari berwajah mirip bak pinang dibelah dua."Maaf, sepertinya Anda salah orang, Tuan-tuan. Sebab setahu saya, Almarhum Yasa selama ini sudah tidak memiliki keluarga," jawab Vanessa sesuai dengan apa yang dia ketahui selama ini.Sejauh dirinya mengenal Yasa, yang Vanessa tahu, Yasa hanya hidup sebatang kara. Bahkan mengenai asal usul Yasa sendiri, Vanessa pun tidak tahu karena Yasa tak pernah menceritakannya. Bukan tak pernah, tapi memang tidak mau menceritakan.Jika Vanessa bertanya, maka Yasa hanya akan menjawab, "aku sudah bilangkan, kalau aku sudah nggak punya keluarga lagi, Nes, kenapa sih kamu nggak percaya sama aku?"Hingga pada akhirnya, Yasa meninggal dunia, bahkan Vanessa tak tahu harus menghubungi siapa dari pihak orang-orang yang Yasa kenal selama hidupnya.Lelaki itu terlalu misterius, tapi sialnya, Vanessa begitu tergila-gila padanya.Bagi seorang Vanessa, Yasa adalah seluruh hidupnya. Dia tak mau berpikir macam-macam apalagi harus berprasangka buruk pada Yasa, karena Vanessa tahu, Yasa adalah lelaki yang baik dan dia sangat mencintai Yasa.Itulah sebabnya, Vanessa kaget saat tahu bahwa orang-orang di hadapannya ini adalah orang suruhan keluarga Yasa.Belum reda beban batin atas kehilangan yang dia rasakan akibat kematian Yasa, entah hal apa lagi yang harus Vanessa hadapi sekarang, mengenai latar belakang lelaki yang seharusnya menjadi suaminya itu."Bos kami, ingin mengajak anda bertemu Nona, ada sesuatu yang harus anda ketahui tentang Yasa," beritahu lelaki itu lagi.Kening Vanessa berkerut tanda Vanessa benar-benar kebingungan."Apa Yasa memiliki hutang dengan rentenir?" Tanya Vanessa dengan pertanyaan super polos yang mengundang tawa lelaki di hadapannya itu."Tidak Nona. Nanti Bos kami yang akan menjelaskan. Waktu dan tempat pertemuan sudah diatur. Saya harus pamit sekarang karena masih harus mengurus pekerjaan lain, permisi Nona."Saat itu, Vanessa hanya bisa terpaku menatap kepergian sekawanan lelaki misterius itu.Hingga setelahnya, Vanessa yang penasaran segera membuka dan membaca isi surat di dalam amplop di tangannya.Sebuah surat dari seorang lelaki bernama, Mahessa.Tanpa pikir panjang, Vanessa pun langsung mencari tempat nyaman untuk segera membaca isi surat tersebut.*Dear Nona Vi yang terhormat...Perkenalkan, saya Mahessa, saudara Yasa.Saya sudah mendengar berita atas kematian Yasa dan hal itu membuat saya sangat terpukul.Kedatangan saya ke Indonesia memang utama karena ingin bertemu dengan Yasa, karena Yasa yang meminta saya untuk datang menghadiri acara pernikahannya dengan Anda.Tapi sayang, semua rencana itu harus gagal karena kini, Yasa sudah tiada.Melalui surat ini, saya hanya ingin menyampaikan amanat yang pernah Yasa ucapkan dalam pertemuan terakhirnya dengan saya di Paris dahulu, sebelum kalian kembali bertemu dan berbaikan.Yasa mengatakan bahwa dia ingin saya menjaga seorang wanita bernama Vi, jika suatu hari nanti dirinya lebih dulu tiada.Itulah sebabnya saya menulis surat ini karena saya terlalu malu untuk mengungkapkan hal sesensitif ini pada Anda secara langsung.Jika Anda berkenan, saya bersedia menggantikan posisi Yasa untuk menikah dengan Anda dan menjadi Ayah yang baik untuk janin yang kini sedang anda kandung.Saya bersedia bertanggung jawab, Nona Vi.Jika Anda bersedia menerima tawaran saya, mari kita bertemu di lokasi yang sudah saya kirimkan ke nomor ponsel Anda.Saya tunggu kedatangan dan kabar baik dari Anda.Mahessa.Vanessa seketika terkejut saat tiba-tiba ponselnya berdering dan nomor baru tertera di sana mengirimkan sebuah alamat.Siapa sebenarnya Mahessa?Kenapa dia bisa tahu nomor ponselku?Pikir Vanessa membatin.Dia benar-benar bingung.*****Buat yang suka, hayuk atuh di Vote dan koment...Salam Herofah...Rasanya seperti mimpi bagi seorang Mahessa ketika mendapati sebuah pesan masuk dari wanita bernama Vi yang menyanggupi ajakannya bertemu tempo hari.Bahkan saking senangnya, Mahessa berulang kali memastikan kembali penampilannya di depan cermin.Jas hitam karya sepasang penjahit ternama Italia, Antonio Carola dan Ciro Paone yaitu Kiton K-50. Terbuat dari bahan wol jenis Merino, Kiton K-50 memiliki kualitas kain dan desain yang tiada duanya. Tubuh Mahessa yang gagah terlihat semakin sempurna dibalut jas mewah nan elegan dengan harga selangit itu.Malam ini, dia harus tampil sesempurna mungkin di hadapan Vi.Bukan hanya mempersiapkan penampilan, namun Mahessa pun sudah membooking sebuah restoran elit yang terletak di salah satu hotel bintang lima di Jakarta, khusus untuk acara makan malam dirinya bersama Vi saja.Itulah sebabnya, khusus untuk malam ini, restoran tersebut ditutup untuk umum.Kedatangan Vi atau Vanessa langsung disambut oleh dua orang anak buah Mahessa yang ditugaskan men
Untuk Vanilla dan VanessaTerima kasih sudah hadir dan menghiasi hari-hari Ibu dengan senyuman manis kalian.Ibu bangga memiliki kalian meski Ibu tahu bahwa kalian justru malu memiliki orang tua seorang pesakitan seperti ibu.Maaf untuk waktu yang terbuang karena Ibu yang tak bisa menjaga kalian dan menjadi sosok Ibu yang baik untuk kalian.Maaf atas semua kesalahan yang telah Ibu lakukan...Satu harapan Ibu saat ini hanyalah kalian bisa hidup rukun dan damai di masa depan nanti.Kalian bisa saling mendukung dan saling menghargai. Saling menyayangi dengan tulus dan saling mempercayai.Ibu tidak ingin melihat kalian hidup dalam permusuhan apalagi jika harus saling membenci satu sama lain.Jadikan kisah hidup Ibu sebagai pelajaran berharga.Jangan menjadi seperti ibu...Jangan menjadi seperti ibu...Jangan...Salam sayang, KenariIbu yang akan selalu menyayangi kalian...Vanilla dan Vanessa akhirnya selesai membaca isi surat Kenari.Air mata Vanilla saat itu sudah membanjir di pipi, ber
Langit malam ini berawan.Sesekali terdengar kilatan petir menyambar di kejauhan.Di sebuah rumah mewah yang terletak di pusat Jakarta, tengah terjadi pertemuan penting di mana seorang lelaki bernama Mahessa Anggara baru saja menyampaikan niat baiknya untuk melamar salah satu putri kembar dari cheff ternama Malik Indra Wahyuda, yang bernama Vanessa.Bahkan tidak hanya sekedar kata-kata saja, Mahessa pun membawa berbagai macam seserahan berupa barang-barang branded mewah yang nilainya jika ditotal bisa mencapai ratusan juta rupiah atau bahkan mendekati angka satu miliar."Anggara Grup itu adalah nama bisnis keluarga saya yang berpusat di Amerika, Om," jelas Mahessa saat itu. "Baru-baru ini kami membuka anak cabang di Indonesia, itulah sebabnya saya ada di sini sekarang," jelas Mahessa pada Malik. Sekadar meyakinkan lelaki berwajah brewok tipis itu bahwa Mahessa sudah mapan dan layak menjadi pendamping Vanessa.Bukankah, di dunia ini uang adalah modal utama untukmu meraih sesuatu?Itula
Hari berlalu.Begitu pun dengan badai hitam yang menyelimuti keluarga Malik sejak tragedi kematian Yasa lalu disusul kematian Kenari.Perlahan, masalah demi masalah yang menimpa keluarga sang Chef pun teratasi dengan baik.Bermula dari kesembuhan sang istri, Isna dan kondisi psikis sang putri tercintanya, Vanessa yang terlihat mulai bisa kembali tersenyum.Masih di kediaman Malik, dari arah kamar di lantai dua, terdengar suara percakapan sepasang suami istri."Nih yank, aku punya lima destinasi bulan madu terbaik rekomendasi dari Pak Beni di kantor. Dia punya teman yang buka jasa travel bulan madu di seluruh dunia. Dan lima negara ini menjadi tempat terlaris selama dua tahun belakangan yang banyak dikunjungi oleh para pengantin baru, kayak kita," jelas Wildan panjang lebar sambil menscroll layar ponselnya yang menampilkan gambar-gambar pemandangan indah di seluruh dunia, dia memperlihatkannya pada sang istri yang saat itu sedang membenahi pakaian karena malam ini mereka akan kembali p
Flashback On..."Coba tebak, kira-kira jenis kelamin anak kita apa ya, Yas?" Tanya Vanessa pada kekasihnya, Yasa.Malam itu mereka baru saja selesai bercinta.Sejak kepulangannya dari Paris, Yasa memang tinggal menetap di apartemen Vanessa karena lelaki itu tidak memiliki tempat tinggal.Hidup sebagai yatim piatu sejak kecil dan tak memiliki sanak saudara membuat Yasa tumbuh menjadi sosok lelaki yang mandiri dan pekerja keras. Meski semua yang dia kerjakan pada akhirnya tetap tak mampu membawanya pada taraf kehidupan yang lebih baik.Itulah alasan mengapa Yasa sempat berpikir untuk pergi dari kehidupan Vanessa karena dia merasa tidak cukup layak mendampingi Vanessa yang saat itu berprofesi sebagai model papan atas.Namun, Yasa menyesal telah menyakiti Vanessa karena nyatanya, cinta Vanessa terhadapnya begitu dalam. Bahkan Vanessa rela mengesampingkan karirnya demi mencari Yasa ke Paris.Lika-liku panjang cinta mereka sudah berhasil mereka lalui dan kini Yasa hanya perlu bersabar sedik
Masa setelah Prolog..."Tanda tangani ini sekarang!" Perintah Mahessa pada Vanessa dengan begitu to the point, saat lelaki itu baru saja sampai di dalam ruang rawat Vanessa."Apa ini?" tanya Vanessa bingung. Wajah pucatnya tampak semakin pucat terhitung saat dia melihat sosok Mahessa memasuki ruang rawatnya beberapa detik tadi.Kebetulan, Isna dan Malik baru saja pulang, sementara Vanilla dan Wildan yang akan menggantikan menjaga Vanessa di rumah sakit belum datang. Jadilah, Mahessa bisa dengan leluasa melakukan aksinya terhadap Vanessa di dalam sini.Aksinya untuk memaksa Vanessa menandatangani surat perjanjian pernikahan mereka."Kamu baru saja keguguran, jadi tak ada alasan bagi kita untuk menunda pernikahan, benar kan?" ucap Mahessa disertai sebuah senyuman miring khasnya.Vanessa melirik sebuah kertas di pangkuannya. Kedua rahang wanita itu mengeras seiring dengan buliran air mata yang perlahan jatuh menetes di pipinya."Ini pulpennya, Nona cantik," ucap Mahessa lagi seraya menyo
"Apa? Menikah? Dengan Mahessa?" Pekik Vanilla kaget saat Vanessa baru saja memberitahu keluarganya bahwa dia ingin mempercepat proses pernikahannya dengan Mahessa.Dua minggu sudah berlalu pasca dirinya keguguran dan kini kondisi kesehatan Vanessa sudah jauh lebih baik, itulah sebabnya dia pun lekas memberitahukan hal ini pada seluruh keluarganya."Kamu yakin, Nessa? Bukankah kamu sendiri yang bilang kalau kamu tidak menyukai Mahessa?" ucap Vanilla yang kini berhasil menarik Vanessa dari keramaian keluarganya yang masih berkumpul di ruang tengah kediaman Malik."Sejak awal saat Mahessa datang ke rumah ini untuk melamarku, aku sudah menerima lamarannya, hanya saja, aku memberinya syarat bahwa aku bersedia menikah dengannya selepas aku melahirkan. Tapi, sekarang aku bahkan sudah kehilangan anakku, jadi, tidak ada lagi alasan untuk kami menunda pernikahan," tutur Vanessa menjelaskan.Masih menatap Vanessa dengan penuh ketidakpercayaan, entah kenapa, Vanilla merasa bahwa Vanessa tengah me
Malam pertama dalam sebuah pernikahan adalah hal terindah yang pastinya ditunggu-tunggu oleh setiap pasangan yang baru saja melangsungkan pernikahan.Menunjukkan rasa cinta melalui sentuhan jemari lembut, pagutan mesra di bibir, pelukan hangat hingga akhirnya mencapai titik klimaks bersama.Sungguh akan menjadi hal baru bagi semua pasangan yang tengah dimabuk asmara.Sayangnya, hal tersebut tidak dirasakan oleh Vanessa dan Mahessa yang memang menikah dengan tujuan lain yang sudah mereka sepakati bersama.Bunga mawar merah yang bertaburan di atas seprai putih di dalam kamar pengantin keduanya, menambah kesan romantis yang menggairahkan. Belum lagi lilin-lilin kecil aromatherapy yang terletak di beberapa titik ruangan. Menambah harum semerbak ruangan bernuansa putih gading itu.Balon-balon berbentuk hati bergelantungan bebas di langit-langit kamar membentuk sebuah tulisan "Selamat Menempuh Hidup Baru".Melihat semua itu, seketika hati Vanessa terenyuh. Bukankah, seharusnya dia merasa ba
Setelah melalui sekitar tujuh jam perjalanan darat, akhirnya Mahessa dan Vanessa pun sampai di Paris.Di sepanjang perjalanan tadi, Vanessa sempat menerima panggilan telepon dari Vanilla dan keluarganya yang kini sudah berada di Amerika.Vanilla dengan segala kekhawatirannya terus saja mengoceh seperti kaleng rombeng di telepon. Wanita itu memarahi Vanessa yang telah membuatnya cemas di sepanjang perjalanan menuju Amerika karena Vanessa yang tiba-tiba saja menghilang di Bandara dan sulit dihubungi.Hingga akhirnya, semua masalah terselesaikan begitu pihak keluarga di sana tahu bahwa kini Vanessa dan Mahessa baik-baik saja."Sepertinya, keluargaku memang belum tau soal Aro?" tanya Vanessa saat Mahessa baru saja mengajaknya memasuki sebuah mobil pribadi yang mereka sewa."Ya, kupikir mereka tidak perlu tau," ucap Mahessa saat itu yang mulai fokus menyetir."Lalu, kita mau kemana sekarang? Aku sangat lelah, kita harus istirahat, Mahess," ucap Vanessa diikuti dengan mulutnya yang menguap
Matahari bersinar cerah menyambut pagi di Jenewa.Gemericik air mengalir terdengar dari balik balkon kamar yang dihuni oleh Mahessa dan Vanessa tadi malam.Menghirup udara pagi yang segar dan sejuk, Vanessa terdiam di sisi balkon dengan tubuhnya yang hanya terbalut kemeja putih Mahessa. Bahkan, tanpa Vanessa mengenakan apa pun lagi di dalamnya.Pergumulan panjang nan panasnya dengan Mahessa tadi malam terasa begitu membekas di benaknya. Membuat senyum di wajah cantik nan seksi Vanessa seolah tak mau hilang."Kamu sudah bangun duluan? Kenapa tidak membangunkan aku?" bisik suara berat seorang lelaki dengan tubuh atasnya yang shirtless, memperlihatkan lekukan otot-otot tangannya yang kekar dan mulus.Mahessa memeluk tubuh sang istri dari belakang, membenamkan kepalanya di balik ceruk leher Vanessa yang harum."Aku tau kamu pasti kelelahan karena permainan kita semalam, makanya aku biarkan kamu istirahat lebih lama," ucap Vanessa menahan geli saat bibir Mahessa mulai mendaratkan kecupan k
"Kamu ingin menjadi istri yang baik kan? Kalau begitu, buktikan!" ucap Mahessa setelah lelaki itu berhasil melepas kemeja yang dia kenakan.Bukan hal aneh bagi Vanessa untuk menyenangkan lelaki di ranjang, hanya saja, kenapa saat ini dia merasa begitu gugup?Bahkan Vanessa merasa jantungnya seakan ingin melompat keluar dari dadanya, saking kencang dan kuatnya degupan itu.Keadaan hening seketika menyergap keduanya saat tubuh Mahessa sudah menguasai tubuh sang istri sepenuhnya.Tatapan keduanya kembali bertemu, lekat dan dalam.Seolah menyelami kembali masa-masa indah kebersamaan masa kecil mereka dahulu, saat Vi sering membantu Yasa membersihkan kantin lapas bersama Pak Dirham. Saat Yasa sering mengajak Vi melihat langit senja dari atas pohon, dan saat mereka bermain petak umpet bersama, lalu Vi menangis karena melihat ular di belakang lapas.Semua kenangan itu masih terekam jelas dalam benak Yasa a.k.a Mahessa. Tak terlupakan, sedikit pun."Kamu cantik sekali, Vi..." gumam Mahessa sa
Setelah memastikan Vanessa aman bersama Vanilla dan juga Wildan, Mahessa kini hanya perlu menyusun strategi baru untuk menghadapi kelompok Aro.Jika memang Aro kini sudah berhasil menguasai markasnya di Jakarta, itu artinya, lelaki itu pun sudah berhasil menyelamatkan Gavin?Lelaki licik itu!Menghantam lemari kaca di ruang tengah mansionnya dengan remot TV yang ada digenggamannya, Mahessa kembali berteriak frustasi. Menyesali kebodohannya, mengapa dia tidak sekalian melenyapkan nyawa lelaki brengsek bernama Gavin itu kemarin-kemarin?Jika kini Gavin sudah berada dengan Aro, Mahessa pastikan, cepat atau lambat, Aro pun akan lekas menemukan keberadaannya, karena sejauh ini, Gavin jelas tau, di mana saja Pak Dirham memiliki aset berharga.Mahessa masih terus mundar-mandir di ruang tengah kediamannya dan masih berpikir memutar otak bagaimana caranya dia menghadapi Aro kelak, ketika tiba-tiba, dia dikejutkan oleh kedatangan seorang wanita bergaun hitam yang berlari tanpa alas kaki ke arah
Setelah melakukan pencarian panjang, akhirnya, kelompok Aro berhasil menguasai markas besar kelompok Mahessa di Jakarta.Lokasi di mana Mahessa menyekap Gavin selama ini.Dengan wajah bengisnya yang setengah brewok itu, Aro bersama anak buahnya berhasil menghabisi seluruh anak buah Mahessa di dalam rumah mewah itu, dan menyisakan satu orang bernama Rendi yang diketahui merupakan pemimpin kelompok.Aro tahu bahwa Rendi adalah pemimpin di sana, tentunya dari Gavin yang saat itu sudah berhasil dia selamatkan.Melihat kondisi Gavin yang sangat menyedihkan dan lemah, amarah Aro benar-benar meledak. Lelaki itu bahkan menghancurkan seisi kediaman mewah Mahessa dengan senjata api miliknya.Mendekati Rendi yang saat itu sudah babak belur dan hampir mati, Aro memerintahkan salah satu anak buahnya untuk mengambil ponsel milik Rendi yang biasa lelaki itu gunakan untuk menghubungi bos besar mereka.Sambil melakukan sambungan telepon dengan Rendi, orang-orang Aro yang lain bertugas mencari titik lo
Mendapati kondisi Wildan yang sudah tak sadarkan diri saat dua orang bodyguard membawa lelaki itu masuk ke dalam kamar, membuat Vanessa dilanda perasaan cemas berlebih, meski saat itu, dia tak mampu melakukan banyak hal selain diam, diam dan diam.Terpaku dan mematung, menatap sosok Wildan yang kini ada di atas ranjang berseprai putih di kamar yang sama dengannya.Ingin hati bertanya pada dua orang anak buah Mahessa mengenai keberadaan atasan mereka dan apa yang sebenarnya terjadi pada Wildan, hanya saja, bibir Vanessa mendadak kelu karena takut rencananya terbongkar.Alhasil, usai dua orang lelaki bertubuh kekar itu keluar dari kamar tersebut, Vanessa lekas mengguncang tubuh Wildan untuk membangunkan lelaki itu."Wil, bangun, Wil! Kenapa lo malah ke sini sih? Wildan! Bangun!" ucap Vanessa yang mulai panik.Dan sialnya, Wildan tak juga terbangun di saat guncangan tangan Vanessa semakin kencang. Hal itu jelas membuat Vanessa mati kutu. Bingung harus melakukan apa, hingga akhirnya, Vane
"Kami mendapat berita akurat dari salah satu mantan sipir penjara di lapas yang memang mengenal sosok Yasa kecil cukup dekat, namanya Pak Darmaji. Ternyata, lelaki itu masih hidup, Bos. Pak Darmaji masih hidup sampai saat ini dan dia memang sengaja bersembunyi karena semenjak Pak Dirham meninggalkan lapas bersama Yasa, Pak Darmaji mengaku, banyak sekali pihak yang mempertanyakan keberadaan Pak Dirham padanya, hingga akhirnya dia pun memutuskan untuk mengambil pensiun dini setelah tahu bahwa ternyata, orang-orang yang mencari Pak Dirham tersebut memang berniat jahat ingin membunuh Pak Dirham dan merebut harta lelaki itu.""Pak Darmaji mengetahui bahwa Pak Dirham ternyata orang yang sangat kaya di Amerika dari surat misterius yang diterimanya. Selain surat, Pak Darmaji juga mendapatkan sebuah kiriman uang yang sangat banyak dan si pengirim uang tersebut meminta Pak Darmaji untuk bersembunyi. Itulah sebabnya, selama ini kita sangat kesulitan mendapatkan informasi tentang Pak Darmaji ini,
Sementara Vanessa melakukan apa yang seharusnya dia lakukan bersama Vanilla, Wildan, yang memang bertugas untuk mengalihkan perhatian Mahessa dari dua orang saudara kembar itu, sengaja mengajak Mahessa keluar untuk berkeliling kota Swiss dengan berjalan kaki menyusuri tepian danau Geneva.Selain panoramanya yang indah dan memanjakan mata, Danau Geneva pun terlihat sangat bersih.Danau Geneva dikelilingi beberapa taman hijau, antara lain Parc de la Grang dan Jardin Anglais yang di dalamnya terdapat jam besar dari bunga. Ada pula Parc Mon Repos dan Jardin Botanique.Tak ketinggalan, terdapat ikon air mancur di Geneva yang berada di Danau Geneva bernama The Geneva Water Fountain atau dikenal sebagai Jet d’Eau. Air mancur ini terletak di tengah danau, tak jauh dari muara Sungai Rhone tepatnya di Quai Gustave-Ador.Dan di sanalah tepatnya, Mahessa dan Wildan kini berada.Kedua lelaki itu berbincang akrab seperti biasa, seolah tak sama sekali terjadi hal-hal aneh di antara mereka.Melihat b
Seperti apa yang sudah Vanessa dan Wildan rencanakan sebelumnya, bahwa Vanessa akan bertukar tempat dengan Vanilla jika memang Mahessa tetap kekeuh ingin melanjutkan rencana konyolnya untuk bertukar pasangan.Malam itu, usai mendapat pesan dari Wildan yang memberitahukan bahwa Mahessa akan melakukan rencananya malam ini, Vanessa pun lekas mengambil tindakan dengan mendatangi Vanilla ke kamar sang saudara kembarnya itu."Apa? Pernikahan kontrak?" Pekik Vanilla terkejut saat Vanessa baru saja memberitahunya bahwa pernikahan yang terjalin antara dirinya dan Mahessa hanyalah sebuah pernikahan kontrak yang akan berakhir jika Mahessa sudah berhasil mendapatkan apa yang dia mau, yaitu Vi.Itulah sebabnya, hidup Vanessa sekarang benar-benar bergantung pada Vanilla. Vanessa tak mungkin berdiam diri saja menjalani kehidupannya yang suram di masa depan dengan seorang lelaki macam Mahessa, namun, dia juga tak akan membiarkan Mahessa menghancurkan kehidupan rumah tangga Vanilla dan Wildan.Baik dir