Share

8. MAHESSA VS WILDAN

Author: Herofah
last update Last Updated: 2023-07-15 06:18:57

Masa setelah Prolog...

"Tanda tangani ini sekarang!" Perintah Mahessa pada Vanessa dengan begitu to the point, saat lelaki itu baru saja sampai di dalam ruang rawat Vanessa.

"Apa ini?" tanya Vanessa bingung. Wajah pucatnya tampak semakin pucat terhitung saat dia melihat sosok Mahessa memasuki ruang rawatnya beberapa detik tadi.

Kebetulan, Isna dan Malik baru saja pulang, sementara Vanilla dan Wildan yang akan menggantikan menjaga Vanessa di rumah sakit belum datang. Jadilah, Mahessa bisa dengan leluasa melakukan aksinya terhadap Vanessa di dalam sini.

Aksinya untuk memaksa Vanessa menandatangani surat perjanjian pernikahan mereka.

"Kamu baru saja keguguran, jadi tak ada alasan bagi kita untuk menunda pernikahan, benar kan?" ucap Mahessa disertai sebuah senyuman miring khasnya.

Vanessa melirik sebuah kertas di pangkuannya. Kedua rahang wanita itu mengeras seiring dengan buliran air mata yang perlahan jatuh menetes di pipinya.

"Ini pulpennya, Nona cantik," ucap Mahessa lagi seraya menyodorkan sebuah pulpen tepat di depan wajah Vanessa. Wajah yang terus berpaling darinya.

Melihat ketidakberdayaan Vanessa, entah kenapa, Mahessa merasa senang. Karena memang, lelaki itu menginginkan Vanessa hidup dalam penderitaan setelah apa yang sudah wanita itu lakukan padanya selama ini.

"Lelaki brengsek! Kamu yang sudah meracuniku kan? Kamu yang sudah membunuh bayiku kan?" Cecar Vanessa saat itu yang langsung menepis kasar pulpen dan kertas di tangan Mahessa. Tatapannya nyalang ke arah pria berjas hitam di sisinya itu.

Tangisan Vanessa pecah saat dirinya harus menerima kenyataan bahwa kini, satu-satunya harta berharga yang dia miliki di dalam rahimnya telah meninggal. "Pembunuh!" Vanessa kembali memaki dengan perasaan muak luar biasa.

Mendengar caci maki dan tuduhan tanpa bukti yang dilayangkan Vanessa padanya, Mahessa tak sama sekali terlihat marah melainkan merasa lucu.

Lelaki itu tertawa renyah seraya menarik kursi lipat di sisi brankar Vanessa dan mengambil kembali pulpen yang sempat terjatuh terkena tepisan tangan Vanessa tadi.

"Atas dasar apa kamu bisa-bisanya menuduhku telah meracunimu, hah? Apa kamu memiliki bukti bahwa itu adalah perbuatanku?" ucap Mahessa dalam sisa tawanya.

Vanessa tak mampu menjawab karena dia yang memang tak memiliki bukti apapun atas tuduhannya tersebut. Namun, Vanessa yakin semua ini ulah Mahessa. Sebab jika tidak, mengapa kini dia tiba-tiba datang dan langsung memintanya untuk menandatangani perjanjian pernikahan?

Dasar licik!

Maki Vanessa dalam hati. Dia hendak bicara, namun Mahessa sudah lebih dulu bersuara.

"Aku tidak punya banyak waktu! Cepat tanda tangani perjanjian kontrak pernikahan ini sekarang agar aku bisa lekas mengurus pernikahan kita," tegas pria itu dengan segelintir emosi yang mulai terlihat dari kilatan tatapannya.

"Aku tidak mau! Lupakan saja semua kesepakatan kita karena aku sudah benar-benar muak padamu!" Tegasnya dengan tatapan sama tajam dan menusuk.

Salah Vanessa sejak awal sudah memulai urusan dengan pria gila macam Mahessa.

Harusnya, sejak awal Vanessa sadar bahwa apa yang dikatakan Mahessa padanya mengenai Yasa adalah sebuah kebohongan!

Bahkan kematian Yasa terjadi di depan mata kepala Vanessa sendiri, lantas bagaimana mungkin kini Yasa masih hidup?

Dan lagi, belum apa-apa, Mahessa sudah berani melakukan cara keji dengan meracuninya agar dia keguguran, hal itu Mahessa lakukan karena pria itu yang memang tak mau menunggu sampai Vanessa melahirkan untuk bisa menikahi Vanessa, jadilah dia melakukan cara terkutuk dengan membunuh janin di dalam rahim Vanessa.

"Brengsek kamu Mahess! Jangan pernah bermimpi bisa menikah denganku! Lupakan obsesi gilamu itu terhadap Vanilla karena sekarang Vanilla sudah bahagia dengan Wildan!"

Mendengar ucapan Vanessa kali ini, emosi Mahessa sukses terpancing ke permukaan.

"Bitch!" Maki Mahessa seraya berdiri. Tubuh lelaki itu membungkuk dengan sebelah tangannya yang menekan rahang Vanessa kuat-kuat. "Sejak awal aku tidak pernah berbohong saat aku mengatakan bahwa Yasa masih hidup dan aku akan menceritakan yang sebenarnya terjadi dengan Yasa nanti, di malam pertama pernikahan kita, bagaimana Nona? Apa kamu tertarik?"

Wajah Vanessa yang begitu dekat dengannya membuat Mahessa merasakan sesuatu yang aneh hingga lelaki itu pun memutuskan untuk menjauh.

Degup jantung lelaki itu berpacu lebih cepat dengan desiran aneh yang seketika menyerang tanpa ampun. Membangkitkan sisi liarnya sebagai seorang lelaki normal.

Mahessa masih mengatur napas. Berusaha menetralkan perasaannya.

Ini pasti terjadi akibat kemiripan wajah Vanessa dengan Vanilla.

Ya, sudah pasti karena itu.

Pikir Mahessa dalam hati.

Saat itu, Mahessa sempat mendapat telepon dari salah satu anak buahnya yang berjaga di parkiran rumah sakit yang mengatakan bahwa ada keluarga Vanessa yang baru saja tiba di rumah sakit.

"Siapa?" Tanya Mahessa saat itu.

"Nona Vanilla dan suaminya, Tuan."

"Ulur waktu, jangan biarkan mereka masuk sampai aku memberi perintah!"

Setelah berhasil menguasai dirinya dan merasa lebih tenang, Mahessa pun kembali mendekati Vanessa dan kembali menyodorkan kertas yang dibawanya tadi beserta pulpennya pada wanita itu.

"Cepat tandatangani ini Vanessa! Jangan membuatku marah!" Desaknya tidak sabar karena tahu bahwa sebentar lagi, akan ada orang lain yang menjenguk Vanessa di ruangan ini. Terlebih orang itu adalah Vanilla, saudara kembar Vanessa. Wanita yang menjadi incarannya saat ini dan wanita yang menjadi alasan Mahessa kini menjebak Vanessa dalam pernikahan.

Bagi seorang Mahessa, hal apapun akan dia lakukan demi mendapatkan Vi-nya kembali. Tak perduli benar atau salah, Mahessa hanya menginginkan Vi, itu saja.

"Sebelum kamu membuktikan bahwa Yasa memang benar-benar masih hidup, aku tidak akan pernah mau menikah denganmu!" ucap Vanessa mengancam balik. Mungkin sebelumnya Vanessa bisa saja bodoh karena dia yang masih terlalu berharap bahwa apa yang dikatakan Mahessa tentang Yasa adalah benar, tapi sekarang, saat semuanya terkesan mustahil bagi Vanessa, Vanessa tidak ingin tertipu lagi.

"Shit!" Mahessa membanting pulpen di tangannya ke dinding hingga hancur. Lelaki itu terlihat menghubungi seseorang.

Hingga akhirnya, sebuah video call tersambung di ponselnya.

Mahessa memperlihatkan sesuatu di dalam ponselnya pada Vanessa yang membuat kedua bola mata Vanessa terbelalak kaget.

"Yasa?" Pekik Vanessa tertahan yang sontak menutup mulutnya dengan sebelah tangan. Vanessa mengambil alih ponsel Mahessa untuk melihat lebih jelas wajah Yasa di dalam sambungan video call tersebut.

"Yasa? Apa kamu benar-benar Yasa?" Tanya Vanessa yang kembali menangis.

Wajah seorang lelaki yang tampak babak belur di dalam video call itu memang sangat mirip dengan Yasa. Tak salah lagi, lelaki itu memang Yasa.

"Nessa... Maaf..." ucap lelaki di dalam video itu. Suaranya lirih dan tak berdaya.

Saat itu, Vanessa hendak bicara namun ponselnya sudah kembali diambil alih oleh Mahessa yang langsung memutus sambungan video call itu. Dia mengambil pulpen baru dari salah satu anak buahnya yang berjaga di luar pintu ruang rawat Vanessa dan kembali memberikan kertas perjanjian kontrak pernikahan itu pada Vanessa berserta pulpennya.

"Aku beri waktu satu menit untuk berpikir, tandatangani ini sekarang, atau kematian Yasa akan benar-benar terjadi di menit berikutnya!" ancam Mahessa pada akhirnya.

Tak memiliki pilihan lain, Vanessa pun akhirnya menyanggupi permintaan Mahessa meski dalam hati, dia terus bertanya-tanya sendiri.

Bagaimana mungkin Yasa masih hidup?

Apa yang sebenarnya terjadi?

Vanessa benar-benar bingung.

*****

Malam ini adalah jadwal Vanilla menginap di rumah sakit menemani Vanessa.

Karena besok weekend dan Wildan tidak bekerja, jadilah Wildan akan ikut menemani Vanilla menginap di rumah sakit malam ini.

"Kamu nggak pakai jaket? Nanti dingin loh," ucap Vanilla saat melihat sang suami tak membawa pakaian luar selain kaus yang melekat di tubuh Wildan.

Wildan merangkul Vanilla, melirik mesum. "Kan ada kamu, dingin tinggal minta peluk,"

"Ihh, ini tempat umum tau!" Vanilla mengelak dan melepas tangan Wildan dari bahunya.

"Pelit!" Umpat Wildan sambil cemberut.

Keduanya terus berjalan berdampingan menuju ruang rawat Vanessa di lantai tiga, ketika tiba-tiba ada seorang lelaki berpakaian hitam yang menahan langkah Vanilla dan Wildan tepat saat mereka hendak memasuki lift.

Jadilah, Lift pun kembali tertutup.

"Maaf Mas, Mba, saya cuma mau tanya, toilet di sini, di mana ya?" Tanya lelaki berpakaian hitam tadi dengan wajah meringis yang sangat kentara bahwa dia memang sedang kebelet.

Vanilla celingukan, dan menunjuk ke arah dalam sebuah lorong di sisi kiri mereka. "Coba Mas jalan lurus ke sana deh, biasanya toilet umum ada di belakang," ucapnya menjelaskan.

"Oh, baik Mba, terima kasih," balas si lelaki yang langsung berlalu dari hadapan sepasang suami istri itu.

Jemari Wildan menggenggam jemari Vanilla saat mereka mulai memasuki lift. Bergandengan tangan mereka berjalan menuju kamar di mana Vanessa kini dirawat dan mendapati dua orang lelaki berseragam hitam yang sama dengan lelaki yang bertanya letak toilet di lantai bawah pada mereka tadi, dua lelaki itu kini berdiri tepat di depan pintu ruang rawat Vanessa.

Tanpa berbasa-basi, kedua lelaki berseragam hitam itu memberikan hormat pada Vanilla dan Wildan begitu sepasang suami istri itu sudah berdiri di depan pintu hendak masuk.

"Maaf, Nona dan Tuan, kami diperintahkan untuk tidak membiarkan siapapun masuk ke dalam tanpa izin dari Nona Vanessa," ucap salah satu lelaki tersebut seraya menghalangi pintu yang diikuti oleh rekannya, agar Vanilla dan Wildan tidak bisa masuk.

"Saya ini saudara kembarnya Vanessa, dan sudah biasa bulak-balik ke sini sejak kemarin," beritahu Vanilla dengan nada marah. "Kalian ini siapa?"

Kedua lelaki berseragam hitam itu saling melempar pandang. Bingung juga untuk menjawab pertanyaan itu.

"Lebih baik kalian minggir sekarang atau saya panggil security!" Ancam Wildan turun tangan. Sayangnya, kedua lelaki itu tetap bergeming. Membuat Wildan jadi ikutan emosi hingga bermaksud untuk memukul salah satu dari lelaki itu namun aksinya sudah lebih dulu ditahan oleh Vanilla.

"Sabar, Wil." Ucap Vanilla yang menarik tubuh Wildan ke belakang. Vanilla mengajak Wildan beranjak dari depan pintu dan duduk di bangku tunggu lantas mengeluarkan ponselnya untuk menghubungi Vanessa.

Tak lama panggilan itu pun dijawab juga oleh Vanessa.

"Halo, Nes, kamu baik-baik ajakan? Aku di depan ruang rawat kamu sama Wildan tapi kita nggak boleh masuk sama dua orang lelaki yang nggak tau itu siapa. Sebenernya kamu lagi sama siapa sih di dalem?" Cecar Vanilla dengan sedikit luapan emosi.

"A-aku lagi sama Mahessa, La," sahut suara Vanessa di telepon. "Sebentar ya,"

Dan Klik!

Panggilan itu diputus begitu saja oleh Vanessa. Bahkan tanpa memberi kesempatan Vanilla untuk kembali bicara.

Alhasil, Vanilla dan Wildan pun harus rela menunggu di luar sampai urusan Vanessa dengan Mahessa selesai.

Meski saat itu, Vanilla terus saja bersungut-sungut.

"Memangnya siapa sih dia? Bisa ngatur hidup Vanessa begini? Udah kayak Presiden aja! Masa cuma gara-gara dia ada di ruangan Nessa terus kita yang jelas-jelas keluarga terdekatnya nggak bisa masuk! Awas aja dia kalau sampai menyakiti Vanessa!" Tutur Vanilla panjang lebar.

Sementara dari sisi lelaki, Wildan malah berpikir lain. "Yank, jangan begitu. Bisa jadi, mereka memang membutuhkan privasi untuk berduaan. Jadi, yaudahlah biarin aja,"

Kedua bola mata Vanilla terbelalak lalu mendelik sinis ke arah Wildan. "Apa? Berduaan kata kamu? Yang bener aja, setahuku Vanessa itu nggak suka sama si Mahessa-Mahessa itu! Ini pasti ada apa-apanya! Aku harus cari tau!" Vanilla yang sudah tak bisa menahan emosi lantas kembali mendekati pintu masuk hendak memaksa dua lelaki di sana untuk memberinya izin masuk ke dalam.

"Pokoknya saya harus masuk dan memastikan Vanessa baik-baik saja! Minggir kalian!" Tegas Vanilla galak. Tapi nyatanya, hal itu tak lantas membuat kedua lelaki berjas hitam itu bergerak. Mereka tetap berjaga di depan pintu masuk dan menghalangi siapapun untuk masuk ke dalam sebelum mendapat perintah dari Mahessa.

Alhasil, Vanilla pun terpaksa menerobos masuk meski tubuhnya langsung ditahan oleh dua lelaki itu, Vanilla tidak perduli.

Wildan yang menyaksikan hal itu hanya bisa geleng-geleng kepala dan lekas menarik Vanilla menjauh, melepas kasar dua tangan lelaki yang mencengkram bahu Vanilla.

Vanilla masih emosi dan hendak memaki Wildan yang bukannya membantu malah menariknya menjauhi pintu, ketika pintu ruang rawat Vanessa terbuka.

Seorang lelaki tampan dengan jas hitamnya yang mewah keluar dari sana, memberikan selembar kertas pada salah satu anak buahnya yang berjaga di depan pintu lalu melayangkan sebuah senyuman termanisnya pada Vanilla dan Wildan.

"Maaf atas ketidaknyamanan ini, cuma..." Mahessa mengelap bibirnya seolah-olah memberi isyarat tentang apa yang baru saja dia lakukan bersama Vanessa di dalam sana.

Dan bagi Vanilla, hal itu sangat menjijikan!

Dengan wajah sinis, Vanilla pun berlalu dari hadapan Mahessa untuk lebih dulu masuk ke dalam ruang rawat Vanessa sementara Wildan yang cukup mengerti situasi hanya bisa tersenyum tipis.

Dia menepuk bahu Mahessa. "Ya, sebagai sesama lelaki, aku paham kalau kalian memang butuh privasi! Tapi lain kali, tolong tahu tempat jika memang ingin berduaan! Jangan di rumah sakit! Ya, setidaknya tunggu sampai Vanessa sembuh," sindirnya.

Mahessa tertawa sumbang. "Sepertinya pikiran anda terlalu jauh Tuan Wildan. Tadi itu, aku hanya membantu Vanessa untuk berganti pakaian dan mengelap tubuhnya. Itulah sebabnya, aku menyuruh dua anak buahku agar melarang siapapun masuk ke dalam. Jangan berpikir yang bukan-bukan,"

Wildan berdecih. "Ya, apapun itu, lain kali jangan diulangi ya, karena kami keluarga Vanessa, menjadi orang yang paling berhak masuk ke dalam ruang rawat ini,"

Sebuah senyuman sinis terukir di wajah tampan Mahessa.

"Perlu anda tau, Tuan Wildan, Vanessa sudah menerima lamaranku. Dan dalam waktu dekat selepas kesehatan Vanessa membaik, kami akan segera menikah. Dan itu artinya, aku pun memiliki hak yang sama terhadap Vanessa bukan?" beritahu Mahessa dengan penuh rasa bangga.

Wildan tampak sedikit kaget. "Oh ya?"

"Ya betul. Itulah sebabnya, Vanessa bersedia melepas pakaiannya di hadapanku hari ini," bisik Mahessa dengan seringai mesum khas lelakinya. Dia berbicara sambil mendekatkan wajahnya ke arah Wildan.

Wildan melengos sambil berdecih.

Nyatanya, apa yang dikatakan Vanilla tentang sosok Mahessa ini benar.

Sepertinya, lelaki ini memang brengsek!

"Dengarkan aku Tuan Mahessa yang terhormat," ungkap Wildan yang seketika terpancing emosi atas sikap kurang ajar Mahessa tadi. "Vanessa itu Kakak Iparku, jadi tolong jaga sikap anda!" Dengan jari telunjuknya Wildan menunjuk ke arah dada Mahessa dan menekannya sedikit hingga tubuh lelaki di hadapannya itu terdorong ke belakang, sebelum akhirnya Wildan pun hengkang dari hadapan Mahessa untuk masuk ke ruang rawat Vanessa.

Sementara itu di luar, Mahessa dengan senyuman smirknya hanya bisa menghapus jejak ujung jari Wildan di pakaiannya. Seolah-olah itu sebuah kotoran.

Oke, ini baru permulaan Tuan Wildan. Karena permainan yang sesungguhnya, baru akan dimulai.

Gumam lelaki itu membatin.

*****

Jangan lupa Vote dan Komen ya...

Salam Herofah...

Comments (6)
goodnovel comment avatar
Arwen Paramitha
baiklah ...
goodnovel comment avatar
Herofah
wildan ama Vanilla memang hanya pemeran pendukung, tp keberadaan mereka sgt penting dlm kisah ini, jd mgkin nanti yg akan sering muncul y mereka berempat itu hehehe
goodnovel comment avatar
Arwen Paramitha
Kak...nanti banyakin interaksi mahes ma nesa ja ya, yang figuran jgn kebanyakan..palagi mpe 1 bab. Semangat Kak Author...masih mantau kapan nesa terjerat pesonanya si tampan mahessa
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • HONEYMOON - BERTUKAR PASANGAN   9. PERNIKAHAN

    "Apa? Menikah? Dengan Mahessa?" Pekik Vanilla kaget saat Vanessa baru saja memberitahu keluarganya bahwa dia ingin mempercepat proses pernikahannya dengan Mahessa.Dua minggu sudah berlalu pasca dirinya keguguran dan kini kondisi kesehatan Vanessa sudah jauh lebih baik, itulah sebabnya dia pun lekas memberitahukan hal ini pada seluruh keluarganya."Kamu yakin, Nessa? Bukankah kamu sendiri yang bilang kalau kamu tidak menyukai Mahessa?" ucap Vanilla yang kini berhasil menarik Vanessa dari keramaian keluarganya yang masih berkumpul di ruang tengah kediaman Malik."Sejak awal saat Mahessa datang ke rumah ini untuk melamarku, aku sudah menerima lamarannya, hanya saja, aku memberinya syarat bahwa aku bersedia menikah dengannya selepas aku melahirkan. Tapi, sekarang aku bahkan sudah kehilangan anakku, jadi, tidak ada lagi alasan untuk kami menunda pernikahan," tutur Vanessa menjelaskan.Masih menatap Vanessa dengan penuh ketidakpercayaan, entah kenapa, Vanilla merasa bahwa Vanessa tengah me

    Last Updated : 2023-07-16
  • HONEYMOON - BERTUKAR PASANGAN   10. BERSIHKAN TUBUH KOTORMU!

    Malam pertama dalam sebuah pernikahan adalah hal terindah yang pastinya ditunggu-tunggu oleh setiap pasangan yang baru saja melangsungkan pernikahan.Menunjukkan rasa cinta melalui sentuhan jemari lembut, pagutan mesra di bibir, pelukan hangat hingga akhirnya mencapai titik klimaks bersama.Sungguh akan menjadi hal baru bagi semua pasangan yang tengah dimabuk asmara.Sayangnya, hal tersebut tidak dirasakan oleh Vanessa dan Mahessa yang memang menikah dengan tujuan lain yang sudah mereka sepakati bersama.Bunga mawar merah yang bertaburan di atas seprai putih di dalam kamar pengantin keduanya, menambah kesan romantis yang menggairahkan. Belum lagi lilin-lilin kecil aromatherapy yang terletak di beberapa titik ruangan. Menambah harum semerbak ruangan bernuansa putih gading itu.Balon-balon berbentuk hati bergelantungan bebas di langit-langit kamar membentuk sebuah tulisan "Selamat Menempuh Hidup Baru".Melihat semua itu, seketika hati Vanessa terenyuh. Bukankah, seharusnya dia merasa ba

    Last Updated : 2023-07-17
  • HONEYMOON - BERTUKAR PASANGAN   11. TERLALU MURAHAN

    "Cepat mandi! BERSIHKAN TUBUH KOTORMU ITU!" Perintah Mahessa saat itu.Lelaki itu melangkah cepat keluar menarik pintu kamar mandi dan menutupnya dengan sebuah bantingan keras.Tak sampai di situ, Mahessa terus saja melangkah hendak keluar dari dalam ruangan yang menjadi kamar pengantinnya dengan Vanessa, namun saat selangkah lagi kakinya itu benar-benar keluar dari kamar tersebut, Mahessa menahan gerakannya.Tak ingin memancing kecurigaan orang lain jika sampai melihat dirinya wara-wiri di luar, padahal ini adalah malam pertama pernikahannya dengan Vanessa.Alhasil, Mahessa hanya bisa mengesah pasrah dan kembali masuk ke dalam kamar setelah lagi-lagi dia membanting pintu dengan sangat keras.Melepas pakaiannya satu persatu hingga dia tak mengenakan atasan apa pun lagi. Meraih sebuah botol minuman beralkohol di dalam lemari pendingin lalu menenggaknya dengan cepat.Sebisa mungkin Mahessa berusaha menetralkan emosi yang kian menyiksa setiap kali otaknya harus dipaksa berputar membayang

    Last Updated : 2023-07-18
  • HONEYMOON - BERTUKAR PASANGAN   12. KALIMAT MENYAKITKAN

    "Jika memang dia bukan Yasa, lalu kenapa dia mengatakan bahwa dia adalah Yasa padaku? Apa kamu yang menyuruhnya Mahes?" Tanya Vanessa dengan segelintir amarah yang tersisa."Ya, aku yang menyuruhnya," jawab Mahessa tegas."Apa alasannya?""Karena aku hanya ingin tahu, apakah seorang Vi, benar-benar masih mengingat kejadian itu, atau tidak.""Brengsek!" Vanessa memaki dan melayangkan satu tamparan kuatnya di pipi Mahessa, sementara Mahessa hanya bergeming. Sama sekali tak berniat untuk melawan. Dan hal ini akan terjadi pada Mahessa jika memang Mahessa merasa dirinya bersalah.Ya, Mahessa sadar bahwa dirinya sudah bersalah dengan membiarkan orang lain menyamar sebagai Yasa hanya demi sebuah pembuktian.Sungguh konyol bukan?"Jadi selama ini kamu telah mempermainkan aku? Mempermainkan perasaanku? Hidupku?" Jerit Vanessa lagi penuh kemurkaan. "Memangnya kamu pikir dirimu itu siapa, hah? Tuhan? Kamu bahkan tidak pantas disebut sebagai lelaki karena kenyataannya kamu hanya seorang pecundang

    Last Updated : 2023-07-19
  • HONEYMOON - BERTUKAR PASANGAN   13. PERTEMUKAN AKU DENGAN GAVIN!

    "Dan aku sangat bersyukur, jika kenyataannya, Vi yang aku cari selama ini ternyata bukan dirimu, melainkan Vanilla," Mahessa tertawa renyah di akhir kalimatnya.Seketika niat Vanessa untuk memberitahukan pada Mahessa tentang siapa sebenarnya sosok Vi yang asli pun urung dia lakukan.Ucapan Mahessa saat itu, sungguh melukai hati dan jiwanya. Menusuknya dengan sangat dalam dan menyakitkan.Jadi, biarlah...Biarkan saja lelaki itu berpikir bahwa Vi adalah Vanilla.Vanessa bahkan sudah tak perduli!"Aku sudah menjawab semua pertanyaanmu dan sekarang giliranmu memberitahuku soal Vi," ucap Mahessa lagi setelah cukup lama mereka saling diam.Tatapan Mahessa terus tertuju pada sosok Vanessa yang saat ini kembali duduk di sisi ranjang tempat tidur. Wanita itu terus bergeming dengan kedua tangan yang meremas ujung jubah mandi yang dia kenakan.Terlihat sekali, bahwa Vanessa sedang gugup saat ini."Ada apa Nessa? Tadi kamu sendiri yang mengatakan bahwa kamu ingin mengatakan sesuatu tentang Vi ka

    Last Updated : 2023-07-20
  • HONEYMOON - BERTUKAR PASANGAN   14. JANGAN TINGGALKAN AKU, VI!

    "Kalau begitu, nyawa Gavin akan menjadi taruhannya, apa kamu siap kehilangan lelaki itu, Nessa?" tanya Mahessa disertai sebuah seringai licik yang membuat Vanessa semakin muak saja pada lelaki itu.Dan jika sudah mengingat kelicikan Mahessa, maka tak ada alasan bagi Vanessa untuk tetap mempercayai lelaki yang kini sudah resmi menjadi suaminya itu.Setelah cukup lama berpikir, akhirnya Vanessa pun berkata dengan penuh keyakinan, bahkan dia tak ragu membalas tatapan Mahessa yang masih tertuju ke arahnya. "Pertemukan aku dengan Gavin lebih dulu, baru aku akan membantumu mendapatkan, Vi!"Kedua bola mata Mahessa menyipit, seolah sedang menelaah lebih jauh bahwa Vanessa benar-benar serius dengan kata-katanya."Lalu, jika aku sudah mempertemukanmu dengan Gavin, apa jaminan untukku bahwa kamu tidak akan mangkir dari kata-kata yang sudah kamu ucapkan sendiri?" tanya Mahessa balik yang hanya menginginkan kepastian lebih jauh dari seorang Vanessa.Lagi, Vanessa kembali terdiam.Berusaha memutar

    Last Updated : 2023-07-22
  • HONEYMOON - BERTUKAR PASANGAN   15. YASA KECIL YANG MALANG

    Baru-baru ini, Mahessa mengajak Wildan untuk join dalam salah satu proyek besar usungan perusahaan Anggara Grup di mana Mahessa akan memberikan wewenang penuh pada Wildan untuk mengurus proyek tersebut.Dan bagi seorang pengusaha macam Wildan, jelas tak akan menyia-nyiakan kesempatan emas yang bisa mendatangkan begitu banyak keuntungan bagi masa depan perusahaannya kelak.Intensitas kedekatan Mahessa dan Wildan terjalin semakin dekat, bahkan kini, Wildan mengajak Mahessa untuk ikut bergabung dengan anggota Club Golfnya."Wah, Caddy di sini cantik-cantik sekali ya?" ujar Mahessa saat pertama kalinya dia bergabung dengan anggota Club Golf Wildan.Wildan melirik ke salah satu Caddy yang ada di sekitar mereka. Senyum lelaki itu mengembang tatkala sang Caddy memberinya senyuman lebih dulu."Memang sih cantik-cantik, tapi, tidak ada yang membuatku tertarik," ucap Wildan seraya mendekatkan bibirnya ke telinga Mahessa, "bagiku, tak ada wanita mana pun yang lebih cantik dari istriku," bisik lel

    Last Updated : 2023-07-23
  • HONEYMOON - BERTUKAR PASANGAN   16. BERTEMU GAVIN

    "Sudah selesai," ucap Vanessa saat dia selesai dengan kegiatannya mengobati luka di kedua telapak tangan Mahessa.Masih dengan tarikan napasnya yang belum stabil, Mahessa menatap ke arah kedua telapak tangannya yang tertempel plester luka.Seolah baru tersadar dari alam bawah sadarnya setelah kejadian yang dia alami di dapur tadi, Mahessa lekas bergerak menjauh dari Vanessa dengan menggeser posisi duduknya.Raut ketakutan masih tersirat nyata di wajah lelaki itu."Sudah tidak ada api di sini," beritahu Vanessa kemudian. Nada bicaranya agak tinggi dan ketus. Meski, dalam hati, Vanessa tak kuasa menahan tawa melihat ekspresi polos Mahessa setiap kali lelaki itu ketakutan.Sebab, ini sudah kali kedua sejak lima hari belakangan mereka hidup bersama dan Vanessa memergoki Mahessa yang memang begitu takut pada api.Sepertinya, trauma yang dimiliki lelaki itu terhadap api cukup berat, hingga membuat Mahessa sampai terbawa mimpi.Menarik napas panjang, usai dirinya membenahi peralatan obat-oba

    Last Updated : 2023-07-24

Latest chapter

  • HONEYMOON - BERTUKAR PASANGAN   42. MASUK PERANGKAP

    Setelah melalui sekitar tujuh jam perjalanan darat, akhirnya Mahessa dan Vanessa pun sampai di Paris.Di sepanjang perjalanan tadi, Vanessa sempat menerima panggilan telepon dari Vanilla dan keluarganya yang kini sudah berada di Amerika.Vanilla dengan segala kekhawatirannya terus saja mengoceh seperti kaleng rombeng di telepon. Wanita itu memarahi Vanessa yang telah membuatnya cemas di sepanjang perjalanan menuju Amerika karena Vanessa yang tiba-tiba saja menghilang di Bandara dan sulit dihubungi.Hingga akhirnya, semua masalah terselesaikan begitu pihak keluarga di sana tahu bahwa kini Vanessa dan Mahessa baik-baik saja."Sepertinya, keluargaku memang belum tau soal Aro?" tanya Vanessa saat Mahessa baru saja mengajaknya memasuki sebuah mobil pribadi yang mereka sewa."Ya, kupikir mereka tidak perlu tau," ucap Mahessa saat itu yang mulai fokus menyetir."Lalu, kita mau kemana sekarang? Aku sangat lelah, kita harus istirahat, Mahess," ucap Vanessa diikuti dengan mulutnya yang menguap

  • HONEYMOON - BERTUKAR PASANGAN   41. SEBUAH ALASAN

    Matahari bersinar cerah menyambut pagi di Jenewa.Gemericik air mengalir terdengar dari balik balkon kamar yang dihuni oleh Mahessa dan Vanessa tadi malam.Menghirup udara pagi yang segar dan sejuk, Vanessa terdiam di sisi balkon dengan tubuhnya yang hanya terbalut kemeja putih Mahessa. Bahkan, tanpa Vanessa mengenakan apa pun lagi di dalamnya.Pergumulan panjang nan panasnya dengan Mahessa tadi malam terasa begitu membekas di benaknya. Membuat senyum di wajah cantik nan seksi Vanessa seolah tak mau hilang."Kamu sudah bangun duluan? Kenapa tidak membangunkan aku?" bisik suara berat seorang lelaki dengan tubuh atasnya yang shirtless, memperlihatkan lekukan otot-otot tangannya yang kekar dan mulus.Mahessa memeluk tubuh sang istri dari belakang, membenamkan kepalanya di balik ceruk leher Vanessa yang harum."Aku tau kamu pasti kelelahan karena permainan kita semalam, makanya aku biarkan kamu istirahat lebih lama," ucap Vanessa menahan geli saat bibir Mahessa mulai mendaratkan kecupan k

  • HONEYMOON - BERTUKAR PASANGAN   40. RASA SAKIT YANG TERBAYAR

    "Kamu ingin menjadi istri yang baik kan? Kalau begitu, buktikan!" ucap Mahessa setelah lelaki itu berhasil melepas kemeja yang dia kenakan.Bukan hal aneh bagi Vanessa untuk menyenangkan lelaki di ranjang, hanya saja, kenapa saat ini dia merasa begitu gugup?Bahkan Vanessa merasa jantungnya seakan ingin melompat keluar dari dadanya, saking kencang dan kuatnya degupan itu.Keadaan hening seketika menyergap keduanya saat tubuh Mahessa sudah menguasai tubuh sang istri sepenuhnya.Tatapan keduanya kembali bertemu, lekat dan dalam.Seolah menyelami kembali masa-masa indah kebersamaan masa kecil mereka dahulu, saat Vi sering membantu Yasa membersihkan kantin lapas bersama Pak Dirham. Saat Yasa sering mengajak Vi melihat langit senja dari atas pohon, dan saat mereka bermain petak umpet bersama, lalu Vi menangis karena melihat ular di belakang lapas.Semua kenangan itu masih terekam jelas dalam benak Yasa a.k.a Mahessa. Tak terlupakan, sedikit pun."Kamu cantik sekali, Vi..." gumam Mahessa sa

  • HONEYMOON - BERTUKAR PASANGAN   39. BUKTIKAN!

    Setelah memastikan Vanessa aman bersama Vanilla dan juga Wildan, Mahessa kini hanya perlu menyusun strategi baru untuk menghadapi kelompok Aro.Jika memang Aro kini sudah berhasil menguasai markasnya di Jakarta, itu artinya, lelaki itu pun sudah berhasil menyelamatkan Gavin?Lelaki licik itu!Menghantam lemari kaca di ruang tengah mansionnya dengan remot TV yang ada digenggamannya, Mahessa kembali berteriak frustasi. Menyesali kebodohannya, mengapa dia tidak sekalian melenyapkan nyawa lelaki brengsek bernama Gavin itu kemarin-kemarin?Jika kini Gavin sudah berada dengan Aro, Mahessa pastikan, cepat atau lambat, Aro pun akan lekas menemukan keberadaannya, karena sejauh ini, Gavin jelas tau, di mana saja Pak Dirham memiliki aset berharga.Mahessa masih terus mundar-mandir di ruang tengah kediamannya dan masih berpikir memutar otak bagaimana caranya dia menghadapi Aro kelak, ketika tiba-tiba, dia dikejutkan oleh kedatangan seorang wanita bergaun hitam yang berlari tanpa alas kaki ke arah

  • HONEYMOON - BERTUKAR PASANGAN   38. KARTU AS DI TANGAN GAVIN

    Setelah melakukan pencarian panjang, akhirnya, kelompok Aro berhasil menguasai markas besar kelompok Mahessa di Jakarta.Lokasi di mana Mahessa menyekap Gavin selama ini.Dengan wajah bengisnya yang setengah brewok itu, Aro bersama anak buahnya berhasil menghabisi seluruh anak buah Mahessa di dalam rumah mewah itu, dan menyisakan satu orang bernama Rendi yang diketahui merupakan pemimpin kelompok.Aro tahu bahwa Rendi adalah pemimpin di sana, tentunya dari Gavin yang saat itu sudah berhasil dia selamatkan.Melihat kondisi Gavin yang sangat menyedihkan dan lemah, amarah Aro benar-benar meledak. Lelaki itu bahkan menghancurkan seisi kediaman mewah Mahessa dengan senjata api miliknya.Mendekati Rendi yang saat itu sudah babak belur dan hampir mati, Aro memerintahkan salah satu anak buahnya untuk mengambil ponsel milik Rendi yang biasa lelaki itu gunakan untuk menghubungi bos besar mereka.Sambil melakukan sambungan telepon dengan Rendi, orang-orang Aro yang lain bertugas mencari titik lo

  • HONEYMOON - BERTUKAR PASANGAN   37. TELEPON DARI ARO!

    Mendapati kondisi Wildan yang sudah tak sadarkan diri saat dua orang bodyguard membawa lelaki itu masuk ke dalam kamar, membuat Vanessa dilanda perasaan cemas berlebih, meski saat itu, dia tak mampu melakukan banyak hal selain diam, diam dan diam.Terpaku dan mematung, menatap sosok Wildan yang kini ada di atas ranjang berseprai putih di kamar yang sama dengannya.Ingin hati bertanya pada dua orang anak buah Mahessa mengenai keberadaan atasan mereka dan apa yang sebenarnya terjadi pada Wildan, hanya saja, bibir Vanessa mendadak kelu karena takut rencananya terbongkar.Alhasil, usai dua orang lelaki bertubuh kekar itu keluar dari kamar tersebut, Vanessa lekas mengguncang tubuh Wildan untuk membangunkan lelaki itu."Wil, bangun, Wil! Kenapa lo malah ke sini sih? Wildan! Bangun!" ucap Vanessa yang mulai panik.Dan sialnya, Wildan tak juga terbangun di saat guncangan tangan Vanessa semakin kencang. Hal itu jelas membuat Vanessa mati kutu. Bingung harus melakukan apa, hingga akhirnya, Vane

  • HONEYMOON - BERTUKAR PASANGAN   36. PENGAKUAN MAHESSA

    "Kami mendapat berita akurat dari salah satu mantan sipir penjara di lapas yang memang mengenal sosok Yasa kecil cukup dekat, namanya Pak Darmaji. Ternyata, lelaki itu masih hidup, Bos. Pak Darmaji masih hidup sampai saat ini dan dia memang sengaja bersembunyi karena semenjak Pak Dirham meninggalkan lapas bersama Yasa, Pak Darmaji mengaku, banyak sekali pihak yang mempertanyakan keberadaan Pak Dirham padanya, hingga akhirnya dia pun memutuskan untuk mengambil pensiun dini setelah tahu bahwa ternyata, orang-orang yang mencari Pak Dirham tersebut memang berniat jahat ingin membunuh Pak Dirham dan merebut harta lelaki itu.""Pak Darmaji mengetahui bahwa Pak Dirham ternyata orang yang sangat kaya di Amerika dari surat misterius yang diterimanya. Selain surat, Pak Darmaji juga mendapatkan sebuah kiriman uang yang sangat banyak dan si pengirim uang tersebut meminta Pak Darmaji untuk bersembunyi. Itulah sebabnya, selama ini kita sangat kesulitan mendapatkan informasi tentang Pak Darmaji ini,

  • HONEYMOON - BERTUKAR PASANGAN   35. FAKTA YANG TERPECAHKAN

    Sementara Vanessa melakukan apa yang seharusnya dia lakukan bersama Vanilla, Wildan, yang memang bertugas untuk mengalihkan perhatian Mahessa dari dua orang saudara kembar itu, sengaja mengajak Mahessa keluar untuk berkeliling kota Swiss dengan berjalan kaki menyusuri tepian danau Geneva.Selain panoramanya yang indah dan memanjakan mata, Danau Geneva pun terlihat sangat bersih.Danau Geneva dikelilingi beberapa taman hijau, antara lain Parc de la Grang dan Jardin Anglais yang di dalamnya terdapat jam besar dari bunga. Ada pula Parc Mon Repos dan Jardin Botanique.Tak ketinggalan, terdapat ikon air mancur di Geneva yang berada di Danau Geneva bernama The Geneva Water Fountain atau dikenal sebagai Jet d’Eau. Air mancur ini terletak di tengah danau, tak jauh dari muara Sungai Rhone tepatnya di Quai Gustave-Ador.Dan di sanalah tepatnya, Mahessa dan Wildan kini berada.Kedua lelaki itu berbincang akrab seperti biasa, seolah tak sama sekali terjadi hal-hal aneh di antara mereka.Melihat b

  • HONEYMOON - BERTUKAR PASANGAN   34. BERTUKAR TEMPAT

    Seperti apa yang sudah Vanessa dan Wildan rencanakan sebelumnya, bahwa Vanessa akan bertukar tempat dengan Vanilla jika memang Mahessa tetap kekeuh ingin melanjutkan rencana konyolnya untuk bertukar pasangan.Malam itu, usai mendapat pesan dari Wildan yang memberitahukan bahwa Mahessa akan melakukan rencananya malam ini, Vanessa pun lekas mengambil tindakan dengan mendatangi Vanilla ke kamar sang saudara kembarnya itu."Apa? Pernikahan kontrak?" Pekik Vanilla terkejut saat Vanessa baru saja memberitahunya bahwa pernikahan yang terjalin antara dirinya dan Mahessa hanyalah sebuah pernikahan kontrak yang akan berakhir jika Mahessa sudah berhasil mendapatkan apa yang dia mau, yaitu Vi.Itulah sebabnya, hidup Vanessa sekarang benar-benar bergantung pada Vanilla. Vanessa tak mungkin berdiam diri saja menjalani kehidupannya yang suram di masa depan dengan seorang lelaki macam Mahessa, namun, dia juga tak akan membiarkan Mahessa menghancurkan kehidupan rumah tangga Vanilla dan Wildan.Baik dir

DMCA.com Protection Status