Home / Romansa / HEAVY / 02 - Pertemuan Kedua

Share

02 - Pertemuan Kedua

Author: BAE
last update Last Updated: 2021-05-01 00:10:45

Renata baru saja menyudahi kegiatan berbelanjanya sore ini. Wanita cantik itu merasa puas setelah menghabiskan pundi-pundi kekayaan sang suami.

Renata melangkah disertai senyum manis yang merekah sambil membawa belanjaan yang cukup banyak. Wanita itu duduk di ujung halte bus untuk menunggu bus yang biasa ditumpanginya jika Yogi tak bisa menjemputnya.

Renata merupakan wanita dari kalangan atas dan sangat suka menghabiskan uang bulanan yang diberikan oleh sang suami untuk membeli barang-barang mewah. Tetapi untuk urusan transportasi, wanita cantik itu lebih suka untuk menaiki bus umum daripada menggunakan supir pribadi.

Renata menjunjung tinggi udara bersih bebas polusi, dan salah satu cara yang dapat ia lakukan untuk mengurangi polusi adalah menggunakan angkutan umum daripada kendaraan pribadi.

Wanita cantik itu menolehkan kepalanya ke arah kanan dan menemukan seorang gadis yang berpakaian sederhana tengah bersandar pada besi penyangga halte bus. Gadis manis itu terlihat masih muda, mungkin baru memasuki usia awal dua puluh tahun.

Namun yang mengganggu Renata adalah tatapan gadis manis itu, kosong dan terlihat menyedihkan. Renata terus memperhatikan gadis manis itu, sampai kemudian ada seorang pemuda tampan dengan motornya berhenti di depan gadis itu.

'Oh mungkin itu kekasihnya.' Pikir Renata sambil mengangguk kecil. Dia kembali menatap pada jalan raya untuk menunggu bus datang.

"Kau bisa pulang duluan Alan!"

Renata spontan menoleh ke arah dua anak muda yang terletak tidak begitu jauh darinya. Bisa dilihatnya, napas gadis manis itu menggebu-gebu. Renata jadi bertanya-tanya dalam hati, apa yang sebenarnya terjadi dengan mereka? Pertengkaran kecil dalam hubungankah?

Akhirnya pemuda itu pergi meninggalkan gadis manis itu sendirian. Gadis manis itu menangis sambil menundukkan kepala. Renata yang merasa simpati padanya, mengambil sebuah jus jeruk dalam paper bag. Perlahan Renata bergeser mendekati gadis itu dan menyodorkan jus padanya.

"Ini, minumlah supaya perasaanmu lebih baik," ujarnya dengan nada ramah.

Gadis itu menoleh pada Renata, benar dugaannya bahwa gadis itu sangat manis. Namun mata indahnya terlihat begitu menyedihkan. Gadis manis itu langsung mengusap pelan jejak air mata di kedua pipinya.

"Tidak. Terima kasih," tolaknya dengan halus.

Renata menggeleng tak setuju.

"Terima ini," balas Renata sambil menaruh paksa jus jeruk itu di tangan si gadis.

"Te—terima kasih Mbak."

"Sama-sama." Renata tersenyum hangat pada gadis manis disampingnya itu.

KRUKKK

Gadis itu melebarkan kedua matanya, pipinya memerah menahan malu lantaran perutnya berbunyi di saat yang tidak tepat. Renata yang tak sengaja mendengarnya, hanya tertawa kecil.

"Kau lapar?" tanya Renata tanpa mau basa-basi lagi.

Gadis itu menggeleng pelan.

"Ayo kita makan," ajaknya sambil menarik tangan gadis itu secara tiba-tiba.

Gadis itu terkejut, lalu segera menarik tangannya dari genggaman Renata.

"Ti—tidak. A—aku sudah makan, Mbak."

Renata menatap tajam wajah manis itu, membuat nyali gadis itu menciut.

"Bagaimana bisa kau sudah makan tapi perutmu baru saja berbunyi? Aku akan menteraktirmu, kebetulan aku juga belum makan."

Renata kembali menarik tangan gadis itu yang hanya bisa pasrah mengikutinya.

***

"Jadi, namamu Jyotika Jola?"

Gadis manis itu mengangguk malu-malu.

"Aku Salasika Renata Kenya, kau bisa memanggilku Renata. Um, omong-omong aku harus memanggil namamu seperti apa?"

"Jola saja Mbak."

"Kenapa bukan Jyotika?"

Jola tersenyum tipis lalu menggeleng tak setuju. "Nama itu diberikan oleh orang tua angkatku. Jika ada yang memanggilku Jyotika, itu hanya akan membuatku semakin merindukan mereka."

Renata mengangguk paham, diraihnya tangan Jola yang terbebas di atas meja dan mengusapnya dengan lembut. "Maaf, aku tidak bermaksud untuk membuatmu sedih."

"It's okay, Mbak hehe ..."

"Um, jadi selama ini kamu tinggal dimana setelah kematian kedua orang tua angkatmu?" tanya Renata.

"Aku ngekost Mbak. Lelaki yang menghampirku di halte bus tadi, dia adalah anak pemilik kost."

"Oh, benarkah? Aku pikir lelaki tadi adalah kekasihmu."

Jola menggeleng pelan. "Gadis lusuh sepertiku ini tak pantas untuk memiliki kekasih, Mbak."

"Sebenarnya kau ini sangat manis, hanya saja kau kurang merawat tubuhmu. Aku yakin, jika kau melakukan perawatan akan banyak lelaki yang mengantri untuk menjadi kekasihmu."

Jola kembali menggeleng tak setuju. "Aku tidak memiliki uang untuk perawatan Mbak. Gajiku sebagai penjaga kasir hanya mampu untuk membayar uang sewa kost dan makan sehari-hari."

Renata yakin jika Jola adalah gadis lugu dan baik hati, hanya saja nasib yang kurang berpihak padanya. Merasa begitu simpati pada Jola, Renata berniat untuk membantunya.

"Jika kau mau, tinggallah bersamaku." ucap Renata dengan tulus sambil tersenyum ramah.

Jola menegakkan badannya sambil menatap wajah cantik di hadapannya dengan tatapan tak percaya. Berkali-kali Jola mencoba menyelami manik hazel itu, namun yang terlihat hanya sebuah ketulusan.

Jola menggeleng tak setuju. "Tidak, Mbak. Aku adalah orang asing, kenapa semudah itu untuk percaya padaku?"

Semiskin apapun hidup Jola saat ini, ia masih tau diri untuk tak menjadi parasit dalam kehidupan orang lain.

"Aku yakin kamu adalah gadis yang baik Jola." ucap Renata masih dengan senyum ramahnya.

Renata meraih tangan Jola, kemudian mengusapnya dengan lembut. "Tinggallah bersamaku, tolong temani aku. Aku kesepian di rumah, lagi pula suamiku pasti senang jika aku memiliki teman di rumah."

Dahi Jola mengerut bingung. "Mbak sudah menikah?" tanyanya.

"Iya, sudah." jawab Renata sambil mengangguk.

Akhirnya pesanan mereka datang. Renata merasa bahagia melihat Jola yang makan dengan lahap. Membelikan makanan secara gratis kepada orang lain dan mendapatkan respon seperti ini terasa sangat membahagiakan bukan?

"Jadi bagaimana?" tanya Renata yang masih membahas penawarannya tadi.

"Aku rasa, aku harus berpamitan dulu pada ibu kost."

"Baiklah, aku akan menemanimu."

***

Renata tidak main-main dengan ucapannya. Sambil membawa paper bag belanjanya yang banyak, dia datang ke rumah kost-kostan tempat Jola dan berpamitan untuk membawa Jola pulang bersamanya.

Jika sudah seperti ini, maka ibu kost dan Falan tak memiliki pilihan selain menyetujuinya. Jola sendiri merasa bahagia dengan kehadiran Renata dihidupannya, meskipun kenyataannya Jola hanyalah orang asing untuk wanita itu.

Jola terus mengembangkan senyumnya selama perjalanan pulang ke rumah Renata. Gadis manis itu mulai membayangkan bagaimana hari-harinya yang akan terasa menyenangkan bersama Renata.

"Selamat datang di istanaku." ucap Renata sambil membuka pintu rumahnya.

Bibir tipis Jola terbuka, mendecak kagum saat melihat rumah besar milik Renata beserta interiornya. Benar-benar sebuah rumah idaman seperti difilm-film yang sering ditontonnya.

"Apa aku bermimpi?" Jola menempuk pipinya sendiri, mencoba menyadarkan dirinya bahwa ini bukanlah mimpi.

"Kenapa memukul wajahmu sendiri? Kau tidak sedang bermimpi Jola."

Renata memandang wajah Jola penuh perhatian, tangannya terangkat mengusap surai hitam milik Jola.

"Kamu tau, selama dua puluh delapan tahun aku hidup tanpa memiliki saudara. Sekarang rasanya aku sangat bahagia karena memiliki seorang adik perempuan." ujar Renata lalu memeluk tubuh ramping Jola dari samping.

Jola membalasnya dengan mengusap tangan Renata yang melingkari tubuhnya. "Aku juga Mbak, tapi aku masih merasa aneh. Aku ini bukan siapa-siapa, bahkan aku baru bertemu dengan Mbak hari ini. Mengapa bi—"

"Sudahlah, jangan membahasnya lagi. Aku tidak bisa membayangkanmu hidup sendirian di luar sana. Mulai sekarang aku dan suamiku adalah keluargamu. Itu artinya sekarang aku adalah kakakmu, kau mengerti adik manis?"

Jola mengembangkan senyumnya. "Aku mengerti Mbak."

Renata menuntun tubuh Jola untuk masuk ke dalam rumahnya dan membiarkan gadis manis itu menjelajahi seisi rumahnya dengan bola mata yang bergerak kesana-kemari.

Jola melihat sesuatu yang menarik perhatiannya, sebuah potret foto pernikahan yang terpajang di ruang tengah. Mengerti arah pandangan Jola, Renata tersenyum kecil.

"Itu suamiku, Prayogi Kalingga Diandra. Tampan bukan?" Renata terkekeh kecil, merasa geli untuk mengakui ketampanan sang suami.

Jola menolehkan kepalanya disertai wajah terkejutnya. "Oh, iya. Kalian terlihat serasi."

"Benarkah? Banyak yang berkata seperti itu, tapi kenapa terasa aneh saat kamu yang mengatakannya? Aku jadi percaya padamu, hahaha." ucap Renata disertai tawa kecilnya.

Jola hanya tersenyum kecil menanggapi ucapan Renata. Dalam hati gadis itu merasa pernah melihat suami Renata, tapi entah dimana ia melihatnya. Well, Jola ini memiliki sifat pelupa.

"Oh, aku harus menyiapkan makan malam untuk suamiku. Kau berkelilinglah dulu selagi aku memasak di dapur." ucap Renata yang dijawab Jola dengan anggukkan kepala.

Renata melangkah pergi menuju dapur dan mulai sibuk untuk menyiapkan bahan makanan yang diambilnya dari dalam lemari pendingin. Sementara Jola mengelilingi rumah besar milik Renata seorang diri.

Jola yang sudah puas memanjakan matanya mengelilingi rumah besar ini, memutuskan untuk  menyusul Renata di dapur.

"Ada yang bisa kubantu Mbak?" tanya Jola.

Gadis itu merasa tak enak membiarkan tuan rumah sibuk di dapur sementara dirinya tidak melakukan apapun.

"Oh, apa kau bisa memasak? Aku ingin membuat ayam karamel."

"Bisa. Biar kubantu Mbak."

Jola mengambil alih peralatan memasak yang dipegang oleh Renata, dengan cekatan gadis itu mulai memotong-motong daging ayam menjadi bagian yang kecil, sementara Renata sibuk membuat adonan tepung.

"Jola, tak apa jika kutinggal mandi? Aku ingin bersiap untuk menyambut suamiku." tanya Renata yang kini tengah mencuci tangannya di westafel.

"Oh iya enggak apa-apa Mbak. Berdandanlah yang cantik." sahut Jola disertai sebuah kedipan mata diakhir kalimatnya untuk menggoda Renata.

Renata tersenyum kecil lalu melangkah pergi meninggalkan Jola yang kini sibuk mencampurkan potongan daging ayam ke dalam adonan tepung.

***

Yogi melangkah memasuki rumahnya dan langsung disambut dengan aroma masakkan yang menggugah selera.

Pria itu melangkahkan kakinya menuju dapur. Pandangannya tertuju pada seorang wanita yang tengah membelakanginya dan sibuk mengaduk-aduk masakannya di atas kompor.

Yogi tersenyum kecil melihatnya, rambut hitam yang digelung sembarangan itu masih terlihat cantik dimatanya. Perlahan Yogi melangkah mendekati wanita yang diyakininya adalah sang istri.

Yogi melingkarkan tangannya pada tubuh mungil wanita itu sambil memejamkan kedua matanya dan meletakkan dagunya di bahu sang wanita. "Kau masak apa untuk makan malam?" tanya Yogi, lalu mengecupi leher jenjang wanitanya.

Jola membeku di tempatnya, gerakan tangannya yang semula lincah menjadi terdiam. Siapa pria yang tiba-tiba memeluknya dan menciumi lehernya seperti ini?

Jola segera melepaskan diri. Yogi yang terkejut mendapati respon seperti itu langsung membuka kedua matanya, dan seketika kedua matanya membesar saat mendapati wanita yang dipeluknya tadi bukanlah Renata.

"Kau? Sedang apa di sini?" tanya Yogi disertai wajah terkejutnya, begitupun dengan Jola.

"M—mas Yogi?"

Sial, harusnya Jola sadar saat Renata tadi memperkenalkan nama suaminya adalah Yogi. Harusnya Jola juga sadar jika lelaki yang berada di potret foto pernikahan Renata adalah Yogi yang sama dengan pria yang telah menolongnya tadi pagi. Jola tadi terlalu bahagia hingga lupa pada sosok Yogi.

"Oh, kau sudah pulang Gi?" terdengar suara Renata.

Wanita cantik itu berjalan menghampiri Yogi dan Jola yang masih berdiri saling berhadapan dengan wajah terkejut.

"Yogi, kenalkan ini Jola. Dia akan tinggal bersama kita sekarang, tak apa bukan?" Renata menatap wajah Yogi dengan tatapan memohonnya. Cara ini sangat berhasil untuk mendapatkan persetujuan dari sang suami.

"Kenapa?"

Dari sekian banyak pertanyaan yang muncul di kepala Yogi, hanya kata itu yang terucap dari bibirnya.

"Karena aku kesepian di rumah sendiri."

Jola hanya diam sambil menatap bingung wajah Renata dan Yogi secara bergantian.

"Astaga Jola, masakannya!" pekik Renata dengan wajah panik. Seketika bau hangus mengisi ruang dapur ini.

Jola buru-buru mematikan kompor, begitupun dengan Yogi. Tangan mereka berdua bersentuhan memegang tombol off pada kompor. Renata yang melihatnya hanya diam di tempat.

"Apa itu masih layak untuk dimakan?" tanya Renata yang membuyarkan tatapan antara Jola dan Yogi.

Jola menarik tangannya menjauh dari tangan Yogi. "Aku rasa tidak layak untuk dimakan Mbak. Rasanya akan sangat buruk karena hangus."

"Baiklah, mari pesan makanan saja. Yogi segera bersihkan dirimu selagi menunggu makanan datang." ucap Renata lalu melangkah pergi meninggalkan Jola dan Yogi. Wanita cantik itu berniat menelepon resto langganannya untuk memesan makan malam.

"Bagaimana bisa kau bertemu dengan istriku?" tanya Yogi sambil menatap intens wajah Jola. Jujur saja ia menjadi curiga pada gadis ini, jangan-jangan gadis ini mencari tau tentang kehidupannya dan memiliki niat buruk. Tidak mungkinkan ini semua hanya sebuah kebetulan?

"Kami tidak sengaja bertemu di halte bus tadi siang." jawab Jola dengan jujur. Nyali gadis itu menjadi ciut mendapati tatapan mata tajam Yogi.

Yogi berusaha mencari kebohongan dari sorot mata Jola, tapi tidak ada. Gadis ini terlalu polos untuk sekedar berbohong. Yogi menghela napas kasar lalu melangkah pergi meninggalkan Jola sendiri di dapur.

Tak butuh waktu lama, makan malam pesanan Renata tiba. Mereka akhirnya makan malam bersama. Jika biasanya hanya ada Renata dan Yogi, kini telah ada Jola sebagai anggota keluarga baru mereka.

Suasana makan malam seperti hari-hari biasanya, hanya terjadi beberapa pembicaraan ringan mengenai bagaimana pekerjaan Yogi hari ini? Apa saja yang Renata lakukan seharian ini? Jola sendiri masih merasa canggung untuk ikut ke dalam obrolan sepasang suami-istri itu, sesekali ia tersenyum dan mengangguk saat Renata mengajaknya bicara. Renata tentu belum tau bahwa Yogi dan Jola sudah pernah bertemu sebelumnya.

Kenapa rasanya dunia ini sempit sekali? Itu yang ada dalam pikiran Jola saat ini. Hari ini dirinya telah ditolong oleh sepasang suami istri yang baik hati.

Jola tidak tau, apakah ia harus bersyukur dan merasa bahagia? Atau merasa takut untuk kenyataan mendatang? Karena dalam hatinya, terdapat sebuah perasaan yang mengganjal, dan Jola tidak tau penyebabnya.

***

Yogi membuka pintu balkon kamarnya lebar-lebar, kemudian menutupnya kembali. Pria itu berjalan semakin mendekat pada pagar pembatas lalu menyandarkan tubuhnya. Ia merogoh saku piyamanya dan mengambil sekotak rokok berserta pematik api.

Yogi menyesap rokoknya, lalu menghembuskan kepulan asap putih. Sejujurnya ia bukan perokok berat, hanya sesekali melakukannya saat sedang banyak pikiran seperti saat ini.

Yogi menghisap rokoknya dengan pelan dan tenang, kemudian mengebuskan kepulan asap kembali. Pikirannya melayang jauh, menyelami permasalahan yang menghampiri hidupnya.

Terdengar suara pintu balkon yang dibuka, Yogi menoleh dan mendapati sang istri yang kini memandangnya dengan wajah penuh kekesalan.  Wanita cantik itu berjalan ke arah Yogi, kemudian mengambil paksa rokok yang masih menyala di bibir Yogi lalu membuangnya ke bawah.

"Jangan merokok lagi!" omel Renata yang membuat Yogi tertawa kecil mendengarnya.

Yogi menyandarkan tubuhnya pada pagar pembatas sambil menatap lekat Renata. "Aku hanya ingin karena melihat Andra merokok di kantor tadi."

"Andra seorang perokok?" Tanya Renata dengan kedua mata yang membulatkan sempurna. Wanita cantik itu mengenal sosok Andra yang merupakan sekertaris suaminya. Pria bermata segaris itu terlihat sangat polos dan menggemaskan, apa benar jika ia adalah seorang perokok? Rasanya sangat tidak cocok untuk pria dengan penampilan flower boy sepertinya.

"Hm, sesekali katanya."

Renata mengangguk paham. "Sudah! Jika kau masih merokok, aku tidak mau lagi kau cium!" ancamnya.

Yogi membelalakan kedua netra kecilnya. "Tidak bisa seperti itu sayang, kau ini kan istriku."

"Aku tidak suka baunya Yogi."

"Iya."

"Huh? Tuh kan napasmu bau rokok. Sana cuci mulutmu, kalau masih bau, kau tidur di luar!" ancam Renata lagi.

Yogi yang mendengarnya tersenyum kecil. "Iya, sayang iya."

Renata memandang kesal wajah suaminya lalu beranjak pergi meninggalkannya.

Yogi tau istrinya tengah marah, tapi saat ini dirinya butuh pelampiasan untuk menenangkan pikiran.

Biasanya Yogi akan mencari pelarian dari masalahnya dengan pergi ke night club, meminum koktail hingga dirinya melayang dan melupakan permasalahannya sejenak. Tapi itu dulu, sebelum dirinya mengikat janji suci pernikahan bersama Renata.

Yogi menyukai pesona cantik istrinya, dalam hati ia merasa bersyukur dijodohkan dengan wanita sebaik dan seanggun Renata. Tapi ada satu hal yang Yogi sesali, yaitu kenyataan bahwa dirinya bukan pria yang dicintai oleh Renata.

Sebelum mereka menikah, keduanya telah membuat sebuah perjanjian. Sekarang Yogi menyesal telah menyetujui perjanjian itu, ia tidak tau jika pesona Renata dapat membuatnya bertekuk lutut memuja dan mencintai wanita itu.

Yogi membuka pintu kamar lalu menutupnya, bisa dilihatnya sang istri yang tengah sibuk dengan sebuah novel seolah tak memperdulikan kehadiran dirinya.

"Sudah cuci mulutmu?" tanya Renata saat Yogi menaiki ranjang, namun atensi wanita itu masih tetap terfokus pada buku bacaannya.

"Sini cium bibirku jika tidak percaya," jawab Yogi.

Renata menutup novelnya lalu memandang wajah menyebalkan milik suaminya. "Tidak. Tidurlah, Gi."

"Rena," panggilnya.

"Apa kita tidak bisa memperbarui kesepakatan? Ah, maksudku ini soal anak. Kau tau bukan, aku dalam keadaan terdesak saat ini."

"Yogi bahkan kita sudah membahas hal ini puluhan kali, dan jawabanku tetap tidak."

"Rena, aku mohon kali ini saja." Pinta Yogi dengan wajah memohonnya yang membuat Renata menghela napas kasar.

Hening beberapa saat, Renata menggigit bibir bawahnya lalu memberanikan diri menatap kedua netra Yogi.

"Aku tidak bisa, Gi. Carilah wanita lain, aku tak apa-apa. Ini adalah permintaanku, jadi aku tidak akan merasa terluka." ucap Renata.

"Rena, kau tau aku bukan? Aku tidak bisa melakukan sebuah pengkhianatan, kita bahkan sudah berjanji untuk tidak saling menyakiti dalam pernikahan ini."

“Tapi aku tetap tidak bisa memberikanmu anak. Carilah wanita lain yang bisa memberimu anak."

Yogi terdiam. Pria itu tau bahwa ia sudah kalah. Kekalahan telak, bahkan sebelum dirinya berusaha lebih jauh. Selama dua tahun pernikahan mereka, Yogi belum berhasil merebut hati seorang Salasika Renata Kenya.

Yogi menghela napas, lalu mengangguk kecil. Yogi paham bahwa Renata tidak akan pernah bisa memberikannya anak.

Yogi kemudian berbaring lalu menarik tubuh mungil istrinya ke dalam dekapan hangatnya dan mulai memejamkan matanya.

"Setidaknya terima kasih sudah berlaku menjadi istri yang baik, Ren." Ucap Yogi lalu mengecup kening Renata sebagai ucapan selamat tidur.

--to be continued--

Related chapters

  • HEAVY   03 - Permintaan Renata

    Jola menjalani kehidupannya seperti biasa. Bangun di pagi hari, melakukan tugasnya sebagai mahasiswi untuk menuntut ilmu. Sepulang kuliah Jola akan tetap bekerja seperti biasa dan pulang di sore hari untuk membantu Renata menyiapkan makan malam. Kegiatan itu sudah berlangsung selama sepekan. Akhir pekan ini, Jola menghabiskan waktu bersama Renata dengan berjalan-jalan memanjakan mata berkeliling pusat perbelanjaan. Memasuki toko pakaian, toko pernak-pernik, toko sepatu, ke salon untuk merawat tubuh dan berakhir di tempat makan. Benar-benar hari yang menyenangkan, bahkan Renata sampai lupa jika ia adalah seorang istri. Renata lupa menanyakan kabar suaminya yang tadi pagi pergi bermain dengan sahabat masa kuliahnya dulu. Karena alasan itu pula Renata memutuskan untuk menghabiskan waktu dengan Jola. "Jola sebentar ya, aku ingin mengabari Yogi dulu." Renata beranjak dari duduknya.Keduanya saat ini berada di tempat makan untuk menikmati makan siang. Jo

    Last Updated : 2021-05-01
  • HEAVY   04 - Tentang Renata

    Yogi duduk dengan tenang di kursi kerjanya. Kedua netranya memandang lurus ke depan, mengenang pertemuan pertama antara dirinya dengan Renata.Renata begitu cantik seperti dewi, bahkan ketika ia hanya duduk diam tanpa ekspresi. Yogi bersyukur dipertemukan dengan Renata, terlebih menjadi pria yang dapat menikahi wanita itu.Pertemuan pertama mereka adalah saat makan malam keluarga, membahas urusan perusahaan yang berujung perjodohan keduanya. Renata dengan anggun memperkenalkan diri sebagai putri tunggal keluarga Kenya. Salah satu keluarga terpandang di Jakarta. Memiliki bisnis perhotelan, industri kosmetik, hingga pendidikan universitas berlabel unggulan.Ayah Yogi ternyata sedang menanglotresaat Ayah Renata menerima usulan untuk menjodohkan Yogi dengan Renata. Yogi tau persis bahwa ayahnya itu sedang berusaha menaikkan tahta dan memperkaya diri.Jatuh cinta pada pandangan pertama. Yogi tidak pernah mempercayai itu, tapi akhirnya runtuh s

    Last Updated : 2021-05-03
  • HEAVY   05 - Perasaan Renata

    Setelah makan malam, Renata dan Yogi memilih untuk masuk ke dalam kamar mereka. Meninggalkan Jola sendiri yang tengah membersihkan meja makan seorang diri.Sebelumnya Renata sudah berpamitan pada Jola, karena merasa tidak enak membiarkan gadis itu untuk membersihkan meja makan sendiri. Tapi Jola tetaplah gadis polos yang baik hati, ia berkata'tidak apa-apa'sambil menyunggingkan senyum manisnya.Renata dan Yogi duduk bersebelahan dalam satu sofa panjang. Renata meraih sebuah map merah yang merupakan akta pernikahan Yogi dan Jola. Wanita itu menyerahkan map merah itu pada Yogi.Yogi menghela napas berat lalu meraih map merah itu, perlahan ia membukanya dan mulai membacanya baik-baik.Hari ini Yogi dan Jola telah sah menjadi pasangan suami dan istri secara hukum, untuk secara agama Yogi hanya perlu melakukan pemberkatan di hadapan pendeta.Yogi menatap wajah Renata. Wanita cantik itu tersenyum dengan tulus padanya, seolah menandak

    Last Updated : 2021-06-01
  • HEAVY   06 - Hello, Dude!

    --Bali. Renata dan Wenda sampai di Bali dan langsung menuju ke hotel untuk beristirahat. Renata merebahkan tubuhnya, merentangkan kedua tangan dan kakinya seolah ranjang ini hanyalah miliknya. Wenda sampai berdecak kesal melihatnya, lalu menarik kaki pendek Renata untuk menggeser tubuh mungil sahabatnya supaya dirinya bisa ikut berbaring di ranjang. "Ren, malamnaikyuk! Kamu tuh butuh hiburan, coba dehone night slee,."ujar Wenda sambil mengedipkan sebelah matanya untuk menggoda Renata. Renata membulatkan matanya dan menatap wajah Wenda dengan kesal. "ONSkepalamu!! Enggak ya! Kalau cuma minum, ayok!" "Ck, denger ya, kamu minum sampai gak sadarkan diri. Bangun-bangun sudah di kamar orang lain dalam keadaannaked, sama sajaONSbodoh!" "Aku tidak akan mabuk, tenang saja. Aku ini sudahpro." "Sepertinya otakmu memang suda

    Last Updated : 2021-06-07
  • HEAVY   07 - The First Night

    Yogi berdiri di depan pintu kamar milik Jola, tangannya sudah beberapa kali terangkat untuk mengetuk pintu berwarna putih itu, tetapi kembali ia turunkan. Sejujurnya hati Yogi masih ragu. Bagaimana caranya untuk mengajak Jola bicara dengannya? Yogi mengacak surai hi

    Last Updated : 2021-07-15
  • HEAVY   08 - Beach

    Tara menepati janjinya untuk menjemput Renata ke hotel dan mengajak wanita cantik itu untuk bersenang-senang di pantai pagi ini. Sesampainya di pantai, Renata langsung berlari-lari kecil sambil merentangkan kedua tangannya. Wanita cantik itu memang sangat menyukai pantai karena udaranya terasa

    Last Updated : 2021-07-15
  • HEAVY   09 - Our Conversation

    Jola melakukan tugasnya seperti hari-hari sebelumnya, hanya saja sekarang tugasnya bertambah dengan mengurus semua keperluan Yogi. Jola merasa kehidupannya saat ini seperti sebuah mimpi. Jola tidak pernah berpikir akan menikah diusia muda, bahkan dalam mimpi sekali pun. Bagi Jola mengumpulkan banyak uang adalah tujuan hidupnya, sedang pernikahan itu ibarat bonus dari Tuhan untuknya. Meskipun kenyataannya pernikahan yang Jola jalani saat ini hanyalah sebuah pernikahan

    Last Updated : 2021-07-20
  • HEAVY   10 - Bali + You = Perfect

    Hari ketiga di Bali, Renata kembali menghabiskan waktunyabersama Tara. Padahal Wenda yang mengajaknya berlibur ke sini untuk menenangkan diri dan bersenang-senang bersama. Namun kenyataannya Wenda terlalu sibuk melakukan pemotretan bersama agensinya, sebagai gantinya Wenda meminta Tara untuk menemani Renata berlibur menikmati Bali dan keindahan alamnya. Setelah mengenal Tara selama beberapa hari, Renata dapat menilai pria itu adalah orang yang menyenangkan. Tara bisa

    Last Updated : 2021-07-20

Latest chapter

  • HEAVY   21 - Hujan

    Jola melangkah dengan terburu-buru, suara gedoran pintu rumahlah yang membuatnya seperti ini. Jola membuka pintu rumah, terlihat Yogi yang berada dirangkulan seorang lelaki bermata segaris."Oh, apa kamu Jola?" Tanya lelaki itu.Jola mengangguk kecil, atensinya tertuju pada Yogi yang tampak kacau. "Mas Yogi kenapa?""Akan kujelaskan, bisa tunjukkan dimana kamar kalian? Suamimu ini sangat berat."Jola memberi akses jalan masuk kepada lelaki itu untuk membawa suaminya. Jola tidak menunjukkan kamarnya, melainkan kamar Yogi dan Renata yang berada di lantai dasar. Terlalu menyusahkan jika Jola meminta lelaki itu untuk membawa Yogi ke kamarnya yang berada di lantai 2.Lelaki bermata segaris itu meletakkan tubuh Yogi di ranjang, segera Jola melepaskan sepatu yang dikenakan Yogi kemudian menutupi tubuh suaminya dengan selimut. Jola dan lelaki itu melangkah keluar kamar meninggalkan Yogi sendirian."Aku Andra, sekertaris Yogi. Maaf karena membawa kembali suamimu dalam keadaan seperti ini, kami

  • HEAVY   20 - Rasa Bersalah

    Diluar hujan turun dengan deras. Keadaan rumah saat ini sedang sepi, hanya terdengar suara hujan dan petir yang saling bersahutan.Jola duduk sendirian di ruang makan sambil menikmati semangkuk mie buatannya. Tadi sore Renata mengiriminya pesan bahwa ia akan menginap di tempat temannya. Sementara Yogi sama sekali tak memberinya kabar.Jola menghela napas berat sambil menatap seluruh sudut rumah. Rumah ini sangat luas, bahkan cukup untuk dihuni sampai sepuluh orang. Kesepian seperti inikah yang dirasakan oleh Renata sehingga wanita cantik itu dengan wajah penuh kesedihan memohon padanya untuk memberikan seorang bayi?Jola benar-benar merasa kasihan pada Renata. Selama dua tahun Renata menjalani kehidupan seperti ini, tidak bisa memiliki anak dan suami yang sibuk bekerja. Jola tersenyum miris lalu merapikan bekas makannya dan beranjak menuju kamar. ***Renata menekan digit-digit angka apartemen milik Tara. Kekasih tampannya itu tadi sore meneleponnya dan minta untuk ditemani karena sed

  • HEAVY   19 - Perasaan

    Yogi dan Andra menikmati makan siang mereka di kafe yang berseberangan dengan perusahaan Yogi. Selesai menikmati makanan berat, saatnya menikmati makanan penutup. Andra memakan pudingnya dengan santai, berbeda dengan Yogi yang hanya menyeruput kopi hitamnya tanpa minat. "Gi, bukannya itu si Awan?" tanya Andra dengan pandangan tidak lepas dari objek yang menarik perhatiannya. Yogi menoleh dan mengikuti arah pandangan Andra, seketika rahang pria itu mengeras. "Berengsek, dia sudah kembali!" Yogi mengumpat kesal dengan tangan kanannya yang terkepal erat. Awan menyadari keberadaan s

  • HEAVY   18 - Cemburu

    Pagi pukul enam, Jola terbangun dari tidur nyenyak. Ia segera mandi dan bergegas ke dapur untuk menyiapkan sarapan. Ketika Jola tiba di dapur, dilihatnya Renata yang tengah sibuk memasak sarapan. Dengan langkah ragu dan memasang senyum terbaiknya, Jola melangkah perlahan menghampiri Renata dan menyapa wanita itu yang sedang sibuk dengan peralatan memasaknya. "Mbak,” panggil Jola dengan suara lembutnya. Renata menoleh, tersenyum manis membalas sapaan Jola barusan. Beberapa hari Jola tidak bertemu dengan wanita cantik yang sudah dianggapnya sebagai kakak kandungnya itu, membuat Jo

  • HEAVY   17 - Kembali

    “Kau lelah?” tanya Yogi setelah memarkirkan mobilnya di garasi rumah. Setelah puas berkeliling Bogor dan menjajal berbagai jenis makanan enak, akhirnya pasangan Yogi dan Jola pulang ke Jakarta. Sampai di kota metropolitan ini, sang mentari sudah bertukar tugas dengan sang rembulan. Perlajanan tak begitu lama lantaran jarak Jakarta dan Bogor tidaklah jauh. Jola menggeleng pelan sambil tersenyum hangat. “Tidak,” balasnya singkat, lalu melepas seatbelt yang melingkari tubuhnya. Yogi hanya mengangguk lalu membuka pintu mobilnya dan keluar, lalu disusul oleh Jola. Keduanya melangkah mendekati pintu utama, Jola memasukan kunci dan memutarnya. Namun kunci itu tak bergerak dan dengan mudah Jola dapat membuka pintu, seakan pintu tidaklah terkunci. Persaan takut seketika menyelimuti hati Jola. Apa di rumahnya ada orang? Apa rumahnya dimasuki oleh maling? Jola ingat betul sudah mengunci rumahnya kemarin sebelum berlari menyusul Yogi masuk ke dalam mobil

  • HEAVY   16 - Know Me Too Well

    "Aku sudah tau.” “Apa?” Renata menatap wajah Tara dengan tatapan kosong, terlihat seperti anak kecil yang baru saja ketahuan berbohong oleh orang tuanya. “Aku sudah tau, bodoh." ujar Tara mengulang ucapannya disertai kekehan kecil karena melihat wajah terkejut Renata. "Kau tau siapa aku ‘kan?" Tara tersenyum miring menatap Renata yang terlihat gelisah di tempatnya. Dengan ragu, Renata mengangguk kecil. Kenapa ia bisa sebodoh ini? Harusnya Renata ingat bahwa Tara bukanlah orang biasa. Dia adalah anak dari pemilik perusahaan paling berpengaruh di Jakarta. Semua yang diinginkan Tara dapat terpenuhi, termasuk data diri Renata. Tara tidak harus bersusah payah untuk mencari tahu tentang Renata, hanya perlu meminta orang suruhannya untuk melakukannya. Tara memajukan tubuhnya, menyentuh kedua pundak Renata. Pria itu lantas menatap wajah Renata dengan serius lalu tersenyum hangat. "Aku tidak peduli dengan statusmu. Aku juga tau jika kau dan sua

  • HEAVY   15 - I'm Yours

    Menyusul Jola ke kamar, Yogi bisa melihat istrinya itu merikuk di dalam selimut. Lagi-lagi niat jahilnya untuk menggoda Jola terlintas. Pria itu naik ke atas ranjang, bergerak mendekat pada Jola dan menarik turun selimut yang menutupinya. “Kau malu?” tanyanya yang langsung mendapat tatapan sinis dari Jola. “Wow, tatapanmu menakutkan.” Jola berbalik sambil menatap suaminya itu dengan serius. “Apa menyenangkan menggodaku?” tanyanya yang terdengar kesal. “Ya. Pipimu yang memerah ini.” Yogi mengusap pipi bulat Jola, perlahan ia mendekatkan wajahnya dan menyatukan bibirnya dengan bibir ranum Jola. Damn. Jola terdiam, tubuhnya seketika kaku dan tak bisa digerakan. Yogi merubah posisinya jadi menindih tubuh Jola, satu tangannya digunakan sebagai tumpuan sedang tangannya yang lain masih memegang pipi Jola dan mengusapnya dengan lembut. Sapuan lidah Yogi yang hangat pada permukaan bibir Jola membuat akal sehat gadis it

  • HEAVY   14 - Truth or Drunk?

    Renata dan Tara tengah duduk berdua di balkon kamar hotel milik Tara. Pandangan mata mereka tak lepas dari langit malam yang dihiasi bintang-bintang. Sebotol vodka menemani obrolan mereka malam ini. Tara berdehem, lalu meletakan gelas minumannya di meja. "Wanna play some game?" Tara menawarkan sebuah permainan. "What's the game?" tanya Renata sambil memandang wajah Tara yang duduk di sebelahnya. Permainan apa yang diinginkan pria ini. "Truth or Drunk?" Renata tertawa hingga kedua matanya membentuk bulan sabit.

  • HEAVY   13 - Seducer

    Seusai menikmati makan malam di resto, Jola dan Yogi duduk berdua di teras vila yang menghadap pada kolam renang kecil. Jola melipat kedua kakinya, bersembunyi di balik selimut cokelat yang diberikan oleh Yogi. Sedang pria itu hanya duduk bersila dengan sebatang rokok yang terselip di jari tangannya. Jola baru tau jika Yogi seorang perokok.“Aku hanya merokok sesekali, itu pun jika ingin.” buka Yogi sambil menoleh pada Jola.“Jadi berhenti menatapku seperti itu,” lanjutnya.Jola gelagapan. Tak sadar jika sedari tadi ia memperhatikan Yogi. “Ma—maaf,” cicitnya sambil menunduk malu.Yogi terkekeh kecil, membuat Jola meliriknya.“Kau itu lucu.”“Aku?”“Hn.”Jola menatap bingung ke arah Yogi. “Lucu gimana?” tanyanya.Yogi membuang putung rokoknya ke kolam renang.“Mas, gak baik buang sampah sembarangan.”“

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status