Jola melangkah dengan terburu-buru, suara gedoran pintu rumahlah yang membuatnya seperti ini. Jola membuka pintu rumah, terlihat Yogi yang berada dirangkulan seorang lelaki bermata segaris."Oh, apa kamu Jola?" Tanya lelaki itu.Jola mengangguk kecil, atensinya tertuju pada Yogi yang tampak kacau. "Mas Yogi kenapa?""Akan kujelaskan, bisa tunjukkan dimana kamar kalian? Suamimu ini sangat berat."Jola memberi akses jalan masuk kepada lelaki itu untuk membawa suaminya. Jola tidak menunjukkan kamarnya, melainkan kamar Yogi dan Renata yang berada di lantai dasar. Terlalu menyusahkan jika Jola meminta lelaki itu untuk membawa Yogi ke kamarnya yang berada di lantai 2.Lelaki bermata segaris itu meletakkan tubuh Yogi di ranjang, segera Jola melepaskan sepatu yang dikenakan Yogi kemudian menutupi tubuh suaminya dengan selimut. Jola dan lelaki itu melangkah keluar kamar meninggalkan Yogi sendirian."Aku Andra, sekertaris Yogi. Maaf karena membawa kembali suamimu dalam keadaan seperti ini, kami
"Menikahlah dengan Jola." ucap Renata dengan tatapan serius pada suaminya. "Tidak." "Kau tak memiliki banyak waktu lagi. Apa kau ingin kalah dari saudara tirimu?" "Aku tidak peduli, Ren!" "Tapi aku peduli, Gi! Aku bisa meninggalkanmu kapanpun aku mau, jadi mengertilah!"
Hari Senin selalu menjadi hari yang menyibukkan bagi setiap orang, begitupun bagi Yogi. Merasa penat berada dalam ruang kerjanya, Yogi memutuskan untuk mencari udara segar di rooftop. Berdiri pada pagar pembatas, Yogi membawa satu kotak rokok yang diam-diam disimpannya dalam ruang kerja. Mengambil rokok sebatang, Yogi mulai menyalakan pematik api dan menghisapnya perlahan. Belum lama Yogi menikmati waktu senggangnya ini, dering ponselnya terdengar. Yogi menghela napas begitu melihat nama kontak yang tertera pada layar ponselnya. 'Kau dimana? Ayah ada di ruang kerjamu sekarang.' Yogi mendecak kesal, lalu memutuskan sambungan telepon secara sepihak. Segera ia berbegas pergi meninggalkanrooftop. Yogi menuruni tangga darurat dengan tergesa-gesa. Langkah kakinya melambat saat mendengar sebuah keributan di ujung anak tangga. Pria itu segera bersembunyi di sudut tangga, beruntung posisinya berada di belokkan.
Renata baru saja menyudahi kegiatan berbelanjanya sore ini. Wanita cantik itu merasa puas setelah menghabiskan pundi-pundi kekayaan sang suami. Renata melangkah disertai senyum manis yang merekah sambil membawa belanjaan yang cukup banyak. Wanita itu duduk di ujung halte bus untuk menunggu bus yang biasa ditumpanginya jika Yogi tak bisa menjemputnya. Renata merupakan wanita dari kalangan atas dan sangat suka menghabiskan uang bulanan yang diberikan oleh sang suami untuk membeli barang-barang mewah. Tetapi untuk urusan transportasi, wanita cantik itu lebih suka untuk menaiki bus umum daripada menggunakan supir pribadi. Renata menjunjung tinggi udara bersih bebas polusi, dan salah satu cara yang dapat ia lakukan untuk mengurangi polusi adalah menggunakan angkutan umum daripada kendaraan pribadi. Wanita cantik itu menolehkan kepalanya ke arah kanan dan menemukan seorang gadis yang berpakaian sederhana tengah bersandar pada besi penyangga halte bus. Gadis
Jola menjalani kehidupannya seperti biasa. Bangun di pagi hari, melakukan tugasnya sebagai mahasiswi untuk menuntut ilmu. Sepulang kuliah Jola akan tetap bekerja seperti biasa dan pulang di sore hari untuk membantu Renata menyiapkan makan malam. Kegiatan itu sudah berlangsung selama sepekan. Akhir pekan ini, Jola menghabiskan waktu bersama Renata dengan berjalan-jalan memanjakan mata berkeliling pusat perbelanjaan. Memasuki toko pakaian, toko pernak-pernik, toko sepatu, ke salon untuk merawat tubuh dan berakhir di tempat makan. Benar-benar hari yang menyenangkan, bahkan Renata sampai lupa jika ia adalah seorang istri. Renata lupa menanyakan kabar suaminya yang tadi pagi pergi bermain dengan sahabat masa kuliahnya dulu. Karena alasan itu pula Renata memutuskan untuk menghabiskan waktu dengan Jola. "Jola sebentar ya, aku ingin mengabari Yogi dulu." Renata beranjak dari duduknya.Keduanya saat ini berada di tempat makan untuk menikmati makan siang. Jo
Yogi duduk dengan tenang di kursi kerjanya. Kedua netranya memandang lurus ke depan, mengenang pertemuan pertama antara dirinya dengan Renata.Renata begitu cantik seperti dewi, bahkan ketika ia hanya duduk diam tanpa ekspresi. Yogi bersyukur dipertemukan dengan Renata, terlebih menjadi pria yang dapat menikahi wanita itu.Pertemuan pertama mereka adalah saat makan malam keluarga, membahas urusan perusahaan yang berujung perjodohan keduanya. Renata dengan anggun memperkenalkan diri sebagai putri tunggal keluarga Kenya. Salah satu keluarga terpandang di Jakarta. Memiliki bisnis perhotelan, industri kosmetik, hingga pendidikan universitas berlabel unggulan.Ayah Yogi ternyata sedang menanglotresaat Ayah Renata menerima usulan untuk menjodohkan Yogi dengan Renata. Yogi tau persis bahwa ayahnya itu sedang berusaha menaikkan tahta dan memperkaya diri.Jatuh cinta pada pandangan pertama. Yogi tidak pernah mempercayai itu, tapi akhirnya runtuh s
Setelah makan malam, Renata dan Yogi memilih untuk masuk ke dalam kamar mereka. Meninggalkan Jola sendiri yang tengah membersihkan meja makan seorang diri.Sebelumnya Renata sudah berpamitan pada Jola, karena merasa tidak enak membiarkan gadis itu untuk membersihkan meja makan sendiri. Tapi Jola tetaplah gadis polos yang baik hati, ia berkata'tidak apa-apa'sambil menyunggingkan senyum manisnya.Renata dan Yogi duduk bersebelahan dalam satu sofa panjang. Renata meraih sebuah map merah yang merupakan akta pernikahan Yogi dan Jola. Wanita itu menyerahkan map merah itu pada Yogi.Yogi menghela napas berat lalu meraih map merah itu, perlahan ia membukanya dan mulai membacanya baik-baik.Hari ini Yogi dan Jola telah sah menjadi pasangan suami dan istri secara hukum, untuk secara agama Yogi hanya perlu melakukan pemberkatan di hadapan pendeta.Yogi menatap wajah Renata. Wanita cantik itu tersenyum dengan tulus padanya, seolah menandak
--Bali. Renata dan Wenda sampai di Bali dan langsung menuju ke hotel untuk beristirahat. Renata merebahkan tubuhnya, merentangkan kedua tangan dan kakinya seolah ranjang ini hanyalah miliknya. Wenda sampai berdecak kesal melihatnya, lalu menarik kaki pendek Renata untuk menggeser tubuh mungil sahabatnya supaya dirinya bisa ikut berbaring di ranjang. "Ren, malamnaikyuk! Kamu tuh butuh hiburan, coba dehone night slee,."ujar Wenda sambil mengedipkan sebelah matanya untuk menggoda Renata. Renata membulatkan matanya dan menatap wajah Wenda dengan kesal. "ONSkepalamu!! Enggak ya! Kalau cuma minum, ayok!" "Ck, denger ya, kamu minum sampai gak sadarkan diri. Bangun-bangun sudah di kamar orang lain dalam keadaannaked, sama sajaONSbodoh!" "Aku tidak akan mabuk, tenang saja. Aku ini sudahpro." "Sepertinya otakmu memang suda