Share

Terobsesi

Author: Rafasya
last update Last Updated: 2025-01-22 19:01:07

Sahira berdiri mematung di dekat pintu ruangan Michael. Matanya terbelalak mendengar permintaan terakhir bos barunya.

“Mulai besok, kau harus pakai rok mini.” Kalimat itu menggema dalam pikirannya, membuat wajahnya merah padam antara marah dan malu. Ia menggigit bibirnya, mencoba menahan amarah yang mulai memuncak.

“Apa maksudnya, Pak?” Sahira memberanikan diri bertanya, meskipun suaranya terdengar bergetar. “Kenapa saya harus pakai rok mini? Bukankah saya di sini untuk bekerja, bukan ... untuk hal yang aneh-aneh?”

Michael menatapnya dengan tenang, tetapi ada kilatan nakal di matanya. Sahira yang berdiri di sana dengan pipi merona dan ekspresi protes justru terlihat begitu menggemaskan bagi Michael. Ia menyandarkan tubuhnya ke kursi, melipat kedua tangannya sambil menyunggingkan senyum. “Itu sudah menjadi peraturan di kantor ini,” jawab Michael santai.

“Peraturan?” Sahira mengerutkan alisnya, tidak percaya. “Kenapa harus ada peraturan seperti itu?”

Michael mengangkat bahu, matanya tetap tak lepas dari wajah cantik Sahira yang terlihat kesal.

“Kantor ini memiliki budaya kerja yang unik. Penampilan sangat penting untuk menjaga citra perusahaan di depan klien.”

Sahira membuka mulutnya hendak membantah, tetapi Michael segera memotongnya, “Kalau kau tidak nyaman, tentu aku tak memaksa. Namun, tanpa itu, kau tidak bisa bekerja di sini.” dia sengaja menekankan kalimat terakhirnya, membuat Sahira merasa berada di posisi sulit.

“Aku harus bagaimana?” batin Sahira.

Sahira menoleh ke arah Haidar, berharap mendapat dukungan, tetapi pria tua itu malah menyuruhnya menurut.

“Sahira, ini kesempatan besar. Kau harus patuh pada aturan kantor ini! Lagipula, hanya memakai rok mini. Apa susahnya?” tukas Haidar, seolah tidak peduli dengan perasaan Sahira.

Akhirnya, Sahira menyerah. “Baiklah,” katanya pelan. “Saya akan melakukannya.”

Michael tersenyum penuh kemenangan, tetapi dia berusaha tetap menjaga ekspresi serius. “Bagus,” ucapnya. “Kau bisa pulang sekarang dan persiapkan dirimu. Ingat, besok kau harus datang tepat waktu.”

Sahira mengangguk, melangkah keluar dari ruangan. Haidar mengikutinya dari belakang, dia tampak santai, seolah tidak ada yang salah. Sahira merasa dadanya sesak, tetapi ia tak punya pilihan lain.

*

Setelah Sahira dan Haidar keluar, suasana ruangan itu menjadi sunyi. Namun, tak lama kemudian, Lucas masuk tanpa permisi. Ia berhenti di depan meja Michael, memperhatikan bosnya yang tengah duduk dengan senyum simpul di wajahnya.

Lucas mengerutkan kening. “Bos, siapa gadis tadi? Aku perhatikan, kau sangat tertarik.”

Michael mengangkat wajahnya, tatapannya dingin. “Itu bukan urusanmu,” jawabnya singkat.

Lucas tidak menyerah. “Oh, jadi mainan baru? Tumben kali ini berbeda? Biasanya kau pilih yang sudah berpengalaman.”

Michael menghela napas panjang, merasa terganggu dengan rasa ingin tahu Lucas. Ia menyandarkan tubuhnya ke kursi dan menatap anak buahnya dengan tatapan tajam. “Dia sekretaris pribadiku,” jawabnya.

Lucas terbelalak. “Sekretaris pribadi? Bos, kau yakin? Aku lihat dia tidak seperti Karin—dia masih sangat lugu.”

Michael mendengus pelan, lalu menyunggingkan senyum kecil. Lucas tidak tau saja, yang polos itu lebih ... menggemaskan. Michael langsung memejamkan mata, masih terasa aroma parfum manis milik Sahira membuatnya semakin bergairah.

Lucas hanya bisa menghela napas panjang. “Baiklah, Bos. Aku takkan mencampuri urusanmu, tapi hati-hati. Yang polos bisa jadi masalah di kemudian hari.”

Michael tersenyum tipis, menatap Lucas dengan pandangan penuh percaya diri. “Jangan khawatir. Aku tahu apa yang sedang aku lakukan. Lagipula, masalah adalah sesuatu yang bisa kuciptakan, dan kuselesaikan dengan caraku sendiri.”

Lucas hanya bisa mengangguk sebelum melangkah keluar, meninggalkan Michael yang kembali tenggelam dalam pikirannya.

Michael tak sabar menunggu hari esok, di mana dia bisa melihat Sahira lagi—seorang gadis polos yang begitu menggoda, dia memiliki sesuatu yang memikat yang tidak dimiliki oleh siapa pun sebelumnya.

***

Malam hari.

“Mulai besok, kau harus pakai rok mini.”

Lagi, kata-kata Michael menggema di pikiran Sahira. Dia yang sedang duduk di pinggir ranjang, menggigit bibirnya.

“Dasar bos mesum!” umpatnya kesal.

“Aku bahkan tak punya rok mini satu pun.” dia bermonolog seorang diri di dalam kamar.

Namun, tak berselang lama ....

BRAK!

Terdengar suara pintu depan dibuka kencang, membuat Sahira terperanjat. Dia segera keluar kamar dan mendapati Ayahnya pulang kondisi lebam di area wajah.

“Bapak! Bapak kenapa?” tanya Sahira, dia begitu khawatir.

Haidar tak menjawab pertanyaan putrinya, dia segera masuk ke dalam kamar. Lalu mengemasi pakaiannya ke dalam tas besar.

“Pak, Bapak mau ke mana?”

Haidar menghentikan gerakan tangannya yang sedang mengemasi pakaian sejenak, dia menatap Sahira. Pria tua itu begitu kesal pada Michael, Michael telah menipunya. Menjanjikan 200 juta tapi hanya membayar setengahnya saja. Dia malah mengancam Haidar karena telah menjual Sahira, lalu saat Haidar protes, anak buahnya malah menghajarnya.

“Sialan!” batin Haidar.

“Pak ...,” panggilnya Sahira, saat tak ada respon dari Haidar.

Haidar menghela napas. “Bapak mau pergi. Kau tak perlu ikut, tetaplah di sini.”

Ya, Haidar harus pergi. Dia tak punya pilihan. Dia sudah berjanji pada Michael. Tak apalah pria itu hanya memberinya 100 juta, tidak sesuai dengan perjanjian. Saat ini, keselamatannya lebih penting.

“Pak ... jangan lama-lama. Aku takut sendirian di sini.” Sahira menatapnya nanar.

Haidar mengembuskan napas kasar, dia menggenggam tasnya. Kemudian mendekat ke arah Sahira.

Di tatapnya wajah Sahira sejenak, putri yang dia besarkan selama 15 tahun. Haidar merogoh kantong, lalu menyerahkan dua lembar uang kertas berwarna merah.

“Ambillah, untuk keperluanmu beberapa hari. Bapak tidak bisa memberimu banyak uang. Setidaknya, kamu punya sedikit untuk makan,” ucapnya berbohong, padahal dia telah menerima banyak dari Michael.

Sebelum pergi, Haidar menatap Sahira sekali lagi. Mengulurkan tangan, mengusap air mata putrinya yang menetes.

“Jangan menangis, Bapak akan segera kembali. Jaga dirimu baik-baik.”

Bohong. Haidar sendirilah yang telah menyerahkan Sahira pada pria berbahaya.

Sahira mengangguk. “Jangan lama-lama, Pak,” ucapnya.

Haidar melepaskan tangannya, lalu pergi dengan tergesa dari sana. Dia menoleh ke arah samping. Ada beberapa pria suruhan Michael yang sedang mengawasinya.

***

Di Mansion Michael.

Suasana di kamar mandi utama mansion Michael begitu tenang, hampir seperti surga kecil yang diciptakan untuk melepas penat. Cahaya temaram dari lilin aroma terapi menghiasi setiap sudut ruangan, memantulkan sinar lembut pada permukaan marmer mewah. Wangi lavender memenuhi udara, memberikan nuansa rileks yang menenangkan.

Michael tengah berendam di dalam bathtub besar berbahan porselen mahal. Air hangat bercampur busa tebal menyelimuti tubuh atletisnya. Kepalanya bersandar pada pinggiran bathtub, matanya terpejam, dan bibirnya menyunggingkan senyum samar. Tapi pikirannya berkelana jauh.

Bayangan Sahira, gadis yang baru saja ia temui pagi tadi, memenuhi setiap sudut benaknya.

“Eumh, Sahira ...,” desisnya, sambil mengelus senjatanya di bawah sana.

Bibir ranum merah muda milik Sahira, bulu mata lentik, dan bulatan indah di balik bra itu memenuhi pikiran Michael.

Milik Michael telah mengeras, sejak dia membayangkan Sahira.

“Ughh ...,” gumamnya pelan seperti menahan desahan. Ia membayangkan betapa gemasnya gadis itu saat protes tadi pagi, betapa kulit mulusnya tampak bersinar di bawah pencahayaan kantornya. Rasanya ingin dia lum4t bibir mungilnya saat itu juga.

“Kau memang sangat cantik,” katanya lagi. Tangannya bergerak mencipratkan air perlahan ke dadanya, mencoba menghilangkan panas yang tiba-tiba menjalar di tubuhnya.

“Aku sangat tak sabar ...,” lanjutnya, suaranya penuh dengan gairah yang tertahan.

Namun, tak berselang lama ...

Tok! Tok! Tok!

Ketukan di pintu kamar mandinya memecah suasana. Michael langsung membuka mata, ekspresi kesal terlihat jelas di wajahnya. “Sialan! Mengganggu saja,” umpatnya.

Dengan nada malas, dia berucap, “Masuk!”

Kriet!

Pintu terbuka perlahan, memperlihatkan David, salah satu anak buahnya yang setia. Pria itu berdiri tegak di ambang pintu, mencoba menjaga tetap sopan meskipun tatapannya sedikit bingung melihat bosnya yang masih berada di bathtub.

“Bos,” panggil David. “Nyonya Evelyn sejak tadi menelpon.”

Michael mendengus keras, pandangannya tajam sejenak sebelum ia menutup matanya kembali. “Mau apa dia?” tanyanya.

David menjawab cepat, “Dia hanya menanyakan kenapa ponselmu tidak aktif, Bos.”

Michael mengembuskan napas panjang, menatap langit-langit kamar mandi dengan raut frustrasi.

'Bukankah Mommy sedang sibuk mengurus bisnisnya di London? Kenapa tiba-tiba dia mencemaskanku?' batinnya.

“David,” ucap Michael akhirnya, dengan suara yang lebih tenang, “Kalau nanti Mommy telepon lagi, katakan padanya bahwa aku baik-baik saja. Dia tak perlu khawatir.”

“Em, baik, Bos,” jawab David singkat sambil sedikit membungkukkan tubuhnya. Setelah itu, dia segera keluar, menutup pintu dengan hati-hati.

Michael kembali sendirian di kamar mandi yang sunyi. Suasana rileks yang sempat ia rasakan sebelumnya telah lenyap. Dia mengusap wajahnya, mencoba menetralkan perasaannya yang sedikit berkecamuk.

Dengan gerakan malas, ia berdiri dari bathtub. Air mengalir turun dari tubuhnya, menciptakan suara gemericik yang memecah kesunyian. Dia meraih handuk besar di dekatnya, mengeringkan tubuhnya sebelum mengenakan kimono sutra hitam yang tergantung di dinding.

Michael berjalan ke arah cermin besar, menatap bayangannya sendiri. Ia menyentuh dagunya, mencoba menenangkan pikirannya. Khayalannya tentang Sahira kini sudah benar-benar kandas, digantikan oleh kekesalan kecil akibat gangguan tadi.

“Huh!” desahnya, lalu mengibaskan tangan seolah ingin membuang semua kekesalan itu.

Dia segera keluar dari kamar mandi, menuju kamar tidur yang luas. Meskipun tubuhnya sudah bersih dan segar, suasana hatinya masih sedikit buruk.

Michael segera mengambil pakaian santai dari lemari mewah miliknya, memakainya asal, lalu segera berbaring di tempat tidur.

***

Keesokan Harinya

Michael duduk di kursi eksekutifnya yang besar, memutar-mutar pena di tangannya, tatapannya sesekali melirik ke arah telepon di meja. Wajah tampannya terlihat serius.

Dengan gerakan cepat, ia meraih gagang telepon, menekan nomor internal untuk menghubungi resepsionis di lantai bawah. Suaranya terdengar berat dan tegas saat berbicara.

“Apa wanita bernama Sahira sudah datang?” tanyanya langsung tanpa basa-basi.

“Em ... belum, Pak.”

Michael mendesah pelan, suaranya terdengar jelas di ruangan yang sunyi. “Kabari aku kalau dia sudah datang,” ucapnya dingin sebelum menutup telepon tanpa menunggu respons lebih lanjut.

Ia bersandar kembali di kursinya, kedua tangan disilangkan di dada. Matanya menatap lurus ke depan.

“Kenapa dia belum datang?” gumamnya sendiri, merasa waktu berjalan begitu lambat pagi ini.

Namun, tak berselang lama ....

Kriek!

Pintu ruangan terbuka perlahan. Michael langsung mengangkat wajahnya. Tatapannya tajam, dan tanpa sadar sudut bibirnya terangkat membentuk senyuman tipis. Sosok yang sejak tadi dia tunggu kini berdiri di ambang pintu.

“Maaf, Pak, saya terlambat,” ucap Sahira pelan, sedikit menunduk.

Michael awalnya tersenyum kecil, tapi senyum itu segera lenyap saat matanya benar-benar menangkap penampilan Sahira pagi itu. Matanya melebar, dia langsung berdiri dari kursinya, nyaris menjatuhkan pena yang sejak tadi dia pegang.

“Apa-apaan ini?!” tukasnya.

Bayangan paha mulus Sahira yang sejak tadi ada di pikirannya musnah. Alih-alih memakai rok mini, Sahira malah memakai rok hitam panjang semata kaki.

“Kamvret!

Bersambung ....

Related chapters

  • HASRAT LIAR CEO (Perawan 200 Juta)   Harus pakai rok mini!

    Sahira berdiri kaku di depan pintu, bingung dengan reaksi Michael. “Maaf, Pak?” tanyanya ragu, suaranya hampir tak terdengar.Michael mengangkat tangannya, menunjuk ke arah Sahira dari kepala hingga kaki. Matanya menilai setiap detail penampilannya. Tidak ada sedikit pun kesan formal, apalagi seksi, seperti yang ia harapkan.“Ini ... ini yang kau pakai untuk bekerja?” ucap Michael, ia mencoba menahan emosinya. “Aku sudah bilang kau harus memakai rok mini, bukan pakaian seperti ini! Rok-mu itu terlalu panjang!”Sahira menggigit bibir bawahnya, berusaha menahan rasa gugup. “Maaf, Pak,” jawabnya pelan, “tapi aku memang tidak punya pakaian seperti itu di rumah.”Michael memijit pelipisnya, mencoba menenangkan diri. Di satu sisi, ia merasa kesal karena Sahira tidak mengikuti instruksinya. Namun di sisi lain, ia tidak bisa memungkiri bahwa gadis itu tetap terlihat cantik meskipun dengan penampilan sederhana seperti itu.“Dengar,” ucap Michael, suaranya sedikit melunak, “di sini, aku yang me

    Last Updated : 2025-01-23
  • HASRAT LIAR CEO (Perawan 200 Juta)   Itu burung saya!

    Sahira berdiri canggung di dekat pintu kantin, menatap sejenak ke arah menu yang tertulis di papan besar. Harga makanan di sana membuatnya meneguk ludah. Dia merogoh kantongnya dan memandangi lembaran uang yang tersisa hanya 75 ribu rupiah.“Uangku cuma segini,” gumamnya pelan, suaranya nyaris tenggelam di tengah keramaian kantin. “Kalau aku boros sekarang, bagaimana dengan seminggu kedepan? Mau makan apa aku.”Dia menghela napas panjang, mencoba mencari solusi. Namun, semakin Sahira berpikir, semakin sadar bahwa pilihan terbaik adalah menahan lapar. Sahira membalikkan badan, bersiap meninggalkan kantin dengan langkah lesu. Namun tak lama kemudian, seseorang tiba-tiba mencekal pergelangan tangannya.“Akhh!”Sahira tersentak. Ia menoleh cepat, dan terkejut mendapati sosok Michael berdiri di sana.“Temani aku makan siang,” ucap Michael singkat.Mata Sahira membulat sempurna. Ia tidak menyangka bosnya yang dingin itu akan muncul di sini, apalagi memintanya menemani makan. “A-apa?” ucap

    Last Updated : 2025-01-23
  • HASRAT LIAR CEO (Perawan 200 Juta)   First kiss

    “Itu burung saya!”Hah?“Ah, maaf, Pak. Aku tak tau kalau itu burung Bapak.”Michael memejamkan mata, mencoba tak emosi di depan Sahira.“Keluar!” pintanya.“Tapi, Pak—”“Aku bilang keluar!”Sahira terkejut, dia segera berlari terbirit-birit dari sana.Di dalam ruangan, Michael berdiri mematung. Wajahnya tegang, dan tangannya mencengkeram pinggir meja kerja. Ia menghela napas panjang, mencoba menguasai dirinya. Michael mencoba menahan hasratnya. Dia begitu tersiksa, dengan nafsu yang tiba-tiba saja muncul.“Burung saya?” ulangnya dalam hati, merasa bodoh karena membiarkan kata-kata itu keluar begitu saja.Michael mengusap wajahnya dengan kasar, lalu berjalan ke kamar mandi kecil di sudut ruangan. Ia membasuh wajahnya dengan air dingin, berharap sensasi dingin itu bisa meredakan emosi dan perasaan campur aduk yang ia rasakan.“Ini semua gara-gara Sahira, dia harus bertanggung jawab!” umpatnya.Setiap kali dia menutup mata, bayangan Sahira dengan rok mini itu kembali memenuhi pikirannya

    Last Updated : 2025-02-06
  • HASRAT LIAR CEO (Perawan 200 Juta)   Resign

    BRAK!Pintu ruangan terbuka dengan kencang, membuat Michael yang semula fokus pada layar komputer menoleh ke arah sumber suara.Di sana, berdiri Sahira yang wajah merah padam.“Pak Michael, aku mau resign!” ucapnya dengan lantang.Michael terdiam sejenak, seolah berpikir.“Resign?” ulangnya.“Iya.”“Kenapa? Kamu baru bekerja dua hari, sekarang minta resign, apa ada yang salah?”'Tentu saja salah, kau sudah bertindak kurang ajar padaku!' umpat Sahira dalam hati.“Pokoknya aku mau resign Pak, aku nggak betah bekerja di sini.““Baiklah, kalau kamu mau resign.”Hah? Semudah itu?“Iya.” Sahira segera berbalik, berniat pergi dari sana. Tetapi, ucapan Michael menghentikan langkahnya.“Kau pulang sekarang, dan kembali lagi sambil bawa uang sebanyak 500 juta, berikan padaku.”“Apa?!”“Kurang jelas? Pulanglah, dan kembali lagi kemari. Kamu harus memberiku 500 juta karena telah memilih resign.”“Aku sama sekali tak mengerti!”Michael menarik napas dalam-dalam sebelum menjelaskan, “Kamu ingat su

    Last Updated : 2025-02-06
  • HASRAT LIAR CEO (Perawan 200 Juta)   Masih perawan

    “Kau mau membeli putriku untuk semalam?” ucap pria setengah baya pada temannya di halte bus.“30 juta.”“Kau gila! Mahal sekali.” pekiknya.Pria itu terkekeh. “Ah, kau tidak tau saja. Dia ini istimewa.”“Apa istimewanya?”“Masih perawan,“ bisiknya.“Ah, tidak, itu terlalu mahal.” Protes pria kedua, berniat untuk pergi.“Eitts, janganlah buru-buru begitu. Bagaimana kalau 25 juta?”Pria di depannya tampak menimbang. “Em, 10 juta?”“Cih, itu terlalu murah. Anakku itu berbeda, dia sangat cantik, kulitnya putih, tubuhnya seksi. Rugi sekali aku menjualnya padamu hanya sepuluh juta. Pergilah!”Percakapan dua pria gila wanita tak luput dari pendengaran Michael yang tak jauh dari sana. Seorang CEO ternama di perusahaan 'Horisson Steel' itu hanya berdecih. Mendengar seorang ayah yang tega menjual putrinya sendiri.Namun dia juga penasaran dengan putri yang katanya sangat cantik. Michael akhirnya mendekat ke arah pria tua yang terlihat kesal tersebut.“Em, permisi ... aku tadi tak sengaja menden

    Last Updated : 2025-01-20
  • HASRAT LIAR CEO (Perawan 200 Juta)   Rok mini

    Haidar terlihat tergesa-gesa di dalam rumah, membuka lemari pakaian dengan tangan terburu-buru, mengacak-acak seluruh isi lemari Sahira. Pakaian-pakaian berwarna cerah dan sederhana itu terserak di lantai.“Di mana pakaian yang bagus?”“Ah, sialan. Gadis itu tak punya satu pun baju yang bagus untuk dipakai.”Sahira, yang berdiri di pintu kamar, tampak bingung dan sedikit cemas melihat tingkah laku ayah angkatnya.“Pak, mau apa? Kenapa lemari Sahira diberantakin?” Sahira bertanya, suaranya pelan, sedikit khawatir dengan tingkah sang ayah pagi ini.Haidar mengangkat wajahnya sejenak, wajahnya terlihat kesal. “Sudah diam, Bapak sedang mencari baju yang pas buat kamu,” jawabnya sedikit kasar. Matanya kembali berkeliling, mencari sesuatu di antara tumpukan baju yang terhampar.Hufftt!'Menyesal aku tak pernah membelikan dia baju.' batinnya.Setiap pakaian yang diambilnya dilihat sejenak, lalu dibuang begitu saja. Sahira hanya berdiri, matanya mengikuti gerakan ayah angkatnya yang tampak ke

    Last Updated : 2025-01-21

Latest chapter

  • HASRAT LIAR CEO (Perawan 200 Juta)   Resign

    BRAK!Pintu ruangan terbuka dengan kencang, membuat Michael yang semula fokus pada layar komputer menoleh ke arah sumber suara.Di sana, berdiri Sahira yang wajah merah padam.“Pak Michael, aku mau resign!” ucapnya dengan lantang.Michael terdiam sejenak, seolah berpikir.“Resign?” ulangnya.“Iya.”“Kenapa? Kamu baru bekerja dua hari, sekarang minta resign, apa ada yang salah?”'Tentu saja salah, kau sudah bertindak kurang ajar padaku!' umpat Sahira dalam hati.“Pokoknya aku mau resign Pak, aku nggak betah bekerja di sini.““Baiklah, kalau kamu mau resign.”Hah? Semudah itu?“Iya.” Sahira segera berbalik, berniat pergi dari sana. Tetapi, ucapan Michael menghentikan langkahnya.“Kau pulang sekarang, dan kembali lagi sambil bawa uang sebanyak 500 juta, berikan padaku.”“Apa?!”“Kurang jelas? Pulanglah, dan kembali lagi kemari. Kamu harus memberiku 500 juta karena telah memilih resign.”“Aku sama sekali tak mengerti!”Michael menarik napas dalam-dalam sebelum menjelaskan, “Kamu ingat su

  • HASRAT LIAR CEO (Perawan 200 Juta)   First kiss

    “Itu burung saya!”Hah?“Ah, maaf, Pak. Aku tak tau kalau itu burung Bapak.”Michael memejamkan mata, mencoba tak emosi di depan Sahira.“Keluar!” pintanya.“Tapi, Pak—”“Aku bilang keluar!”Sahira terkejut, dia segera berlari terbirit-birit dari sana.Di dalam ruangan, Michael berdiri mematung. Wajahnya tegang, dan tangannya mencengkeram pinggir meja kerja. Ia menghela napas panjang, mencoba menguasai dirinya. Michael mencoba menahan hasratnya. Dia begitu tersiksa, dengan nafsu yang tiba-tiba saja muncul.“Burung saya?” ulangnya dalam hati, merasa bodoh karena membiarkan kata-kata itu keluar begitu saja.Michael mengusap wajahnya dengan kasar, lalu berjalan ke kamar mandi kecil di sudut ruangan. Ia membasuh wajahnya dengan air dingin, berharap sensasi dingin itu bisa meredakan emosi dan perasaan campur aduk yang ia rasakan.“Ini semua gara-gara Sahira, dia harus bertanggung jawab!” umpatnya.Setiap kali dia menutup mata, bayangan Sahira dengan rok mini itu kembali memenuhi pikirannya

  • HASRAT LIAR CEO (Perawan 200 Juta)   Itu burung saya!

    Sahira berdiri canggung di dekat pintu kantin, menatap sejenak ke arah menu yang tertulis di papan besar. Harga makanan di sana membuatnya meneguk ludah. Dia merogoh kantongnya dan memandangi lembaran uang yang tersisa hanya 75 ribu rupiah.“Uangku cuma segini,” gumamnya pelan, suaranya nyaris tenggelam di tengah keramaian kantin. “Kalau aku boros sekarang, bagaimana dengan seminggu kedepan? Mau makan apa aku.”Dia menghela napas panjang, mencoba mencari solusi. Namun, semakin Sahira berpikir, semakin sadar bahwa pilihan terbaik adalah menahan lapar. Sahira membalikkan badan, bersiap meninggalkan kantin dengan langkah lesu. Namun tak lama kemudian, seseorang tiba-tiba mencekal pergelangan tangannya.“Akhh!”Sahira tersentak. Ia menoleh cepat, dan terkejut mendapati sosok Michael berdiri di sana.“Temani aku makan siang,” ucap Michael singkat.Mata Sahira membulat sempurna. Ia tidak menyangka bosnya yang dingin itu akan muncul di sini, apalagi memintanya menemani makan. “A-apa?” ucap

  • HASRAT LIAR CEO (Perawan 200 Juta)   Harus pakai rok mini!

    Sahira berdiri kaku di depan pintu, bingung dengan reaksi Michael. “Maaf, Pak?” tanyanya ragu, suaranya hampir tak terdengar.Michael mengangkat tangannya, menunjuk ke arah Sahira dari kepala hingga kaki. Matanya menilai setiap detail penampilannya. Tidak ada sedikit pun kesan formal, apalagi seksi, seperti yang ia harapkan.“Ini ... ini yang kau pakai untuk bekerja?” ucap Michael, ia mencoba menahan emosinya. “Aku sudah bilang kau harus memakai rok mini, bukan pakaian seperti ini! Rok-mu itu terlalu panjang!”Sahira menggigit bibir bawahnya, berusaha menahan rasa gugup. “Maaf, Pak,” jawabnya pelan, “tapi aku memang tidak punya pakaian seperti itu di rumah.”Michael memijit pelipisnya, mencoba menenangkan diri. Di satu sisi, ia merasa kesal karena Sahira tidak mengikuti instruksinya. Namun di sisi lain, ia tidak bisa memungkiri bahwa gadis itu tetap terlihat cantik meskipun dengan penampilan sederhana seperti itu.“Dengar,” ucap Michael, suaranya sedikit melunak, “di sini, aku yang me

  • HASRAT LIAR CEO (Perawan 200 Juta)   Terobsesi

    Sahira berdiri mematung di dekat pintu ruangan Michael. Matanya terbelalak mendengar permintaan terakhir bos barunya. “Mulai besok, kau harus pakai rok mini.” Kalimat itu menggema dalam pikirannya, membuat wajahnya merah padam antara marah dan malu. Ia menggigit bibirnya, mencoba menahan amarah yang mulai memuncak.“Apa maksudnya, Pak?” Sahira memberanikan diri bertanya, meskipun suaranya terdengar bergetar. “Kenapa saya harus pakai rok mini? Bukankah saya di sini untuk bekerja, bukan ... untuk hal yang aneh-aneh?”Michael menatapnya dengan tenang, tetapi ada kilatan nakal di matanya. Sahira yang berdiri di sana dengan pipi merona dan ekspresi protes justru terlihat begitu menggemaskan bagi Michael. Ia menyandarkan tubuhnya ke kursi, melipat kedua tangannya sambil menyunggingkan senyum. “Itu sudah menjadi peraturan di kantor ini,” jawab Michael santai.“Peraturan?” Sahira mengerutkan alisnya, tidak percaya. “Kenapa harus ada peraturan seperti itu?”Michael mengangkat bahu, matanya te

  • HASRAT LIAR CEO (Perawan 200 Juta)   Rok mini

    Haidar terlihat tergesa-gesa di dalam rumah, membuka lemari pakaian dengan tangan terburu-buru, mengacak-acak seluruh isi lemari Sahira. Pakaian-pakaian berwarna cerah dan sederhana itu terserak di lantai.“Di mana pakaian yang bagus?”“Ah, sialan. Gadis itu tak punya satu pun baju yang bagus untuk dipakai.”Sahira, yang berdiri di pintu kamar, tampak bingung dan sedikit cemas melihat tingkah laku ayah angkatnya.“Pak, mau apa? Kenapa lemari Sahira diberantakin?” Sahira bertanya, suaranya pelan, sedikit khawatir dengan tingkah sang ayah pagi ini.Haidar mengangkat wajahnya sejenak, wajahnya terlihat kesal. “Sudah diam, Bapak sedang mencari baju yang pas buat kamu,” jawabnya sedikit kasar. Matanya kembali berkeliling, mencari sesuatu di antara tumpukan baju yang terhampar.Hufftt!'Menyesal aku tak pernah membelikan dia baju.' batinnya.Setiap pakaian yang diambilnya dilihat sejenak, lalu dibuang begitu saja. Sahira hanya berdiri, matanya mengikuti gerakan ayah angkatnya yang tampak ke

  • HASRAT LIAR CEO (Perawan 200 Juta)   Masih perawan

    “Kau mau membeli putriku untuk semalam?” ucap pria setengah baya pada temannya di halte bus.“30 juta.”“Kau gila! Mahal sekali.” pekiknya.Pria itu terkekeh. “Ah, kau tidak tau saja. Dia ini istimewa.”“Apa istimewanya?”“Masih perawan,“ bisiknya.“Ah, tidak, itu terlalu mahal.” Protes pria kedua, berniat untuk pergi.“Eitts, janganlah buru-buru begitu. Bagaimana kalau 25 juta?”Pria di depannya tampak menimbang. “Em, 10 juta?”“Cih, itu terlalu murah. Anakku itu berbeda, dia sangat cantik, kulitnya putih, tubuhnya seksi. Rugi sekali aku menjualnya padamu hanya sepuluh juta. Pergilah!”Percakapan dua pria gila wanita tak luput dari pendengaran Michael yang tak jauh dari sana. Seorang CEO ternama di perusahaan 'Horisson Steel' itu hanya berdecih. Mendengar seorang ayah yang tega menjual putrinya sendiri.Namun dia juga penasaran dengan putri yang katanya sangat cantik. Michael akhirnya mendekat ke arah pria tua yang terlihat kesal tersebut.“Em, permisi ... aku tadi tak sengaja menden

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status