Share

Terobsesi

Author: Rafasya
last update Last Updated: 2025-01-22 19:01:07

Sahira berdiri mematung di dekat pintu ruangan Michael. Matanya terbelalak mendengar permintaan terakhir bos barunya.

“Mulai besok, kau harus pakai rok mini.” Kalimat itu menggema dalam pikirannya, membuat wajahnya merah padam antara marah dan malu. Ia menggigit bibirnya, mencoba menahan amarah yang mulai memuncak.

“Apa maksudnya, Pak?” Sahira memberanikan diri bertanya, meskipun suaranya terdengar bergetar. “Kenapa saya harus pakai rok mini? Bukankah saya di sini untuk bekerja, bukan ... untuk hal yang aneh-aneh?”

Michael menatapnya dengan tenang, tetapi ada kilatan nakal di matanya. Sahira yang berdiri di sana dengan pipi merona dan ekspresi protes justru terlihat begitu menggemaskan bagi Michael. Ia menyandarkan tubuhnya ke kursi, melipat kedua tangannya sambil menyunggingkan senyum. “Itu sudah menjadi peraturan di kantor ini,” jawab Michael santai.

“Peraturan?” Sahira mengerutkan alisnya, tidak percaya. “Kenapa harus ada peraturan seperti itu?”

Michael mengangkat bahu, matanya tetap tak lepas dari wajah cantik Sahira yang terlihat kesal.

“Kantor ini memiliki budaya kerja yang unik. Penampilan sangat penting untuk menjaga citra perusahaan di depan klien.”

Sahira membuka mulutnya hendak membantah, tetapi Michael segera memotongnya, “Kalau kau tidak nyaman, tentu aku tak memaksa. Namun, tanpa itu, kau tidak bisa bekerja di sini.” dia sengaja menekankan kalimat terakhirnya, membuat Sahira merasa berada di posisi sulit.

“Aku harus bagaimana?” batin Sahira.

Sahira menoleh ke arah Haidar, berharap mendapat dukungan, tetapi pria tua itu malah menyuruhnya menurut.

“Sahira, ini kesempatan besar. Kau harus patuh pada aturan kantor ini! Lagipula, hanya memakai rok mini. Apa susahnya?” tukas Haidar, seolah tidak peduli dengan perasaan Sahira.

Akhirnya, Sahira menyerah. “Baiklah,” katanya pelan. “Saya akan melakukannya.”

Michael tersenyum penuh kemenangan, tetapi dia berusaha tetap menjaga ekspresi serius. “Bagus,” ucapnya. “Kau bisa pulang sekarang dan persiapkan dirimu. Ingat, besok kau harus datang tepat waktu.”

Sahira mengangguk, melangkah keluar dari ruangan. Haidar mengikutinya dari belakang, dia tampak santai, seolah tidak ada yang salah. Sahira merasa dadanya sesak, tetapi ia tak punya pilihan lain.

*

Setelah Sahira dan Haidar keluar, suasana ruangan itu menjadi sunyi. Namun, tak lama kemudian, Lucas masuk tanpa permisi. Ia berhenti di depan meja Michael, memperhatikan bosnya yang tengah duduk dengan senyum simpul di wajahnya.

Lucas mengerutkan kening. “Bos, siapa gadis tadi? Aku perhatikan, kau sangat tertarik.”

Michael mengangkat wajahnya, tatapannya dingin. “Itu bukan urusanmu,” jawabnya singkat.

Lucas tidak menyerah. “Oh, jadi mainan baru? Tumben kali ini berbeda? Biasanya kau pilih yang sudah berpengalaman.”

Michael menghela napas panjang, merasa terganggu dengan rasa ingin tahu Lucas. Ia menyandarkan tubuhnya ke kursi dan menatap anak buahnya dengan tatapan tajam. “Dia sekretaris pribadiku,” jawabnya.

Lucas terbelalak. “Sekretaris pribadi? Bos, kau yakin? Aku lihat dia tidak seperti Karin—dia masih sangat lugu.”

Michael mendengus pelan, lalu menyunggingkan senyum kecil. Lucas tidak tau saja, yang polos itu lebih ... menggemaskan. Michael langsung memejamkan mata, masih terasa aroma parfum manis milik Sahira membuatnya semakin bergairah.

Lucas hanya bisa menghela napas panjang. “Baiklah, Bos. Aku takkan mencampuri urusanmu, tapi hati-hati. Yang polos bisa jadi masalah di kemudian hari.”

Michael tersenyum tipis, menatap Lucas dengan pandangan penuh percaya diri. “Jangan khawatir. Aku tahu apa yang sedang aku lakukan. Lagipula, masalah adalah sesuatu yang bisa kuciptakan, dan kuselesaikan dengan caraku sendiri.”

Lucas hanya bisa mengangguk sebelum melangkah keluar, meninggalkan Michael yang kembali tenggelam dalam pikirannya.

Michael tak sabar menunggu hari esok, di mana dia bisa melihat Sahira lagi—seorang gadis polos yang begitu menggoda, dia memiliki sesuatu yang memikat yang tidak dimiliki oleh siapa pun sebelumnya.

***

Malam hari.

“Mulai besok, kau harus pakai rok mini.”

Lagi, kata-kata Michael menggema di pikiran Sahira. Dia yang sedang duduk di pinggir ranjang, menggigit bibirnya.

“Dasar bos mesum!” umpatnya kesal.

“Aku bahkan tak punya rok mini satu pun.” dia bermonolog seorang diri di dalam kamar.

Namun, tak berselang lama ....

BRAK!

Terdengar suara pintu depan dibuka kencang, membuat Sahira terperanjat. Dia segera keluar kamar dan mendapati Ayahnya pulang kondisi lebam di area wajah.

“Bapak! Bapak kenapa?” tanya Sahira, dia begitu khawatir.

Haidar tak menjawab pertanyaan putrinya, dia segera masuk ke dalam kamar. Lalu mengemasi pakaiannya ke dalam tas besar.

“Pak, Bapak mau ke mana?”

Haidar menghentikan gerakan tangannya yang sedang mengemasi pakaian sejenak, dia menatap Sahira. Pria tua itu begitu kesal pada Michael, Michael telah menipunya. Menjanjikan 200 juta tapi hanya membayar setengahnya saja. Dia malah mengancam Haidar karena telah menjual Sahira, lalu saat Haidar protes, anak buahnya malah menghajarnya.

“Sialan!” batin Haidar.

“Pak ...,” panggilnya Sahira, saat tak ada respon dari Haidar.

Haidar menghela napas. “Bapak mau pergi. Kau tak perlu ikut, tetaplah di sini.”

Ya, Haidar harus pergi. Dia tak punya pilihan. Dia sudah berjanji pada Michael. Tak apalah pria itu hanya memberinya 100 juta, tidak sesuai dengan perjanjian. Saat ini, keselamatannya lebih penting.

“Pak ... jangan lama-lama. Aku takut sendirian di sini.” Sahira menatapnya nanar.

Haidar mengembuskan napas kasar, dia menggenggam tasnya. Kemudian mendekat ke arah Sahira.

Di tatapnya wajah Sahira sejenak, putri yang dia besarkan selama 15 tahun. Haidar merogoh kantong, lalu menyerahkan dua lembar uang kertas berwarna merah.

“Ambillah, untuk keperluanmu beberapa hari. Bapak tidak bisa memberimu banyak uang. Setidaknya, kamu punya sedikit untuk makan,” ucapnya berbohong, padahal dia telah menerima banyak dari Michael.

Sebelum pergi, Haidar menatap Sahira sekali lagi. Mengulurkan tangan, mengusap air mata putrinya yang menetes.

“Jangan menangis, Bapak akan segera kembali. Jaga dirimu baik-baik.”

Bohong. Haidar sendirilah yang telah menyerahkan Sahira pada pria berbahaya.

Sahira mengangguk. “Jangan lama-lama, Pak,” ucapnya.

Haidar melepaskan tangannya, lalu pergi dengan tergesa dari sana. Dia menoleh ke arah samping. Ada beberapa pria suruhan Michael yang sedang mengawasinya.

***

Di Mansion Michael.

Suasana di kamar mandi utama mansion Michael begitu tenang, hampir seperti surga kecil yang diciptakan untuk melepas penat. Cahaya temaram dari lilin aroma terapi menghiasi setiap sudut ruangan, memantulkan sinar lembut pada permukaan marmer mewah. Wangi lavender memenuhi udara, memberikan nuansa rileks yang menenangkan.

Michael tengah berendam di dalam bathtub besar berbahan porselen mahal. Air hangat bercampur busa tebal menyelimuti tubuh atletisnya. Kepalanya bersandar pada pinggiran bathtub, matanya terpejam, dan bibirnya menyunggingkan senyum samar. Tapi pikirannya berkelana jauh.

Bayangan Sahira, gadis yang baru saja ia temui pagi tadi, memenuhi setiap sudut benaknya.

“Eumh, Sahira ...,” desisnya, sambil mengelus senjatanya di bawah sana.

Bibir ranum merah muda milik Sahira, bulu mata lentik, dan bulatan indah di balik bra itu memenuhi pikiran Michael.

Milik Michael telah mengeras, sejak dia membayangkan Sahira.

“Ughh ...,” gumamnya pelan seperti menahan desahan. Ia membayangkan betapa gemasnya gadis itu saat protes tadi pagi, betapa kulit mulusnya tampak bersinar di bawah pencahayaan kantornya. Rasanya ingin dia lum4t bibir mungilnya saat itu juga.

“Kau memang sangat cantik,” katanya lagi. Tangannya bergerak mencipratkan air perlahan ke dadanya, mencoba menghilangkan panas yang tiba-tiba menjalar di tubuhnya.

“Aku sangat tak sabar ...,” lanjutnya, suaranya penuh dengan gairah yang tertahan.

Namun, tak berselang lama ...

Tok! Tok! Tok!

Ketukan di pintu kamar mandinya memecah suasana. Michael langsung membuka mata, ekspresi kesal terlihat jelas di wajahnya. “Sialan! Mengganggu saja,” umpatnya.

Dengan nada malas, dia berucap, “Masuk!”

Kriet!

Pintu terbuka perlahan, memperlihatkan David, salah satu anak buahnya yang setia. Pria itu berdiri tegak di ambang pintu, mencoba menjaga tetap sopan meskipun tatapannya sedikit bingung melihat bosnya yang masih berada di bathtub.

“Bos,” panggil David. “Nyonya Evelyn sejak tadi menelpon.”

Michael mendengus keras, pandangannya tajam sejenak sebelum ia menutup matanya kembali. “Mau apa dia?” tanyanya.

David menjawab cepat, “Dia hanya menanyakan kenapa ponselmu tidak aktif, Bos.”

Michael mengembuskan napas panjang, menatap langit-langit kamar mandi dengan raut frustrasi.

'Bukankah Mommy sedang sibuk mengurus bisnisnya di London? Kenapa tiba-tiba dia mencemaskanku?' batinnya.

“David,” ucap Michael akhirnya, dengan suara yang lebih tenang, “Kalau nanti Mommy telepon lagi, katakan padanya bahwa aku baik-baik saja. Dia tak perlu khawatir.”

“Em, baik, Bos,” jawab David singkat sambil sedikit membungkukkan tubuhnya. Setelah itu, dia segera keluar, menutup pintu dengan hati-hati.

Michael kembali sendirian di kamar mandi yang sunyi. Suasana rileks yang sempat ia rasakan sebelumnya telah lenyap. Dia mengusap wajahnya, mencoba menetralkan perasaannya yang sedikit berkecamuk.

Dengan gerakan malas, ia berdiri dari bathtub. Air mengalir turun dari tubuhnya, menciptakan suara gemericik yang memecah kesunyian. Dia meraih handuk besar di dekatnya, mengeringkan tubuhnya sebelum mengenakan kimono sutra hitam yang tergantung di dinding.

Michael berjalan ke arah cermin besar, menatap bayangannya sendiri. Ia menyentuh dagunya, mencoba menenangkan pikirannya. Khayalannya tentang Sahira kini sudah benar-benar kandas, digantikan oleh kekesalan kecil akibat gangguan tadi.

“Huh!” desahnya, lalu mengibaskan tangan seolah ingin membuang semua kekesalan itu.

Dia segera keluar dari kamar mandi, menuju kamar tidur yang luas. Meskipun tubuhnya sudah bersih dan segar, suasana hatinya masih sedikit buruk.

Michael segera mengambil pakaian santai dari lemari mewah miliknya, memakainya asal, lalu segera berbaring di tempat tidur.

***

Keesokan Harinya

Michael duduk di kursi eksekutifnya yang besar, memutar-mutar pena di tangannya, tatapannya sesekali melirik ke arah telepon di meja. Wajah tampannya terlihat serius.

Dengan gerakan cepat, ia meraih gagang telepon, menekan nomor internal untuk menghubungi resepsionis di lantai bawah. Suaranya terdengar berat dan tegas saat berbicara.

“Apa wanita bernama Sahira sudah datang?” tanyanya langsung tanpa basa-basi.

“Em ... belum, Pak.”

Michael mendesah pelan, suaranya terdengar jelas di ruangan yang sunyi. “Kabari aku kalau dia sudah datang,” ucapnya dingin sebelum menutup telepon tanpa menunggu respons lebih lanjut.

Ia bersandar kembali di kursinya, kedua tangan disilangkan di dada. Matanya menatap lurus ke depan.

“Kenapa dia belum datang?” gumamnya sendiri, merasa waktu berjalan begitu lambat pagi ini.

Namun, tak berselang lama ....

Kriek!

Pintu ruangan terbuka perlahan. Michael langsung mengangkat wajahnya. Tatapannya tajam, dan tanpa sadar sudut bibirnya terangkat membentuk senyuman tipis. Sosok yang sejak tadi dia tunggu kini berdiri di ambang pintu.

“Maaf, Pak, saya terlambat,” ucap Sahira pelan, sedikit menunduk.

Michael awalnya tersenyum kecil, tapi senyum itu segera lenyap saat matanya benar-benar menangkap penampilan Sahira pagi itu. Matanya melebar, dia langsung berdiri dari kursinya, nyaris menjatuhkan pena yang sejak tadi dia pegang.

“Apa-apaan ini?!” tukasnya.

Bayangan paha mulus Sahira yang sejak tadi ada di pikirannya musnah. Alih-alih memakai rok mini, Sahira malah memakai rok hitam panjang semata kaki.

“Kamvret!

Bersambung ....

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • HASRAT LIAR CEO (Perawan 200 Juta)   Harus pakai rok mini!

    Sahira berdiri kaku di depan pintu, bingung dengan reaksi Michael. “Maaf, Pak?” tanyanya ragu, suaranya hampir tak terdengar.Michael mengangkat tangannya, menunjuk ke arah Sahira dari kepala hingga kaki. Matanya menilai setiap detail penampilannya. Tidak ada sedikit pun kesan formal, apalagi seksi, seperti yang ia harapkan.“Ini ... ini yang kau pakai untuk bekerja?” ucap Michael, ia mencoba menahan emosinya. “Aku sudah bilang kau harus memakai rok mini, bukan pakaian seperti ini! Rok-mu itu terlalu panjang!”Sahira menggigit bibir bawahnya, berusaha menahan rasa gugup. “Maaf, Pak,” jawabnya pelan, “tapi aku memang tidak punya pakaian seperti itu di rumah.”Michael memijit pelipisnya, mencoba menenangkan diri. Di satu sisi, ia merasa kesal karena Sahira tidak mengikuti instruksinya. Namun di sisi lain, ia tidak bisa memungkiri bahwa gadis itu tetap terlihat cantik meskipun dengan penampilan sederhana seperti itu.“Dengar,” ucap Michael, suaranya sedikit melunak, “di sini, aku yang me

    Last Updated : 2025-01-23
  • HASRAT LIAR CEO (Perawan 200 Juta)   Itu burung saya!

    Sahira berdiri canggung di dekat pintu kantin, menatap sejenak ke arah menu yang tertulis di papan besar. Harga makanan di sana membuatnya meneguk ludah. Dia merogoh kantongnya dan memandangi lembaran uang yang tersisa hanya 75 ribu rupiah.“Uangku cuma segini,” gumamnya pelan, suaranya nyaris tenggelam di tengah keramaian kantin. “Kalau aku boros sekarang, bagaimana dengan seminggu kedepan? Mau makan apa aku.”Dia menghela napas panjang, mencoba mencari solusi. Namun, semakin Sahira berpikir, semakin sadar bahwa pilihan terbaik adalah menahan lapar. Sahira membalikkan badan, bersiap meninggalkan kantin dengan langkah lesu. Namun tak lama kemudian, seseorang tiba-tiba mencekal pergelangan tangannya.“Akhh!”Sahira tersentak. Ia menoleh cepat, dan terkejut mendapati sosok Michael berdiri di sana.“Temani aku makan siang,” ucap Michael singkat.Mata Sahira membulat sempurna. Ia tidak menyangka bosnya yang dingin itu akan muncul di sini, apalagi memintanya menemani makan. “A-apa?” ucap

    Last Updated : 2025-01-23
  • HASRAT LIAR CEO (Perawan 200 Juta)   First kiss

    “Itu burung saya!”Hah?“Ah, maaf, Pak. Aku tak tau kalau itu burung Bapak.”Michael memejamkan mata, mencoba tak emosi di depan Sahira.“Keluar!” pintanya.“Tapi, Pak—”“Aku bilang keluar!”Sahira terkejut, dia segera berlari terbirit-birit dari sana.Di dalam ruangan, Michael berdiri mematung. Wajahnya tegang, dan tangannya mencengkeram pinggir meja kerja. Ia menghela napas panjang, mencoba menguasai dirinya. Michael mencoba menahan hasratnya. Dia begitu tersiksa, dengan nafsu yang tiba-tiba saja muncul.“Burung saya?” ulangnya dalam hati, merasa bodoh karena membiarkan kata-kata itu keluar begitu saja.Michael mengusap wajahnya dengan kasar, lalu berjalan ke kamar mandi kecil di sudut ruangan. Ia membasuh wajahnya dengan air dingin, berharap sensasi dingin itu bisa meredakan emosi dan perasaan campur aduk yang ia rasakan.“Ini semua gara-gara Sahira, dia harus bertanggung jawab!” umpatnya.Setiap kali dia menutup mata, bayangan Sahira dengan rok mini itu kembali memenuhi pikirannya

    Last Updated : 2025-02-06
  • HASRAT LIAR CEO (Perawan 200 Juta)   Resign

    BRAK!Pintu ruangan terbuka dengan kencang, membuat Michael yang semula fokus pada layar komputer menoleh ke arah sumber suara.Di sana, berdiri Sahira yang wajah merah padam.“Pak Michael, aku mau resign!” ucapnya dengan lantang.Michael terdiam sejenak, seolah berpikir.“Resign?” ulangnya.“Iya.”“Kenapa? Kamu baru bekerja dua hari, sekarang minta resign, apa ada yang salah?”'Tentu saja salah, kau sudah bertindak kurang ajar padaku!' umpat Sahira dalam hati.“Pokoknya aku mau resign Pak, aku nggak betah bekerja di sini.““Baiklah, kalau kamu mau resign.”Hah? Semudah itu?“Iya.” Sahira segera berbalik, berniat pergi dari sana. Tetapi, ucapan Michael menghentikan langkahnya.“Kau pulang sekarang, dan kembali lagi sambil bawa uang sebanyak 500 juta, berikan padaku.”“Apa?!”“Kurang jelas? Pulanglah, dan kembali lagi kemari. Kamu harus memberiku 500 juta karena telah memilih resign.”“Aku sama sekali tak mengerti!”Michael menarik napas dalam-dalam sebelum menjelaskan, “Kamu ingat su

    Last Updated : 2025-02-06
  • HASRAT LIAR CEO (Perawan 200 Juta)   Masa lalu

    “Ah, Pak, lepaskan! Aduh!” Michael tidak menjawab, tapi malah menarik Sahira lebih dekat ke arahnya. Sahira merasa tidak nyaman dan berusaha melepaskan diri, tapi Michael terlalu kuat.“Ah, nikm4t sekali.” pria itu langsung menggesekkan senjata miliknya dengan pant*t bahenol Sahira.Sahira menggigit bibir, kala jemari Michael meremas bulatan indah miliknya.“Pak ... kumohon jangan. Bukankah aku butuh waktu. Jangan sekarang, Pak.”Michael mendesah pelan, napasnya mengenai leher Sahira. Sahira merasa bulu kuduknya berdiri, dia memberontak dan berusaha melepaskan diri dari pelukan Michael.Michael yang tak sabaran segera menurunkan resleting celananya, hal itu membuat Sahira semakin panik.“Ahh, Pak ... jangan Pak, bagaimana kalau ada yang melihat kita!”“Pak!”“Ah, Pak, jangan! Ugh!”Hening.Sahira tertegun, dia segera menoleh ke samping, tak ada siapapun.Hah?Dia tersadar bahwa itu hanya khayalan. Saat ini, dirinya masih berada di ruangan kerja Michael, sendirian. Dia tidak sedang da

    Last Updated : 2025-02-07
  • HASRAT LIAR CEO (Perawan 200 Juta)   Sakit tapi .... (21+)

    Sahira duduk di sudut transportasi umum, uangnya tak cukup untuk memesan taksi. Pagi ini penumpang begitu ramai, membuatnya menjadi canggung.Dan benar saja, tatapan beberapa penumpang yang duduk di sekitarnya membuatnya merasa tidak nyaman. Bisik-bisik pun mulai terdengar.“Lihat, rok sependek itu pagi-pagi. Mau ke mana dia?” seorang wanita tua berbisik pelan tapi sengaja dikeraskan.“Ya ampun, gak takut kedinginan apa?” sahut seorang ibu sambil memeluk anaknya erat, seolah Sahira adalah ancaman.“Zaman sekarang, kok, perempuan makin berani, ya. Mau cari perhatian siapa? Perhatian Bos?” kata seorang pria sambil melirik Sahira dari atas ke bawah.Mendengar itu, Sahira menunduk dalam-dalam, wajahnya memerah karena malu. Dengan cepat, ia meraih jaket di tasnya dan menutupinya ke paha. “Kenapa aku harus pakai rok ini tadi?” gumamnya pelan, hampir menangis.Dia menggigit bibirnya, mencoba mengabaikan suara-suara di sekitarnya. “Semoga cepat sampai,” batinnya, sambil memandangi jalanan di

    Last Updated : 2025-02-07
  • HASRAT LIAR CEO (Perawan 200 Juta)   Rumah sakit

    Mereka masuk ke dalam gedung rumah sakit. Sesampai di sana, Michael langsung masuk ke dalam ruangan dokter tak perlu mengantri terlalu lama.Sahira yang merasa tak enak pada bagian anu-nya akibat kejadian di dalam taksi tadi, bergegas pamit pada Michael untuk ke toilet. "Pak, aku permisi dulu ke toilet dulu, ya," katanya.Michael mengangguk. Dia mengerti apa yang terjadi pada Sahira. “Pergilah. Aku akan menunggu di sini. Jangan lama-lama."Sahira berjalan menuju toilet, merasa lega bisa melarikan diri sejenak dari Michael yang tiba-tiba berubah menjadi sangat mesum. Dia tidak mengerti apa yang terjadi dengan bosnya itu.Sahira menghela napas, mencoba menetralkan perasaannya. “Ini gila! Bagaimana mungkin aku menikmatinya,” umpatnya sedikit frustrasi.“Aku harus segera melarikan diri sebelum dua minggu. Jangan sampai Pak Michael memperawaniku. Setelah mendapatkan gaji pertamaku, aku akan pergi.”Untung saja Sahira masuk di pertengahan bulan, kemungkinan gajinya dibayar setengah.“10 ju

    Last Updated : 2025-02-07
  • HASRAT LIAR CEO (Perawan 200 Juta)   Siapa dia?

    Michael mengetuk meja pelan, tanpa menoleh ke arah Sahira yang sibuk di mejanya. Setelah sakit dikepalanya mereda, dia langsung melanjutkan pekerjaannya daripada memilih beristirahat.“Sahira, tolong buatkan aku kopi? Aku butuh sesuatu yang panas untuk membantuku fokus,” ucapnya.Sahira segera berdiri. “Baik, Pak. Tunggu sebentar.”Dia bergegas menuju pantry, mengambil cangkir favorit Michael, lalu menyeduh kopi dengan hati-hati. “Em, sudah.”Setelah selesai, dia membawa kopi itu dengan langkah pelan, takut cairan hitam pekat itu tumpah. Tangannya memegang nampan erat-erat.Jangan sampai tumpah ...Jangan sampai tumpah ...Itu yang dia ucapkan di dalam hati berulang-ulang.Dia masuk ke dalam ruangan dengan senyum dibibirnya, untuk mengurangi rasa gugup. Sahira berdiri di depan meja Michael, tetapi mendadak tangannya bergetar. Entah karena gugup atau takut, cangkir kopi di atas nampan mulai goyah.“Cepat, taruh saja di meja,” perintah Michael tanpa menoleh, sibuk dengan dokumen di dep

    Last Updated : 2025-02-07

Latest chapter

  • HASRAT LIAR CEO (Perawan 200 Juta)   Alexa adalah Sahira?

    Michael meraih dagu Alexa dengan lembut, jarinya menyentuh kulit halus wanita itu, mencoba mengangkat wajahnya agar dia bisa menatapnya lebih jelas. Matanya mencari—mencari sesuatu yang tersembunyi di balik tatapan sayu Alexa yang menghindar.“Siapa kakakmu?” tanyanya lagi, suaranya terdengar serak, namun tegas. Pertanyaan itu keluar bukan hanya karena rasa penasaran, tapi karena dorongan kuat untuk memahami luka yang tersembunyi di balik sikap dingin wanita itu.Namun, Alexa tetap bungkam. Dia tidak berkata apa-apa. Tak ada protes, tak ada bantahan. Kepalanya justru jatuh pelan ke bahu Michael. Tubuhnya lunglai, seperti kehilangan daya hidup, seperti jiwanya telah pergi jauh, meninggalkan raga yang lelah. Michael terdiam, tubuhnya mematung beberapa detik. Helaan napasnya yang berat menyuarakan kegundahan yang tak mampu diungkapkan dengan kata-kata. Dia menatap wajah Alexa dengan sorot mata yang penuh keraguan dan kebingungan. Pikirannya berputar, mencoba menyusun keping-keping yang b

  • HASRAT LIAR CEO (Perawan 200 Juta)   Tubuhmu menggoda

    Pagi hari.Alexa duduk di meja makan luar ruangan, menikmati sarapannya dalam keheningan. Angin sepoi-sepoi berhembus dari laut, membawa aroma asin yang khas. Namun, ketenangan itu tak berlangsung lama.“Selamat pagi, Alexa.”Ughk!Alexa hampir tersedak. Dia mendongak dan mendapati Michael sudah duduk di kursi di seberangnya dengan senyum miring yang membuat darahnya mendidih.“Apa yang kau lakukan di sini?” tanyanya ketus.Michael menyandarkan punggungnya dengan santai, mengambil secangkir kopi yang telah disiapkan pelayan.“Sarapan, tentu saja. Pulau ini bukan milikmu saja, kan?” ucapnya dengan nada main-main.Alexa mendengus kesal dan memilih mengabaikannya. Namun, ketenangannya kembali terusik saat Michael bersandar lebih dekat dan berbisik pelan.“Kau kelihatan lelah, sayang. Semalam tidak bisa tidur, ya? Kenapa? Masih terngiang-ngiang kejadian panas itu?”“Sialan kau Michael!”“Kamu tidak perlu repot-repot menyabotase cctv, karena aku ingat semuanya. Em ... kau mau lagi sayang?

  • HASRAT LIAR CEO (Perawan 200 Juta)   Menghapus jejak

    Setelah rapat berakhir, Alexa langsung bergegas keluar dari ruang konferensi. Langkahnya cepat, hampir seperti melarikan diri. Dia tidak ingin berlama-lama di ruangan itu, apalagi dengan tatapan penuh arti yang Michael berikan sepanjang pertemuan tadi.Albert sudah menunggunya di luar. Begitu melihat Alexa, dia langsung mendekat.“Nona, Anda baik-baik saja?” tanyanya pelan.Alexa mengangguk, meskipun pikirannya masih berantakan. “Aku ingin kembali ke kamar.”Albert paham dan segera berjalan di sampingnya, mengawal Alexa keluar dari gedung utama resort mewah tempat konferensi diadakan. Udara sore di pulau pribadi ini cukup hangat, tetapi hembusan angin laut membuat suasana lebih nyaman.Mereka berjalan di sepanjang jalur batu yang dikelilingi taman tropis menuju hotel eksklusif yang disediakan untuk para investor papan atas. Alexa tidak menyadari betapa tergesa-gesanya langkahnya hingga suara berat menghentikannya.“Alexa?”Langkahnya terhenti.Darahnya langsung berdesir.Dia mengenali

  • HASRAT LIAR CEO (Perawan 200 Juta)   Tanda kissmark

    “Ugh, Ya Tuhan ....”Refleks, Alexa menepis tangan pria itu dengan kasar.“Pak Michael, akhh!” teriaknya tanpa berpikir.Ruangan seketika sunyi.Semua kepala menoleh ke arahnya, ekspresi mereka penuh tanya.Alexa langsung membeku, menyadari kesalahannya.Michael, yang sejak tadi duduk tenang, kini perlahan menoleh padanya. Bibir pria itu melengkung dalam senyuman tipis, matanya menyala dengan kesenangan yang terselubung.“Ya, Nona Alexa,” suara pria yang sedang mempresentasikan bisnis di depan memecah kesunyian. “Ada yang ingin Anda sampaikan mengenai hal ini?”Deg!Alexa merasakan jantungnya mencelos.Sial!Bagaimana dia harus menjelaskan ini?Tatapan Michael semakin menantang, seolah menikmati situasi ini. Alexa bisa melihat betapa pria itu menahan tawa, menikmati kekacauan yang baru saja dia buat sendiri.Sialan, sialan, sialan!Alexa menarik napas dalam, berusaha mengendalikan ekspresi wajahnya.“Tidak, saya hanya …” dia berdeham, melirik sekilas ke Michael yang kini bersandar san

  • HASRAT LIAR CEO (Perawan 200 Juta)   Michael nakal, ah!

    Alexa yang baru saja selesai mengenakan pakaian rapi sontak menegang saat ponselnya bergetar di atas meja rias. Dengan cepat, dia meraihnya dan membaca pesan dari Albert.[Nona, cepatlah. Semua orang sudah berkumpul, hanya kursi Anda yang kosong.]Ah, sial!Alexa melirik jam tangan yang melingkar di pergelangan kirinya. Dia memang sedikit terlambat, tapi tidak menyangka bahwa dirinya menjadi orang terakhir yang dinanti dalam ruang rapat.Tanpa membuang waktu, dia meraih clutch dan ponselnya, lalu berjalan cepat ke luar kamar hotel. Tumit sepatunya beradu dengan lantai marmer sepanjang lorong, menciptakan suara ketukan ritmis yang seirama dengan debar jantungnya yang sedikit kacau.Bukan karena dia takut terlambat.Tapi karena seseorang ada di dalam sana.Michael ...Pria itu.Alexa menggigit bibir bawahnya. Dia harus bisa mengendalikan ekspresi dan sikapnya. Malam tadi, tidak ada yang terjadi. Tidak ada yang perlu dikenang.Napasnya sedikit memburu saat dia mencapai pintu ruang rapat.

  • HASRAT LIAR CEO (Perawan 200 Juta)   Pil pencegah kehamilan

    Alexa mengunci pintu kamarnya dengan cepat sebelum menyandarkan tubuhnya ke pintu. Napasnya masih memburu, bukan karena lelah, tetapi karena pikirannya yang penuh dengan kekacauan. Dia menutup matanya, mencoba menenangkan diri, tetapi bayangan semalam terus menghantui pikirannya.Michael. Alkohol. Desahan. Sentuhan panas.Alexa membuka matanya dengan tajam, menolak membiarkan dirinya terhanyut lebih lama dalam kenangan itu. Dengan langkah tergesa, dia berjalan menuju kamar mandi. Begitu sampai di depan cermin besar, dia terdiam.Tangannya perlahan terangkat, mulai melepas gaun yang masih melekat di tubuhnya, lalu menjatuhkannya ke lantai. Dia segera melepaskan semuanya, dan kini ... terlihatlah kulitnya yang penuh jejak merah. Dengan gemetar, Alexa menyentuh jejak kemerahan tersebut.Pandangannya membeku saat dia melihat pantulan dirinya di cermin.Lehernya ...Bahunya ... Dada ... Bahkan perutnya.Penuh dengan tanda merah yang jelas ditinggalkan oleh Michael.Alexa mendengus pelan

  • HASRAT LIAR CEO (Perawan 200 Juta)   Alexa shock, Michael puas

    Baru saja, dia hendak pergi dari sana tiba-tiba ...“Ahhh ... teruskan, ughh ....”“Ahhh ... Pak Michael!”Terdengar suara jeritan samar dari dalam. Membuat Albert diam mematung. Dari suaranya, dia bisa mendengar dengan jelas bahwa Nona-nya sedang mendesah hebat.Albert mendekat kembali ke kamar Alexa, menempelkan dan telinganya ke pintu.Hening.Tak ada suara apapun.“Aneh ... tadi aku dengar suara Nona?”Albert memutuskan untuk mengetuk pintunya.“Nona ... Anda baik-baik saja di dalam?”Hening.Tak ada sahutan, atau suara desahan seperti tadi.Albert menatap pintu kamar Alexa dengan sorot penuh curiga dan gelisah. Suara desahan yang ia dengar jelas bukan suara biasa—terlalu intim, terlalu menggoda. Dan suara itu ... menyebut nama Pak Michael.Tapi kenapa sekarang justru hening? Tak ada sahutan, tak ada langkah, bahkan tidak juga suara televisi.Setelah beberapa detik berdiri ragu, akhirnya Albert menguatkan diri. Dengan cepat, dia merogoh saku, mengambil kartu cadangan yang biasanya

  • HASRAT LIAR CEO (Perawan 200 Juta)   Malam panas (21+)

    Di dalam kamar hotel mewah itu, suasana terasa lebih intim. Lampu-lampu temaram memberikan cahaya lembut, sementara suara ombak dari balkon terbuka berpadu dengan napas yang semakin berat.Michael mendorong Alexa perlahan ke dinding, matanya masih terpaku pada wanita itu. Mereka berdua sama-sama mabuk, tapi tidak cukup untuk melupakan apa yang sedang terjadi.Tangan Alexa naik ke dada bidang Michael, jemarinya mengusap lembut permukaan kemeja yang sedikit terbuka. "Kau benar-benar tidak bisa menahan diri, ya?" bisiknya dengan nada menggoda.Michael menyeringai, tangannya terangkat untuk menyelipkan rambut panjang Alexa ke belakang telinga. "Harusnya aku yang bertanya begitu," balasnya, suaranya serak.Mereka saling menatap sejenak, sebelum Michael kembali menunduk, mencium Alexa dengan lebih dalam, lebih menuntut. Alexa membalasnya tanpa ragu, kedua tangannya melingkar di leher pria itu, menariknya lebih dekat.Cup!Eummhh ...Ciuman mereka semakin panas, semakin liar. Michael meraih

  • HASRAT LIAR CEO (Perawan 200 Juta)   Taruhan berujung ... (21+)

    Malam semakin larut, tetapi suasana di lounge eksklusif di pulau itu justru semakin panas. Para pengusaha kelas atas yang hadir setelah konferensi bisnis kini tengah bersantai, ditemani minuman mahal dan obrolan ringan yang tetap sarat kepentingan.Di tengah ruangan, seorang investor senior bernama Richard Sullivan tiba-tiba mengusulkan sesuatu yang menarik. “Bagaimana kalau kita bermain sedikit? Aku yakin, di antara kita, pasti ada yang suka tantangan.”Beberapa orang langsung tertarik, termasuk Michael dan Alexa yang sama-sama tengah menikmati minuman mereka.“Tantangan seperti apa, Richard?” tanya seorang pria paruh baya yang duduk di dekatnya.Richard menyeringai. “Taruhan saham atau proyek. Siapa yang menang, bisa mengambil sesuatu dari yang kalah.”Ruangan mendadak dipenuhi gumaman antusias. Beberapa orang tampak tertarik, sementara yang lain hanya mengamati.Michael melirik Alexa di seberangnya. Wanita itu duduk dengan kaki bersilang, tampak santai tetapi tatapannya menunjukka

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status