Pov. AuthorDor!Suara tembakan memecah sunyinya hari itu. Mengagetkan semua orang yang mendengarnya. Warga yang ramai menunggu di depan rumah seketika berbondong-bondong ke arah belakang rumah, penasaran dengan apa yang terjadi.Tampaklah disitu seorang wanita yang mengaduh menahan sakit, namun tetap dipaksa untuk tetap berjalan. Wanita itu adalah Melly.Aksi pura-pura ke kamar mandi yang hanya dijadikan alasan untuk kaburnya justru menjadi awal dari kesakitannya.Dengan dipapah polisi tadi, dia berjalan pincang dengan darah yang membasahi sebelah kakinya.Huuuuu ….Sorak sorai dari para warga yang melihat kejadian itu. Melly hanya menundukkan kepala dan berjalan melewati warga menuju mobil polisi."Cepat masuk!" titah polisi itu dengan berang sambil mendorong tubuh Melly untuk masuk ke bangku belakang. Kemudian polisi wanitanya membuka pintu sebelahnya dan ikut duduk disebelah Melly. Menjaga kalau-kalau Melly berniat kabur lagi, walaupun itu tidak memungkinkan karena kaki sebelah k
Masih pov. Author ya!Tiga puluh menit kemudian mobil yang ditumpangi oleh Arka dan juga Bosnya tiba di halaman kantor polisi. Suasananya cukup lengang mengingat adzan magrib baru saja berkumandang. Mereka masuk dan langsung bertanya kepada petugas yang berjaga. Karena polisi yang menangani kasus Melly sedang tidak berada di tempat, mereka berdua diminta untuk menunggu."Memangnya selama ini kamu sama sekali tidak mengetahui kegiatan apa saja yang sudah istrimu lakukan, Pak Arka?" tanya Pak Hartono saat mereka sudah duduk di kursi tunggu yang telah disediakan."Tidak, Pak. Yang saya tahu istri saya itu tidak pernah neko-neko. Dia selalu berada di rumah saat saya menelponnya. Pun saat saya pulang dia juga selalu ada dirumah. Sesekali dia ijin keluar hanya untuk ke rumah saudaranya," jawab Arka menjelaskan."Lalu kenapa dia sampai bisa berurusan dengan polisi? Jika sudah sampai polisi, jelas ini tidak main-main," ujar Pak Hartono lagi, semakin menambah beban pikiran Arka."Entahlah, Pak
Pov. Arka"Syalan! Benar-benar sial!" ucapku ketika sudah berada di dalam mobilku. Aku jengkel dan kecewa pada tua bangka itu. Bisa-bisanya dia tidak membantuku.Aku terus memutar otak. Bagaimanapun caranya Melly harus segera keluar. Kasian dia disana. Lagi pula siapa yang akan mengurusku jika tak ada dia.Aku menepikan mobil di bawah sebuah pohon. Ku keluarkan ponsel dan melihat nomor pengacara yang disebut pak Hartono tadi cukup mumpuni. Sedikit ragu ku telpon dia. Setidaknya aku harus konsultasi dulu. Tuut! Tuut! Tuuut!Panggilan pertama hingga ketiga tidak juga di jawabnya. Aku melihat benda yang melingkar di tangan sebelah kiriku. Sudah hampir jam sepuluh malam. Pantas saja tidak diangkat. Mungkin sedang istirahat.Ku lajukan kembali kendaraanku. Ku putuskan untuk menemui Rada kembali. Waktu sudah malam, semoga saja tidak ada yang menemaninya. Sehingga aku bisa dengan mudah menekan agar dia mencabut laporannya pada Melly.Tidak membutuhkan waktu yang lama, kendaraanku sudah berb
Part. 52 pov Arka 2Maaf, Bu, kalau boleh saya tahu, ada keperluan apa ya, ibu dengan Melly," tanyaku hati-hati."Saya mau nagih hutang …!"Hah! Mulutku langsung ternganga kaget. Syok dengan semua kejutan di pagi hari ini. Baru saja aku menemukan surat perjanjian hutangnya dan kini di depan pintu sudah berdiri seseorang yang menagihnya."Hutang apa?""Ya hutang duitlah! Mana dia? Suruh keluar, jangan ngumpet terus! Melly … keluar kamu!" teriak ibu-ibu itu sambil matanya celingukan ke dalam rumah."Melly nya nggak ada, Bu, dia ada di penjara," ujarku ingin segera menyudahi drama pagi ini."Di penjara? Oh, kamu suaminya, bukan?" Ibu itu kini menatapku dari atas sampai bawah. Membuatku heran dengannya."Iya, dia ada di penjara sekarang. Kalau ibu mau menagih hutangnya, gih, sana ke penjara saja," aku mulai jengkel."Kamu 'kan suaminya, berarti kamu yang harus bertanggung jawab sekarang,""Memangnya berapa, sih, hutangnya Melly sama ibu?" tanyaku jengkel. Mereka membuatku semakin telat. J
Pagi ini aku sudah bersiap untuk bekerja kembali, setelah beberapa hari berada di rumah, kini aku sudah siap untuk membongkar semuanya. Bukti-bukti sudah ada padaku semua. Kali ini aku tidak akan lemah lagi, akan ku jebloskan komplotan mereka ke penjara.Ya, aku sudah mengantongi nama-nama yang terlibat dalam penggelapan dana kantor. Selain bukti yang diberikan Aldo, selama berada di rumah sakit aku terus memantau perkembangannya. Rupanya mas Arka memanfaatkan betul ketiadaanku di kantor.Tidak ada yang mengetahui jika aku akan masuk kantor hari ini. Sengaja, ingin membuat kejutan untuk mereka-mereka yang senang saat aku berada di rumah sakit. Dengan bantuan tongkat pada sisi bahu sebelah kiri, aku berjalan keluar dari dalam kamar menuju ruang makan. Kedatanganku membuat papa dan mama kaget. "Bunda sudah sembuh, ya?" gadis kecil yang sudah mengenakan seragam sekolahnya itu berjalan menyongsong dan membantuku untuk duduk dengan menarikan kursi."Terima kasih, Sayang," ucapku sambil m
Tiba di lantai tiga suasananya sangat sepi. Tentu saja karena hanya ada tiga ruangan di lantai ini. Aku mengajak Paman untuk langsung menuju ruangan pak Hartono setelah sebelumnya Lea kusuruh kembali ke tempatnya.Tok! Tok! Tok!"Permisi, Pak?" ucapku setelah mengetuk pintu."Masuk!" terdengar suara dari dalam. Paman pun mendorong pintunya lalu kami masuk."Loh, Bu Rada … Pak Agus? Silahkan duduk, silahkan duduk," seru Pak Hartono terkejut begitu kami masuk lalu menunjuk sofa di ruangan itu.Aku pun melangkah ke sofa dan duduk karena pundakku sudah terasa pegal jika sudah terlalu lama berdiri. Paman mengikutiku duduk dengan mengambil tempat di sebelahku. Sedangkan Pak Hartono di depanku dan hanya terhalang meja."Bagaimana kabarnya anda, Bu Rada? Apakah sudah benar-benar sehat sampai memaksakan diri untuk berangkat ke kantor?""Seperti yang anda lihat, Pak, saya sudah sehat dan hanya tinggal pemulihan bagian kaki saja,""Syukurlah kalau begitu. Maaf, ya, saya tidak sempat menjenguk ib
HANYA KARENA IBU RUMAH TANGGA, AKU DIREMEHKAN SUAMIKU!Part 55"Tangkap dia!" seruku.Ruangan seketika langsung gaduh, beberapa karyawan sibuk menahan orang-orang yang tadi berada dalam video. Rupanya mereka pun ingin lari seperti mas Arka. Namun, aku heran kenapa justru Pak Hartono tenang-tenang saja, bahkan terkesan membiarkan melihat mas Arka berusaha lari.Namun, tak lama kemudian pintu terbuka dan masuklah beberapa karyawan yang sempat mengejar mas Arka tadi. Tapi, dimana dia, apa berhasil kabur?"Kalian tidak berhasil menangkapnya? Dia berhasil kabur?" tanyaku pada mereka."Tidak, Bu, saat kami mengejarnya tadi ternyata dia sudah di …."Pintu kembali terbuka, lalu masuklah mas Arka dengan dikawal beberapa orang polisi. Tangannya terlihat sudah diborgol."Sesuai dengan dugaan anda, Pak," ujar salah satu polisi pada Pak Hartono. Rupanya dia sudah memprediksi akan terjadi kejadian seperti ini, jadi untuk mengantisipasinya Pak Hartono sudah menghubungi polisi terlebih dahulu."Benar
Prok! Prok! Prok!"Wah … wah … wah, lihatlah pasangan suami istri ini, selalu setia bersama." Ucapku usai bertepuk tangan.Mas Arka seketika langsung menoleh ke arahku, sedangkan Melly mendongakkan kepalanya. Mata yang tadinya sayu kini memancarkan amarah begitu melihatku. Perlahan Melly berdiri. Mas Arka berjalan mendekat pada pintu sel."Kurang ajar kamu, Rada! Berani-beraninya kamu memasukkan aku ke penjara! Lihat saja nanti kalau aku sudah keluar dari sini, kamu akan menyesal telah melakukan ini padaku!" bentak Mas Arka padaku. Pak Tony dan Roky menatapku dengan benci."Mbak, cepat keluarkan aku dari sini! Awas kamu, akan aku balas nanti!" teriak Melly ikut-ikutan memarahiku, suaranya yang mendadak melengking membuat tahanan lain menjadi terganggu, lalu mereka pun berdebat dengan Melly.Aku tertawa melihat kedua pasangan itu ribut memaki. Kubiarkan saja mereka bersahut-sahutan memaki diriku. Aku justru mengambil tempat duduk dan meletakkannya tepat di tengah-tengah antara sel mere
Pov. AuthorHari ini Rada berencana untuk memberitahukan pengunduran dirinya pada pak Hartono. Setelah kedatangan Rendra, perusahaan semakin maju. Walau Rendra masih baru dalam dunia bisnis, tapi rupanya dia dengan cepat dapat menyesuaikan dirinya. Rada bersyukur karena Rendra sudah cakap, itu artinya dia bisa tenang pergi dari perusahaan itu karena banyak hal yang harus diurus sebelum pernikahannya dengan Aldo.Dengan sengaja Rada berangkat kantor sedikit lebih siang dari biasanya. Jam sembilan dia baru tiba. Langsung saja Rada menuju lift yang membawa menuju lantai tiga. Dengan membawa surat pengunduran diri yang sudah disiapkannya, Rada langsung menuju ruangan pak Hartono. Sebelum masuk terlebih dahulu mengetuk pintunya.Tok! Tok! Tok!"Masuk!!" terdengar suara perintah dari dalam. Pintu terbuka perlahan, Pak Hartono sedang duduk di kursi kebesarannya dan Aldo yang ternyata berada di ruangan ini dengan duduk di depan Papanya. Serentak mereka menoleh ke arah pintu."Permisi, Pak,
Mas Arka dan para tersangka lainnya segera dibawa polisi untuk kembali ke dalam tahanan. Namun, terlihat mas Arka berbicara dengan polisi yang membawanya. Tak lama setelahnya dia berjalan menuju ke tempatku duduk yang berdampingan dengan ibu dan bapaknya.Aku memang sengaja duduk didekat mereka untuk menenangkan hati bapak dan ibu yang pasti sedih.Mas Arka datang dan langsung bersimpuh memeluk kaki ibu. Dia menangis, menyesal dan meminta maaf pada kedua orang tuanya. Bapak dan ibu pun tak kuasa menahan tangis mereka. Kini mereka bertiga saling berpelukan dengan duduk bersimpuh. Melihat keharuan di depan mata, mau tak mau hati ini terenyuh juga melihatnya. Namun, sebisa mungkin aku menahan agar air mataku tidak jatuh. Biar bagaimanapun Mas Arka dulu pernah menjadi orang penting dalam hidupku.Aku tidak menyangka jika akhirnya dia akan seperti ini. Setidaknya di dalam penjara nanti dia bisa merenung dan memperbaiki sikapnya. Aku pun bangkit berdiri dari dudukku. Berniat pergi menyusu
[Al, aku makan siang dengan temanku. Kebetulan dia anak dari pak Hartono. Aku harap jika nanti ada temanmu atau kamu sendiri yang melihat tidak menjadi salah paham, kami hanya teman, kok! Love u,]"Terkirim dan langsung centang dua warna biru. Itu artinya Aldo sedang memegang ponselnya. "[Ya,]" balasnya singkat.Keningku langsung mengkerut membaca balasan yang dikirim Aldo. Tidak biasanya dia membalas singkat begitu. Biasanya dia selalu panjang membalas pesanku. Apa jangan-jangan Aldo marah?"[Dia beneran hanya temanku, Al. Atau kalau nggak gimana kalau kita makan siang bersama-sama? Kamu sibuk nggak?]"Ku tunggu balasan darinya, namun tidak juga dibalasnya, bahkan pesanku dibaca saja belum."[Ini aku share lok, ya!]" Ujarku akhirnya mengirimkan lokasi tempat kami makan siang."Ehm … sibuk banget, sih! Berbalas pesan sama pacarnya, ya?" ujar Rendra tiba-tiba, membuatku sangat kaget. Rupanya sedari tadi dia memperhatikanku."Emm … bukan pacar, kok.""Ah, yang bener? Pasti pacarnya, k
"Kasihan sekali, ya, kakaknya Melly. Dia kelihatan sangat terpukul kehilangan adiknya," ucap Mama. Saat ini kami sedang dalam perjalanan pulang dari menghadiri pemakaman Melly.Setelah tiga hari kritis, Melly akhirnya sudah tidak bisa bertahan melawan penyakitnya lagi. Penyakit yang sebenarnya masih bisa disembuhkan, namun terlambat mengetahuinya."Iya, Mam. Apalagi Melly itu adik kesayangan satu-satunya. Pasti dia sangat kehilangan," balasku."Syukurlah, kamu tidak tertular penyakit menjijikan itu. Kalau sampai itu terjadi hi …. Mama jadi ngeri!" ucap Mama sambil bergidik."Sebenarnya penyakit itu masih bisa disembuhkan, Mam. Tapi untuk kasusnya Melly, karena ketahuan sudah parah begitu jadi, yaaa … susah!" Balasku."Terus apa kabarnya Arka? Mama dengar dia tertular penyakit itu? Oh, ya, kok tadi dia nggak menghadiri pemakaman istrinya?""Nggak semudah itu, Mam, buat keluar dari sel. Selain harus ada alasan yang benar-benar darurat, tetap harus ada yang menjamin juga. Nah, mungkin ng
Keesokan harinya, Rada membawa tante Merry ke rumah sakit dimana Melly di rawat. Awalnya wanita cantik yang meski usianya tidak muda lagi itu menolak. Namun, Rada menjelaskan bagaimana kondisi kesehatan Melly. Sehingga atas dasar kemanusiaan akhirnya tante Merry setuju untuk menemuinya.Sebelum ke rumah sakit, terlebih dahulu Rada menghubungi Rini. "Rin, kamu dimana? Aku mau ke rumah sakit ini sama tante Merry," ucap Rada langsung pada intinya ketika sambungan sudah terhubung."Aku lagi nggak enak badan, Da. Aku di rumah. Tapi kalau kamu mau ke rumah sakit, disana ada kakaknya Melly," jawab Rini dengan suara yang serak."Oo … gitu, ya udah aku langsung kesana aja, ya. Semoga kamu lekas sembuh," balas Rada kemudian mematikan sambungan telepon itu dan memasukkan kembali benda pipih canggih itu ke dalam tas selempangnya."Gimana?" tanya Merry yang saat ini duduk di bagian penumpang sebelah kemudi. Kebetulan sekarang waktu istirahat kantor dan Rada sengaja menjemputnya untuk membawanya k
Pov. AuthorHari itu juga Arka menjalani pemeriksaan dan tes apakah benar dia sudah tertular penyakit hiv atau tidak. Setelah semuanya selesai dia dibawa kembali ke dalam lapas.Kedua orang tuanya sangat sedih melihat anak lelaki satu-satunya berada di dalam penjara. Mereka pun berupaya untuk menemui mantan bos Arka, yaitu pak Hartono. Mereka ingin meminta keringanan hukuman untuk Arka. Mereka Pun akhirnya kembali meminta bantuan Rada untuk bertemu dengan mantan bos anaknya itu setelah sebelumnya mereka juga bertanya dimana Arka berada.Ibunya Arka yang bernama Sri itu pun mengeluarkan sebuah ponsel dari dalam tas yang dibawanya. Kemudian menekan layarnya, tak lama kemudian menempelkan ke telinga."Assalamualaikum, Nak, kamu sudah pulang to?" tanya Bu Sri saat panggilan terhubung."Waalaikumsalam, Belum, Bu, Rada masih di rumah sakit kok, ini masih jenguk Melly," jawab Rada karena memang saat ini dia tengah melihat keadaan Melly. Kebetulan tadi dia bertemu dengan Rini yang akan meliha
Masih di pov. Arka"Ba--bapak, Ibuk!" ucapku tertahan saat dua orang tua itu masuk."Oalah Nak-nak … kamu itu kenapa kok bisa sampai seperti ini?" ibuk bertanya dengan air mata yang sudah mulai mengaliri kedua pipinya."Kamu itu memang b0d0h! Lihat bagaimana keadaanmu sekarang. Gara-gara kamu memilih wanita itu. Lihat, apa yang dia beri untukmu! Dasar kamu itu memang b0d0h!" tangan ibu dengan gemas menyentuh memar-memar pada tubuh ku membuat aku mengaduh kesakitan."Aduh, sakit, Buk, jangan sentuh yang ini, aw-aw, sakit ibu!" "Sukurin! Kamu itu emang dasar b0d0h!" Ibu terus memakiku sambil menangis. "Bapak, lihat anak kita ini huhuhu …,""Sudah, Bu, sudah, itu mungkin balasan dari Allah untuk Arka karena sudah menyia-nyiakan anak dan istrinya dulu," Bapak menenangkan ibu dengan memeluknya.Mungkin benar apa yang dikatakan oleh Bapak. Bisa jadi kejadian-kejadian sial yang aku alami adalah teguran dari Allah agar aku sadar dengan sikapku selama ini."Pak, Bu, maafkan Arka, ya? Arka s
pov. ArkaSebulan telah berlalu aku berada di dalam lapas, kasusku sudah berjalan dua kali di pengadilan, aku sudah mulai terbiasa dengan keadaan di dalam sini. Namun, karena semua hal terbatas, entah kenapa akhir-akhir ini aku merasa badanku mulai cepat lelah dan gampang sekali berkeringat padahal aku tidak melakukah kegiatan yang menguras tenaga.'Aduh, kok sakit, ya!'Pagi ini saat aku akan membuang hajat, pusaka ku terasa nyeri, bahkan terlihat sedikit bengkak. Ku ingat-ingat selama di dalam sel aku tidak pernah memakainya dan soal kebersihannya aku selalu menjaga, lalu kenapa kok tiba-tiba sakit seperti ini.Atau jangan-jangan aku sudah tertular penyakitnya Melly. Sialan wanita itu, gara-gara dia semua harta yang aku kumpulkan dengan susah payah diambil orang untuk menutup hutangnya. Sekarang aku sudah tak punya apa-apa, untuk menyewa pengacara sudah tidak ada harta yang tersisa. Sedangkan untuk menghubungi kedua orang tuaku, aku tidak berani. Jelas mereka langsung akan memarahik
Pov. Aldo 2"Maksud Mama?" tanyaku tidak mengerti."Ya, maksud Mama? Coba kamu tes perasaannya gimana kalau lihat kamu bareng sama wanita lain. Kalau dia cemburu, itu artinya dia punya perasaan sama kamu," ucap Mama mengutarakan idenya.Hmm … boleh juga sepertinya ide Mama. Aku pun sebenarnya sudah nggak sabar untuk segera menghalalkannya. Aku tersenyum membayangkannya cemburu melihatku bersama wanita lain. Semua masalah sudah hampir beres, tinggal menunggu ketok palu hakim saja yang memutuskan para penjahat itu dikurung berapa lama disana. Sepertinya aku akan melakukan ide Mama."Al, yee … kok malah senyum-senyum sendiri!" Mama menyapukan tangannya pada wajahku. Aku hanya nyengir padanya."Mam, tapi siapa kira-kira wanita yang mau Aldo mintain tolong? Mama tau sendiri Aldo nggak punya teman wanita," aku mendesah kecewa."Aku mau, Kak!" sambar Bulan, tiba-tiba saja dia sudah berada di samping Mama."Nah, bener. Biar Bulan saja. Kan dia cantik, Rada pasti cemburu melihatmu bersamanya,"