KARMA DI TENGAH KESULITANSaat keluar dari ruang meeting. Nathan menghampiri Najwa."Kamu tampak letih, apakah kamu sakit?" tanya Nathan saat berjalan beriringan dengan Najwa."Hanya sedikit lelah," jawab Najwa. Dia berpikir mungkin karena itu Nathan memperhatikan nya. Apakah ia terlihat pucat, batin Najwa."Jaga kesehatanmu. Terlalu banyak yang kau pikirkan," ucap Nathan kemudian berlalu.Najwa juga merasa ia akhir-akhir ini terlalu banyak pikiran, apalagi kejadian kemarin. Cukup menguras pikirannya, dan emosi."Aku butuh liburan, mungkin aku bisam mengajak, Nenek ..." gumam Najwa dan menghela nafas kemudian melanjutkan langkahnya."Hitung uangnya!" ujar Bu Tati seorang yang menyediakan jasa meminjamkan uang, dia juga menerima jaminan sertifikat.Laras menghitung uang yang baru saja ia terima, dia baru saja menggadaikan sertifikat milik Arkan. Tanpa sepengetahuan Husna.Ya, Arkan yang memberikan pada Ibunya. Rumah dan tanah milik Arkan dulu di beli oleh Arkan dari uang hasil kerja ny
Bab 25"Ngeri ya Tante, itu nanti bisa infeksi loh!" ujar Najwa menatap jijik kearah Ratu. Ratu merasa amat terhina dengan tatapan Najwa, bukannya cepat menolong masih sempat menghinanya. "Itulah akibatnya kamu pasang begituan. Semua kamu ubah Ratu! Apalagi sekarang kamu miskin, mana bisa merawat tubuhmu seperti dulu!" ucap Belinda pada menantunya. Memang terdengar menyebalkan ucapan dari Belinda, tapi Ratu dulu sangat angkuh seakan dengan uang dia bisa melakukan apa saja."Mungkin karena uangnya gak berkah Nek, jadi meledak deh itu implan!" ujar Najwa."Kalian ini, bukannya segera membantu. Malah sibuk menghakimi!" ujar Firman. "Aku pesan kan taksi online nih, sebentar lagi datang! Mungkin ini karma, Tante kan!" jawab Najwa."Kurang aj*r mulutmu itu, Najwa!" ucap Ratu dia tak bisa berucap banyak, karena masih menahan rasa sakit. "Ini mungkin hukum tabur tuai Tante, jika tidak ingin diperlakukan semena-mena. Jangan berbuat jahat pada orang lain!" ujar Najwa."Setidaknya kamu punya
Bab 26Tanpa pikir panjang lagi Husna mengambil semua uang yang ada di dalam tas ibu mertuanya, dan tak menyisakan sedikitpun. Keserakahan telah menguasai Husna."Ibu punya uang banyak, diam saja tidak mau bercerita padaku! Rasakan sekarang uangnya kuambil, salah sendiri tidak mau memberi!" Husna tersenyum licik."Aku bisa ke salon, belanja beli baju baru!" ujarnya kembali.Dengan cepat Husna mencari kantong yang berada di kamar itu, kebetulan ada kantong bekas belanja baju dari toko. Husna mengambilnya dan memasukkan uang itu ke dalam kantong. Ia belum menghitung berapa jumlah uang yang telah di ambil dari tas ibu mertuanya. Setelah itu Husna bergegas pergi, dia melirik ke arah kamar Delia. Ia bisa di jadikan yang dituduh mencuri, karena Delia yang ada di rumah."Aku aman!" gumam Husna lirih, kemudian melanjutkan langkahnya segera pergi.Delia yang masih berada di kamar, ia masih larut dalam kesedihan dan menangis sendirian. Tak menyadari kedatangan Husna, hingga kakak iparnya itu p
Husna Semakin Saat pulang dari kantor wanita yang tadi menemui Nathan gini menghampiri Najwa, yang baru saja keluar dari kantor sudah waktunya jam pulang. Wanita itu sedikit berlari kearah Najwa, dan mencekal tangannya. "Kenapa?" tanya Najwa berusaha menepis tangan wanita itu."Kamu ada hubungan apa dengan, Nathan? Kenapa kalian sangat dekat sekali!" tanya wanita itu pada Najwa."Kami hanya bekerja itu saja, tidak ada hubungan apapun!" jawab Najwa."Tolong ya kamu jaga jarak dengan Nathan. Kenalkan aku aku Tasya, tunangannya Nathan," wanita cantik itu memperkenalkan diri."Aku tidak peduli kamu tunangannya, atau bukan. Yang jelas aku dan dia itu tidak ada hubungan apa pun, kami hanya bekerja, dia bekerja padaku, hanya itu jadi kamu jangan mengaturku!" jawab Najwa dan berlalu masuk kedalam mobilnya. Najwa sangat tidak suka dengan wanita seperti itu, padahal ia dan Nathan tidak ada hubungan apapun. sebatas rekan kerja. Tasya kesal karena jawaban Najwa yang sangat ketus padanya. "B
Keluarga semakin kacauArkan kebingungan melihat istrinya yang menangis, ia bahkan tak merasa bersalah sedikitpun karena memberi sertifikat itu pada ibunya."Apa uang yang kamu berikan ke aku tadi itu diberikan oleh, ibu?" tanya Husna di sela tangisannya. "Iya ibu, yang memberiku sepuluh juta!" jawab Arkan. "Dan kamu hanya memberiku lima ratus ribu, Mas! Aku kan menuntut ibu, untuk mengembalikan sertifikat itu secepat mungkin," ujar Husna."Menuntut apa maksudmu, Ibuku sedang sakit dan sekarang di rumah sakit. Tapi kamu ingin menuntut nya?" Arkan tak menyetujui keinginan Husna. "Aku tidak peduli Mas, kan masih ada anaknya yang bisa membayar hutang Ibu pada kita. Aku akan minta pada Mas Seno dan Marwah, mereka harus membayar semua hutang ibu dan sertifikat kita kembali!" kini justru Husna mempunyai rencana licik. Ia akan memanfaatkan Seno dan Marwah yang tidak mengetahui apapun. Husna akan menuntut mereka, untuk membayar hutang itu di rentenir dan mengembalikan sertifikatnya. Husn
Najwa Tidak GoyahDelia amat merasakan sakit pada perutnya karena ia tersungkur l, dengan posisi tengkurap. Sania justru menertawakan posisi Delia kini."Jangan seenaknya memperlakukanku yang Kak, lihat kamu sekarang bisa aku kalahkan!" ejek Sania."Bantu aku berdiri!" pinta Delia.Sania melipat kedua tangannya di dada kemudian menatap Delia. "Berdiri sendiri dong, kenapa harus minta bantuan aku! Untuk apa juga aku mau bantu kamu. Apakah benar kamu sudah tidak kaya lagi seperti dulu?" tanya Sania.Sania seperti wanita yang tidak berperasaan, dia sama sekali tidak bersimpati pada Delia yang kesakitan. Ia berusaha sekuat tenaga untuk berdiri. Delia merasakan kandungan nya baik-baik saja, hanya saja ia merasakan sakit pada perutnya. Tertatih Delia menuju kamar, tanpa mengucapkan kata apa-apa lagi pada Sania. Karena untuk berkata saja, rasanya tidak sanggup."Untung saja aku tidak keguguran," gumamnya Lirih. "Jika kondisiku tidak seperti ini, aku sudah melawannya!" ujar Delia ketika me
Panggilan dari NenekBelinda sangat merasa takjub melihat perubahan sikap Najwa. Yang sangat ketus, tapi dia paham mungkin kesakitan yang ia alami selama ini, membuat Najwa mengeraskan hatinya untuk Firman dan Ratu. Apalagi mereka telah membunuh orang tua Najwa. Merenggut kebahagiaan nya sedari kecil. Banyak luka yang telah ia hadapi sendirian. "Bahkan jika ia mati pun, aku tidak peduli!" ucap Najwa."Kamu tenangkan hatimu ya, Najwa. Jangan menyimpan dendam seperti itu, nenek tahu pasti kamu sangat membenci mereka, biar saja Tuhan yang membalas semuanya ..." ujar Belinda. "Aku tahu, bahkan Tuhan telah membalas perbuatan mereka dengan semua yang mereka alami kini. Tapi aku tidak mau membantu mereka, biar saja mereka Survive dengan keadaan mereka sendiri, setelah nanti aku mendapatkan bukti. Aku ingin memasukkan mereka ke penjara. Biar mereka menderita, jika bisa dapat hukuman seumur hidup!" ujar Najwa dan tersenyum tanpa ragu.Belinda hanya bisa memaklumi ucapan Najwa. "Nanti malam
P.O.V. NajwaAku pulang bersama dengan Nathan."Nathan, kamu mau kemana?" ternyata di belakang kami sudah ada Tasya yang mengikuti, sembari berlari menyusul."Kamu kembalilah ke pesta. Aku ada urusan mendesak bersama dengan, Najwa," jelas Nathan."Kalian pasti ada hubungan, bukan? Kamu pasti berselingkuh kan dengannya!" Tasya justru menuduhku di saat genting seperti ini."Sudahlah Tasya jangan mencari masalah, aku ada hal yang sedang mendesak jangan mengganggu!" ujar Nathan. Aku dan Natan masuk kedalam mobil, Tasya menggedor-gedor kaca mobil tapi Nathan tak menghiraukannya. Yang terpenting kini kami berusaha cepat datang ke rumah. Semoga Nenek baik-baik saja, tapi feelingku merasakan hal yang tidak baik sedang terjadi. "Cepatlah Nathan ngebut saja, aku takut terjadi hal buruk pada nenek," aku sangat khawatir.Nathan menatapku dan menuruti perintahku, barusan aku mencoba menghubungi Nenek namun kini nomornya sudah tidak aktif.Di saat panik, kadang menjadi bodoh. Aku segera membuka