Semua orang tidak membenarkan sebuah perselingkuhan. Tetapi, jika Naina menyukai supirnya yang ia ketahui sebagai Felix padahal Rey, apakah salah dan sebuah perselingkuhan?
Perasaan Naina semakin tidak karuan. Dirinya merasa mulai tertarik dengan supirnya itu, tetapi ia belum sepenuhnya menyadari tentang perasaan itu. Naina menyukainya, karena merasa dia adalah Rey, bukan Felix.
***
Naina berbaring di lantai dengan kepalanya yang berada di atas paha Alex. Alex mengelus rambut Naina dengan lembut dan sesekali mengelus pipinya juga. Malam ini terasa sangat sunyi. Sedari tadi ia hanya berbaring terdiam sembari memegang erat tangan Alex.
"Maaf, aku salah," lirih Naina. Alex tersenyum dan mencium kening Naina
Lagi dan lagi. Pria itu selalu saja mengusik keluarga Wijaya. Kali ini dirinya berencana untuk mencelakai salah satu anggota keluarga Wijaya. Siapa sasarannya setelah Rey? Apakah ia akan sasarannya masih tetap Rey?Pria bertopeng itu saat ini berada di ruangan minim cahaya. Setelah mendapat sebuah panggilan telepon dari seseorang, ia langsung mengepalkan tangan dan memukul tembok di dekatnya. Rahangnya mengeras dan langsung merobek-robek foto keluarga Wijaya."Apakah semuanya belum cukup? Rey Wijaya," ucap pria bertopeng.****Tiga ribu lima ratus rupiah. Uang Rey kini hanya tersisa itu saja di dompetnya. Wajahnya terlihat murung dan langit pun ikut mendung. Sepertinya pagi ini akan turun hujan deras. Ah
Pria bertopeng ini sepertinya sangat tahu letak setiap benda di setiap sudut rumah Rey. Bagaimana tidak. Buktinya, ia tahu ada sebuah lampu yang berukuran cukup besar di ruang keluarga. Dan lebih detailnya lagi, ia tahu kebiasaan setiap orang di sana. Ah, lupa. Dirinya tahu tentang semua orang yang berada di rumah itu sebab Udin dan satpam di rumah Rey.Rencananya pria bertopeng selalu berhasil. Kecuali, membunuh Rey. Tuhan juga maha tau, mana yang benar dan mana yang salah. Ia akan selalu melindungi umatnya yang tidak bersalah dan selalu berada di jalan kebenaran.Bagaimana cara Udin mencelakai Bi Sri? Ceritanya seperti ini, tinggi ruangan keluarga tersebut tidaklah begitu tinggi. Sehingga, tentu saja jarak lampu dengan kita tidak terlalu jauh. Pada pagi hari sebelum semua orang terbangun, Udin mengendurkan lampu itu men
Biarkan rasa ini tumbuh dengan sendiri sampai sebesar alam semesta, atau hancurkan seperti bubur saja?Naina semakin merasa getaran itu semakin nyata. Awalnya setitik, mengapa sekarang sudah sebesar pantai cantik?****Pagi hari yang cerah adalah waktu yang baik untuk berolahraga. Sudah lama sekali Naina tidak berolahraga semenjak kehamilannya dulu. Pagi ini, ia memutuskan untuk joging di sekitaran rumah. Langkahnya terhenti ketika melihat sebuah bunga mawar merah yang sangat indah. Kemudian, ia memetik dan mencium aroma yang begitu harum yang ditimbulkan oleh si merah cantik itu."Mawar merah," ucap Naina dan kemudian tersenyum.Sebuah angin kecil membuat rambutnya berterbangan dan menutupi sedikit wajahnya. Ia menyipitkan mata memastikan apa yang dia lihat ini adalah benar. Dia melihat Rey sedang meregangkan tubuhnya di balkon lantai tiga rumahnya. Perlahan sebuah senyuman indah muncul di bibirnya. Ia menggeleng-gelengkan kepala sambi
Rey meletakkan Naina di atas kasur. Matanya mengelilingi ruangan yang sangat tidak asing baginya. Ia merasa senang, karena setelah sekian lama dirinya bisa menginjakkan kaki di kamarnya sendiri. Kemudian, ia menyelimuti tubuh Naina dengan selimut dan mengusap pelan kepala Naina. Rey merasa ragu-ragu untuk menyentuh pipi putih nan lembut Naina. Ia mengurungkan niatnya untuk itu dan tangan yang tak jadi untuk menyentuh Naina mengepal."Selamat tidur," bisik Rey.*****Bi Sri membuka gorden kamar Naina. Hal itu menyebabkan cahaya matahari masuk dan menyilaukan. Naina yang merasa terganggu dengan cahaya itu terbangun dari tidurnya.Naina duduk bersandar si kasurnya. Ia mengusap perlahan wajahnya. Matanya masih terasa berat, karena ia tak terbiasa tidur malam. Kecuali, begadang untuk menonton film. Itu pun jarang dilakukannya. Ia hanya melakukan itu jika tidak bisa tidur.Perlahan ia membuka lebar kedua matanya. Matanya menyisir
"Apakah benar seperti itu, Kak?" tanya Joy semakin penasaran. "Tentu saja. Apakah kamu nggak yakin?" balas David. Joy menaikkan alisnya. "Tapi, aku masih kurang yakin. Apa benar seperti itu, Kak?" "Iya ... Joy ..." "Masa iya, kak Rey selama ini cuek cuma biar keliatan cool?!" Joy membulatkan matanya. ***** "Banyak sekali aku berjumpa tokoh baru dalam kehidupanku. Tetapi, hanya dirimu yang selalu menjadi pemenang tokoh utama dalam hidupku," batin David. Ia terlihat duduk dengan santai di balkon kamar dan tak lupa ditemani dengan secangkir kopi susu.  
Rey menjauhkan diri dari Naina dan tertawa. Naina memiringkan kepalanya merasa bingung."Kali ini leluconmu tidak lah lucu, " kata Naina dengan datar.Rey berdiri dan turun dari gazebo. "Maaf, nona. Aku perhatikan, kau sering menganggapku seperti tuan. Aku merasa sangat tidak enak jika disamakan dengannya," jelas Rey. "Ya nggak enak lah. Emangnya aku mau disamain seperti dia," batin Rey.Naina memandang Rey dari atas sampai ke bawah. "Aku pun baru menyadari. Postur tubuhmu sama seperti Rey.""Ah, nona bisa aja. Saya kan suka olahraga.""Dan Rey pun sangat menyukai olahraga." Kini Naina berdiri dan mendekati Rey dengan tatapannya yang tajam
Bara sangat tidak suka dengan orang pemalas dan tidak cekatan. Dan pada malam itu, Bara meluapkan amarahnya, sebab orang-orang yang tidak cekatan.Malam itu rumahnya dihebohkan dengan pencurian emas di kamar ayahnya. Emas yang diambil pun jumlahnya tidak main-main. Bara merasa marah, karena satpamnya yang tidak cekatan. Dan salah satu satpam menjadi korban dari hantaman kepalan tangan Bara."Maaf, tuan," ucap Gama. Yaitu satpam muda yang menjadi korban dari hantaman kepalan tangan Bara. Ia mengelus pipinya yang memerah dan terasa sangat sakit.Pencuri ini begitu mencurigakan. Sebab, bagaimana caranya ia bisa masuk ke dalam rumah begitu saja. Pasti ada orang dalam di balik semua ini."Bagaimana bisa, mali
Alex dan Joy kini saling berhadapan. Seluruh wajah Joy menyala. Dia mendorong Alex dan memberikan tangannya kepada Rey untuk membantunya berdiri. "Berdirilah," ucap Joy.Tangan Rey gemetar. Dengan ragu-ragu dia memegang tangan Joy dan segera bangkit.Rey merintih kesakitan. "Awh ..."Tak kuasa menahan amarahnya yang semakin naik. Joy memaki Alex. "Kamu itu sebenarnya siapa, sih?! Pasti kamu orang lain. Iya, kan? Wajah kamu memang mirip seperti Kak Rey. Tetapi, hati dan kepribadian kalian berdua berbeda. Terserah orang menganggapku gila. Tapi aku memang yakin, bahwa kamu orang asing!" Joy mendorong pundak Alex.Rahang Alex mengeras menahan amarah lantaran Joy memakinya. "Joy!" bentak Alex.