Saat berada di dalam kelas, Ayra mengedarkan pandangan ke belakang. Mencari keberadaan Rendra. Ayra mendapati pria itu tengah menidurkan kepala di atas meja dengan tengan menekuk sebagai bantalan.Padahal bel masuk sudah berbunyi dan sebentar lagi pengawas pasti akan datang. Bisa-bisanya Rendra tidur?Ayra masa bodo. Itu bukan urusannya, bukan? Hanya saja ia merasa aneh. Apakah Rendra dan Reti habis berbuat sesuatu? Kalau benar, selama ini ucapan Rendra hanya bualan semata? Katanya, Rendra tidak mencintai Reti?Kepala Ayra menepis dugaan-dugaan yang tidak bermanfaat baginya. Lebih baik, ia berdoa untuk diri sendiri yang hendak melaksanakan ujian kelulusan.Ujian hari berikutnya siap dimulai. Pengawas datang dan memimpin doa. Kemudian membagikan soal ke seluruh peserta ujian. Mereka duduk dengan tenang, kecuali Rendra yang baru saja terbangun dari tidurnya. Mata lelaki itu merah dan wajahnya sedikit pucat.“Kamu kurang tidur?” tanya seorang pengawas ujian membuat beberapa murid lain me
Ayra tengah memasak untuk makan malam. Ia telah menyudahi kegiatan belajarnya karena merasa pening jika terus-menerus berkutat dengan buku. Lagipula hasilnya sama saja. Mau belajar atau tidak, besok pagi merupakan mata pelajaran yang paling tidak ia suka. Jadi, baginya tidak masalah jika esok Ayra tidak bisa mengerjakan ataupun nilainya jelek.Gadis berpostur sedang itu berdiri di depan kompor untuk mencicipi makanan yang sudah jadi. Memastikan apakah rasanya sudah pas atau belum. Ayra merasa hasil masakannya semakin ke sini semakin enak.“Mau juga dong, suapin.” Attar tiba-tiba berdiri di sebelah Ayra dan mengagetkan gadis itu. Lelaki yang baru saja selesai mandi dan masih bau sabun itu membuka mulut lebar. Berharap Ayra menyuapinya hasil masakan di depan mereka untuk merasakan rasanya.Ayra tersenyum dan ia menuruti kemauan Attar. Ia mengambil sepucuk sendok makan kuah makanan lalu ia dinginkan dengan cara dikibas menggunakan tanganya. Kemudian disuapkan ke mulut Attar.Ayra sunggu
Sepanjang mengerjakan soal ujian di hari terakhir, Ayra merasa tidak tenang. Ia terus kepikiran tentang Attar. Semua tentang lelaki itu memenuhi isi kepalanya. Dugaan-dugaan tidak enak selalu bersarang dan mengganggu tiada henti. Ayra memutuskan untuk menyudahi soal ujiannya pertama kali. Ia langsung keluar dari kelas karena sudah selesai mengerjakan meskipun ia menjawabnya dengan asal. Ayra tidak peduli lagi. Attar yang sudah membuatnya seperti itu.Gadis itu memesan mobil grab lagi untuk mengantarkannya pulang. Ayra benar-benar tidak menyangka dengan sikap Attar yang ternyata diam-diam suka menghilang. Atau jangan-jangan lelaki itu sengaja pergi dan kabur demi perempuan lain? Seperti halnya saat Attar kabur dari pernikahannya Sania lalu pergi untuknya?Apakah selama ini Attar memiliki perempuan lain di belakang Ayra? Kalau sampai hal itu terjadi, maka Ayra tidak akan segan membakar rumah Attar.Berkali-kali mata Ayra memandang layar ponsel. Ia baru sadar kalau selama ini ponselnya
Ayra masih menatap mata Attar dengan tatapan terkejut. Kedua matanya membola dan sesekali kelopak matanya mengerjap cepat. Perasaan gugup bercampur debaran kuat tengah menguasai tubuhnya.Attar terus menyorotkan netra legamnya ke manik mata gadis di depannya. “Kalau makan tuh yang benar. Mau aku bersihin pakai mulut?” tuturnya sambil melihati bibir Ayra yang selalu mengundangnya untuk melahap.Selama beberapa detik mereka saling bertatapan, akhirnya tangan Attar mengusap bibir Ayra yang terdapat beberapa butiran kue. “Lain kali kalau makan itu pelan-pelan. Kamu itu cewek, bukan tarzan,” ucapnya dengan lembut.Attar tidak ingin memanfaatkan keadaan. Ini adalah ulang tahun Ayra. Ia ingin memperlakukan Ayra layaknya wanita yang ia cintai dan sayangi. Ia memperlakukan Ayra dengan lembut.Setelah itu, Attar menjauh selama beberapa inci agar dapat berbincang dengan normal. “Ay, besok pagi ikut aku mengurus surat-surat pernikahan. Kita akan secepatnya menikah,” lontar lelaki di sebelah Ayra.
Sebelum Reti pulang dari sekolah untuk mengerjakan soal terakhir ujian, ibunya Reti memasuki kamar sang anak. Wanita itu penasaran dengan perubahan sikap Reti yang mengharuskannya untuk mencari tahu.Saat berada di dalam kamar anaknya, ia mengedarkan pandangan untuk mencari tahu apakah ada sesuatu yang aneh? Padahal kondisi Reti sedang tampak sakit, tetapi sikapnya justru menghindari dirinya. Biasanya anak tersebut akan bermanja padanya.Wanita itu membuka laci meja dan semuanya ia teliti di sekitar meja belajar dan lemari pakaian milik Reti. Namun tidak ada keanehan yang ia dapat. Ibunya Reti berjalan ke tempat sampah yang ada di pojokan kamar. Kemudian melihat isinya.Dari sekian isi tempat sampah, ada satu benda yang membuat wanita paruh baya itu seketika mematung. Tanpa diambil saja, ia paham dan tahu semuanya yang Reti sembunyikan darinya. Apalagi ciri-ciri Reti sangat menggambarkan dugaannya.Test pack. Benda kecil itu akhirnya diambil oleh ibunya Reti. Kemudian, ia mengamati ga
“Ayra, kamu di mana?” Attar masuk ke kamar Ayra sekaligus mengecek kamar mandi. Namun ternyata gadis itu tidak ada di sana. Attar pun turun menuju dapur. Berharap Ayra sedang memasak. “Ay? Kamu di mana?” Nahas, Attar masih tidak menemukan keberadaan Ayra. Lelaki itu pun memutuskan untuk menghubungi gadis yang ia cari melalui sambungan telepon. Dua kali memanggil, tidak ada jawaban dari Ayra padahal hari sudah malam. Attar menjadi panik. Tidak ada orang rumah yang dapat ia tanyai. Mbok Inah jelas sudah pulang dari rumah itu. Attar mengecek meja makan masih kosong. Semula, ia berharap kalau Ayra telah memasak untuknya supaya ia langsung bisa melahap makan malam. Kalau saja tahu keadaan seperti itu, maka Attar memilih untuk membeli makan di luar. Sekarang ia sudah merasa sangat lapar dan harus segera makan. Daripada menunggu hal yang tidak pasti, Attar memesan makanan melalui grab food. Belum sempat menekan menu order, suara pintu terbuka membuat Attar berjalan menuju ruang tamu. At
Mendapat balasan, Rendra merasa begitu terharu. “Makasih, Ra.”Rendra mengusap kepala Ayra lembut, sesekali menghirup aroma surai legam panjang yang mempunyai bau wangi segar, sama seperti dulu.Sesudah itu, Rendra melepaskan pelukan mereka. Tidak berharap Ayra berkata-kata. Perlakuan Ayra sudah membuktikan bahwa gadis tersebut hanya menerima apa yang ingin ia lakukan. Sekarang saatnya Rendra pamit. Ia undur diri seraya memberikan senyuman tulus kepada Ayra.“Selamat tinggal, Ra,” ucapnya. Kemudian menghilang dari pandangan Ayra.Ayra segera menutup pintu lalu berbalik badan dengan perasaan yang lumayan kacau. Ia bersandar pada daun pintu, kedua matanya terpejam. Mengembuskan napas panjang. Seketika memori saat bersama Rendra terulang kembali di ingatannya hingga tanpa sadar, seorang lelaki sudah memperhatikannya sejak beberapa menit yang lalu, bahkan dapat menyaksikan aktivitas kedua manusia di ambang pintu rumah itu.Ayra membuka mata dan langsung bertatapan dengan Attar yang berdir
Attar langsung menarik tubuh Ayra ke dalam rengkuhannya. “Jangan begini, Ay. Oke, aku percaya sama kamu, Sayang. Maafin aku, ya?” tuturnya pelan. Attar mengecup kepala Ayra dengan lembut.“Jangan melakukan hal bodoh lagi. Aku nggak mau kalau kita sampai kebablasan sebelum ada status pernikahan yang mengikat hubungan kita,” lanjut lelaki itu. Satu tangannya mengelus punggung Ayra, satunya lagi mengusap kepala gadis di pelukannya. Kemudian ia mengeratkan kedua tangan yang melingkupi tubuh sang kekasih.Ayra hanya terdiam menerima perlakuan Attar padanya. Ia tersenyum senang karena ternyata Attar merupakan pria terbaik yang ia kenal. Buktinya, lelaki tersebut tidak memanfaatkan keadaan di saat peluang begitu banyak ia berikan.Ayra membenahi posisi wajahnya di dada Attar. Rasanya begitu hangat dan nyaman ketika berada di dekapan calon suaminya. Ayra selalu suka apapun hal manis yang ia lakukan bersama Attar.“Jadi, sekarang Pak Attar sudah percaya ‘kan sama aku? Pak Attar percaya kalau a