“Mbak Naya, Mbak! Is kemana orangnya ini, kenapa gak ada yang buka pintu?” gerutu Weni.Tetangga samping Rumah Naya keluar karena suara berisik dari Weni adik Imron tersebut.“Ada apa, Wen? Siang-siang sudah berisik gedor-gedor pintu rumah orang gak jelas!”Lita tetangga Naya yang tidak terlalu suka dengan keluarga Imron, bertanya dengan ketus.“Eh Mbak Lita, ini, nyari Mbak Naya. Tapi gak ada, pergi kemana ya, Mbak?”“Mana ku tahu!”“Is, padahal punya suami tapi keluyuran tak jelas.” Gerutunya.Lita yang mendengar itu menjadi kesal.“Abangmu yang sudah jelas-jelas memiliki istri kenapa nikah lagi? Tanpa sepengetahuan istri sah lagi!” sinisnya,Weni yang mendengar sindirin itu menjadi kikuk, dia tak pandai adu mulut, tetapi ikut-ikutan julid seperti Ibu dan Kakaknya.“Anu .. aku kesini di suruh Ibu buat ngasih kue-kue ini buat Kak Naya!”“Biar apa? Biar Naya tahu kalau disana melakukan hajatan?”Weni menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, bingung mau menjawab apa.“Lagian sesama wani
Keluarga Imron kembali kerumah di desa sebelah dengan wajah kesal. Ira yang bermaksud memanas-manasi madunya juga sangat kesal dengan kejadin tadi, bahkan ketika Naya sudah berangkat kerja meninggalkan mereka semua, Lita tetangga Naya mengejeknya.“Ira, kamu wanita yang cantik, kok mau sih sama suami orang? Gak bisa dapat perjaka atau duda, ya? Kasian! Oh iya, minta nafkah, jangan mau hanya ditiduri saja tapi gak dikasih nafkah” ejeknya kala itu.Ira menghampiri suaminya dan mengadahkan tangan.“Mas, minta uang, aku mau beli sabun dan shampoo”Imron mendongak.“Mas belum punya uang, Dek. Adek ‘kan tahu sendiri, Mas masih besok yang di susruh kerja, pakek uang Adek dulu lah” ucapnya.Ira melengos dan menghentakkan kaki dengan kesal.Ira yang tengah mencuci baju di hampiri oleh suaminya—Imron, Imron meneguk salivanya saat melihat paha mulus Ira yang tersingkap, kelakiannya di bawah sana sudah berdiri, Tak menunggu lama Imron langsung memeluk sang istri dan menggerayanginya, Ira yang jug
Setelah mendapat kespakatan, akhirnya Lita mau menerimama tawaran Naya yang menyuruhnya untuk berjualan hasil makanannya, sedangkan Naya yang akan mempromosikannya di tempat dia kerja, bukan hanya kue dan dessert, Lita juga ingin menjual mie gacoan dan juga ayam geprek jika ada orang yang memesannya.“Kenapa ‘tak sekalian kau buka kathering” goda Naya.“Idemu terlalu jauh,”“Kalau seumpama ada yang mesen kue box bagaimana?”“Kalau kue box berarti harus banyak ya?”“Ya enggaklah Lit, kan bisa di isi 3 sampai 4 kue di dalamnya,”“Malas kali lah aku!”“Kau ini!”“Hitung-hitung nambah pengalaman, kau besok kirimlah foto makanan yang dulu pernah kau buat, lalu nanti aku uploada di semua story sosmedku.”“Ku kirim sekarang aja,ya.”“Yaudah, sok monggo atuh”Lita meraih ponselnya dan langsung mengirimkan beberapa gambar makanan dan kue-kue yang pernah dia buat, untungnya dulu saat setelah membuat kue ataupun makan lainnya dia mengebadikannya lansung dalam bentuk foto. Ternyata foto-foto ters
Naya mengetuk pintu rumah Lita, tak ada sahutan ia pun masuk ke dalam, lagi pula pintunya tak di kunci, tidak seperti rumahnya yang kerap kali dia kunci karena saudara Imron atau bahkan Ibunya sering nyolong masuk tanpa permisi.Naya duduk manis di sofa, sedangkan di atas meja sudah ada bunusan yang ia yakini pesana teman-teman kantornya, Naya sedikit gerah, tetapi dia sungkan menghidupkan AC di ruang tamu milik Lita tersebut.Memang, perumahan tersebut rata-rata dari kalangan orang menengah ke atas, apalagi Lita sang istri tentara militer, mobil di garasi ada dua tetapi dia lebih suka naik sepeda motor maticnya. Sedangkan Naya, jangankan mobil, sepeda motor pun taka da. Dulu, dia pernah memiliki sepeda motor sisa uang membeli rumah tersebut, tetapi di jual karena Imron tidak bekerja, sedangkan keperluan dapur sudah menipis.Setelah insiden penjualan motor, akhirnya Naya mengambil jahitan dari orang-orang yang membutuhkannya, lagi pula di perumahan yang kebanyakan dari orang-orang ber
“Dek, minta uangmu dulu.”“Buat apa?”“Ira mau beli Skincare, tetapi gajiku sebagai kuli bangunan satu hari gak cukup” rengeknya.Lita yang kebetulan berada disana memandang Imron dengan jijik.“Laki-laki gak modal, gak tahu malu, gak tahu diri, bisa-bisanya dia mau minta uang untuk pelakor sama istri sah! Laki-laki seperti ini halal untuk di santet” makinya dalam hati.Dia gregetan, rasanya tangannya gatal ingin menyiksa suami tetangganya ini.“Aku gak pegang uang!” balas Naya.“Jangan bohong lah, kamu kan kerja”“Eh, aku kerja gak ada seminggu, sudah kau pinta saja gajiku, ‘tak sadar kau Mas? Sudah cukup kau dulu kutampung, sudah cukup dulu kau jarang menafkahiku! Sekarang jangan jadi benalu!” teriaknya kalap.Lita sampai terkejut mendengar dan melihat Naya yang berteiak melampiaskan kekesalannya. Bagaimana tidak kesal, baru saja pulang dan belum selesai rasa penatnya bekerja seharian yang satu hari ini memakan banyak energinya, sudah di minta uang, untuk madunya lagi.“Aku ini mas
“Begini saja, jika dalm waktu enam bulan Ira belum juga hamil, Imron harus tes kesuburan, jika terbukti dia mandul. Aku berhak meminta cerai!” ucapnya menengahi perdebatan yang terus menerus memojokkannya.“Aku setuju itu, yang aku dengar Ira itu subur. Dulu nikah belum ada 2 bulan dia sudah bunting, baru lahiran seminggu sudah cerai, itu kemungkinan besar dia tidak memaki kontrosepsi.” Imah membeberkan apa yang dia tahu. Si tukang gosip selalu menemukan berita akurat.Ibu dan anak tersebut melempar pandang kemudian mengangguk setuju, dia yakin kalau Ira sebentar lagi hamil anak Imron.“Ok aku setuju, tetapi dalam jangka tersebut Ira hamil, kamu harus menuruti keinginan Imron untuk memberikan sebagian gajimu kepada Ira sebagai nafkahnya!”“Aih .. siapa yang nikah, siapa yang memberi nafkah, kalau begitu aku tak mau nikah lah! Takut ketemu sama suami yang sifatnya kayak suami Mbak Naya!” celetuknya.Semua orang memandang kea rah wanita yang tadi berbicara. Diana, pembantu Ibu Stela ini
Ibu serta adik dan kakak Imron termenung, hasil pemeriksaan menyatakan bahwa Imron lah bermasalah, Imron di vonis mandul. Sedangkan saat itu juga Naya meminta cerai. Imron menimang-nimang surat gugatan cerai yang di kirim Naya melalui pengacaranya langsung, dia frustasi di sisi lain dia tidak ingin bercerai dengan Naya, tetapi di sisi lain Naya mengajukan hal yang sulit. Jika masih ingin bersama Naya, Imron harus bercerai dengan Ira dan memastikan keluarganya tak ikut campur dengan rumah tangganya,Naya juga membatasi Imron jika ingin pergi kerumah orang tuanya, dan Naya juga tak ingin keluarga Imron seenaknya obrak-abrik rumahnya.Cukup dulu ia yang menjadi babu, Widi dan Weni kalau kerumahnya hanya ingin memberantakan rumanya, plastic bekas makan di buang ke lantai seenaknya, sudah makan tak langsung di cuci. Alhasil, Naya yang mencuci piring bekas makan mereka, mereka bertingkah seolah pemilik rumah, dan Naya adalah babu.“Pokoknya kamu jangan mau di cerai Imro, enak saja, setelah d
Dasim tertawa kegirangan, bukankah pertunjukan kali ini benar-benar menyenangkan bagi Jin yang memeilik tugas mencerai beraikan sebuah pasangan? Imron dan Naya bercerai, begitu juga Widi yang mendapatkan surat cerai dari suaminya. Vian memilih menceraikan Widi, begitu juga Ira yang meminta cerai kepada Imron, untungnya Ira dan Imron menikah secara siri.***Apakah kamu mengira bahwa orang-orang yang di hasut Dasim hanya mereka yang lemah Imannya? Tidak! Mari ku ingatkan lagi, dia akan menggoda anak cucu Adam, itu berati keseluruhan, entah kuat atau lemah iman orang tersebut, sumpah iblis adalah mengajak anak cucu Adam untuk menjadi temannya di neraka yang kekal. Maka dari itu para iblis dan jin kafir tak pernah lelah untuk menggoda kita, salah satu godaannya adalah membuat sebuah pasangan bercerai berai, karena penceraian adalah sesuatu yang paling di benci Tuhan.“Abi baru pulang?”“Iya Umi,”Sang istri hanya tersenyum singkat lalu kembali masuk ke kamarnya.Hari-hari mereka begitu m