Pernikahan Maya dan Ilham adalah hasil perjodohan, awalnya Maya menentang keras perjodohan ini karena dia sudah memiliki dambaan hati, tetapi Maya sekuat apapun Maya menolak dia tidak bisa mencegah pernikahan tersebut. Maya di besarkan oleh kedua orang tuanya yang sangat tegas, apalagi Maya adalah anak bungsu dan perempuan satu-satunya. Bahakan, terkadang dia selalu merasa terkekang di dalam keluarganya. Saat hari pernikahan yang hanya di hadiri kedua pihak keluarga dan kerabatnya saja, Maya tak ingin teman-temannya tahu kalau dia sudah menikah, tetapi kabar pernikahan tersebut sampai juga ke telinga sang kekasih, entah sakit hati karena ditinggal nikah atau depresi karena banyak tugas, kekasih Maya memilih mengakhiri hidupnya. Tepat di hari pernikahan Maya. Nasib buruk tak juga sampai di situ, 5 hari setelah pernikahan Maya, sang Abah meninggal dunia. Dari situ muncul rasa tak suka dari Maya kepada sang suami. Dia menganggap pernikahannya adalah pernikahan yang membawa takdir buruk
“Anu .. aku.”“Ada apa Umi? Hem?” Tanya ustadz Ilham menggoda sang istri.“Ada nyamuk tadi di kenaingnya, ya ada nyamuk ..” ucapnya.Maya langsung beranjak dari sisi ranjang tempat tidur sang suami, dia kembali merebahkan badannya dan coba untuk memejamkan mata. Ustadz Ilham yang melihat tingkah sang istri hanya tersenyum senang, sebenarnya dia sudah bangun sebelum Maya terbangun, tetapi karena posisi tidur Maya yang kepalanya menindih lengan Ustadz Ilham, terpaksa sang Ustadz membiarkannya, ketika Ustadz Ilham tengah sibuk memperhatikan sang Istri, Maya terbangun.Ustadz Ilham sholat disamping Maya yang kembali tertidur pulas. Setelah salam,Ustadz Ilham memperhatikan sang istri yang tertidur dengan tenang, ingin sekali Ustadz Ilham mengajak Maya untuk sholat berjamaah, tetapi apalah daya, Maya lebih suka sholat sendiri.Ustadz Ilham berdzikir hingga hampir memasuki waktu shubuh, gegas ia ke masjid untuk melanjutkan dzikir di sana.Matahari sudah menampakkan sinarnya saat sang ustadz
Ilham dan Maya memutuskan untuk kerumah sang Abang akhir pekan, karena hari jum’at Maya tidak bisa. Ustadz Ilham terus membujuk sang istri hingga mau tak mau Maya menyetujuinya.Setibanya di sana mereka di sambut dengan baik, merka berbicang-bincabg hangat seakan tak pernah terjadi masalah di keluarga ustadz Ilham.“Assalamu’alaikum ustadz Aldi.”“Wa’laikum salam, ada apa, Pak Suryo?”“Anu .. gini, ah, saya jadi sungkan bilangnya, soalnya lagi ada tamu.”“Gak pap, Pak.” Jawab Ilham.“Saya di suruh menjemput Ustadz Aldi, soalnya Mbak Mita, istrinya Den Gery kesurupan.”“Innalillahi .. ayok Pak, kita kesana sekarang.”“Ham, Maya. Abang tinggal dulu ya, kalian istirahat saja di kamar tamu, pasti capek datang dari jauh”“Iya, Bang.”Aldi yang memiliki kemampuan kebatinan dan bisa meruqyah selalu di mintai tolong oleh orang-orang di sekitarnya, lain halnya dengan Ilham dan adiknya Ridho yang menjalani hidup normal sejak kecil. Aldi memiliki kemampuan tersebut karena turunan dari sang kakek
“Ada apa?”“Aku dan Ibu mencarimu, Umi kemana?” tanyanya sambil mengurai pelukannya.“Makam Abah,” jawabnya dan kembali beranjak meninggalkan sang Ustadz sendirian.Ustadz Ilham hanya mengulas senyum kecut, dai sudah tak punya topic pembahasan untuk dibahas kembali bersama Maya, lagi pula Maya selebih banyak diam, hanya sesekali mwnimpali.“Kau kenapa, Nak?’“Siapa? Aku?”Ibunya mengangguk, sekrang mereka hanya berdua di dapur.“Kamu belum ikhlas?”“Ikhlas adalah satu hal tersulit, Bu.”“Tetapi Ibu sudah ikhlas,” sanggahnya.“Ibu hanya terbiasa, terbiasa tanpa hadirnya saat ini. Sedangkan Maya, bukan hanya ditinggal Abah, tetapi juga Lian, bukannya Ibu tahu? Kalau Lian adalah kekasih juga cinta pertama bagi Maya, Ibu ttahu itu, tetapi kenapa Ibu tak membela Maya waktu itu? Ibu diam saja saat Abah menjodohkan aku, padahal Maya bukan wanita yang mudah jatuh cinta, Bu.” Maya menangis terisak.“May ..” Ibunya menghampiri dan mengusap lembut bahu sang putri.“Ustadz Ilham tak bersalah Bu,
Setelah sarapan berdua ustadz Ilham berinisiatif untuk meminta maaf terlibih dulu.“Jangan ingatkan aku tentang sesuatu yang seharusnya untuk di lupakan Ustadz.”Ustadz Ilham kembali bungkam.“Biar aku mengantarmu,”“Tidak perlu, Lili akan datang menjemputku.”Kini tak ada lagi panggilan Abi Umi seperti yang sudah-sudah.“Aku benar-benar menyesal” ucapnya sebelum Maya berlalu dari hadapnnya.“Daa .. ustadz ganteng, kami duluan, kalau butuh istri baru aku siap”Lili gadis cerewet yang blak-blakan, teman masa kecil Maya sampai sekarang.Ustadz Ilham tersenyum dan melambaikan tangannya, nanti sepulang kuliah dia bertekad akan menjemput istrinya di kampusnya, kalau dijemput, Maya tak pernah menolak.Tetapi yang lebih dulu ia lakukan adalah mentransfer uang ke rekening Maya dengan nominal yang lumayan. “Kau pucet sekali May?” Tanya Lili, mereka masih di atas motor.“Tak makan kau kah? Atau anemianya kumat? Mau ku antar kerumah sakit dulu?”“Tak perlu”“Buset .. singkat padat sekali jawaba
“Mas, siapa lagi wanita yang kau bawa itu?”“Bukan urusanmu! Lebih baik kau diam saja!”Laksmi menggeleng melihat tingkah suaminya yang semakin hari semakin parah.Laksmi adalah istri pemilik perusahaan besar, tetapi sang suami memiliki kebiasaan buruk dengan selalu bergonta-ganti wanita untuk menjadi teman satu malamnya, wanita kelas atas yang selalu terjaga dari penyakit. Tetapi tentu saja, sebagai seorang istri, Laksmi merasakan sakit hati saat melihat sang suami yang selalu pulang dengan membawa wanita.Suara-suara menjijikan yang terdengar dari dalam kamar suaminya menjadi pelengkap kala hatinya nelangsa.Prang “Jangan banyak berulah, Laksmi! Lihat dirimu, jalan saja kau ‘tak mampu apalagi mau melayaniku. Lebih baik kau diam saja! Selagi uang masih masuk kerekeningmu dan aku masih membiyai pengobatanmu, lebih baik kau tutup telinga dan mata!” bentak Baskoro kala itu.Akibat kecelakaan 6 bulan yang lalu, yang membuatnya harus duduk di kursi roda. Suaminya semakin liar saja, bahka
Jin pelindung yang tak terima tuannya di sakiti meneror Baskoro dalam mimpi, bahkan semua urusan nya di persulit olehnya.“Apa kau membuat kesalahan? Hingga ‘sesuatu’ yang melindungi istrimu murka?” lelaki paruh baya yang duduk di depan Baskoro menatapnya dengan tanda Tanya.Ya, setelah semua kejadian belakangan ini yang menimpanya membuat dia memutuskan pergi ke orang pintar sesuai arahan temannya, siapa sangka lelaki perlente di depannya ini adalah orang pintar. Baskoro yang tak pernah datang ke orang pintar awalnya bingung dan tak percaya melihat penampilannya, yang dia tahu penampilan orang pintar atau dukun di dentik dengan pakaian yang serba hitam dan menyeramkan dengan pembakaran menyan yang menyeruak seisi rumah, seperti yang ia lihat di film-film dan buku novel yang sering istrinya baca.Baskoro yang melihat tatapan menyelidik dari sang empunya rumah gelagapan. Dia menggeleng kuat, menandakan jika dia tidak tahu mengapa semua bisa terjadi.“Cari tahu kesalahanmu dan memintala
“Apa yang kau lakukan, Mas?”“Seharusnya aku yang menanyakan hal itu kepadamu!”“Apa yang kau lakukan? Apa kamu tidak terima karena aku membawa wanita setiap malam di rumah ini, ha! Atau ada hal yang lain?”“Apa maksudmu?”PrangBaskoro melempar vas bunga di depan Laksmi sebagai bentuk amarahnya.“Jangan pura-pura bodoh, Laksmi! Kau menyuruh jin mu untuk menggangguku karena sakit hatimu yang ‘tak jelas itu!”“Jin? Jin apa maksudmu?”Laksmi yang tak pernah tahu perihal jin pelindungnya terlihat bingung, dia tidak mengerti apa maksud suaminya tersebut. Baskoro mencengkram dagu Laksmi dengan keras, hingga alaksmi mendongak ke arahnya, dia meringis karena kuku tangan Baskoro yang sedikit panjang melukai kulit wajahnya.“Bilang kepada jin pelindung atau khadam mu itu, jangan pernah ganggu aku lagi atau kau sendiri yang aku bunuh!”Laksmi bergetar ketakutan, Baskoro kini Nampak semakin berbeda dari Baskoro suaminya yang dulu, atau itu wajah aslinya yang sekarang? Dan kebaikan yang dulu hany