Jin pelindung yang tak terima tuannya di sakiti meneror Baskoro dalam mimpi, bahkan semua urusan nya di persulit olehnya.“Apa kau membuat kesalahan? Hingga ‘sesuatu’ yang melindungi istrimu murka?” lelaki paruh baya yang duduk di depan Baskoro menatapnya dengan tanda Tanya.Ya, setelah semua kejadian belakangan ini yang menimpanya membuat dia memutuskan pergi ke orang pintar sesuai arahan temannya, siapa sangka lelaki perlente di depannya ini adalah orang pintar. Baskoro yang tak pernah datang ke orang pintar awalnya bingung dan tak percaya melihat penampilannya, yang dia tahu penampilan orang pintar atau dukun di dentik dengan pakaian yang serba hitam dan menyeramkan dengan pembakaran menyan yang menyeruak seisi rumah, seperti yang ia lihat di film-film dan buku novel yang sering istrinya baca.Baskoro yang melihat tatapan menyelidik dari sang empunya rumah gelagapan. Dia menggeleng kuat, menandakan jika dia tidak tahu mengapa semua bisa terjadi.“Cari tahu kesalahanmu dan memintala
“Apa yang kau lakukan, Mas?”“Seharusnya aku yang menanyakan hal itu kepadamu!”“Apa yang kau lakukan? Apa kamu tidak terima karena aku membawa wanita setiap malam di rumah ini, ha! Atau ada hal yang lain?”“Apa maksudmu?”PrangBaskoro melempar vas bunga di depan Laksmi sebagai bentuk amarahnya.“Jangan pura-pura bodoh, Laksmi! Kau menyuruh jin mu untuk menggangguku karena sakit hatimu yang ‘tak jelas itu!”“Jin? Jin apa maksudmu?”Laksmi yang tak pernah tahu perihal jin pelindungnya terlihat bingung, dia tidak mengerti apa maksud suaminya tersebut. Baskoro mencengkram dagu Laksmi dengan keras, hingga alaksmi mendongak ke arahnya, dia meringis karena kuku tangan Baskoro yang sedikit panjang melukai kulit wajahnya.“Bilang kepada jin pelindung atau khadam mu itu, jangan pernah ganggu aku lagi atau kau sendiri yang aku bunuh!”Laksmi bergetar ketakutan, Baskoro kini Nampak semakin berbeda dari Baskoro suaminya yang dulu, atau itu wajah aslinya yang sekarang? Dan kebaikan yang dulu hany
“Perusahaan Ayah gimana Mbok?”“Itu—“Ucapan Mbok Jum terjeda, dia melihat Laksmi sudah di depan pintu, yang lebih mengejutkan lagi Laksmi tengan berdiri menatap mereka berdua, Mbok Jum dan Dania bergegas menghampiri Laksmi. Dania memeluk erat sang Bunda, dia menangis terharu melihat Bundanya bisa berdiri cukup lama.“Bunda belajar jalan dari tadi, kalian kemana saja?”“Dania makan di warteg sam Mbok Jum Bun,” Dania menyerahkan nasi bungkus kepada Bundanya.“Nasi padang, kesukaan Bunda.”Laksmi tersenyum, dia berjalan kembali ke ranjang, meski jalannya masih sangat pelan dia sangat merasa bersyukur.“Ayah pasti senang melihat Bunda bisa kembali berjalan, ‘kan?”Dania dan Mbok Jum saling pandang, raut wajah keduanya tampak tak senang mendengar kalimat yang baru saja terlontar dari mulut Laksmi, Laksmi yang memperhatikan raut wajah keduanya mengernyitkan dahi heran.“Kenapa?”“Gak usah ingat-ingat Ayah lagi, Bunda. Apa Bunda selama ini gak sakit hati melihat Ayah dengan semua wanitanya,
“Kenapa Ayah kalian tega ingin mencelakai Bunda?”“Sudah ku bilang, Bunda. Ayah melakukan semua demi harta, dia ingin mengusai harta Bunda sepenuhnya.”“Karena semua aset masih milik Bunda, jika Bunda tiada maka Ayah yang paling berhak atas semua itu,” kini Dania yang sejak tadi diam mulai bersuara.“Apa Mbok tahu hal lainnya?”Mbok Jum hanya menggeleng pelan, sejauh itu hanya itu yang dia tahu, ternyata masih banyak lagi kejahatan yang di lakukan oleh Baskoro kepada keluarganya sendiri.“Oh iya, Bunda. Perusahan Papanya Ayah gimana?”“Yang Bunda tahu, setelah menikah setahun kemudian, Papa sama Mama mertua pindah kebandung. Sejak saat itu Bunda tidak tahu lagi kabar mereka, Ayah kalian diajakpun tidak pernah mau, alasannya selalu sibuk.”Mereka kembali hening.“Bunda, Ed mohon. Jangan kasih tahu Ayah dulu soal kabar kalau Bunda sudah bisa berjalan lagi, ini juga demi keselamatan Bunda, juga aku dan Dania, Ayah tak benar-benar sayang pada kami,”Laksmi langsung menoleh kearah Dania, d
“Itu—““Itu apa Mbok?” Laksmi yang tak sabaran memotong ucapan Mbok Jum yang terkesan bertele-tele.Mbok Jum tampak ragu menagtakannya kepada ibu dan anak-anaknya tersebut.“Mbok—“ Dania menguncang tangan Mbok Jum manja.Dengan menarik nafas berat Mbok Jum harus memberitahukan sesuatu yang seharusnya terkubur sejak lama.“Maaf Non, Den Ayu, tetapi Mbok juga tahu sedikit tentang jin pelindung yang katanya sudah mengikuti keluarga kalian secara turun temurun.”Sedikit ‘tak masalah Mbok, yang terpenting kita bisa tahu.” Ednan antusias, dia yang ‘tak terlalu percaya dengan hal ghaib sekarang malah penasaran dengan asal usul keluarga Bundanya sendiri.“Yang Mbok tahu, sosok itu sudah hilang setelah kakek Non Laksmi meninggal sebelum menurunkannya ke anak cucunya, tetapi dulu memang Kakek Non Laksmi memiliki pegangan yang mereka sebut Khadam, entah itu benar atau tidak karena cerita ini Mbok juga tahu dari almarhum Ibunya Mbok.”“Mbah uyut dukun?”PletakSecara reflek Dania menjitak kepala
Malam itu juga Ednan memutuskan untuk pergi ke Bandung seorang diri, setidaknya dia sudah merasa sedikit tenang karena sang Bunda setuju dengan rencana yang disusun rapi oleh dirinya dan sang Adik tercinta Dania. Sebenarnya dia sangat marah dan benci atas perlakuan Ayahnya kepada Adik dan Bundanya, sekarang Baskoro bukan hanya menyakiti mental sang Bunda tetapi juga menyakiti fisiknya.Dan untuk Dania, dia sudah membayar dua bodyguard untuk mengawasi Dania dari jauh, dia mewanti-wanti bodyguardnya jangan sampai kecolongan, karena baginya, tanggal sial seseorang tidak ada dalam kalender.Setelah melakukan perjalan yang lumayan jauh, dia berhenti di resort sekedar untuk memesan kopi, dia kembali mengecek foto yang informannya kirimkan, seorang pasutri lansia yang ia yakini adalah Kakek dan Neneknya.“Katanya mereka bangkrut dan tak memiliki apapun lagi setelah Dania lahir, berarti itu sudah 19 tahun yang lalu, tapi kenapa di foto ini mereka bergembira dengan semua kemewahannya? Ah .. Ja
Dasim menyiram bensin pada api amarah yang tengah berkobar, siapapun yang berada di dekatnya akan hangus terbakar. Begitulah Ednan, ambisi untuk menghancurkan keluarga Ayahnya sangat kuat. Tak peduli mereka masih keluarganya, bahkan hubungan mereka adalah kakek dan cucu sendiri.Tetapi bukankah uang, tahta dan harta bisa merubah karakter dan hati seseorang? Seperti Rian dan Sumi yang serakah ketika memiliki menantu Laksmi yang berasal dari orang kaya dan terpandang. Bukannya berterima kasih karena orang tua Laksmi—Pak Jayden dan Buk Mila membantu menutupi kerugian perusahaan mereka. Bagai serigala berbulu domba, mereka malah berleha-leha dan selalu mengandalkan besannya yang kaya raya. ‘tak tahan dengan kelakuan besannya, Pak Jayden memutuskan kucuran dana ke peusahan Pak Rian. Al hasil perusahaan tersebut bangkrut dan mereka jatuh miskin.Baskoro yang mengetahui hal tersebut tidak terima dan langsung menyusun rencana untuk membunuh mertuanya sendiri bersama Ibu Bapaknya. Pindah ke Ba
“Buk, Bapak dapat tawaran proyek besar” ucapnya memberi tahu sang istri dengan antusias.Sumi yang duduk sambil menyesap the hangat menoleh sekilas, dan kembali focus menatap taman bunga yang baru di pangkasnya.“Sudah lah, Pak. Kita ini sudah tua. Jalan saja sudah rada susah, harus pake tongkat kemana-mana, masih saja ngurusin bisnis dan proyek, lebih baik kita duduk santai saja! Toh semuanya juga ada yang ngatur, uang bulanan juga tak pernah absen dari anak kita Baskoro. Lebih baik Bapak pension saja!”“Tetapi ini sebuah proyek yang menggiurkan Sumi, kau akan kecipratan juga kalau proyek ini berjalan dengan baik nantinya.”“Terserah Bapak saja! Lagipula tampa proyek tersebut hidup kita sudah makmur, kalau kurang uang buat besarin usaha lagi, ya Cuma tinggal minta sama si Baskoro. Dia ‘kan yang sudah memegang semua kendali atas semua kekayaan Laksmi yang di turunkan besan kita yang sudah lama meninggal” jelas Sumi.Rian membenarkan, tetapi nominal yang didapat setiap bulannya sunggu