Dasim tertawa kegirangan, bukankah pertunjukan kali ini benar-benar menyenangkan bagi Jin yang memeilik tugas mencerai beraikan sebuah pasangan? Imron dan Naya bercerai, begitu juga Widi yang mendapatkan surat cerai dari suaminya. Vian memilih menceraikan Widi, begitu juga Ira yang meminta cerai kepada Imron, untungnya Ira dan Imron menikah secara siri.***Apakah kamu mengira bahwa orang-orang yang di hasut Dasim hanya mereka yang lemah Imannya? Tidak! Mari ku ingatkan lagi, dia akan menggoda anak cucu Adam, itu berati keseluruhan, entah kuat atau lemah iman orang tersebut, sumpah iblis adalah mengajak anak cucu Adam untuk menjadi temannya di neraka yang kekal. Maka dari itu para iblis dan jin kafir tak pernah lelah untuk menggoda kita, salah satu godaannya adalah membuat sebuah pasangan bercerai berai, karena penceraian adalah sesuatu yang paling di benci Tuhan.“Abi baru pulang?”“Iya Umi,”Sang istri hanya tersenyum singkat lalu kembali masuk ke kamarnya.Hari-hari mereka begitu m
Pernikahan Maya dan Ilham adalah hasil perjodohan, awalnya Maya menentang keras perjodohan ini karena dia sudah memiliki dambaan hati, tetapi Maya sekuat apapun Maya menolak dia tidak bisa mencegah pernikahan tersebut. Maya di besarkan oleh kedua orang tuanya yang sangat tegas, apalagi Maya adalah anak bungsu dan perempuan satu-satunya. Bahakan, terkadang dia selalu merasa terkekang di dalam keluarganya. Saat hari pernikahan yang hanya di hadiri kedua pihak keluarga dan kerabatnya saja, Maya tak ingin teman-temannya tahu kalau dia sudah menikah, tetapi kabar pernikahan tersebut sampai juga ke telinga sang kekasih, entah sakit hati karena ditinggal nikah atau depresi karena banyak tugas, kekasih Maya memilih mengakhiri hidupnya. Tepat di hari pernikahan Maya. Nasib buruk tak juga sampai di situ, 5 hari setelah pernikahan Maya, sang Abah meninggal dunia. Dari situ muncul rasa tak suka dari Maya kepada sang suami. Dia menganggap pernikahannya adalah pernikahan yang membawa takdir buruk
“Anu .. aku.”“Ada apa Umi? Hem?” Tanya ustadz Ilham menggoda sang istri.“Ada nyamuk tadi di kenaingnya, ya ada nyamuk ..” ucapnya.Maya langsung beranjak dari sisi ranjang tempat tidur sang suami, dia kembali merebahkan badannya dan coba untuk memejamkan mata. Ustadz Ilham yang melihat tingkah sang istri hanya tersenyum senang, sebenarnya dia sudah bangun sebelum Maya terbangun, tetapi karena posisi tidur Maya yang kepalanya menindih lengan Ustadz Ilham, terpaksa sang Ustadz membiarkannya, ketika Ustadz Ilham tengah sibuk memperhatikan sang Istri, Maya terbangun.Ustadz Ilham sholat disamping Maya yang kembali tertidur pulas. Setelah salam,Ustadz Ilham memperhatikan sang istri yang tertidur dengan tenang, ingin sekali Ustadz Ilham mengajak Maya untuk sholat berjamaah, tetapi apalah daya, Maya lebih suka sholat sendiri.Ustadz Ilham berdzikir hingga hampir memasuki waktu shubuh, gegas ia ke masjid untuk melanjutkan dzikir di sana.Matahari sudah menampakkan sinarnya saat sang ustadz
Ilham dan Maya memutuskan untuk kerumah sang Abang akhir pekan, karena hari jum’at Maya tidak bisa. Ustadz Ilham terus membujuk sang istri hingga mau tak mau Maya menyetujuinya.Setibanya di sana mereka di sambut dengan baik, merka berbicang-bincabg hangat seakan tak pernah terjadi masalah di keluarga ustadz Ilham.“Assalamu’alaikum ustadz Aldi.”“Wa’laikum salam, ada apa, Pak Suryo?”“Anu .. gini, ah, saya jadi sungkan bilangnya, soalnya lagi ada tamu.”“Gak pap, Pak.” Jawab Ilham.“Saya di suruh menjemput Ustadz Aldi, soalnya Mbak Mita, istrinya Den Gery kesurupan.”“Innalillahi .. ayok Pak, kita kesana sekarang.”“Ham, Maya. Abang tinggal dulu ya, kalian istirahat saja di kamar tamu, pasti capek datang dari jauh”“Iya, Bang.”Aldi yang memiliki kemampuan kebatinan dan bisa meruqyah selalu di mintai tolong oleh orang-orang di sekitarnya, lain halnya dengan Ilham dan adiknya Ridho yang menjalani hidup normal sejak kecil. Aldi memiliki kemampuan tersebut karena turunan dari sang kakek
“Ada apa?”“Aku dan Ibu mencarimu, Umi kemana?” tanyanya sambil mengurai pelukannya.“Makam Abah,” jawabnya dan kembali beranjak meninggalkan sang Ustadz sendirian.Ustadz Ilham hanya mengulas senyum kecut, dai sudah tak punya topic pembahasan untuk dibahas kembali bersama Maya, lagi pula Maya selebih banyak diam, hanya sesekali mwnimpali.“Kau kenapa, Nak?’“Siapa? Aku?”Ibunya mengangguk, sekrang mereka hanya berdua di dapur.“Kamu belum ikhlas?”“Ikhlas adalah satu hal tersulit, Bu.”“Tetapi Ibu sudah ikhlas,” sanggahnya.“Ibu hanya terbiasa, terbiasa tanpa hadirnya saat ini. Sedangkan Maya, bukan hanya ditinggal Abah, tetapi juga Lian, bukannya Ibu tahu? Kalau Lian adalah kekasih juga cinta pertama bagi Maya, Ibu ttahu itu, tetapi kenapa Ibu tak membela Maya waktu itu? Ibu diam saja saat Abah menjodohkan aku, padahal Maya bukan wanita yang mudah jatuh cinta, Bu.” Maya menangis terisak.“May ..” Ibunya menghampiri dan mengusap lembut bahu sang putri.“Ustadz Ilham tak bersalah Bu,
Setelah sarapan berdua ustadz Ilham berinisiatif untuk meminta maaf terlibih dulu.“Jangan ingatkan aku tentang sesuatu yang seharusnya untuk di lupakan Ustadz.”Ustadz Ilham kembali bungkam.“Biar aku mengantarmu,”“Tidak perlu, Lili akan datang menjemputku.”Kini tak ada lagi panggilan Abi Umi seperti yang sudah-sudah.“Aku benar-benar menyesal” ucapnya sebelum Maya berlalu dari hadapnnya.“Daa .. ustadz ganteng, kami duluan, kalau butuh istri baru aku siap”Lili gadis cerewet yang blak-blakan, teman masa kecil Maya sampai sekarang.Ustadz Ilham tersenyum dan melambaikan tangannya, nanti sepulang kuliah dia bertekad akan menjemput istrinya di kampusnya, kalau dijemput, Maya tak pernah menolak.Tetapi yang lebih dulu ia lakukan adalah mentransfer uang ke rekening Maya dengan nominal yang lumayan. “Kau pucet sekali May?” Tanya Lili, mereka masih di atas motor.“Tak makan kau kah? Atau anemianya kumat? Mau ku antar kerumah sakit dulu?”“Tak perlu”“Buset .. singkat padat sekali jawaba
“Mas, siapa lagi wanita yang kau bawa itu?”“Bukan urusanmu! Lebih baik kau diam saja!”Laksmi menggeleng melihat tingkah suaminya yang semakin hari semakin parah.Laksmi adalah istri pemilik perusahaan besar, tetapi sang suami memiliki kebiasaan buruk dengan selalu bergonta-ganti wanita untuk menjadi teman satu malamnya, wanita kelas atas yang selalu terjaga dari penyakit. Tetapi tentu saja, sebagai seorang istri, Laksmi merasakan sakit hati saat melihat sang suami yang selalu pulang dengan membawa wanita.Suara-suara menjijikan yang terdengar dari dalam kamar suaminya menjadi pelengkap kala hatinya nelangsa.Prang “Jangan banyak berulah, Laksmi! Lihat dirimu, jalan saja kau ‘tak mampu apalagi mau melayaniku. Lebih baik kau diam saja! Selagi uang masih masuk kerekeningmu dan aku masih membiyai pengobatanmu, lebih baik kau tutup telinga dan mata!” bentak Baskoro kala itu.Akibat kecelakaan 6 bulan yang lalu, yang membuatnya harus duduk di kursi roda. Suaminya semakin liar saja, bahka
Jin pelindung yang tak terima tuannya di sakiti meneror Baskoro dalam mimpi, bahkan semua urusan nya di persulit olehnya.“Apa kau membuat kesalahan? Hingga ‘sesuatu’ yang melindungi istrimu murka?” lelaki paruh baya yang duduk di depan Baskoro menatapnya dengan tanda Tanya.Ya, setelah semua kejadian belakangan ini yang menimpanya membuat dia memutuskan pergi ke orang pintar sesuai arahan temannya, siapa sangka lelaki perlente di depannya ini adalah orang pintar. Baskoro yang tak pernah datang ke orang pintar awalnya bingung dan tak percaya melihat penampilannya, yang dia tahu penampilan orang pintar atau dukun di dentik dengan pakaian yang serba hitam dan menyeramkan dengan pembakaran menyan yang menyeruak seisi rumah, seperti yang ia lihat di film-film dan buku novel yang sering istrinya baca.Baskoro yang melihat tatapan menyelidik dari sang empunya rumah gelagapan. Dia menggeleng kuat, menandakan jika dia tidak tahu mengapa semua bisa terjadi.“Cari tahu kesalahanmu dan memintala
“Kamu sudah dua hari di sini, tetapi suamimu gak ada inisiatif sama sekali buat jenguk kamu!” Ucap Amira yang sengaja mengeraskan nada suaranya agar terdengar oleh Bapaknya sendiri yang tengah memangku Althaf.Kesal rasanya saat mengetahu dulu kalau adik perempuannya dijodohkan dengan laki-laki yang bahkan sama sekali tidak belajar agama, sedangkan adiknya lulusan terbaik di pondok pesantren tempat dia menuntut ilmu dahulu.Hanya karena laki-laki pilihan Bapak dan Ibunya adalah pemuda yang pekerja keras, sehingga tidak mungkin adiknya akan kekurangan katanya. Padahal rejeki, jodoh dan maut hanya Allah yang menentukan.Bapaknya yang mendengar itu hanya mengelus dada, seraya tersenyum kepada cucu laki-lakinya untuk menutupi rasa sesal yang menyelimut dalam diri.Nilam dan Amira keluar dari kamar, bergabung dengan sang Bapak yang tengah bermain dengan kedua cucunya.“Suami gak ada bilang apa-apa gitu?” Tanya Amira penasaran.Nilam menggeleng.“Gak ada inisiati buat lihat anaknya barang s
Nilam sudah mengirimi pesan sesaat setelah keluar dari rumah itu, tetapi hingga adzan dzuhur berkumandang pesan yang sudah ia kirimkan belum jua dibalas oleh suaminya.Nilam ‘tak ambil pusing, karena dirinya memang sedang tidak enak badan.Sesampainya di rumah orang tuanya, Nilam langsung beristirahat, sedangkan Althaf tengah bermain dengan Saga, keponakannya sendiri, anak tertua Amira.Sedangka Fila, anak bungsu dari Amira sedang ikut Ayahnya pergi, entah kemana. Nilam tak bertanya akan hal itu.Sekarang dia hanya focus untuk memulihkan tubuhnya kembali.“Nil, selama kau sakit, jangan menyentuh Althaf langsung. Kau peras saja Asinya lalu taruh di botol. Kalau nyentuh langsung takutnya nular. Apa lebih baik kakak beli susu formula dulu untuk sementara?” tanyanya meminta pendapat dari sang Adik yang tengah berbaring dengan kompres melekat didahinya.“Kalau dikasih susu formula takutnya nanti setelah aku sembuh Althaf malah gak mau sama Asi nya Kak” jawabnya lirih.Amira tampak berfikir
Arman bekerja dengan begitu keras, tidak peduli siang dan malam. Karena Vivi sendiri lepas tangan, padahal itu adaalah hutang orang tuanya juga. Vivi ‘tak mau ambil pusing akan hal itu. Sehingga Arman harus banting tulang sendiri untuk melunasi hutang Ayahnya, yang kini menjadi hutang di Bank.Arman berinisiatif meminjam uang di Bank dengan mengadai sertifikat rumah tersebut, awalnya Vivi menentang dengan keras karena takut rumah tersebut juga akan di sita oleh pihak Bank. Tetapi untungnya Arman bisa meyakinkan, sehingga hutang Ayahnya kepada rentenir lunas, tinggal hutang di Bank atas nama dirinya.Sehingga Vivi sangat membenci Nilam, karena baru beberapa hari menikah Bapak mereka meninggal dunia dan meninggalkan banyak hutang, begitu juga dengan Ibunya yang baru meninggal 2 bulan yang lalu, yang pada akhirnya harus membuat mereka hidup berdua beserta pasangan masing-masing, di rumah peninggalan orang tuanya tersebut.“Aku kakak tertua, aku adalah pengganti Ibu sekarang, karena bel
Tetapi tiba-tiba Althaf menangis dengan kencangnya. Membuat Nilam terperanjat kaget ia langsung menyudahi pekerjaannya dan berlari menuju kamarnya.Sesampainya di dalam kamar, Althaf tengan telentang seraya menangis dengan kencang, buru-buru menggendong sang buah hati, di telisiknya wajah Althaf dengan seksama, ternyata ada sedikit memar di dahinya.“Mbak, Althaf ini kenapa?” tanyanya kepada kakak Iparnya yang sedari tadi hanya diam melihat Althaf menangis tak henti-hentinya.“Ya, ini semua gara-gara kamu. Kalau punya anak di jaga! Masak di biarin di kamar sendirian!”“Aku lagi nyuci beras buat masak Mbak”“Hallah .. ya bawa saja si Althaf, kalau kamu bawa dia tadi, gak mungkin dia akan kejedot pintu saat aku mau masuk kamar kamu!”Althaf mulai tenang, anak kecil itu menyusu kepada Ibunya.“Mbak mau ngapain ke kamar aku?”“Ya terserah aku mau ngapai aja ke kamar kamu, toh ini masihh rumahku! Ya suka-suka aku lah!”Nilam menarik nafas dalam, lalu menghembuskannya dengan kasar, percuma
“Nil, kamu harus menikah dengan lelaki pilihan Bapak dan Ibu!”Nilam hanya tertunduk lesu, pasalnya dirinya baru gagal bertunangan dengan pria pilihannya sendiri. Dulu dia sempat lolos dari perjodohan yang kedua orang tuanya tawarkan, karena menerima lamaran dari pria kenalan teman dekatnya. Tetapi siapa sangka, lelaki tersebut hanya mempermainkan perasaannya saja, padahal kedua orang tua masing-masing sudah mengetahui hubungan mereka.Dan kini, mau tidak mau, suka tidak suka, Nilam harus menerima perjodohan tersebut, lelaki yang dulu masih orang tuanya jodohkan kepadanya.Hingga pernikahan tanpa cinta pun terjadi, semua berjalan lancar sesuai kehendak kedua orang tuanya.“Kamu cepat hamil ya, cepat punya anak. Ibu sama Bapak ingin menggendong cucu dari kamu.” Ibunya berkata seraya menyerahkan jamu subur kepada Nilam yang kebetulan bertandang ke rumah orang tuanya.Padahal pernikahan keduanya baru berjalan 3 bulan, tetapi kedua orang tuanya sudah tidak sabar, dan memaksa Nilam untuk
Malam kembali datang, menyapa mereka yang ingin ketenangan.Yesa kembali berkumpul dengan saudaranya yang lain, saling bersenda gurau seperti biasanya.Tiba-tiba saja Mertuanya datang bersama seseorang yang tidak terlalu bisa dia kenali, karena kedua orang tuanya dan juga saudaranya yang lain untuk menyuruhnya kembali masuk ke dalam kamar.Yesa mendengarkan semua pembicaraan dan perdebatan diantara mereaka, karena memang kamarnya berada tepat di samping ruang tamu.“Kami meminta maaf atas nama Agam putraku”“Kami sudah memaafkannya, besan. Tetapi maaf, untuk kembali menjadi istri Nak Agam putri bungsu saya sudah tidak bisa, dan kami berhak memberinya keputusan atas dirinya sendiri.” Jelas sang Ayah sembari menangkupkan kedua tangannya pertanda memohon maaf.“Tidak bisakah mereka kembali seperti dulu?”Ayah dari Yesa menggeleng, “Tidak, maaf!” ucapnya tegas.Lelaki tersebut menghela nafas berat, dia harus terima jika keputusan yang diambil kali ini adalah memisahkan putranya dan sang
“Nelfon siapa?” Tanya Agam tiba-tiba.Agam kembali ke kamar dan mendapati istrinya mendekatkan posel ke telinganya, pertanda sedang menpon seseorang.“Mbak Tya”“Buat apa?”“Minta di jemput, ‘kan kamu sendiri yang ngusir tadi!” Tanpa banyak bicara Agam langsung mengambil ponsel istrinya dan berlalu pergi begitu saja meninggalkan Yesa di kamar mereka sendirian.‘Pergilah dari sini, tinggalkan pria tak tahu diri seperti dirinya. Selagi kalian belum memiliki anak, kau harus hidup bebas Yesa. Jangan biarkan lelaki itu terus menindasmu!’Yesa menghela nafas, mau tidak mau dia harus pakai cara lain. Selama ini dia sudah cukup diam, toh mereka tidak memiliki anak untuk dipertahankan, lebih baik sendiri dari pada nelangsa dan makan hati tiap hari.Yesa membulatkan tekadnya untuk pergi dari kehidupan Agam. Dia akan pergi, dan harus pergi!Siang itu Yesa bersiap pergi dengan membawa beberapa helai bajunya yang ia sembunyikan di tas dagangannya.“Mau kemana kamu?” Tanya kakak Iparnya.“Mau ngan
“Dek, baju kamu kok begitu sih? Gak usah pake celana lah!”“Kenapa? setidaknya bajuku panjang sampai betis kok”“Iya aku gak suka! Ganti baju sana, nurut sama suami!”Yesa menurut, padahal sebentar lagi mereka akan berangkat kondangan ke rumah saudaranya. Sedari tadi malam Yesa sudah membantu di rumah saudaranya itu hingga larut, baru kembali pulang. Pagi-pagi juga begitu, hingga hari berganti siang, dan siang berganti sore, Yesa seharian itu membantu tanpa istirahat.Itu pun terkadang masih saja salah di mata orang-orang sekitarnya, entah karena sudah terhasut gunjingan Ipar atau mertuanya, atau memang orang-orang sana yang memang tidak suka atas apa yang dilakukan oleh Yesa. Padahal setahunya, dirinya tidak pernah berbuat masalah kepada orang lain.Yesa kembali menemui Agam dengan memakai gamis syar’I yang menurutnya terlalu kebesaran, tetapi begitulah. Apalagi dirinya di kenal dengan menantu dan Istri dari seorang Ustadz. Jadi dia harus bisa menjaga penampilannya sesantun mungkin
“Dia Lina, salah satu waninta yang ikut clup touring”“Harus ya, sampai meluk gitu?”“Memangnya kenapa? Toh hanya teman! Anak-anak di clup juga pada tahu kok kalau aku sudah menikah! Sudahlah jangan memperpanjang sesuatu yang tidak penting! Jangan berlebihan dalam menanggapi sesuatu!” ujarnya ketus.Agam melenggang pergi keluar dari kamarnya meninggalkan Yesa sendiri yang masih mematung di tempatnya.Apa katanya? Yesa berlebihan dalam menanggapi sesuatu? Lalu yang dilakukan selama ini kepada Yesa apa? Bukankah dia yang terlalu berlebihan? Sedangkan Yesa hanya bertanya saja! Yesa menghela nafas seraya menggelengkan kepalanya perlahan, dirinya pergi ke dapur untuk membuatkan makan siang atau sekedar kopi untuk suaminya yang baru pulang ke rumah setelah bepergian jauh.Yesa melihat di luar suaminya menerima sebuah paket yang cukup mahal baginya, tanpa berlama-lama lagi Agam langsung memasang besi tambahan yang kurir berikan tadi.“Dimodif lagi?” Tanya Yesa kemudian meletakkan kopi yang