Malam ini, Rujid bersama para pengikutnya berkumpul di dalam gereja. Bukan untuk beribadat, mereka berkumpul untuk rencana tertentu. Rujid yang memakai Vestimentum dan pengikutnya yang memakai jubah berwarna merah meneriakkan puji-pujian yang ditunjukkan bukan untuk tuhan mereka, melainkan untuk sesuatu yang lain. Tepat pada tengah malam, para pengikut sekte yang dibuat oleh Rujid keluar dari gereja. Keadaan pinggiran kota Arrnasche sedang sepi. Para penjaga yang berpatroli mengalihkan penjagaan mereka ke atas tembok serta gerbang-gerbang masuknya kota. Seperti seorang yang andal, para pengikut Rujid keluar dari gereja dengan aura seminim mungkin. Mereka tidak diperkuat oleh sihir ataupun benda sihir yang mampu menghilangkan mereka. Kemampuan tersebut sudah dilatih oleh para anggota sekte sudah dari lama. Para pengikut sekte Rujid berjalan di daerah sekitar kota serta gang-gang sempit. Terkadang keberadaan mereka terdeteksi oleh para prajurit
Asap hitam mengepul ke udara dari dalam kota. Asap tersebut ditimbulkan oleh para pengikut sekte Rujid yang beraksi di dalam. Mereka menyerang rumah penduduk dan menyerang para warga yang sedang terlelap tidur. Malam dengan bulan purnama yang indah dan sudah cerah, menjadi lebih terang akibat cahaya yang dihasilkan dari tembok api. Bentuknya tipis sehingga banyak orang yang tidak mengira itu terbuat dari api. Kebanyakan dari mereka hangus begitu saja saat melewatinya. Jendral Martias yang menjabat sebagai kesatria kerajaan langsung bangun dari tidurnya dan segera menuju ke tempat lokasi setelah menerima informasi dari bawahannya. Martias memacu kuda dengan beberapa anggota di belakangnya dengan memakai baju zirah lengkap. Memotong angin malam, kelompok kesatria kerajaan dengan wajah cemas hanya bisa berharap keadaan tidak semakin memburuk. "Kapten! Datang kabar terbaru." Sambil memacu kudanya, salah satu bawahan Martias memberi informasi yang baru
Patung domba itu tidak diukir dengan terlalu detail sehingga hanya terlihat pahatan kasar dari seorang pengrajin pemula jika dilihatnya. Meskipun hanya terlihat seperti pahatan pemula, benda yang dipegang Rujid merupakan salah satu item sihir yang ia beli bersamaan dengan bola putih miliknya. Patung tersebut dapat mengambil mana yang sudah mati dan juga aura ketakutan di sekitarnya. Area yang dicakup item tersebut cukup luas meskipun bentuknya tidak sebesar bola putih di atas batu makam miliknya. Rujid mencium batu tersebut dan meletakkannya persis di depan bola miliknya. "The Lost Sheep. Aku serahkan padamu."Saat diletakkan, benda tersebut secara bersamaan dengan bola di belakangnya mengeluarkan cahaya dengan dua warna yang berbeda. Item bernama The Lost Sheep itu mengeluarkan warna hitam pekat, sedangkan bola di belakangnya mengeluarkan warna putih terang. Tetapi dua benda tersebut bekerja sama dengan baik. Aura dan mana berwarna hitam yang
Beberapa jam sebelumnya... "Jadi ini yang orang bilang sebagai ibukota?" Berdiri di sana, di depan gerbang tembok besar ibukota Arrnasche, satu orang laki-laki dan perempuan. Yang laki-laki mengenakan pakaian serba hitam dengan jubah yang menutupi setengah badannya saja. Pakaiannya terlihat mahal dan seperti seorang petinggi militer. "Ya, Arrnasche disebut sebagai ibu kota yang besar dengan pertahanan yang kuat."Di sebelahnya terdapat perempuan yang memakai baju serba putih. Pakaiannya mirip seperti seorang priest. Perempuan itu mengenakan jaket dan jubah yang menutupi kepalanya sehingga sangat sulit untuk melihat wajahnya secara langsung. Mereka berdua adalah petualang berperingkat silver yang datang dari kota Rumberg. "Seberapa kuat?" "Sepertinya tidak melebihi Ordioth dan juga Havellz." "Percuma saja kalau begitu." Selagi melihat tembok yang tinggi, mereka melangkah ke arah para penjaga yang ada di depan mereka sembari membic
Florithe dengan segera bangkit dari duduknya kemudian meninggalkan ruangan dan Aria mengikuti di belakangnya. Mereka berdua keluar dari penginapan dan menggunakan sihir Fly untuk pergi ke barat pinggiran kota Arrnasche. Setelah beberapa detik mereka terbang, dari atas mereka dapat melihat banyak makhluk putih dengan perlengkapan yang berbeda-beda."Melihat dari atas sini rasanya sangat berbeda." ucap Aria sambil lanjut terbang mengikuti Florithe.Mereka semua berhamburan seperti gelombang tsunami yang menghantam bangunan di sekitarnya dan memakan manusia dengan jumlah mereka. Itu adalah gelombang tinggi undead. Makhluk tengkorak tanpa daging dan kulit berhamburan dengan cepat dan menyerang kota. Penduduk yang kebingungan untuk melihat cahaya merah di luar menjadi korban para undead tersebut. Di tengah-tengah gelombang undead itu, Aria dan Florithe melihat seseorang berjalan bersama dengan para undead tanpa terluka. Layaknya seorang presiden, ker
Aria mengangkat tangannya dan mengarahkannya ke pinggir Rujid. "Wind Blast."Setelah mengucapkan mantra itu, pasukan undead di sebelahnya terbang ke belakang bersamaan debu dari tanah seakan ada yang menghantam permukaan di sana. Rujid yang melihat itu sedikit panik. Sihir yang diperlihatkan Aria tidak begitu spesial. Namun sihir yang dihasilkan memiliki efek yang lebih besar dari Wind Blast pada umumnya. "Ronde kedua. Wind Blast." Sama seperti yang sudah dilakukannya tadi, Aria segera menghempaskan prajurit undead Rujid yang ada. Namun Aria meningkatkan sihirnya tersebut sehingga benturan yang terjadi lebih besar dan padukan Rujid banyak yang terkena efeknya. "Tunggu! Kau bisa meningkatkan itu lagi?! Tidak bisa dimaafkan!" Rujid kemudian memegang kalung yang dipakainya. Kalung itu kemudian bersinar dengan terang. Tidak ada efek apapun pada pasukan Rujid. "Kau tidak akan selamat jika sudah dikepung. Aku memanggil bantuan untuk mengala
Guild petualang ibukota Arrnasche. Bangunan tersebut terletak di benteng kedua kerajaan Brimmid. Bangunannya cukup besar dan bagus. Guild petualang ibukota dikenal sebagai salah satu markas guild petualang dengan anggota terbanyak. Yang ada di dalam bangunan tersebut merupakan petualang pemula hingga petualang berpengalaman. Tetapi hari ini kebanyakan guild itu dipenuhi dengan petualang berperingkat menengah. "Hey lihat.""Yah, kau benar."Mereka menatap dan bergumam ke arah sepasang pria dan wanita yang baru saja meninggalkan meja resepsionis. Tidak ada niatan untuk mengganggu ataupun membuat masalah dengan kedua orang tersebut, pasalnya peringkat mereka lebih rendah daripada orang yang mereka tatap. Mata mereka dengan jelas melihat lencana dengan lengan bintang yang banyak. Tetapi rasa penasaran mereka yang membuat mereka terus menatap kedua orang tersebut. Itu dikarenakan mereka sama sekali tidak pernah melihat kedua orang tersebut
Aria dan Florithe langsung pergi menuju tempat orang yang bernama Ghilmar tersebut dengan berjalan kaki keesokan harinya. Bangunan-bangunan di sekitar mereka terlihat lebih besar dan bagus. Jalan yang mereka lalui juga cukup luas dan bersih, terkadang mereka melihat kereta kuda yang cukup mahal karena dihiasi oleh suatu kain. Aria sendiri sudah sering melewati bangunan bagus ini, bahkan setiap hari. Bedanya memang bangunan yang ia lihat sekarang lebih kuno, namun arsitektur rumah mewah para pejabat pada abad pertengahan masih terasa kental. Jalan mereka dituntun oleh sebuah peta kecil yang berasal dari balik tulisan surat. Gambarnya tidak terlalu jelas untuk menunjukkan arah dan terkadang membuat Aria yang dapat menggunakan peta dengan baik salah mengambil jalan."Apakah orang yang tinggal di sini benar-benar menggambar peta ini?" Keluh Aria saat sudah banyak mengambil banyak jalan yang salah. Setelah melalui semua itu, Aria Akhirnya berusaha membua