Aria dan Florithe langsung pergi menuju tempat orang yang bernama Ghilmar tersebut dengan berjalan kaki keesokan harinya. Bangunan-bangunan di sekitar mereka terlihat lebih besar dan bagus. Jalan yang mereka lalui juga cukup luas dan bersih, terkadang mereka melihat kereta kuda yang cukup mahal karena dihiasi oleh suatu kain. Aria sendiri sudah sering melewati bangunan bagus ini, bahkan setiap hari. Bedanya memang bangunan yang ia lihat sekarang lebih kuno, namun arsitektur rumah mewah para pejabat pada abad pertengahan masih terasa kental. Jalan mereka dituntun oleh sebuah peta kecil yang berasal dari balik tulisan surat. Gambarnya tidak terlalu jelas untuk menunjukkan arah dan terkadang membuat Aria yang dapat menggunakan peta dengan baik salah mengambil jalan."Apakah orang yang tinggal di sini benar-benar menggambar peta ini?" Keluh Aria saat sudah banyak mengambil banyak jalan yang salah. Setelah melalui semua itu, Aria Akhirnya berusaha membua
Tuan Putri Sylvia yang tadi hendak pergi kembali berdiam diri di tempat yang sama. "Apakah itu tidak apa-apa?" "Ya, tentu. Aku sangat yakin Tuan Putri akan menyukainya." Putri Sylvia yang memasang wajah berpikir akhirnya memasang senyuman, setuju untuk ikut dengan Ghilmar. "Baiklah. Kalau begitu aku menerima tawaranmu." "Terima kasih, Tuan Putri."Mereka berempat kemudian pergi meninggalkan ruangan yang penuh dengan bangsawan ke tempat yang lebih sepi. Ghilmar kemudian mengajak istrinya di pertengahan jalan ketika bertemu dengannya, sehingga yang masuk berjalan bersama mereka bertambah menjadi lima orang. Ghilmar membawa mereka ke ruangan yang biasa ia pakai untuk urusan pribadi dengan orang-orang kepercayaannya.Sebagai tuan rumah dan juga sebagai seorang bangsawan yang mengundang orang asing, Ghilmar memperkenalkan Aria dan Florithe terlebih dahulu dan bukan sebaliknya. Walau dalam etik bangsawan keluarga kerajaan yang harus diprioritaskan.
Walau Ghilmar mengatakan Aria mendapatkan kesempatan yang bagus, tapi dirinya tidak mengharapkan sesuatu yang seperti ini.Bukan tidak ingin berbicara dengan Putri Sylvia sebagai putri kerajaan. Aria setuju ini adalah kesempatan yang bagus, tapi itu semua tidak sesuai dengan semua ekspetasi yang ia bayangkan sampai saat ini.Pertama, Aria sangat senang ketika mengetahui kalau surat yang dikirimnya berasal dari seorang Grand-duke yang memungkinkan Aria memperluas koneksinya.Kedua, ia disambut oleh Ghilmar itu sendiri sebagai Grand-duke dan mengajaknya untuk berbicara secara pribadi.Dengan kedua hal tersebut, Aria sudah membayangkan percakapan yang berat diantara Aria dan Ghilmar. Sesuatu seperti percakapan dengan topik serius mengenai kerajaan, pertukaran informasi, atau rahasia yang tidak sengaja terungkap tergambar jelas di dalam rencananya. Apalagi itu diperkuat dengan masuknya Putri Sylvia yang diperbolehkan untuk masuk ke dalam percakapan pribadi. Tapi ter
Tapi, setuju akan perkataan Putri Sylvia tentang tidak ingin merusak suasana, Aria memutuskan untuk melanjutkannya. "Ya, itu benar. Aku dan Florithe adalah apa yang orang bilang sebagai petualang. Tapi sejujurnya aku tidak yakin bahwa apa yang kami alami akan sama dengan kebanyakan petualang lainnya. Bukannya kami tidak ingin berbagi cerita kami. Sejujurnya, kami bukanlah berasal dari kerajaan Brimmid, dan kami datang di kerajaan belum lama ini. Jadi aku tidak yakin apa yang kami alami bisa memenuhi keinginan dari Tuan Putri."Aria sendiri masih bingung, apa yang dimaksud dengan petualang? Penjelasan itu terlalu subjektif karena ketika melihat papan misi di dalam guild, kebanyakan isinya adalah permintaan dari seseorang. Di bumi, Aria akan menyebut mereka dengan kata 'freelance' dan bukan petualang. Jadi Aria yakin penjelasannya akan membuat Tuan Putri kecewa.Tapi, walau sudah mendapatkan penjelasan yang jelas, Putri Sylvia tidak memasang wajah tidak puas, melaink
Kuil bergaya Yunani kuno sudah sepenuhnya ditempati oleh Aria. Dia tidak lagi memilih penginapan yang ada di kota. Selain tidak harus membayar uang tiap malam, kuil yang sempat ia inginkan dahulu lebih bagus daripada penginapan di kota Rumberg. Pulang dengan menggunakan sihir teleport, Aria langsung sampai di kuil tersebut. Dirinya teleport bersama Florithe dari Arrnasche selepas mendapatkan hasil yang bagus dari Tuan Putri Sylvia dan Grand-duke Ghilmar. Aria segera memasuki kuil miliknya tersebut. Ia disambut oleh pria yang mengenakan setelan jas biru dengan garis-garis vertikal berwarna merah. Kupingnya sedikit runcing dan memakai kacamata. Dilihat sepintas, pria tersebut memiliki pola wajah yang tidak bersahabat dan menyeramkan. Tapi pria itu menunduk bagaikan seorang yang sangat ia harus hormati saat Aria datang. "Selamat datang kembali, Tuanku." "Ya, kerja bagus, Pharash. Bagaimana keadaan tempat ini saat aku pergi? Maafkan aku menyerahkan semuanya pada
Catherine, atau dengan nama lengkap Catherine Zeta, juga merupakan NPC yang dipanggil oleh Aria setelah menemukan bangunan kuil di dalam Death Forest. Catherine bukanlah NPC buatan melainkan NPC yang dicuri oleh Aria dari guild besar yang menyukai ras hewan atau manusia yang mempunyai kuping dan ekor hewan. "Apa dia sudah menemukan sesuatu?" tanya Aria dengan saksama."Ya. Catherine sendiri tidak menjelaskannya secara rinci, tetapi ia sudah menemukan sesuatu yang bisa membuat Tuan untuk bergerak saat ini." jawab Pharash sambil menatap ke arah Tuannya.Di dalam pikirannya, Pharash sebagai NPC terpintar yang dimiliki Aria setuju dengan apa yang ditulis oleh Zeta. Menurutnya, semakin cepat maka semakin baik untuk mendapatkan hasil yang maksimal.Tapi Aria sendiri masih ragu karena dia belum sepenuhnya mengetahui situasi dunia barunya itu. Akan lebih aman jika Aria mengetahui hal itu dengan pasti."Saat ini di mana posisinya?" "Saya melihat dari salah
"Jadi ini yang mereka sebut Marmastan." Dua orang berdiri di tengah banyak kerumunan. Terdengar banyak suara roda yang menggesek batu dan tanah, tidak lupa dengan langkah kaki kuda yang menggunakan tapaknya. Suara orang berteriak begitu nyaring menawarkan dagangan mereka. Suara yang nyaring itu juga bercampur dengan para pedagang dan pembeli yang sedang tawar menawar. Yang bisa dilihat oleh mata mereka saat ini adalah pasar yang menawarkan banyak barang dan di beli oleh penduduk, serta transportasi kereta kuda yang berlalu-lalang membawa kotak bermacam isian. "Suasananya sangat berbeda dengan Brimmid." Tidak ada yang keberatan saat Aria mengatakan hal tersebut karena suasana pasar di Mitridem lebih ramai. Ada alasan dibalik itu semua. Jika harus membandingkan lebih besar mana, Mitridem memang jauh lebih besar sehingga populasi mereka menjadi banyak. Tetapi populasi tersebut tidak sepenuhnya dihuni oleh manusia karena Mitridem dipenuhi oleh banyak r
"Hey! ...*huck*... Apakah ...*huck*... kalian ...*huck* ... sedang ...*huck* ... berkencan?~~" Sambil sempoyongan dengan bau alkohol yang sangat kuat, perempuan itu kembali meminum alkoholnya dan melanjutkan ucapan mabuknya."Seleramu bagus juga manusia~~~*huck*... Aku sangat iri, ya~~*huck*" Hanya bisa melihat dengan diam Aria dan Florithe ditabrak oleh seorang pemabuk. Sebenarnya mabuk adalah hal yang biasa bagi para petualang. Dengan meminum alkohol, rasa lelah mereka akan menghilang. Sebagian juga meminum alkohol sebagai perayaan tuntasnya misi, dan sebagian lainnya menjadikan alkohol sebagai minuman hadiah untuk diri sendiri karena berhasil melalui hari yang berat. Tetapi biasanya mereka akan melakukan itu ketika malam hari dan melakukannya di tempat yang tertutup dan mengundang beberapa orang saja. Aria yang baru di Marmastan tidak dapat berbuat banyak. Bagaimanapun mengganggu orang yang sedang mabuk akan membuat masalah lebih rumit karena logika mereka sedang turun menjad
Matahari kembali memperlihatkan sosoknya yang agung. Dia begitu bersinar dan nampak cerah dengan cahaya alaminya. Di pagi hari ini, wajah para pasukan aliansi kembali pada titik mereka bisa tersenyum setelah melewati malam yang begitu mengerikan. Saat pemimpin mereka melawan paus keimanan, mereka diserbu oleh pasukan musuh yang tidak mempunyai nyali ataupun takut di dalam diri mereka. Beberapa teman yang mereka kenal lama atau baru kenal saat di perjalanan mati dengan keadaan mengenaskan. Setelah pertempuran semalam, mereka memutuskan untuk berkabung sebentar saat itu juga, karena tidak banyak waktu lagi bagi mereka untuk bergerak. Raja Aria dan Ratu Brimmid sebenarnya sudah memutuskan untuk mereka beristirahat dan menjaga kota, tapi para pasukan akan merasa sangat tidak termotivasi jika tidak ikut dengan pemimpin mereka. Meneriakkan kemenangan bersama dengan para pemimpin adalah salah satu motivasi mereka agar tidak terpuruk sesudah pertempuran. Jasad Paus Keimanan tidak dapat
Lalu kemudian Gillechrìosd merasakan rasa takut yang besar, tapi dirinya tidak bisa merespons hingga akhirnya tanpa ia sadar, wajahnya sudah mencium tanah dengan keras. "Mhmffuu!" Serangan itu berasal dari Aria. Dia menenggelamkan wajah Gillechrìosd dengan kekuatannya sendiri hingga menghantam dan menghancurkan tanahnya. Setelah memberikan serangan, Aria lalu membawa Ninelie ke tempat yang aman dan mematikan sihir cahaya yang berakibat fatal bagi Ninelie. Dengan sihir yang sudah dimatikan, Ninelie yang tidak berdaya masih bisa belum merespons. "Florithe." ucap Aria untuk memberikan tindakan khusus."Ya." Florithe dengan segera datang dan menyembuhkan Ninelie. "Aku tidak menyangka dia bisa mengubah darah menjadi senjata." Sambil menyembuhkan Ninelie, Aria memulai percakapan. Mengingat jarang sekali melihat sihir yang identik, ia tidak bisa menahan rasa penasarannya.Florithe juga tidak keberatan. Konsentrasinya tidak mudah luntur hanya dengan percakapan biasa. "Itu adalah kemampua
Gillechrìosd menatap tajam ke arah Aria yang menunjukkan posisi sedikit tertunduk, seakan menahan rasa sakit serangan miliknya. Dari jari tengah tangan kanannya, dia melihat darah menetes ke tanah. "Jadi aku masih terkena serangannya." umpat dirinya lalu, Gillechrìosd mendecak. "Itu membuatku kesal." Gillechrìosd menghapus darahnya lalu melangkah ke mendekati Aria yang masih belum bergerak. "Baiklah, kau tidak sedang tidur sekarang, bukan? Mari kita lanjutkan pestanya." Gillechrìosd melebarkan kalung yang ia lilitkan di tangan kanannya sambil membaca mantra. Tangan kanannya kini dikelilingi oleh lingkaran sihir tiga lapis berwarna biru dengan kalung lambang agamanya yang ikut bersinar. "Ini akan menjadi sesuatu yang bagus saat otakmu meleleh. Holy Fire!" Tangan kanan Gillechrìosd langsung diselimuti oleh api berwarna biru putih menggantikan lingkaran sihirnya. Namun lagi-lagi, tanpa dirinya sadar, seseorang menyerang dirinya sekali lagi. Tapi ia dapat merasakan serangan itu saat
Berdiri di antara pasukannya, Gillechrìosd memasang senyum segar di wajahnya. Badannya masih dalam posisi yang sempurna. Goresan serta lecet dan beberapa luka yang ia dapatkan saat pertarungan melawan Aria hilang tanpa jejak. Tatapan matanya begitu tinggi dan mengejek sosok lawannya yang ia pikir berdosa. Gillechrìosd menilai mereka semua adalah sampah yang seharusnya dewanya tidak ciptakan. Tidak ada sifat mulia bahkan dengan berani menginjakkan kakinya di tempat suci untuk peribadatan. "Untuk seorang raja baru dari kerajaan Ordioth, kau lumayan." Dari nadanya, siapapun bisa mendengar bahwa nada itu adalah nada ejekan yang diberikan kepada Aria. "Bahkan setelah melawan tubuh keduaku ... Mungkin hanya kau yang bisa membuatnya tidak sadarkan diri." Gillechrìosd mengocehkan kehebatannya dengan gerak gerik seorang bangsawan yang memiliki kekuasaan absolut. Dengan postur tubuh yang bagus dan wajah yang tampan, Gillechrìosd masuk dalam jajaran kedua orang yang dibenci oleh Aria setel
Di depan mereka, berseberangan dengan tempat mereka berdiri, muncul dari kegelapan bayangan, disinari dengan sedikit cahaya bulan, terdapat seorang pria menggunakan baju pendeta, sama seperti yang dikenakan para paus yang ditemukan oleh Aria sebelumnya. Tetapi pria itu memiliki banyak hiasan keagamaan yang menempel di pakaiannya. Terdapat rantai, kalung, juga buku yang menempel pada baju pendetanya. Rambut pria itu panjang dan berwarna keemasan. Tubuhnya tinggi juga proporsional. Dilihat dari kulitnya, usia orang itu terbilang sangat muda dibandingkan dengan paus lainnya yang ada di teokrasi. Ninelie yang melihat itu langsung masuk dalam mode siaga untuk bertempur. "Hati-hati. Dia sangat kuat." "Sangat kuat? Dia?" Aria yang diberi peringatan oleh Ninelie bertanya kembali untuk memastikan.Ninelie kembali membalasnya sambil mempertahankan sikap siaganya. "Ya, meskipun penampilannya terlihat seperti itu dia adalah orang yang terkuat di Teokrasi." "Jadi itu bukan Paus Keberanian?"
Setelah membunuh karakter yang Aria pribadi benci, Aria bersama dengan Florithe keluar dari dalam gedung melewati puing-puing bangunan yang hancur, efek dari serangan pedang Arthur yang bertabrakan dengan pelindung sihir milik Aria. Matahari di sana sudah melumpuhkan warna oranye, dan bayang-bayang bangunan di sekitar taman utama mencerminkan waktunya untuk istirahat dari segala aktivitas. Tetapi taman itu sudah sunyi. Tidak ada satupun aktivitas terasa di taman utama teokrasi yang menjadi pusat dari segala acara keagamaan. Aria yang masih di sekitar gedung itu melihat ke arah matahari dengan mata yang penuh dengan keinginan kuat. Tetapi secara visual matanya hanya menatap keindahan matahari itu. Menjadikan balas dendam sebagai alasan utama ketidakbergunaan diri sendiri berjalan di atas dunia. Dan yang membuat itu semakin buruk, karena menjadikan aksi selingkuh tunangannya sebagai alasan utama. Benar-benar bodoh sekali. Angin berembus yang membuat pakaian Aria dan Florithe mengik
Aria menuju salah satu bangunan di pusat taman Teokrasi. Bangunan itu memiliki sebuah kubah sebagai atapnya. Interiornya mewah dengan berbagai lukisan serta patung yang terbuat dari emas. Di sana, ia pergi ke salah satu ruangan dengan pintu masuk yang berbeda dari pintu lainnya yang ada di bangunan itu. Ruangan itu dipenuhi oleh buku yang tertata, namun tidak begitu rapi di rak yang seluruhnya menyatu dengan tembok. Buku-buku tebal dan berwarna dengan jumlah yang banyak, hingga beberapa diletakkan di lantai. Ketika dia masuk, dia melihat seseorang sedang membaca salah satu buku yang cukup tebal. Aria tidak menyerang itu karena ia sepertinya mengenal sosok tersebut. Intuisinya tidak salah. Dengan santai ia masuk bersama Florithe dan menyapa, "Sudah lama tidak bertemu, Arthur." Arthur yang ada di di depannya memakai pakaian putih layaknya paladin di kekaisaran, namun lebih mewah layaknya seorang prajurit. Arthur melihat ke arah Aria dan menutup bukunya, "Ya, sudah lama tidak be
Namaku adalah Arthur. Aku dilahirkan di desa kecil di kerajaan Brimmid. Ayahku bekerja sebagai tukang pemotong kayu di hutan sekitar desa. Sedangkan ibu, ibu hannyalah seorang ibu rumah tangga biasa. Mereka sangat baik kepadaku. Ayah selalu menyemangatiku dan tidak pernah bosan untuk bisa membuatku gembira. Begitu juga dengan ibu, ibu selalu dapat menenangkanku kapanpun aku merasa butuh. Setiap aku menangis, ibu selalu ada dan memelukku. Saat umurku sudah menginjak 4 tahun, Aku melihat ibu menangis. Ibu bilang bahwa Ayah akan pergi sangat lama. Butuh waktu sekitar satu tahun hingga akhirnya aku menyadari kalau ayah telah meninggal. Aku mendengar percakapan orang-orang di desa kalau banyak monster berkeliaran di dalam hutan. Kemudian, aku tidak sengaja mendengar ayahku yang menjadi salah satu korbannya. Mereka bilang, ayah mati karena dimakan oleh sekumpulan serigala yang besar saat menebang pohon. Aku kemudian mengingat saat waktu itu, banyak orang berkumpul di depan rumah. M
"Garban telah dikalahkan katamu!!?" Empat paus yang berada di dalam ruangan sebuah gereja yang juga menyatu sebagai kastil di wilayah paus kasih sayang, mengatakan hal yang serupa dengan nada tidak percaya. Empat paus itu duduk di meja bundar. Dari sebelah kanan, mereka adalah Ailpein Caisidei sang Paus Kebajikan, Gilleathain Kendrick sang Paus Kebaikan, Fionnghal-Taog Duffs sang Paus Ketaatan, dan Fearchar Kavanaugh sang Paus Kasih Sayang. Mereka semua ada dan menunggu di sini hanya satu alasan; mendapatkan kabar baik dari Garban Lewis, sang Paus Ketaatan, yang berharap dapat mempertahankan tembok kokoh mereka. Namun setelah keyakinan yang tinggi, apa yang mereka dengar dari salah satu bawahan mereka, yang mereka suruh untuk memberi informasi hannyalah kekalahan total. "Apa kau serius tentang itu?" ucap salah satu dari Paus di sana masih tidak mempercayainya.Sang pembawa pesan hanya bisa berlutut dan menghadap ke bawah sambil gemetar berhadapan dengan para paus. "Y-ya, tidak sal