Share

Chapter 44

Penulis: JayK
last update Terakhir Diperbarui: 2022-10-20 11:00:14

Catherine, atau dengan nama lengkap Catherine Zeta, juga merupakan NPC yang dipanggil oleh Aria setelah menemukan bangunan kuil di dalam Death Forest.

Catherine bukanlah NPC buatan melainkan NPC yang dicuri oleh Aria dari guild besar yang menyukai ras hewan atau manusia yang mempunyai kuping dan ekor hewan.

"Apa dia sudah menemukan sesuatu?" tanya Aria dengan saksama.

"Ya. Catherine sendiri tidak menjelaskannya secara rinci, tetapi ia sudah menemukan sesuatu yang bisa membuat Tuan untuk bergerak saat ini." jawab Pharash sambil menatap ke arah Tuannya.

Di dalam pikirannya, Pharash sebagai NPC terpintar yang dimiliki Aria setuju dengan apa yang ditulis oleh Zeta. Menurutnya, semakin cepat maka semakin baik untuk mendapatkan hasil yang maksimal.

Tapi Aria sendiri masih ragu karena dia belum sepenuhnya mengetahui situasi dunia barunya itu. Akan lebih aman jika Aria mengetahui hal itu dengan pasti.

"Saat ini di mana posisinya?"

"Saya melihat dari salah
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • GodTales: Terjebak di Dunia RPG (Role-Playing Game)   Chapter 45

    "Jadi ini yang mereka sebut Marmastan." Dua orang berdiri di tengah banyak kerumunan. Terdengar banyak suara roda yang menggesek batu dan tanah, tidak lupa dengan langkah kaki kuda yang menggunakan tapaknya. Suara orang berteriak begitu nyaring menawarkan dagangan mereka. Suara yang nyaring itu juga bercampur dengan para pedagang dan pembeli yang sedang tawar menawar. Yang bisa dilihat oleh mata mereka saat ini adalah pasar yang menawarkan banyak barang dan di beli oleh penduduk, serta transportasi kereta kuda yang berlalu-lalang membawa kotak bermacam isian. "Suasananya sangat berbeda dengan Brimmid." Tidak ada yang keberatan saat Aria mengatakan hal tersebut karena suasana pasar di Mitridem lebih ramai. Ada alasan dibalik itu semua. Jika harus membandingkan lebih besar mana, Mitridem memang jauh lebih besar sehingga populasi mereka menjadi banyak. Tetapi populasi tersebut tidak sepenuhnya dihuni oleh manusia karena Mitridem dipenuhi oleh banyak r

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-20
  • GodTales: Terjebak di Dunia RPG (Role-Playing Game)   Chapter 46

    "Hey! ...*huck*... Apakah ...*huck*... kalian ...*huck* ... sedang ...*huck* ... berkencan?~~" Sambil sempoyongan dengan bau alkohol yang sangat kuat, perempuan itu kembali meminum alkoholnya dan melanjutkan ucapan mabuknya."Seleramu bagus juga manusia~~~*huck*... Aku sangat iri, ya~~*huck*" Hanya bisa melihat dengan diam Aria dan Florithe ditabrak oleh seorang pemabuk. Sebenarnya mabuk adalah hal yang biasa bagi para petualang. Dengan meminum alkohol, rasa lelah mereka akan menghilang. Sebagian juga meminum alkohol sebagai perayaan tuntasnya misi, dan sebagian lainnya menjadikan alkohol sebagai minuman hadiah untuk diri sendiri karena berhasil melalui hari yang berat. Tetapi biasanya mereka akan melakukan itu ketika malam hari dan melakukannya di tempat yang tertutup dan mengundang beberapa orang saja. Aria yang baru di Marmastan tidak dapat berbuat banyak. Bagaimanapun mengganggu orang yang sedang mabuk akan membuat masalah lebih rumit karena logika mereka sedang turun menjad

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-21
  • GodTales: Terjebak di Dunia RPG (Role-Playing Game)   Chapter 47

    Melewati jalan yang dilalui oleh banyak orang serta ras, Aria dan Florithe kembali mengunjungi pasar di ibukota Mitridem, yaitu Marmastan. Sebelumnya, mereka berdua sudah mengunjungi pasar yang ramai oleh penduduk lokal serta pedagang setelah berbincang dengan petualang lainnya dan mendapatkan kamar di penginapan. Meski begitu, karena pasarnya begitu luas dan banyak sekali barang dagangan yang ditawarkan, mereka kesulitan untuk memilih dan memutuskan untuk memeriksa harga pasar terlebih dahulu dan kembali lagi dikemudian hari. "Seperti biasa akan sangat sulit memilih sesuatu jika datang ke tempat yang seperti ini." keluh Aria saat berjalan menyusuri pasar setelah mendapatkan informasi harga pasar.Florithe yang ada di samping terus mengikuti Aria hanya menjawab santai. "Aku pikir tidak sesulit itu. Semua yang ada di sini setidaknya berdagang dengan baik.""Aku harap aku bisa membuktikan itu sendiri." jawab Aria iri dengan kemampuan Florithe dan hanya bisa pasrah kembali menyusuri p

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-21
  • GodTales: Terjebak di Dunia RPG (Role-Playing Game)   Chapter 48

    Menyadari tatapan itu, Red kemudian kembali membuka mulutnya untuk memperkenalkan orang-orang yang ada di belakangnya. "Mereka ada di dalam satu grup denganku. Seharusnya kau sudah mengenali siapa yang pendek ini, namanya Ninelie." Ninelie sedikit marah saat dirinya disebut pendek, namun rasa ke tidak sukaan itu ditepis oleh ketidakpuasan dirinya disebut anggota mereka dan dirinya tidak pernah menganggap bagian dari kelompok itu. "Kemudian ada ketua kelompok ini yang memakai zirah ringan berwarna merah. Namanya Violet, sekaligus orang yang terkuat di kelompok ini. Lalu dua orang adik kakak namanya Miya dan Mya, mereka ahli dalam mencari info dan bersembunyi." Violet yang diperkenalkan oleh Red kemudian berjalan mendekati Red dan berhadapan langsung dengan Aria dan Florithe. Dirinya tersenyum dan menjulurkan tangannya. Aria membalasnya dengan senyuman dan menerima jabatan tangan tersebut. "Sebang bertemu denganmu, Tuan Aria. Meski sudah diperkenalka

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-22
  • GodTales: Terjebak di Dunia RPG (Role-Playing Game)   Chapter 49

    Dua kelompok dengan jumlah yang berbeda saling berhadapan. Kelompok Red Rose yang memiliki anggota terbanyak berada di utara, sedangkan lawannya yang hanya beranggotakan dua orang, yaitu Aria dan Florithe berada di sisi yang berlawanan dengan mereka. Violet yang menjadi wasit pertandingan berada di pinggir sebelah barat, mengangkat tangannya sebagai pertanda kapan latihan tandingnya akan dimulai. "Kalau begitu, mulai!" Violet berteriak dan menurunkan tangannya ke bawah yang menandakan pertandingan telah dimulai. Kedua kubu tidak menunjukkan pergerakan, mereka sama-sama berhati-hati karena kekuatan lawan yang mereka tidak diketahui. Tapi perbedaan ekspresi terlihat jelas ada perbedaan. Aria memasang ekspresi santai dengan senyuman yang sekaan mengejek lawan, sedangkan Florithe sendiri wajahnya tidak bisa terlihat oleh kelompok Red Rose karena tertutup tudung. Kelompok Red Rose sendiri memasang ekspresi tegang dan serius karena lawan mereka meru

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-22
  • GodTales: Terjebak di Dunia RPG (Role-Playing Game)   Chapter 50

    Red yang kebingungan akhirnya telat untuk membuat respon. Dirinya sadar seharusnya dia langsung mundur karena dirinya sudah jauh dari kelompok. Tapi nasi sudah menjadi bubur, Red menerima dirinya telah lengah. "Earth Wall!" Untungnya, Ninelie segera merapalkan sihir untuk membuat sebuah tembok yang cukup besar di depan Red. Dan setelah tembok itu didirikan, terdengar suara benturan yang cukup keras. Bagian depan Earth Wall milik Ninelie telah diselimuti oleh es, bahkan benturan yang menciptakan es itu sampai pada bagian samping dan terlihat oleh Red yang ada di belakang tembok itu.Itu adalah serangan yang diluncurkan Aria. Sihir yang dikeluarkannya adalah Water Ice Ball dengan daya luncur yang tinggi. Sihir itu akan meluncur dengan cepat dan ketika mengenai musuh, Water Ice Ball merubah targetnya menjadi es. "Red!" teriak Ninelie khawatir melihat rekan sesama kelompoknya itu hampir terkena serangan.Red yang tersadarkan lalu dengan segera mundur, ke

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-23
  • GodTales: Terjebak di Dunia RPG (Role-Playing Game)   Chapter 51

    Di sisi lain, Florithe yang melompat cukup jauh dan mendarat di sisi yang berbeda diserang oleh adik kakak yang memakai pedang pendek. Saat baru mendarat, secara tiba-tiba Florithe dikejutkan oleh serangan kejutan dari mereka berdua. "Kau tidak melupakan keberadaan kami, bukan?" ucap mereka berdua sambil memancarkan aura membunuh.Bagi seorang penyihir, pertarungan jarak pendek akan merugikan mereka sehingga dengan keadaan dua lawan satu dan pertarungan jarak dekat, sudah dipastikan siapa pemenangnya. Mya muncul dari depan bawah Florithe dan menyerang menggunakan pedang pendeknya secara vertikal ke atas. Secara mengejutkan, Florithe langsung menghindari dengan mendongakkan kepalanya ke arah atas. Tapi tidak berhenti di situ, mengetahui serangannya meleset, Mya mengayunkan kembali pedangnya yang kali ini bergerak ke arah bawah. "Fuu!" Florithe segera mundur sedikit dan mampu menghindari serangan kedua dari Mya itu. "Ha!" Masih belum diberi

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-23
  • GodTales: Terjebak di Dunia RPG (Role-Playing Game)   Chapter 52

    "Serahkan padaku! Hyaaa!" Red yang mempunyai kelincahan bergerak menghadapi Florithe yang dengan cepat berlari menuju kelompoknya. Red memukul palu miliknya tersebut dengan warna merah tua yang bersinar ke tanah. Pukulan itu membuat garis lurus dan mengangkat tanah menjadi bongkahan batu besar yang terus bertambah tinggi sampai ke titik ujung pukulan itu selesai. Florithe menghindari serangan itu dengan melompat tinggi kemudian melanjutkan larinya di atas batu-batuan yang diciptakan oleh Red. "Tidak akan aku biarkan! Explode Rock!" Batu-batu yang menjulang dari tanah itu kemudian meledak dan membuat serpihan kecil terbang secara sembarang dengan cepat, mirip seperti diledakkan oleh sebuah bom. "Sangat bagus, tapi masih belum cukup. Wind Blast!" Florithe membalasnya dengan mengeluarkan Wind Blast dan membuat batu-batu kecil itu terbang mengarah ke kelompok Red Rose. "Earth Wall!" Tembok batu kembali diciptakan untuk menghindari serang

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-24

Bab terbaru

  • GodTales: Terjebak di Dunia RPG (Role-Playing Game)   Chapter 112 [Tamat]

    Matahari kembali memperlihatkan sosoknya yang agung. Dia begitu bersinar dan nampak cerah dengan cahaya alaminya. Di pagi hari ini, wajah para pasukan aliansi kembali pada titik mereka bisa tersenyum setelah melewati malam yang begitu mengerikan. Saat pemimpin mereka melawan paus keimanan, mereka diserbu oleh pasukan musuh yang tidak mempunyai nyali ataupun takut di dalam diri mereka. Beberapa teman yang mereka kenal lama atau baru kenal saat di perjalanan mati dengan keadaan mengenaskan. Setelah pertempuran semalam, mereka memutuskan untuk berkabung sebentar saat itu juga, karena tidak banyak waktu lagi bagi mereka untuk bergerak. Raja Aria dan Ratu Brimmid sebenarnya sudah memutuskan untuk mereka beristirahat dan menjaga kota, tapi para pasukan akan merasa sangat tidak termotivasi jika tidak ikut dengan pemimpin mereka. Meneriakkan kemenangan bersama dengan para pemimpin adalah salah satu motivasi mereka agar tidak terpuruk sesudah pertempuran. Jasad Paus Keimanan tidak dapat

  • GodTales: Terjebak di Dunia RPG (Role-Playing Game)   Chapter 111

    Lalu kemudian Gillechrìosd merasakan rasa takut yang besar, tapi dirinya tidak bisa merespons hingga akhirnya tanpa ia sadar, wajahnya sudah mencium tanah dengan keras. "Mhmffuu!" Serangan itu berasal dari Aria. Dia menenggelamkan wajah Gillechrìosd dengan kekuatannya sendiri hingga menghantam dan menghancurkan tanahnya. Setelah memberikan serangan, Aria lalu membawa Ninelie ke tempat yang aman dan mematikan sihir cahaya yang berakibat fatal bagi Ninelie. Dengan sihir yang sudah dimatikan, Ninelie yang tidak berdaya masih bisa belum merespons. "Florithe." ucap Aria untuk memberikan tindakan khusus."Ya." Florithe dengan segera datang dan menyembuhkan Ninelie. "Aku tidak menyangka dia bisa mengubah darah menjadi senjata." Sambil menyembuhkan Ninelie, Aria memulai percakapan. Mengingat jarang sekali melihat sihir yang identik, ia tidak bisa menahan rasa penasarannya.Florithe juga tidak keberatan. Konsentrasinya tidak mudah luntur hanya dengan percakapan biasa. "Itu adalah kemampua

  • GodTales: Terjebak di Dunia RPG (Role-Playing Game)   Chapter 110

    Gillechrìosd menatap tajam ke arah Aria yang menunjukkan posisi sedikit tertunduk, seakan menahan rasa sakit serangan miliknya. Dari jari tengah tangan kanannya, dia melihat darah menetes ke tanah. "Jadi aku masih terkena serangannya." umpat dirinya lalu, Gillechrìosd mendecak. "Itu membuatku kesal." Gillechrìosd menghapus darahnya lalu melangkah ke mendekati Aria yang masih belum bergerak. "Baiklah, kau tidak sedang tidur sekarang, bukan? Mari kita lanjutkan pestanya." Gillechrìosd melebarkan kalung yang ia lilitkan di tangan kanannya sambil membaca mantra. Tangan kanannya kini dikelilingi oleh lingkaran sihir tiga lapis berwarna biru dengan kalung lambang agamanya yang ikut bersinar. "Ini akan menjadi sesuatu yang bagus saat otakmu meleleh. Holy Fire!" Tangan kanan Gillechrìosd langsung diselimuti oleh api berwarna biru putih menggantikan lingkaran sihirnya. Namun lagi-lagi, tanpa dirinya sadar, seseorang menyerang dirinya sekali lagi. Tapi ia dapat merasakan serangan itu saat

  • GodTales: Terjebak di Dunia RPG (Role-Playing Game)   Chapter 109

    Berdiri di antara pasukannya, Gillechrìosd memasang senyum segar di wajahnya. Badannya masih dalam posisi yang sempurna. Goresan serta lecet dan beberapa luka yang ia dapatkan saat pertarungan melawan Aria hilang tanpa jejak. Tatapan matanya begitu tinggi dan mengejek sosok lawannya yang ia pikir berdosa. Gillechrìosd menilai mereka semua adalah sampah yang seharusnya dewanya tidak ciptakan. Tidak ada sifat mulia bahkan dengan berani menginjakkan kakinya di tempat suci untuk peribadatan. "Untuk seorang raja baru dari kerajaan Ordioth, kau lumayan." Dari nadanya, siapapun bisa mendengar bahwa nada itu adalah nada ejekan yang diberikan kepada Aria. "Bahkan setelah melawan tubuh keduaku ... Mungkin hanya kau yang bisa membuatnya tidak sadarkan diri." Gillechrìosd mengocehkan kehebatannya dengan gerak gerik seorang bangsawan yang memiliki kekuasaan absolut. Dengan postur tubuh yang bagus dan wajah yang tampan, Gillechrìosd masuk dalam jajaran kedua orang yang dibenci oleh Aria setel

  • GodTales: Terjebak di Dunia RPG (Role-Playing Game)   Chapter 108

    Di depan mereka, berseberangan dengan tempat mereka berdiri, muncul dari kegelapan bayangan, disinari dengan sedikit cahaya bulan, terdapat seorang pria menggunakan baju pendeta, sama seperti yang dikenakan para paus yang ditemukan oleh Aria sebelumnya. Tetapi pria itu memiliki banyak hiasan keagamaan yang menempel di pakaiannya. Terdapat rantai, kalung, juga buku yang menempel pada baju pendetanya. Rambut pria itu panjang dan berwarna keemasan. Tubuhnya tinggi juga proporsional. Dilihat dari kulitnya, usia orang itu terbilang sangat muda dibandingkan dengan paus lainnya yang ada di teokrasi. Ninelie yang melihat itu langsung masuk dalam mode siaga untuk bertempur. "Hati-hati. Dia sangat kuat." "Sangat kuat? Dia?" Aria yang diberi peringatan oleh Ninelie bertanya kembali untuk memastikan.Ninelie kembali membalasnya sambil mempertahankan sikap siaganya. "Ya, meskipun penampilannya terlihat seperti itu dia adalah orang yang terkuat di Teokrasi." "Jadi itu bukan Paus Keberanian?"

  • GodTales: Terjebak di Dunia RPG (Role-Playing Game)   Chapter 107

    Setelah membunuh karakter yang Aria pribadi benci, Aria bersama dengan Florithe keluar dari dalam gedung melewati puing-puing bangunan yang hancur, efek dari serangan pedang Arthur yang bertabrakan dengan pelindung sihir milik Aria. Matahari di sana sudah melumpuhkan warna oranye, dan bayang-bayang bangunan di sekitar taman utama mencerminkan waktunya untuk istirahat dari segala aktivitas. Tetapi taman itu sudah sunyi. Tidak ada satupun aktivitas terasa di taman utama teokrasi yang menjadi pusat dari segala acara keagamaan. Aria yang masih di sekitar gedung itu melihat ke arah matahari dengan mata yang penuh dengan keinginan kuat. Tetapi secara visual matanya hanya menatap keindahan matahari itu. Menjadikan balas dendam sebagai alasan utama ketidakbergunaan diri sendiri berjalan di atas dunia. Dan yang membuat itu semakin buruk, karena menjadikan aksi selingkuh tunangannya sebagai alasan utama. Benar-benar bodoh sekali. Angin berembus yang membuat pakaian Aria dan Florithe mengik

  • GodTales: Terjebak di Dunia RPG (Role-Playing Game)   Chapter 106

    Aria menuju salah satu bangunan di pusat taman Teokrasi. Bangunan itu memiliki sebuah kubah sebagai atapnya. Interiornya mewah dengan berbagai lukisan serta patung yang terbuat dari emas. Di sana, ia pergi ke salah satu ruangan dengan pintu masuk yang berbeda dari pintu lainnya yang ada di bangunan itu. Ruangan itu dipenuhi oleh buku yang tertata, namun tidak begitu rapi di rak yang seluruhnya menyatu dengan tembok. Buku-buku tebal dan berwarna dengan jumlah yang banyak, hingga beberapa diletakkan di lantai. Ketika dia masuk, dia melihat seseorang sedang membaca salah satu buku yang cukup tebal. Aria tidak menyerang itu karena ia sepertinya mengenal sosok tersebut. Intuisinya tidak salah. Dengan santai ia masuk bersama Florithe dan menyapa, "Sudah lama tidak bertemu, Arthur." Arthur yang ada di di depannya memakai pakaian putih layaknya paladin di kekaisaran, namun lebih mewah layaknya seorang prajurit. Arthur melihat ke arah Aria dan menutup bukunya, "Ya, sudah lama tidak be

  • GodTales: Terjebak di Dunia RPG (Role-Playing Game)   Chapter 105

    Namaku adalah Arthur. Aku dilahirkan di desa kecil di kerajaan Brimmid. Ayahku bekerja sebagai tukang pemotong kayu di hutan sekitar desa. Sedangkan ibu, ibu hannyalah seorang ibu rumah tangga biasa. Mereka sangat baik kepadaku. Ayah selalu menyemangatiku dan tidak pernah bosan untuk bisa membuatku gembira. Begitu juga dengan ibu, ibu selalu dapat menenangkanku kapanpun aku merasa butuh. Setiap aku menangis, ibu selalu ada dan memelukku. Saat umurku sudah menginjak 4 tahun, Aku melihat ibu menangis. Ibu bilang bahwa Ayah akan pergi sangat lama. Butuh waktu sekitar satu tahun hingga akhirnya aku menyadari kalau ayah telah meninggal. Aku mendengar percakapan orang-orang di desa kalau banyak monster berkeliaran di dalam hutan. Kemudian, aku tidak sengaja mendengar ayahku yang menjadi salah satu korbannya. Mereka bilang, ayah mati karena dimakan oleh sekumpulan serigala yang besar saat menebang pohon. Aku kemudian mengingat saat waktu itu, banyak orang berkumpul di depan rumah. M

  • GodTales: Terjebak di Dunia RPG (Role-Playing Game)   Chapter 104

    "Garban telah dikalahkan katamu!!?" Empat paus yang berada di dalam ruangan sebuah gereja yang juga menyatu sebagai kastil di wilayah paus kasih sayang, mengatakan hal yang serupa dengan nada tidak percaya. Empat paus itu duduk di meja bundar. Dari sebelah kanan, mereka adalah Ailpein Caisidei sang Paus Kebajikan, Gilleathain Kendrick sang Paus Kebaikan, Fionnghal-Taog Duffs sang Paus Ketaatan, dan Fearchar Kavanaugh sang Paus Kasih Sayang. Mereka semua ada dan menunggu di sini hanya satu alasan; mendapatkan kabar baik dari Garban Lewis, sang Paus Ketaatan, yang berharap dapat mempertahankan tembok kokoh mereka. Namun setelah keyakinan yang tinggi, apa yang mereka dengar dari salah satu bawahan mereka, yang mereka suruh untuk memberi informasi hannyalah kekalahan total. "Apa kau serius tentang itu?" ucap salah satu dari Paus di sana masih tidak mempercayainya.Sang pembawa pesan hanya bisa berlutut dan menghadap ke bawah sambil gemetar berhadapan dengan para paus. "Y-ya, tidak sal

DMCA.com Protection Status