"Hey! ...*huck*... Apakah ...*huck*... kalian ...*huck* ... sedang ...*huck* ... berkencan?~~" Sambil sempoyongan dengan bau alkohol yang sangat kuat, perempuan itu kembali meminum alkoholnya dan melanjutkan ucapan mabuknya."Seleramu bagus juga manusia~~~*huck*... Aku sangat iri, ya~~*huck*" Hanya bisa melihat dengan diam Aria dan Florithe ditabrak oleh seorang pemabuk. Sebenarnya mabuk adalah hal yang biasa bagi para petualang. Dengan meminum alkohol, rasa lelah mereka akan menghilang. Sebagian juga meminum alkohol sebagai perayaan tuntasnya misi, dan sebagian lainnya menjadikan alkohol sebagai minuman hadiah untuk diri sendiri karena berhasil melalui hari yang berat. Tetapi biasanya mereka akan melakukan itu ketika malam hari dan melakukannya di tempat yang tertutup dan mengundang beberapa orang saja. Aria yang baru di Marmastan tidak dapat berbuat banyak. Bagaimanapun mengganggu orang yang sedang mabuk akan membuat masalah lebih rumit karena logika mereka sedang turun menjad
Melewati jalan yang dilalui oleh banyak orang serta ras, Aria dan Florithe kembali mengunjungi pasar di ibukota Mitridem, yaitu Marmastan. Sebelumnya, mereka berdua sudah mengunjungi pasar yang ramai oleh penduduk lokal serta pedagang setelah berbincang dengan petualang lainnya dan mendapatkan kamar di penginapan. Meski begitu, karena pasarnya begitu luas dan banyak sekali barang dagangan yang ditawarkan, mereka kesulitan untuk memilih dan memutuskan untuk memeriksa harga pasar terlebih dahulu dan kembali lagi dikemudian hari. "Seperti biasa akan sangat sulit memilih sesuatu jika datang ke tempat yang seperti ini." keluh Aria saat berjalan menyusuri pasar setelah mendapatkan informasi harga pasar.Florithe yang ada di samping terus mengikuti Aria hanya menjawab santai. "Aku pikir tidak sesulit itu. Semua yang ada di sini setidaknya berdagang dengan baik.""Aku harap aku bisa membuktikan itu sendiri." jawab Aria iri dengan kemampuan Florithe dan hanya bisa pasrah kembali menyusuri p
Menyadari tatapan itu, Red kemudian kembali membuka mulutnya untuk memperkenalkan orang-orang yang ada di belakangnya. "Mereka ada di dalam satu grup denganku. Seharusnya kau sudah mengenali siapa yang pendek ini, namanya Ninelie." Ninelie sedikit marah saat dirinya disebut pendek, namun rasa ke tidak sukaan itu ditepis oleh ketidakpuasan dirinya disebut anggota mereka dan dirinya tidak pernah menganggap bagian dari kelompok itu. "Kemudian ada ketua kelompok ini yang memakai zirah ringan berwarna merah. Namanya Violet, sekaligus orang yang terkuat di kelompok ini. Lalu dua orang adik kakak namanya Miya dan Mya, mereka ahli dalam mencari info dan bersembunyi." Violet yang diperkenalkan oleh Red kemudian berjalan mendekati Red dan berhadapan langsung dengan Aria dan Florithe. Dirinya tersenyum dan menjulurkan tangannya. Aria membalasnya dengan senyuman dan menerima jabatan tangan tersebut. "Sebang bertemu denganmu, Tuan Aria. Meski sudah diperkenalka
Dua kelompok dengan jumlah yang berbeda saling berhadapan. Kelompok Red Rose yang memiliki anggota terbanyak berada di utara, sedangkan lawannya yang hanya beranggotakan dua orang, yaitu Aria dan Florithe berada di sisi yang berlawanan dengan mereka. Violet yang menjadi wasit pertandingan berada di pinggir sebelah barat, mengangkat tangannya sebagai pertanda kapan latihan tandingnya akan dimulai. "Kalau begitu, mulai!" Violet berteriak dan menurunkan tangannya ke bawah yang menandakan pertandingan telah dimulai. Kedua kubu tidak menunjukkan pergerakan, mereka sama-sama berhati-hati karena kekuatan lawan yang mereka tidak diketahui. Tapi perbedaan ekspresi terlihat jelas ada perbedaan. Aria memasang ekspresi santai dengan senyuman yang sekaan mengejek lawan, sedangkan Florithe sendiri wajahnya tidak bisa terlihat oleh kelompok Red Rose karena tertutup tudung. Kelompok Red Rose sendiri memasang ekspresi tegang dan serius karena lawan mereka meru
Red yang kebingungan akhirnya telat untuk membuat respon. Dirinya sadar seharusnya dia langsung mundur karena dirinya sudah jauh dari kelompok. Tapi nasi sudah menjadi bubur, Red menerima dirinya telah lengah. "Earth Wall!" Untungnya, Ninelie segera merapalkan sihir untuk membuat sebuah tembok yang cukup besar di depan Red. Dan setelah tembok itu didirikan, terdengar suara benturan yang cukup keras. Bagian depan Earth Wall milik Ninelie telah diselimuti oleh es, bahkan benturan yang menciptakan es itu sampai pada bagian samping dan terlihat oleh Red yang ada di belakang tembok itu.Itu adalah serangan yang diluncurkan Aria. Sihir yang dikeluarkannya adalah Water Ice Ball dengan daya luncur yang tinggi. Sihir itu akan meluncur dengan cepat dan ketika mengenai musuh, Water Ice Ball merubah targetnya menjadi es. "Red!" teriak Ninelie khawatir melihat rekan sesama kelompoknya itu hampir terkena serangan.Red yang tersadarkan lalu dengan segera mundur, ke
Di sisi lain, Florithe yang melompat cukup jauh dan mendarat di sisi yang berbeda diserang oleh adik kakak yang memakai pedang pendek. Saat baru mendarat, secara tiba-tiba Florithe dikejutkan oleh serangan kejutan dari mereka berdua. "Kau tidak melupakan keberadaan kami, bukan?" ucap mereka berdua sambil memancarkan aura membunuh.Bagi seorang penyihir, pertarungan jarak pendek akan merugikan mereka sehingga dengan keadaan dua lawan satu dan pertarungan jarak dekat, sudah dipastikan siapa pemenangnya. Mya muncul dari depan bawah Florithe dan menyerang menggunakan pedang pendeknya secara vertikal ke atas. Secara mengejutkan, Florithe langsung menghindari dengan mendongakkan kepalanya ke arah atas. Tapi tidak berhenti di situ, mengetahui serangannya meleset, Mya mengayunkan kembali pedangnya yang kali ini bergerak ke arah bawah. "Fuu!" Florithe segera mundur sedikit dan mampu menghindari serangan kedua dari Mya itu. "Ha!" Masih belum diberi
"Serahkan padaku! Hyaaa!" Red yang mempunyai kelincahan bergerak menghadapi Florithe yang dengan cepat berlari menuju kelompoknya. Red memukul palu miliknya tersebut dengan warna merah tua yang bersinar ke tanah. Pukulan itu membuat garis lurus dan mengangkat tanah menjadi bongkahan batu besar yang terus bertambah tinggi sampai ke titik ujung pukulan itu selesai. Florithe menghindari serangan itu dengan melompat tinggi kemudian melanjutkan larinya di atas batu-batuan yang diciptakan oleh Red. "Tidak akan aku biarkan! Explode Rock!" Batu-batu yang menjulang dari tanah itu kemudian meledak dan membuat serpihan kecil terbang secara sembarang dengan cepat, mirip seperti diledakkan oleh sebuah bom. "Sangat bagus, tapi masih belum cukup. Wind Blast!" Florithe membalasnya dengan mengeluarkan Wind Blast dan membuat batu-batu kecil itu terbang mengarah ke kelompok Red Rose. "Earth Wall!" Tembok batu kembali diciptakan untuk menghindari serang
Sebuah benda runcing yang diselimuti oleh listrik berwarna ungu cerah membelah posisi Aria dan Red yang membuat Aria membatalkan serangan terakhirnya itu. Tongkat berwarna emas dengan tinggi 20 cm itu menancap dengan cukup dalam di tanah. Aria yang sempat tidak menyadari serangan tiba-tiba itu hanya bisa menahan ekspresinya. Dirinya terkejut melihat tongkat yang cukup familier di matanya itu. "Eresh?!" Secara spontan Aria meneriakkan itu dari alam bawah sadarnya dengan suara cukup lantang. "Siapa?" Yang menjawab itu adalah seorang wanita dengan armor ringan berwarna merah yang sedang terbang tinggi di atas.Di sekelilingnya terdapat tongkat yang sama dan semuanya diselimuti oleh aliran listrik berwarna ungu. Jumlah total tongkat runcing itu ada 3 buah di masing-masing sisi dan sedang mengarah tepat ke bawah untuk menyerang. "Tidak, lupakan." Aria yang sudah tersadarkan merasa sedikit kecewa dirinya tidak bertemu dengan sosok yang ia sukai