Share

Chapter 1

Penulis: JayK
last update Terakhir Diperbarui: 2022-08-15 22:48:49

[ Welcome back to GodTales ]

Setelah notifikasi itu, pemandangan landscape dengan warna hijau pepohonan dan padang rumput yang luas, serta birunya langit dengan tambahan awan putih, langsung terlihat oleh mata Aria.

Ia kemudian bangun dan merenggangkan dirinya yang ia rasa kaku di bawah pohon yang rindang. Selagi melakukan hal itu, seluruh badan Aria dihampiri oleh angin yang berembus.

Tidak terlalu kencang, namun mampu membuat jubah berwarna hitam miliknya, yang hanya menutupi bagian kanan tubuh sampai pahanya tersebut, terbawa dan berkibar selama beberapa detik.

“Firasatku selalu benar mengenai hal ini. Pasti, akan ada yang menarik di tempat ini.”

Setelah mengatakan hal tersebut, Aria kemudian berjalan ke arah sebuah tembok besar yang terbuat dari batu. Ia tampak yakin dan tidak ragu dengan langkahnya.

Kini, di hadapannya, sudah terdapat sebuah tembok besar dan juga lubang besar yang digunakan sebagai gerbang masuk. Selain itu, terdapat dua orang penjaga yang memakai full armor dengan pelindung kepala yang terbuat dari besi. Jangan lupakan tombak, serta sebuah pedang di pinggangnya--membuat kesan seram. Akan tetapi, penjaga tersebut hanya berdiri di samping dan tidak menghalangi jalan masuk ke dalam.

Dengan sedikit senyum yang terukir di wajahnya, Aria melangkah dengan semangat hingga dia melewati kedua penjaga tersebut. Melihat sesuatu yang tidak beres, salah satu penjaga melihat Aria sebentar yang sudah berada di belakangnya kemudian memanggilnya.

“Tunggu sebentar, Tuan,” ucap salah satu penjaga gerbang.

Mendengar perkataan tersebut, Aria kemudian berbalik arah dan melihat ke sekelilingnya. Sayangya, hanya ada dirinya di sana. 

Aria lalu menunjuk dirinya sendiri seolah berkata ‘aku?’

Penjaga gerbang tersebut merespons dengan menganggukkan kepalanya.

“Bisakah Anda ke mari sebentar?”

Setelah mendapatkan perintah tersebut, Aria melangkahkan kakinya dan mendekati si penjaga.

“Apa ada yang bisa aku bantu?” tanya Aria tanpa merasa aneh.

“Bisakah Anda menunjukkan kartu identitasmu?” pinta sang penjaga sambil menjulurkan tangannya.

“Kartu identitas?” ulang Aria bingung.

“Ya, kartu identitas anda, Tuan. Jika Tuan pedagang, maka tunjukkanlah kartu dagang milik Tuan. Jika seorang petualang, tunjukkan pin yang Tuan miliki. Atau, jika Tuan adalah warga desa, tunjukkan surat rekomendasi yang Tuan bawa.”

Merasa bingung apa yang diucapkan sang penjaga, Aria hanya merespon dengan kedipan matanya saja.

“Apakah kau mendengarkanku, Tuan?”

“Tentu aku tidak punya,” jawab Aria dengan mudahnya sambil mengibaskan tangannya.

Mendengar jawaban itu, kedua penjaga tersebut kemudian memegang pergelangan tangan Aria masing-masing di kanan dan kirinya. Setelah itu, kedua penjaga itu mendorong Aria kembali ke pijakan awal di depan kedua penjaga.

Aria yang masih bingung, tiba-tiba terkejut saat dua buah tombak diacungkan ke arahnya oleh kedua penjaga tersebut.

“Sebaiknya, kau pergi dari sini, atau kami akan memproses dirimu secara hukum!”

Merasa dirinya terpojok dan tidak punya pilihan lain, Aria hanya menyerah, mengangkat kedua tangannya dan berpikir untuk pergi dari tempat ini.

“Baiklah-baiklah! Aku paham. Aku akan pergi dari sini.”

Dengan tatapan tajam, kedua penjaga tersebut masih melihat ke arah Aria dan memasang sikap jika sesuatu hal akan terjadi tiba-tiba.

Untungnya, kekhawatiran itu tidak terjadi dan mereka menurunkan kedua tombaknya saat Aria sudah hampir tidak terlihat lagi.

Di sisi lain, Aria yang masih berpikir apa yang baru saja terjadi. 

Ini aneh sekali! Hampir tidak pernah seorang penjaga kota akan menolak seorang pemain. Hal itu sudah pasti dan menjadi hukum yang melekat pada seorang NPC (Non-player Character atau karakter nonpemain) yang tidak dapat dikendalikan oleh pemain karena diprogram demikian.

“Apakah ini sebuah event?" Terkadang, di dalam Godtales, memang akan ada event berhadiah. Mengingat mayoritas event di Godtales adalah hal orisinil dan baru di sepanjang dunia game RPG semenjak perilisannya, jadi event secara mendadak bukanlah hal yang aneh.

"Tidak aku sepertinya salah.” ucap Aria lagi. Hipotesis mengenai sebuah event sedang berlangsung ditepis secara cepat oleh Aria. Aria mengingat bahwa dia tidak melihat banner atau pengumuman sebuah event sedang berlangsung atau akan dimulai.

"Apa ada bug?" Mungkin saja, ada kecacatan teknis yang membuat permainan tidak dapat berjalan sebagaimana mestinya.

Tetapi, hipotesis kedua segera ditepisnya lagi. Dia ingat bahwa baru saja ada pembaruan game lima hari yang lalu.

Meski begitu, Aria kemudian menyimpan hipotesis ini dan jika memang benar dia akan melaporkannya kepada GM (Game Master) yang memegang kendali utama permaian.

“Sebenarnya, apa yang terjadi?” Aria kemudian memunculkan hipotesa pertamanya dan mencoba memastikannya sekali lagi.

“Hipotesis akan tetap menjadi hipotesis jika tidak ada uji cobanya. Jadi, aku akan mencobanya!”

Aria mengeluarkan sebuah kode perintah [Open Event] yang diucapkan oleh para pemain ketika ingin melihat apa saja event yang sedang berjalan saat ini.

Namun, setelah Aria mengatakan hal itu, sebuah layar yang seharusnya akan menampilkan berbagai macam event yang tersusun rapi seperti mengunjungi sebuah situs tidak muncul.

“Ehh?” Aria terlihat seperti seorang pemain yang gagal merapalkan mantranya.

Melihat itu,  Aria kemudian mencurigai keberadaan bug. Berangkat dari situ, Aria kemudian mencoba memanggil seorang GM (Game Master) yang bertanggung jawab agar segera diperbaiki.

Sekali lagi, Aria mengucapkan kode perintah untuk memanggil seorang GM dan mencoba untuk terhubung dengan salah satu GM.

“Call GM!”

Sayangnya, tidak ada jawaban dari pusat. Aria kemudian mencoba berbagai kode perintah yang lain, seperti Access Chat, Force Chat GM, SOS, 511, Force Open 511, dan lain-lain. Namun, semua itu tidak berfungsi.

“Apa yang sedang terjadi sebenarnya?” Aria menggaruk kepalanya merasa sedikit kesal.

Kejadian seperti ini tidak biasanya dialami di game Godtales. Jika terjadi bug ataupun sesuatu yang berhubungan dengan pemain, GM akan langsung menghubungi pemain tersebut dan memberikan cara untuk keluar dari kondisi tersebut.

Ingin menghilangkan kekesalan, Aria kemudian mencoba sesuatu yang mengganjal di pikirannya.

Ia menjulurkan tangan kanannya ke depan, namun sebelum itu, takut sesuatu akan terjadi, ia menutup matanya dengan tangannya yang satu lagi dan mencoba mengintip.

Setelah yakin dengan hati yang berdebar, ia menggerakkan pergelangan tangannya dari atas ke bawah dan...

“Sreeengg... Tentu saja itu tidak terjadi. Gerakan seperti itu hanya ada di novel.”

Merasa hampa dan dirinya melakukan hal bodoh, Aria membuang semua pikirannya dan berpikir untuk keluar dari game meski tujuannya kali ini untuk bersenang-senang, tidak terwujud.

“Aku akan mengirim permasalahan ini lewat e-mail. Bisa saja aku mendapatkan kompensasi.”

Aria tertawa di dalam hatinya membayangkan kompensasi yang akan diterimanya nanti. Karena developer akan memberikan kompensasi bagi siapapun yang menemukan atau juga terkena bug yang tidak menguntungkan pemainnya.

“Baiklah, Log Out.”

Sekali lagi, Aria mengucapkan kode perintah agar bisa keluar dari permainan.

Namun, sama seperti yang sudah terjadi, visual permainan Aria tidak menunjukkan adanya perubahan sekecil apapun.

Mengetahui tidak adanya perubahan, hati Aria yang senang membayangkan menerima kompensasi, diganti oleh wajahnya yang pucat.

“Tidak, tunggu. Hahaha... Ini benar-benar lucu, apakah GM sedang marah kepadaku? Selama dua tahun baru ini kalian protes? Log Out.”

“Log Out.”

“Log Out!”

Wajah Aria semakin pucat.

Force Log Out, Shut Down, Back To Real Life, Turn Off, Help. Seluruh kata diucapkan Aria berharap dirinya dapat kembali keluar dari permainan.

“Hahahaha...” Aria menjatuhkan dirinya dan hanya tertawa menyadari sesuatu telah terjadi dan menimpa dirinya.

'Sial! Aku sial sekali!' batin Aria

Bab terkait

  • GodTales: Terjebak di Dunia RPG (Role-Playing Game)   Chapter 2

    Aria kembali melihat langit biru dan tumpukan awan yang cerah, tetapi kali ini dia berpikir langit dan awan tersebut sedang mengejek dirinya yang ditimpa musibah dan terlihat konyol. Menghela napasnya, Aria kemudian mulai berbicara dengan dirinya sendiri, “Apakah ini benar-benar nyata?” Selama beberapa waktu, ia telah melakukan banyak uji coba untuk kontrol perintah dasar yang harus ia ketahui. Dan hasilnya ia harus mengerjakan itu secara manual. Sebagai contoh, saat ingin mengambil barang di dalam tempat penyimpanan yang biasanya pemain selalu atur menggunakan tombol perintah, Aria harus membuka tas tempat penyimpanan itu lalu melihat isinya dan mengeluarkan barang yang ingin ia keluarkan. Tas isi penyimpanan ukurannya terbilang kecil, namun itu seperti tas ajaib yang dapat menampung banyak barang. Karena Aria mengeluarkan banyak uang untuk fungsi seperti ini, tas Aria mampu menyimpan 1200 barang tanpa mempedulikan berat benda dan telah mencapai batas maksimal. Sisanya ia simpan

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-15
  • GodTales: Terjebak di Dunia RPG (Role-Playing Game)   Chapter 3

    “Benar ini adalah batu ruby yang aku temukan di daerahku dulu. Awalnya, aku mengira bahwa batu ini adalah batu kutukan karena cahayanya yang menggoda mata, namun saat aku menanyakan itu kepada ayahku dia bilang itu adalah batu yang sangat berharga. Kemudian ayahku mengambilnya dan menjadikannya satu untukku.”“O-ohh... Benar-benar teknik yang luar biasa, aku ingin bertemu dengan ayahmu, apakah bisa?”Aria menggelengkan kepalanya. “Ayahku meninggalkanku saat aku berusia 16 tahun.”“Maafkan aku,” ucap Magnius dengan nada yang rendah.“Tidak apa-apa, ayahku mengajarkanku semua yang perlu aku tahu. Meskipun aku menyayanginya, aku tidak bisa melawan takdir.”“B-benar. Kau benar.” Menyadari suasanya semakin tidak enak dan itu keadaan yang tidak bagus untuk Aria. Karena saat ini, Aria ingin melakukan sebuah pertukaran yang mungkin akan berguna bagi dirinya di masa depan. Dia kemudian dengan cepat mengganti suasana dengan cahaya batu ruby-nya.“Ayahku bilang bahwa batu ruby ini adalah spesial

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-29
  • GodTales: Terjebak di Dunia RPG (Role-Playing Game)   Chapter 4

    Di depan sebuah tembok besar, meski tidak sebesar sebelumnya, terdapat kereta dengan dua kuda serta beberapa kotak anggur berlabel Margins Co., berhenti di pinggir pos keamanan gerbang menuju dalam kota Rumberg. Kota ini dikelola oleh seorang Count yang kota tersebut menjadi salah satu jalur perdagangan, sehingga banyak sekali orang yang keluar masuk ke kota ini. Penduduk di kota ini juga lumayan banyak, dengan mayoritas warganya adalah anggota dari guild petualang. Setelah beberapa hari menempuh perjalanan panjang, Magnius dan Aria saat ini suda sampai di gerbang kota Rumberg. Saat ini mereka sedang dalam tahap pengecekan barang dan itu tidak berlangsung lama, terutama karena Magnius yang cukup terkenal di kota Rumberg. "Pemuda ini adalah kerabatku."Mendengar ucapan Magnus, para penjaga membiarkan mereka berdua masuk. Setelahnya, atas permintaan Aria, Magnius memberhentikan Aria di depan guild petualang."Kenapa kau ingin berhenti di sini?" tanya pria gemuk itu bingung."Aku bu

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-29
  • GodTales: Terjebak di Dunia RPG (Role-Playing Game)   Chapter 5

    Butuh waktu tiga hari untuk sampai di tempat tujuan meskipun sudah menggunakan kuda sekalipun. Aria menumpang kepada para pedagang, namun dia harus berpisah dan kembali melanjutkan perjalanannya sendirian dengan jalan kaki. Di tengah perjalanan juga, ia membaca peta yang ia beli dari guild. Setelah berjalan kaki selama satu hari dipandu arahan para pedagang dan melihat struktur peta, Aria berjalan menyusuri hutan. Ia tidak takut dengan serangan monster dan perut yang lapar. Aria diberitahu bahwa tidak ada monster yang berkeliaran di sekitar Desa Ssuane. "Ini terlalu mudah jika tidak ada monster. Hidup menjadi petualang Bronze membosankan. Tapi, lebih baik daripada menjadi petani di zaman seperti ini," gumam Aria. Mengenai kebutuhan pokoknya, Aria membeli beberapa roti dan makanan yang cukup untuk dirinya makan sendiri di perjalanannya. Saat sampai di sungai, ia akan berburu ikan serta membersihkan dirinya. Walau sebenarnya ia tidak akan mengeluarkan keringat, karena ia mendapat

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-29
  • GodTales: Terjebak di Dunia RPG (Role-Playing Game)   Chapter 6

    "Apakah aku harus memperkenalkan diriku kembali? Tidak, itu tidak diperlukan. Bagaimanapun, kalian tidak akan bisa mengingat aku siapa untuk selamanya," ucap Aria percaya diri.Kemudian terdengar seseorang tertawa kencang, itu adalah kesatria yang mengeksekusi warga yang Aria lihat tadi."Kau banyak gaya juga, bocah. Trik apa yang kau pakai sehingga takut untuk turun, HA?!"Aria tidak merespons perkataan si kesatria tersebut."Benar juga, magic caster dari negeri yang jauh, perkenal-""Tidak, aku tidak butuh namamu," ucap Aria sebelum kesatria itu mengenalkan diri."Berani juga nyalimu. Apakah kau berpikir seorang magic caster bisa mengalahkan 12 kesatria sendirian? Apakah kau mencoba ingin terkenal?" Sambil mengejek, kesatria tersebut tertawa sekencang-kencangnya.Tidak gentar dengan perkataan sang kesatria, Aria membalasnya kembali dengan tawa yang juga kencang."Benar juga, aku harus berterima kasih kepada kalian semua. Benar, itu adalah cara yang cocok untuk kalian."Di dalam hatin

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-29
  • GodTales: Terjebak di Dunia RPG (Role-Playing Game)   Chapter 7

    Kesatria yang didatangi Yurei terlebih dahulu, diserang dengan cara ditakuti dan membuat akal sehatnya menurun. Lalu, Yurei tersebut masuk ke dalam tubuh si kesatria dan mencekiknya. Temannya di sebelah yang menyaksikan tersebut hanya bisa kebingungan melihat temannya seperti tersiksa. Ia melihat temannya berteriak, meminta tolong sambil tangannya berusaha meraih sesuatu di sekitar lehernya, mencoba melepaskan sesuatu agar dirinya dapat kembali bernapas. Bahkan karena itu, tubuhnya ikut menggeliat dan memberontak agar dirinya bisa bebas. Yurei sebenarnya dapat dilihat sosoknya dengan kasat mata, tetapi fokus si kesatria sepertinya hanya tertuju kepada sosok yang menyeramkan bernama Gream Reaper sehingga melihat temannya seperti itu membuatnya bingung dan tidak dapat membuat reaksi yang tepat.“Hei, apakah kau baik-baik saja?” Setelah menanyakan hal itu kepada temannya itu, ia melihat bahwa temannya sudah berhenti berteriak, perlahan jatuh ke bawah dengan lembut, berbeda dari sebelum

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-10
  • GodTales: Terjebak di Dunia RPG (Role-Playing Game)   Chapter 8

    Aria kembali ke hamparan bunga sebelumnya yang ia datangi saat harus menjalankan misinya untuk mencari tanaman herbal Setelah sampai dan mendarat di tengah-tengah hamparan bunga tersebut, Aria mengingat kembali pertarungan yang baru saja terjadi. Lemah. Terlalu lemah. Ia memikirkan itu seakan tidak percaya dan kesal akan hal tersebut. "Itu hanyalah Gream Reaper yang dibuat oleh satu tumbal saja! Bagaimana mereka, 12 orang, langsung kalah dengan makhluk lemah seperti ini? Benar-benar tidak dipercaya! Pemain level 20 saja dengan mudah mengalahkannya!" Aria terus mengumpat kepada 12 prajurit yang sudah mati di tangan Gream Reaper ciptaannya itu, dan terus berbicara sendiri karena tidak dapat memuaskan hatinya, meskipun para kelinci percobaan itu melakukan tugasnya dengan baik. "Sudahlah, tidak baik memikirkan hal tersebut. Lebih baik aku pulang dan mencari tempat penginapan. Ah, benar juga." Aria lalu mengambil benda yang sebelumnya ia taruh di tas penyimpanannya. Itu adalah pin pe

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-11
  • GodTales: Terjebak di Dunia RPG (Role-Playing Game)   Chapter 9

    "Ekhem..." deham Aria, "Baiklah, itu bagus dan tidak berlebihan." "Apa ada lagi, Tuan?" "Ya, saat sedang banyak orang, tolong panggil aku dengan nama karakterku, Aria. Kau bebas memanggilku apa saat hanya sedang berdua saja. Kemudian, bicara seperti biasa saja seperti seorang teman." "Dimengerti," ucap Florithe patuh. Aria mengangguk puas dan berpikir untuk langsung pulang, namun ia melihat ke arah sampingnya, Gream Reaper yang ia panggil masih ada dan belum menghilang. Sedari awal, Gream Reaper itu mengikutinya dalam diam sambil memangkul senjata miliknya seperti seorang petani dengan cangkulnya. Lalu, Yurei yang mengikuti dengan wajah jelek dan menyeramkan membuat Aria menambah ekspresi kesusahannya. Jika dilihat, Gream Repaer itu terlihat seperti pet milik seorang player saat berada di lobby atau kota utama di dalam game. Menghilangkan efek seramnya. "Hei, apakah kau bisa menghilang?" tanya Aria dan melihat ke arah Gream Reapernya. Gream Reaper menatap kembali Aria kemudi

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-11

Bab terbaru

  • GodTales: Terjebak di Dunia RPG (Role-Playing Game)   Chapter 112 [Tamat]

    Matahari kembali memperlihatkan sosoknya yang agung. Dia begitu bersinar dan nampak cerah dengan cahaya alaminya. Di pagi hari ini, wajah para pasukan aliansi kembali pada titik mereka bisa tersenyum setelah melewati malam yang begitu mengerikan. Saat pemimpin mereka melawan paus keimanan, mereka diserbu oleh pasukan musuh yang tidak mempunyai nyali ataupun takut di dalam diri mereka. Beberapa teman yang mereka kenal lama atau baru kenal saat di perjalanan mati dengan keadaan mengenaskan. Setelah pertempuran semalam, mereka memutuskan untuk berkabung sebentar saat itu juga, karena tidak banyak waktu lagi bagi mereka untuk bergerak. Raja Aria dan Ratu Brimmid sebenarnya sudah memutuskan untuk mereka beristirahat dan menjaga kota, tapi para pasukan akan merasa sangat tidak termotivasi jika tidak ikut dengan pemimpin mereka. Meneriakkan kemenangan bersama dengan para pemimpin adalah salah satu motivasi mereka agar tidak terpuruk sesudah pertempuran. Jasad Paus Keimanan tidak dapat

  • GodTales: Terjebak di Dunia RPG (Role-Playing Game)   Chapter 111

    Lalu kemudian Gillechrìosd merasakan rasa takut yang besar, tapi dirinya tidak bisa merespons hingga akhirnya tanpa ia sadar, wajahnya sudah mencium tanah dengan keras. "Mhmffuu!" Serangan itu berasal dari Aria. Dia menenggelamkan wajah Gillechrìosd dengan kekuatannya sendiri hingga menghantam dan menghancurkan tanahnya. Setelah memberikan serangan, Aria lalu membawa Ninelie ke tempat yang aman dan mematikan sihir cahaya yang berakibat fatal bagi Ninelie. Dengan sihir yang sudah dimatikan, Ninelie yang tidak berdaya masih bisa belum merespons. "Florithe." ucap Aria untuk memberikan tindakan khusus."Ya." Florithe dengan segera datang dan menyembuhkan Ninelie. "Aku tidak menyangka dia bisa mengubah darah menjadi senjata." Sambil menyembuhkan Ninelie, Aria memulai percakapan. Mengingat jarang sekali melihat sihir yang identik, ia tidak bisa menahan rasa penasarannya.Florithe juga tidak keberatan. Konsentrasinya tidak mudah luntur hanya dengan percakapan biasa. "Itu adalah kemampua

  • GodTales: Terjebak di Dunia RPG (Role-Playing Game)   Chapter 110

    Gillechrìosd menatap tajam ke arah Aria yang menunjukkan posisi sedikit tertunduk, seakan menahan rasa sakit serangan miliknya. Dari jari tengah tangan kanannya, dia melihat darah menetes ke tanah. "Jadi aku masih terkena serangannya." umpat dirinya lalu, Gillechrìosd mendecak. "Itu membuatku kesal." Gillechrìosd menghapus darahnya lalu melangkah ke mendekati Aria yang masih belum bergerak. "Baiklah, kau tidak sedang tidur sekarang, bukan? Mari kita lanjutkan pestanya." Gillechrìosd melebarkan kalung yang ia lilitkan di tangan kanannya sambil membaca mantra. Tangan kanannya kini dikelilingi oleh lingkaran sihir tiga lapis berwarna biru dengan kalung lambang agamanya yang ikut bersinar. "Ini akan menjadi sesuatu yang bagus saat otakmu meleleh. Holy Fire!" Tangan kanan Gillechrìosd langsung diselimuti oleh api berwarna biru putih menggantikan lingkaran sihirnya. Namun lagi-lagi, tanpa dirinya sadar, seseorang menyerang dirinya sekali lagi. Tapi ia dapat merasakan serangan itu saat

  • GodTales: Terjebak di Dunia RPG (Role-Playing Game)   Chapter 109

    Berdiri di antara pasukannya, Gillechrìosd memasang senyum segar di wajahnya. Badannya masih dalam posisi yang sempurna. Goresan serta lecet dan beberapa luka yang ia dapatkan saat pertarungan melawan Aria hilang tanpa jejak. Tatapan matanya begitu tinggi dan mengejek sosok lawannya yang ia pikir berdosa. Gillechrìosd menilai mereka semua adalah sampah yang seharusnya dewanya tidak ciptakan. Tidak ada sifat mulia bahkan dengan berani menginjakkan kakinya di tempat suci untuk peribadatan. "Untuk seorang raja baru dari kerajaan Ordioth, kau lumayan." Dari nadanya, siapapun bisa mendengar bahwa nada itu adalah nada ejekan yang diberikan kepada Aria. "Bahkan setelah melawan tubuh keduaku ... Mungkin hanya kau yang bisa membuatnya tidak sadarkan diri." Gillechrìosd mengocehkan kehebatannya dengan gerak gerik seorang bangsawan yang memiliki kekuasaan absolut. Dengan postur tubuh yang bagus dan wajah yang tampan, Gillechrìosd masuk dalam jajaran kedua orang yang dibenci oleh Aria setel

  • GodTales: Terjebak di Dunia RPG (Role-Playing Game)   Chapter 108

    Di depan mereka, berseberangan dengan tempat mereka berdiri, muncul dari kegelapan bayangan, disinari dengan sedikit cahaya bulan, terdapat seorang pria menggunakan baju pendeta, sama seperti yang dikenakan para paus yang ditemukan oleh Aria sebelumnya. Tetapi pria itu memiliki banyak hiasan keagamaan yang menempel di pakaiannya. Terdapat rantai, kalung, juga buku yang menempel pada baju pendetanya. Rambut pria itu panjang dan berwarna keemasan. Tubuhnya tinggi juga proporsional. Dilihat dari kulitnya, usia orang itu terbilang sangat muda dibandingkan dengan paus lainnya yang ada di teokrasi. Ninelie yang melihat itu langsung masuk dalam mode siaga untuk bertempur. "Hati-hati. Dia sangat kuat." "Sangat kuat? Dia?" Aria yang diberi peringatan oleh Ninelie bertanya kembali untuk memastikan.Ninelie kembali membalasnya sambil mempertahankan sikap siaganya. "Ya, meskipun penampilannya terlihat seperti itu dia adalah orang yang terkuat di Teokrasi." "Jadi itu bukan Paus Keberanian?"

  • GodTales: Terjebak di Dunia RPG (Role-Playing Game)   Chapter 107

    Setelah membunuh karakter yang Aria pribadi benci, Aria bersama dengan Florithe keluar dari dalam gedung melewati puing-puing bangunan yang hancur, efek dari serangan pedang Arthur yang bertabrakan dengan pelindung sihir milik Aria. Matahari di sana sudah melumpuhkan warna oranye, dan bayang-bayang bangunan di sekitar taman utama mencerminkan waktunya untuk istirahat dari segala aktivitas. Tetapi taman itu sudah sunyi. Tidak ada satupun aktivitas terasa di taman utama teokrasi yang menjadi pusat dari segala acara keagamaan. Aria yang masih di sekitar gedung itu melihat ke arah matahari dengan mata yang penuh dengan keinginan kuat. Tetapi secara visual matanya hanya menatap keindahan matahari itu. Menjadikan balas dendam sebagai alasan utama ketidakbergunaan diri sendiri berjalan di atas dunia. Dan yang membuat itu semakin buruk, karena menjadikan aksi selingkuh tunangannya sebagai alasan utama. Benar-benar bodoh sekali. Angin berembus yang membuat pakaian Aria dan Florithe mengik

  • GodTales: Terjebak di Dunia RPG (Role-Playing Game)   Chapter 106

    Aria menuju salah satu bangunan di pusat taman Teokrasi. Bangunan itu memiliki sebuah kubah sebagai atapnya. Interiornya mewah dengan berbagai lukisan serta patung yang terbuat dari emas. Di sana, ia pergi ke salah satu ruangan dengan pintu masuk yang berbeda dari pintu lainnya yang ada di bangunan itu. Ruangan itu dipenuhi oleh buku yang tertata, namun tidak begitu rapi di rak yang seluruhnya menyatu dengan tembok. Buku-buku tebal dan berwarna dengan jumlah yang banyak, hingga beberapa diletakkan di lantai. Ketika dia masuk, dia melihat seseorang sedang membaca salah satu buku yang cukup tebal. Aria tidak menyerang itu karena ia sepertinya mengenal sosok tersebut. Intuisinya tidak salah. Dengan santai ia masuk bersama Florithe dan menyapa, "Sudah lama tidak bertemu, Arthur." Arthur yang ada di di depannya memakai pakaian putih layaknya paladin di kekaisaran, namun lebih mewah layaknya seorang prajurit. Arthur melihat ke arah Aria dan menutup bukunya, "Ya, sudah lama tidak be

  • GodTales: Terjebak di Dunia RPG (Role-Playing Game)   Chapter 105

    Namaku adalah Arthur. Aku dilahirkan di desa kecil di kerajaan Brimmid. Ayahku bekerja sebagai tukang pemotong kayu di hutan sekitar desa. Sedangkan ibu, ibu hannyalah seorang ibu rumah tangga biasa. Mereka sangat baik kepadaku. Ayah selalu menyemangatiku dan tidak pernah bosan untuk bisa membuatku gembira. Begitu juga dengan ibu, ibu selalu dapat menenangkanku kapanpun aku merasa butuh. Setiap aku menangis, ibu selalu ada dan memelukku. Saat umurku sudah menginjak 4 tahun, Aku melihat ibu menangis. Ibu bilang bahwa Ayah akan pergi sangat lama. Butuh waktu sekitar satu tahun hingga akhirnya aku menyadari kalau ayah telah meninggal. Aku mendengar percakapan orang-orang di desa kalau banyak monster berkeliaran di dalam hutan. Kemudian, aku tidak sengaja mendengar ayahku yang menjadi salah satu korbannya. Mereka bilang, ayah mati karena dimakan oleh sekumpulan serigala yang besar saat menebang pohon. Aku kemudian mengingat saat waktu itu, banyak orang berkumpul di depan rumah. M

  • GodTales: Terjebak di Dunia RPG (Role-Playing Game)   Chapter 104

    "Garban telah dikalahkan katamu!!?" Empat paus yang berada di dalam ruangan sebuah gereja yang juga menyatu sebagai kastil di wilayah paus kasih sayang, mengatakan hal yang serupa dengan nada tidak percaya. Empat paus itu duduk di meja bundar. Dari sebelah kanan, mereka adalah Ailpein Caisidei sang Paus Kebajikan, Gilleathain Kendrick sang Paus Kebaikan, Fionnghal-Taog Duffs sang Paus Ketaatan, dan Fearchar Kavanaugh sang Paus Kasih Sayang. Mereka semua ada dan menunggu di sini hanya satu alasan; mendapatkan kabar baik dari Garban Lewis, sang Paus Ketaatan, yang berharap dapat mempertahankan tembok kokoh mereka. Namun setelah keyakinan yang tinggi, apa yang mereka dengar dari salah satu bawahan mereka, yang mereka suruh untuk memberi informasi hannyalah kekalahan total. "Apa kau serius tentang itu?" ucap salah satu dari Paus di sana masih tidak mempercayainya.Sang pembawa pesan hanya bisa berlutut dan menghadap ke bawah sambil gemetar berhadapan dengan para paus. "Y-ya, tidak sal

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status