"Kenapa?" tanya Rayden bingung.
Diza memonyongkan bibirnya-tanda kalo dia sedang tidak mood dan menatap Ray sebal. "Habisnya cewek-cewek kurbel bin jablay bin cap cabe 5 kilo itu pada liatin kamu bee ... dan aku gak suka itu!!"
Rayden terkikik geli mendengar kata-kata Diza apalagi saat melihat ekspresi istrinya itu. Diza mengembungkan pipinya dan berusaha lepas dari kukungan Ray melihat suaminya hanya menertawainya tanpa membujuknya. "Udah lepasin aku."
Ray berusaha menghentikan kikikannya dan kembali membujuk si Ratu Ngambek tanpa mengendurkan pelukannya. "Dih ngambek ... udah gini aja nanti jalannya kamu sambil peluk aku kayak tadi aja ya hon?"
Diza masih mengembungkan pipinya tapi sudah berhenti memberontak dan menyamankan pelukannya pada Rayden. "Nggak! Nggak aku udah gak mood lagi! Mau pulang!"
"Loh terus gimana nasib pembalasan dendam ke abang yang udah ngebully kamu? Nanti Namo berubah pikiran lagi," ucap Rayden.
"Bener juga ya ... nanti bagaimana nasib kartu limited edition abang aku?" tanya Diza pada dirinya sendiri.
DRRRTT DRTTT.
Ponsel Diza bergetar, Diza segera mengecep pesan yang masuk. “Bee , temen aku mau ketemu aku di tokonya, yuk kesana,” ucap Diza menejelaskan pesan yang masuk ke ponselnya.
"Nah kan ... udah yuk lanjut jalannya," ucap Ray lalu melepaskan pelukannya dan menggandeng lengan Diza. Ray kembali melanjutkan langkah tapi diurungkan saat ia merasa seorang yang digandeng tidak mau bergerak.
Menoleh ke belakang dengan tangan tertaut dengan Diza dan mendapati muka cemberut Diza. "Kenapa honeeyy?" tanya Ray perhatian.
Diza melepaskan tautan tangannya dan membuka lebar kedua tangannya. "Peluukkk ..."
Ray kembali ke belakang dan memeluk Diza. "Uuuu honeynya aku lagi pengen dimanja-manja ya?" ucap Ray sambil menggoyangkan pelukan mereka.
Kepala Diza yang ada di dada Ray melakukan gerakan mengangguk berulang kali. Diza mendongakkan kepalanya. "Ayo jalan tapi bee harus peluk pinggang honey. Trus gak boleh bee lepas kecuali honey yang minta oke?"
"Ay ay captain," ucap Ray dengan senyuman dan mengecup dahi Diza.
Mereka mulai kembali melanjutkan perjalanan mereka setelah perdebatan mereka yang panjang dengan Ray yang merangkul pinggang Diza erat. Cukup lama mereka berjalan tanpa suara dan Ray mulai heran dan mencari topik menarik untuk bicara pada Diza.
Ray memandang Diza memulai pembicaraan. "Honeyy tempatnya masih jauh?"
Diza balas memandang Ray. "Nggak kok bee ... cuman tinggal naik lift doang."
"Oo ... di lantai dua ya? Yang pake hiasan patung kucing yang tangannya goyang-goyang itu ya hon?" tanya Ray sok tau.
Diza menghentikan langkah mereka dan melepaskan pelukan Ray. "Iiihhhh itu mah tokonya Ce Alin yang jual mutiara itu bee! Honey mau ke lantai tiga tokonya kak Winma. Ih pasti kamu mikirin Ce Alin yang putih, cantik, mulus itu kan? Mangkanya kamu selalu inget Ce Alin kan? Ada hubungan apa kamu sama Ce Alin hah??" tanya Diza dengan menggebu
"Honeyy aku gak ada hubungan apa-apa sama dia kok. Suerr deh!" ucap Rayden memposisikan jari telunjuk dan tengahnya membentuk V dan menunjukkannya pada Diza.
Diza menyedekapkan tangannya dan mengembungkan pipinya. "Trus kok bisa inget ce alin?"
Ray mencubit kedua pipi chubby Diza dengan gemas. "Iih kamu lucu deh, kamu lupa ya? Cincin kamu belinya dimana? Kalung? Anting? Kan kita beli semuanya ke Ce Alin, jadi aku kira kamu mau mampir ke sana dulu?"
Melepaskan cubitan Ray pada kedua pipinya. "Iihh tapi kan aku mau ketemu temen aku bee, bukan mau beli perhiasan," rengek Diza.
Ray mengelus-elus rambut Diza sayang. "Iyaa iyaa.. honeey aku cuma mau mancing kamu aja habisnya kamu diam aja dari tadi. Kenapa hmm?"
Diza mengambil sebelah tangan Ray yang mengelus kepalanya dan menggenggamnya. "Gak apa-apa bee, honey cuman jagain bee dari tatapan para jablay itu bee."
Ray menangkup wajah Diza dengan sebelah tangannya. "It's okay honey. Kalau kamu masih khawatir apa perlu aku pake masker dan kaca mata hitam?"
Awalnya Diza menunjukkan wajah penuh binar tapi memikirkan bee-nya yang harus kesusahan karena memakai kaca mata hitam dan kepanasan karena masker ia pun menggeleng-gelengkan kepalanya. "Nggak, nanti bee kesusahan. Biar honey aja yang jagain bee."
"Uuh manisnyaa honeey ku. Ayo kita harus segera sampai. Honeynya-Rayden gak boleh kecapean," ucap Ray kembali merangkul pinggang Diza.
"Em," jawab Diza dan ikut melangkah bersama Rayden.
Melanjutkan langkah mereka yang lagi dan lagi sempat tertunda akibat perdebatan mereka yang yaaah .... seperti itulah.
Mereka memasuki lift bersamaan dengan seorang wanita yang usianya kira-kira sedikit di atas mereka. Tampilan wanita itu modis dan dewasa.
Hanya ada tiga orang di dalam lift dengan posisi Diza - Rayden - cewek ular itu sebutan dari Diza. Well- Diza memberi juga bukan tanpa sebab. Itu karena sedari tadi cewek ular itu selalu berusaha mencari perhatian bee-nya.
Entah itu dengan cara memainkan rambutnya dengan nakal, memoleskan lipstik merah terang sambil memonyong-monyongkan bibirnya dan sekarang dia berusaha menempelkan badannya dengan bee-nya.
'Ooh tidak ini sudah di luar batas cewek ular!'- batin Diza
"Bee pindah!" Ray yang sedari tadi hanya memandang wajah istrinya yang memandang wanita sebelahnya dengan mata menyipit terkejut gaesss!
"Oh oke," ucap Ray kalem lalu pindah ke sebelah Diza.
'Rasain lo. Gak bisa caper lagi kan' -batin Diza dengan melirik wanita itu tajam
Wanita itu juga balas melirik Diza tajam 'Si*l! Mangsa gue!'-batinnya
Saling lempar tatapan tajam itu di akhiri dengan Diza sebagai pemenang karena akhirnya wanita itu lebih memilih memutuskan pandangannya.
Tapi tiba-tiba ....
"Aduuhhh kok kepala gue pusing ya," ucap suara di sebelah Diza yang tidak ia pedulikan
Berbeda dengan Ray yang akan menunjukkan reaksi pedulinya pada wanita yang hampir jatuh itu tapi dihalangi Diza. "Kamu selangkah pergi kesana, aku pulang naik taksi!"
Ray menghentikan gerakannya saat mendengar suara istri tercintanya itu. "Tapi ..."
"Dia baik-baik aja kok, kalo udah pingsan baru kita tolongin dia, biar dibuang ke laut," ucap Diza datar.
Si wanita yang berpura-pura sakit itu langsung marah-marah pada Diza. "Heh mulut lo gak pernah di sekolahin ya!!"
"Lo yang gak pernah di seolahin. Pake goda suami orang lagi!!"
"Heh bit-"
"STOP!!!" teriak Ray tegas dengan suara dalamnya itu menimbulkan kesan yang wow amazing gitu.
"Jaga omongan anda ya B**ch!" Ucap Ray yang sudah berada dihadapan wanita itu dengan suara rendahnya sambil menunjuk wanita itu.
Wajahnya sudah merah tanda ia sangat malu dan merasa terhina oleh perkataan Ray. Untung situasi nya tepat. Lift terbuka. Jadi ia bisa langsung kabur begitu saja meninggalkan pasangan gila itu. 'Issh g*la tuh pasangan!'-batinnya
Diza lalu memeluk Ray penuh sayang sambil berjalan keluar lift
"Thank you my lovely hero" ucap Diza dengan senyum manis.
"Anything for you my honey" balas Ray tak kalah manis.
Ray kembali merangkul pinggang Diza, "Jadi.. mau kemana kita?" Nyanyi Ray meniru Dor* the explore.
"Kesanaa..." jawab Diza sambil menunjuk sebuah toko yang sudah tampak sepi itu.
"Yakin kesana? Kok udah sepi?" Tanya Ray terlihat tak yakin
"Iya itu butik temen aku yang baru buka, trus katanya dia mau kasih desain pertama bajunya buat aku, Tapi aku bilang mau beli aja bee" cerita Diza.
"Oooh" Ray hanya membulatkan mulutnya saja.
"Yuk yuk lebih cepat.. lebih cepat.." ucap Diza melepas pelukan Ray dan mulai menyeret tangan Ray yang tentu saja tidak bisa terseret tapi Ray berusaha menyesuaikan langkahnya dengan Diza.
"Iya sayang pelan ajaa" kata Ray menenangkan istrinya yang terlalu excited itu.
"Oke.. okee.. " mereka lalu melangkah biasa dengan tangan bergandeng dan digoyangkan ke depan dan belakang.
Tapi setelah sampai di depan pintu masuk Diza langsung melepaskan tangan Ray dan berlari kearah sahabatnya.
"Aaaa Winmaa kangen!!!" Teriak Diza lalu berlari ke pelukan Winma yang tengah berdiri di sebuah manekin memakai gaun yang indah berwarna biru dengan taburan berlian yang berkilau.
Rayden hanya tersenyum melihat kelakuan istrinya yang kekanakan saat bertemu sahabatnya itu.
Setelah selesai berpelukan Diza segera mengajak Winma agar berkenalan dengan suaminya itu.
"Winma ini Rayden. Rayden ini Winma. Dan gak usah ada jabat tangan ya..." diakhir kalimat ia memberikan senyum yang lebar sampai menunjukkan giginya.
Winma mencubit hidung Diza, “Sejak kapan anak kecil jadi suka cemburu gini?”.
“Ishh, apaan sih Winma.” Ucap Diza protes sambil menghempaskan tangan Winma.
"Iya, iya nggak usah ngambek gitu dong, tapi aku ngerti kok, suami kamu ganteng bangeett!!" Ucap Winma menggoda Diza.
"Jangan dekat-dekat Rayden!" Ucap Diza cemberut lalu menarik Ray menjauh dari Winma.
"Hahahaahahahaaaa gantengan pacar aku kok ba-bi " ucap Winma tertawa dan mencubit pipi Diza pelan.
"Iiihh gak lucu tauk!" Ucap Diza cemberut.
"Iya-iya maaf deh... sini deh gaun yang ini bagus gak? Aku udah buatin ini khusus buat sahabat dari orokku ini.." ucap Winma bangga sambil menunjukkan gaun yang dipakai manekin itu.
"Iih bagus aku suka!" Kata Diza sambil bertepuk tangan.
"Mbak tolong yang ini bungkusin ya buat temen saya harus rapi ya mbak" ucap Winma pada salah satu pegawainya.
"Oh iya aku gak enak masa harus gratis sihh win? " tanya Diza tak enak hati.
" Dih siapa bilang gratis? Itu hadiah supaya kamu ngasi amplop yang banyak buat aku, 2 bulan lagi aku nikah sama Renoo..!!" Ucap Winma bahagia.
"Hah beneran?" Tanya Diza tak percaya.
"Iya dongg jangan lupa dateng yaa.. ini undangannya. Harus dateng lo!"
"Iya-iya kita datengkan bee?" Tanya Diza pada Rayden. Ray mengangguk dan membuat senyum Diza terkembang.
"Udah nih pergi sana. Jangan romantis-romantisan depan gue, gue sibuk!" Ucap Winma setelah memberi Diza sebuah tas besar yang berisi gaun biru tadi.
"Ih kok gitu kan Diza masih kangen Winmaa" ucap Diz cemberut .
"Kita bisa ketemu kapan-kapan lagi lis, maaf ya aku lagi sibuk. Kamu tahukan aku baru buka toko apalagi mau ngurus pernikahanku habis ini" Winma memberi penjelasan pada Diza.
"Aku mau ban-"
"Sst baby udah ada yang urus nanti kamu dan yang lainnya tinggal lihat pas hari-H aja yaa oke baby acuu?" Ucap Winma sambil memeluk Diza.
"Oke, kita pulang ya? Bye!!!" Ucap Diza melepaskan pelukan Winma dan keluar bersama Ray.
"Honeyy mau shoping dulu?" Tanya Ray.
Diza memandang Ray dengan mata sayunya "Gak capek, kita pulang kerumah aja ya?"
Dan dengan senyum yang meneduhkan hati itu Ray dengan ringan menjawab "Oke honeyy"
Kalo kalian di posisi Rayden, kalian bakal mau nerima sifat Diza nggak? Menurut kalian, Rayden capek nggak sih harus ngeladenin Diza? Kalo kalian di posisi Rayden, apa yang akan kalian lakukan? A. Sabar menghadapi tingkah laku Diza B. Tetap mencintai Diza sepenuh hati C. Membuang Diza ke laut D. Option lainnya ...
Sabarmu jangan lupa untuk istrimu, jangan hanya karena yang di rumah sudah memberikan segalanya, lalu dengan ringannya kamu abaikan cintanya untuk mencari yang lain.~Rayden ♡"Bee... beee.... kamu kemana sih?!" teriak Diza yang berada di tangga paling atas.Tidak ada yang menjawab.Hanya suara Diza yang memenuhi ruangan besar itu. Sebulan waktu pernikahan telah mereka lewati, dan kini mereka telah pindah ke perumahan mewah di ibu kota. Alasannya karena Rayden ingin anaknya tumbuh di tempat yang bisa digunakan untuk bersosialisasi dengan baik dan dekat dengan lingkungan hijau."BEE!" Diza kembali berteriakdan masih tidak ada jawaban.Diza menghembuskan nafas kesal dan menuruni tangga menuju dapur. Mengambil roti dan mengolesinya selai coklat, strawberi, dan kedelai yang dibuat masing-masing dua lalu menatanya di piring. Mengambil susu kotak di kulkas dan menua
"Kalo ngejar kamu itu gak bisa pelan-pelan, harus ngerahin semua usaha aku. Karena nanti kalo gak buru-buru aku tangkep, kamunya nanti hilang di ambil orang." ~Rayden (Suaminya Diza)"Kamu itu manis, bahkan lebih dari kata manis itu sendiri." ~Diza (The one and only istrinya Rayden Arditama)"Kemana ya bee?" Diza mengetuk-ngetuk dagunya sambil pura-pura berpikir, sengaja untuk menggoda Rayden.Rayden menaikkan sebelah alisnya bingung, "Belum ada tujuan nih?""Hmm gimana yaa?" tanya Diza masih belum mau membeberkan informasi.Rayden menatap Diza lekat, "Oooh ... mau main rahasia-rahasiaan yaa?"Diza yang sudah mengenal Rayden dari kecil sudah tahu arti tatapan itu, dan ia bergegas kabur menjauh dari dekat Ray. Rayden yang tanggap segera berdiri dari kursi dan menangkap lengan Diza."Bee.. kamu curang! Ayo ulang lagi dari awal!" ucap Diza memprotes Ray yan
"Membangun kepercayaan bisa dimulai dengan hal kecil. Agar bisa berkembang menjadi benteng hubungan yang lebih kokoh."-D"Dih diputusin."-JDiza yang sudah mandi, memakai make up, dan menata rambutnya kemudian menyiapkan kemeja, jas, dan semua yang akan dipakai Rayden nanti, agar sesuai dengan apa yang akan dikenakannya. Diza juga menyiapkan sepatu dan pernak-pernik yang akan mereka pakai.Tepat setelah Diza menyelesaikan pekerjaannya, Ray keluar dari kamar mandi dengan keadaan bertelanjang dada dan hanya handuk kecil yang menutupi bagian pinggang sampai lututnya. Ray dengan santainya berjalan kearah Diza yang sekarang sedang berada di depan lemari untuk mengambil gaun yang akan Diza pakai.Setelah sampai tepat di belakang Diza yang tidak menyadari keadaannya, Ray memeluk Diza erat. Dan meletakkan kepalanya di bahu Diza.Diza merasa sedikit risih karena rambut basah sua
"Kenapa lemes bee?" Diza bertanya karena melihat raut suaminya yang tidak antusias."Nunggu dikasih jatah di tunda mulu sama kamunya," jawab Ray sambil cemberut pada Diza."Ish, apasih di jalan malah ngomongin masalah rumah tangga,"ucap Diza sambil memukul pelan bahu Ray dan berusaha menyembunyikan rona merah di pipinya."Iya iya kita omongin waktu dirumah aja," jawab Ray sambil memberikan kedipan nakal pada istrinya.Sebenarnya Ray bukannya tidak antusias saat ini, namun dia hanya merasa sedikit kesal karena kegiatan pribadi mereka terintrupsi oleh telepon dari Namo.Percakapan mereka terhenti karena mereka telah sampai tujuan. Mobil Rayden berhenti di tempat parkir berjejer dengan mobil-mobil mewah lainnya. Rayden turun terlebih dahulu, lalu membukakan pintu untuk Diza dan mengulurkan tangannya membantu Diza keluar. Mereka berdua berjalan menuju pintu masuk dengan Diza yang m
Udah jadi tugas aku buat ngelindungin orang yang ku sayang. Jadi kamu gak boleh ngelarang-larang aku. Apalagi orang itu kamu, orang yang ku sayang sekaligus ku cinta.-your love💖Ray menghentikan langkahnya ketika mereka sampai di depan pintu yang berhias dua patung singa yang terbuat dari emas di sisi kanan dan kiri pintu."Pintu lagi honey??", Tanya Ray menolehkan kepalanya ke arah Diza sambil menaikkan sebelah alisnya lalu melanjutkan,"Kejutan lagi?" Dan menunjukkan smirk andalannya.'Biar apa cobak kek gitu' -batin Diza.'Biar ganteng' -jawab angel Diza.'Biar sexyyy' -jawab demon Diza."Haisshhh apaan", Diza menggeleng-gelengkan kepalanya membuyarkan lamunannya yang mulai mengarah dan membumbung tinggi ke hal yang tidak-tidak."Kenapa hon?", Tanya Ray bingung dengan tingkah absurd Diza disa
Andai kamu tahu. Kamu adalah hadiah terindah dalam hidupku.-your husband-Ada yang cemas, tapi ternyata hanya modus. Untung saja bukan lelaki kerdus.~D"Kamu sih bee kelamaan~", ucap Diza merajuk~.Ray yang mengancingkan kemejanya beralih fokus ke arah Diza yang sedang mengeringkan rambutnya dengan hair dryer.Ray kemudian memilih mendekati Diza, dan mengambil alih hair dryer di tangan Diza dengan lembut dan mulai menggantikan Diza mengeringkan rambutnya dengan hati-hati.Diza yang memandang bayangan dirinya dan Ray dari cermin, tersenyum senang karena keromantisan suaminya. Hilang sudah kekesalannya pada suaminya.Yups! Ray memang sedahsyat itu.Ray menyelesaikan pekerjaannya dengan cepat. Menaruh hair dryer diatas meja rias di depan Diza. Lalu beralih untuk deduk di meja rias di hadapan Diza.M
"Biasanya juga doyan."~Raysum"Hoammmm...... perutku kembung, jadi ngantuk~" ucap Diza yang duduk di samping Ray yang menyetir.Yups. Ray dan Diza lebih memilih pulang daripada menginap di hotel, bukan tidak mehargai usahaa ayah Ray, namun Ray lebih memilih pulang setelah berterimakasih pada keluarganya dan Diza setelah memberi tahu alasannya tidak mau menginap. Tidak leluasa ucap Ray kala itu, benar-benar tebal muka sekali Rayden ini. Sedangkan Diza disampingnya, wajahnya sudah semerah kepiting rebus karena ucapan suaminya yang selalu menjurus ke hal yang membuatnya melayang-layang itu. Dan masih sempat untuk mencubit kecil pinggang suaminya yang membuatnya malu itu. Sedangkan yang lainnya tertawa melihat interaksi pasangan muda tersebut. Rayden dan Diza kemudian pamit pulang. Diza juga mendapat banyak wejangan dari ibu dan ibu mertuanya.Ray mengemudi dengan satu tangan sebelah
"Aku sudah biasa akan semua tentang dirimu, kenapa masih malu?"~RaysumRay terbangun dari tidurnya karena suara keroncongan perutnya sendiri. Melihat ke arah istrinya yang masih terlelap dalam tidurnya, kemudian mengecup dahinya.Ray kemudian turun dari kasur. Memunguti sepotong kain untuk menutupi tubuhnya. Melangkah kearah pintu untuk turun menuju dapur.Berpikir sejenak akan memasak apa dan setelah berkelumit dengan berbagai masakan di kepalanya, akhirnya ia memutuskan untuk memasak pasta untuk istri tercintanya dan dirinya.Ray memasak dengan lihai ditemani dengan siulannya, sengaja tak membangunkan istrinya karena yakin istrinya masih memerlukan waktu istirahat yang lebih lama. Memikirkan itu membuat Ray tersenyum sendiri.Setelah semuanya siap, Ray memberi pemanis diatas pasta berupa dua daun papermint yang salah satu ujung daunnya didekatkan agar membentuk simbol hati. Seper
"Bener ya apapun yang gue minta bakal di kabulin nih? " tanya Nisa sambil menaik turunkan alisnya"Jangan gitu deh, lo serem kalo kayak gitu" protes Diza melihat kelakuan sahabatnya yang super duper aneh itu."Canda kali, dahlah lama kalo nungguin lo, mending naik lift, duh gile gue laper banget gara-gara ngurusin urusan percintaan lo" ucap Nisa kemudian memilih naik lift dari pada harus capek-capek naik tangga."Tungguin" ucap Diza membuntuti langkah Nisa.Setelah di dalam lift,Hening beberapa saat,Diza memilin-milin jari tangannya, masih gelisah tentang kejelasan dimana suaminya berada, "tapi Rayden ... ""Ssstt lo nggak denger perut gue udah demo mau di isi, curhatnya nanti aja pas kita abis makan aje yaa, kita tuh perlu mengisi tenaga untuk pembicaraan yang sangat menguras tenaga itu. " jelas Nisa sambil memegang perutnya yang berbunyi.Sambil tertunduk pasrah, Diza menjawab " iya , iyaa.""Mending sela
Jodoh nggak akan kemana"~hibur NisaDiza yang biasanya membalas sapaan-sapaan itu, kini menghiraukannya karena bergegas ingin menemui Rayden. Beberapa karyawan kebingungan tentang sikap bu bosnya namun tak ada yang berani menggosipkannya karena tahu bahwa pak bos-Rayden- sangat mencintai istrinya, 'yah awas saja kalo macam-macam nanti bisa-bisa dipecat' pemikiran seluruh karyawan perusahaan Rayden.Kecewa menghampiri Diza saat pintu ruangan Rayden terbuka dan tak terdapat seorang pun disana. Diza kemudian beralih pada meja sekertaris Rayden. Dan bertanya "Apa Rayden belum datang?""Maaf bu bos, tapi pak bos belum datang." Jawab sekertaris Rayden"Hmm lalu apa jadwal Rayden hari ini? Apa ada pertemuan penting? Jam berapa ? Dimana? " tanya Diza bertubi-tubi.Sekertaris Rayden terlihat salah tingkah saat akan menjelaskan pada Diza, " Anu bu bos, tapi kemarin pak bos bilang ingin mengosongkan jadwal untuk hari ini sampai seminggu ke depa
Diza kemudian berjalan mendekati meja disamping tempat tidur, terduduk, kemudian mengambil sebuah bingkai yang didalamnya terdapat foto yang mengabadikan momen paling bahagianya bersama Rayden -foto pernikahannya-'Ah, bee. Apa yang salah denganmu? Kenapa pergi? Padahal baru belum sampai 24 jam, kenapa aku merindukan senyum hangatmu, ah tidak, bukan hanya senyummu, tapi segala apa yang ada pada dirimu' batin Diza sambil mengelus wajah Rayden yang terpatri dalam foto dan terpatri juga dalam hatinya.Diza kemudian memeluk foto itu dan berkata "bee, apapun yang terjadi kamu harus dengerin penjelasan dari aku, SEMANGAT ISTRINYA BEE!"Semangat Diza pada dirinya sendiri kemudian pergi membersihkan diri.Setelah memastikan penampilannya tidak terlalu menampakkan kesedihannya di depan cermin, Diza kemudian turun ke bawah untuk menemui mo- sahabatnya.Diza yang turun dengan anggun membuat silau mata Nisa "Woaahh apa ini Diza sang ch****l stylis
"Kok bisa sih? Emang kenapa Rayden gak percaya sama kamu bi?" Tanya Nisa heran."Hiks i-ituu" tunjuk Diza ke gumpalan kertas diatas meja meja makan."Apaan bi? Ini?" Tanya Nisa sambil mengambil gumpalan kertas itu."Ooo muka babi loo terus ada apa?" Tanya Nisa heranMuka Diza merah padam, hilang sudah rasa sedihnya berganti rasa kekesalan."Bisa nggak sih nyet nggak usah ngatain gue babi!" Geplak Diza ke kepala Nisa -geplakan sayang, gasakit kok, cuman nyilu dikit aja ntar- peace."Aduhh iya iyaa sa, apaan sih cuman foto lo doang" heran Nisa."Kalo liat yang bener dong nyet buka bener-bener liat pake mata hati nurani loo" kesal Diza sambil merebut foto yang tak benar-benar dirapikan Nisa, kemudian merapikannya sehingga fotonya benar-benar terbuka sempurna. Dan menyerahkannya kembali ke Nisa."Lah inikan cowok yang kemarin sama lo di keepci itu
"Kok bisa sih? Emang kenapa Rayden gak percaya sama kamu bi?" Tanya Nisa heran."Hiks i-ituu" tunjuk Diza ke gumpalan kertas diatas meja meja makan."Apaan bi? Ini?" Tanya Nisa sambil mengambil gumpalan kertas itu."Ooo muka babi loo terus ada apa?" Tanya Nisa heranMuka Diza merah padam, hilang sudah rasa sedihnya berganti rasa kekesalan."Bisa nggak sih nyet nggak usah ngatain gue babi!" Geplak Diza ke kepala Nisa -geplakan sayang, gasakit kok, cuman nyilu dikit aja ntar- peace."Aduhh iya iyaa sa, apaan sih cuman foto lo doang" heran Nisa."Kalo liat yang bener dong nyet buka bener-bener liat pake mata hati nurani loo" kesal Diza sambil merebut foto yang tak benar-benar dirapikan Nisa, kemudian merapikannya sehingga fotonya benar-benar terbuka sempurna. Dan menyerahkannya kembali ke Nisa."Lah inikan cowok yang kemarin sama lo di keepci itu
Rayden berhenti di depan sebuah cafe pelangi kemudian memarkirkan mobilnya. Setelah masuk ke cafe Rayden duduk dan memesan segelas Coffee latte art, memilih duduk di samping kaca yang menembus dunia luar, Rayden memandang jalanan yang ramai akan deru kendaraan yang lalu lalang, ponsel di saku celana Rayden bergetar membuatnya mengeluarkan ponselnya dan melihat sebuah pesan. Rayden termenung menatap datar pesan di ponselnya kemudian membatin, "Ahh.. apa yang ku lakukan sudah benar?"Tak terasa sinar mentari tak lagi terlihat dan langit biru telah tergantikan oleh gelapnya malam yang dingin, Diza yang masih setia terduduk di aspal kemudian bangkit dan masuk ke dalam rumah. Ia kemudian duduk di kursi tempat kejadian mereka bertengkar tadi dan memungut foto-foto yang Rayden lemparkan.Diza meremas foto itu dan mengumpat kasar "Aaahhh!!! S***********n!!!"Diza
Kamu ke timezone MMB dengan seorang laki-laki ?"Diza terkejut? Tentu saja.Diza menelan ludah. Apakah yang dilihatnya saat itu benar-benar suaminya Rayden.Rayden menatap Diza dengan datar dan dingin sebuah tatapan yang belum pernah Diza dapat selama menjalani pernikahan mereka.Diza mengernyitkan dahi bingung karena dia tak merasa bersalah, justru menurutnya Rayden yang harus menjelaskan apa yang ia lihat di MMB."Selingkuhan kamu?" Rayden berucap dengan nada datar dan tatapan dingin.Nada datar dan tatapan dingin yang mampu menusuk hati Diza dengan begitu kejamnya. Diza terkejut karena suaminya yang selama ini manis dan penyayang padanya kini menanyakan kesetiaannya.Dan itu berhasil menyulut kemarahan Diza. Diza menggebrak meja penuh emosi lalu berteriak."AKU GAK PERNAH SELINGKUH!!!" serunya.Rayden tetap tenang tap
Langkah Diza berhenti saat terhadang Ray. Ray meraih tangan Diza kemudian menautkan jemari mereka, dan menggenggam erat walau dengan raut wajah yang datar. Lalu mulai menuntun Diza ke arah meja makan. Diza tersenyum senang dalam keheningan langkah mereka.Walau dalam pikirannya ada perasaan resah yang menyelimuti diri. Membuatnya bingung akan keadaan saat ini. Mengapa suaminya berubah? Apa yang terjadi?, namun Diza belum sanggup untuk bertanya sekarang. Ini situasi yang baru untuknya, karena Ray tidak pernah memperlakukannya dingin sebelumnya. Apalagi melihat outfit Ray yang mirip dengan seorang pria yang dia lihat sebelumnya di Mall mata batin.Kecemasan Diza semakin menjadi-jadi, dan membuatnya berpikir apa yang dia curigai tentang Ray benar. Oleh karena itu setelah Diza berpikir matang-matang Dizamemberanikan diri untuk bertanya pada suaminya."Ray?", karena keadaannya yang canggung Diza lebih memilih mema
Mobil yang dikendarai Namo berhenti di depan rumah besar bercat putih."Turun gih!" ucap Namo sambil menengok ke belakang.Diza cemberut dan mendumel pada Namo, "Iya iya! Pengen banget ya aku cepet pergi biar abang bisa modus?"Namo melotot kearah Diza agar diam tidak membocorkan rencana yang sudah terancang di otaknya.Diza tak memperdulikan pelototan oppanya itu dan beralih pada sahabat baiknya -Nisa-."Aku duluan ya Nisa." Dan Diza cipika-cipiki sama Nisa lalu keluar dari mobil.Namo menurunkan kaca mobil disampingnya. "Kok gak pamit?""Tauk sebel!" Ucap Diza sambil bersedekap dan memalingkan wajahnya dari Namo.Namo terkekeh lalu keluar dari mobil menghampiri Diza. "Duh dede Diza ngambek abang harus apa nih?" Ucapnya sambil menjepit pipi Diza dengan kedua telapak tangannya.Diza cepat-ce