Andai kamu tahu. Kamu adalah hadiah terindah dalam hidupku.
-your husband-
Ada yang cemas, tapi ternyata hanya modus. Untung saja bukan lelaki kerdus.
~D
"Kamu sih bee kelamaan~", ucap Diza merajuk~.
Ray yang mengancingkan kemejanya beralih fokus ke arah Diza yang sedang mengeringkan rambutnya dengan hair dryer.
Ray kemudian memilih mendekati Diza, dan mengambil alih hair dryer di tangan Diza dengan lembut dan mulai menggantikan Diza mengeringkan rambutnya dengan hati-hati.
Diza yang memandang bayangan dirinya dan Ray dari cermin, tersenyum senang karena keromantisan suaminya. Hilang sudah kekesalannya pada suaminya.
Yups! Ray memang sedahsyat itu.
Ray menyelesaikan pekerjaannya dengan cepat. Menaruh hair dryer diatas meja rias di depan Diza. Lalu beralih untuk deduk di meja rias di hadapan Diza.
M
"Biasanya juga doyan."~Raysum"Hoammmm...... perutku kembung, jadi ngantuk~" ucap Diza yang duduk di samping Ray yang menyetir.Yups. Ray dan Diza lebih memilih pulang daripada menginap di hotel, bukan tidak mehargai usahaa ayah Ray, namun Ray lebih memilih pulang setelah berterimakasih pada keluarganya dan Diza setelah memberi tahu alasannya tidak mau menginap. Tidak leluasa ucap Ray kala itu, benar-benar tebal muka sekali Rayden ini. Sedangkan Diza disampingnya, wajahnya sudah semerah kepiting rebus karena ucapan suaminya yang selalu menjurus ke hal yang membuatnya melayang-layang itu. Dan masih sempat untuk mencubit kecil pinggang suaminya yang membuatnya malu itu. Sedangkan yang lainnya tertawa melihat interaksi pasangan muda tersebut. Rayden dan Diza kemudian pamit pulang. Diza juga mendapat banyak wejangan dari ibu dan ibu mertuanya.Ray mengemudi dengan satu tangan sebelah
"Aku sudah biasa akan semua tentang dirimu, kenapa masih malu?"~RaysumRay terbangun dari tidurnya karena suara keroncongan perutnya sendiri. Melihat ke arah istrinya yang masih terlelap dalam tidurnya, kemudian mengecup dahinya.Ray kemudian turun dari kasur. Memunguti sepotong kain untuk menutupi tubuhnya. Melangkah kearah pintu untuk turun menuju dapur.Berpikir sejenak akan memasak apa dan setelah berkelumit dengan berbagai masakan di kepalanya, akhirnya ia memutuskan untuk memasak pasta untuk istri tercintanya dan dirinya.Ray memasak dengan lihai ditemani dengan siulannya, sengaja tak membangunkan istrinya karena yakin istrinya masih memerlukan waktu istirahat yang lebih lama. Memikirkan itu membuat Ray tersenyum sendiri.Setelah semuanya siap, Ray memberi pemanis diatas pasta berupa dua daun papermint yang salah satu ujung daunnya didekatkan agar membentuk simbol hati. Seper
"Masih perlu dipertanyakan rasaku padamu?"-Rayden-Diza mengangkat telepon, menempelkannya kearah telinga dan berbicara. "Halo dengan Diza disini."Jawaban dari seberang membuat Diza menjatuhkan gagang telepon dan melotot kearah Ray."Beee!!!" , Teriak Diza histerisRay yang sedari tadi memandang Diza terkejut akan teriakan Diza. Ray melotot terkejut."Iya hon?!", jawab Ray.Diza tak menjawab tapi menghentak-hentakkan kakinya kesal dan segera berbalik berlari menaiki tangga.Ray bingung ikut mengejar, tapi baru saja ia menaiki seperempat naikan tangga, Diza sudah kembali turun dengan pakaian berbeda."Mau kemana hon?", tanya Ray kebingungan karena kecepatan istrinya bertransformasi.Diza tak menjawab malah menyeret Ray keluar dari rumah. Dige
Di mall matabatin"Eh Nisa kok lo ngajak gue ke mall yang ini sih? Namanya aneh lagi.", ucap Diza kepada temannya Ranisanji Sutremi a.k.a Nisa atau bisa disebut Ranisa atau Rani atau Sanji asal bukan nisan saja katanya, ketika mereka berdua berada di dalam mall yang penuh dengan nuansa hitam dan bersuasana suram."Bikin bulu kuduk gue berdiri aja.", tambah Diza sambil mengusap lehernya.Nisa menutup mulut Diza dengan tangan kanannya, kemudian berbisik, "Sssttt! Disini gak boleh ngomong sembarangan."Diza segera menghempaskan tangan temannya itu."Kenapa?", Diza bertanya dengan penuh rasa penasaran, Nisa tolah-toleh kanan-kiri lalu mendekat ke arah Diza lalu berbisik-bisik."Dulu katanya disini tuh pernah ada yang mau buka mata batinnya, trus ngadain ritual gituu.. tapi ternyata ritualnya gagal dan menyebabkan kematian. Dan nama orang yang meninggal itu.
Seorang pria menghalangi penglihatan Diza yang melihat suaminya sedang bermesraan dengan seorang wanita dan seorang anak kecil. Mereka nampak seperti keluarga kecil bahagia yang sedang liburan di mall matabatin.Diza bergeser ke kiri dan pria di depannya ikut bergeser, dan saat bergeser ke kanan dia ikut bergeser ke kanan, Diza yang segera ingin melihat Rayden terus begitu dan mendapat penghalang yang sama sampai akhirnya Diza muak dan memilih mendorong pria di depannya lalu mendongakkan kepalanya untuk menegur pria yang kurang sopan ini.Tapi saat mendongakkan kepalanya Diza tertegun dan mengernyitkan dahi karena merasa kenal dengan pria manis di depannya ini."Mmm... maaf apa saya mengenal anda ?", ucap Diza sambil menatap pria itu penasaran.Sedangkan pria yang sedari tadi cengengesan menatap Diza dan memeluk Diza tanpa aba-aba dengan erat.Dan di sisi lain orang yang melihat dua insan berbeda je
pla(y) for you"~'N'ice"Jadi maksudnya mau main itu, kita mau nonton ya kak?", Tanya Diza heran saat matanya menangkap antrian di depan mereka."Yup! Ayo kita nikmati hari ini dengan bersenang-senang!", jawab Arga dengan ceria.Diza terdiam sejenak memikirkan usulan sepupunya yang baru kembali bertemu dengannya setelah sekian lama. 'Hmm sekalian reuni tidak apa-apa mungkin'."Oke tapi sepertinya aku harus ijin ke my husbando, okay?", ucap Diza setelah berpikir matang-matang.Dan Arga mengangguk menanggapi.Diza kemudian menjauh sambil merogoh tasnya untuk mencari ponselnya.Sedangkan Arga tetap berdiri di tempatnya dan mengeluarkan ponselnya dari saku untuk mengetikkan beberapa kata untuk seseorang. Setelah mengetuk ikon dengan lambang pesawat kertas, Arga kembali memasukkan ponselnya dan bersedekap menunggu Diza kembali
"Siap. Misi sedang dijalankan.""Kebersamaan itu mahal"-Argade Kaguza-"Kerjaan ya?", tanya Diza saat Arga kembali melangkah ke arahnya dengan bergaya cool ala supermodel korea.Arga mengangguk-anggukkan kepalanya. Mengambil sebuah bola basket lalu melemparnya secara tiba-tiba ke arah Diza. "Ayo lempar"Diza mengangguk dan mulai fokus saat melempar. Tapi itu di hentikan oleh sebuah suara. "Duh kakinya gak gitu, megang bolanya juga bukan gitu. Nih liat aku contohin ya."Kemudian Arga memberi Diza contoh dengan memperagakannya dan Boom! Bola masuk tepat ke keranjang basket.Diza bertepuk tangan heboh dan memuji Arga, "Woowww hebatt!!!"Arga mengangkat dagunya angkuh, "Siapa dulu dong, Arga gitu loh! Ayo giliranmu"Diza meng
Mobil yang dikendarai Namo berhenti di depan rumah besar bercat putih."Turun gih!" ucap Namo sambil menengok ke belakang.Diza cemberut dan mendumel pada Namo, "Iya iya! Pengen banget ya aku cepet pergi biar abang bisa modus?"Namo melotot kearah Diza agar diam tidak membocorkan rencana yang sudah terancang di otaknya.Diza tak memperdulikan pelototan oppanya itu dan beralih pada sahabat baiknya -Nisa-."Aku duluan ya Nisa." Dan Diza cipika-cipiki sama Nisa lalu keluar dari mobil.Namo menurunkan kaca mobil disampingnya. "Kok gak pamit?""Tauk sebel!" Ucap Diza sambil bersedekap dan memalingkan wajahnya dari Namo.Namo terkekeh lalu keluar dari mobil menghampiri Diza. "Duh dede Diza ngambek abang harus apa nih?" Ucapnya sambil menjepit pipi Diza dengan kedua telapak tangannya.Diza cepat-ce
"Bener ya apapun yang gue minta bakal di kabulin nih? " tanya Nisa sambil menaik turunkan alisnya"Jangan gitu deh, lo serem kalo kayak gitu" protes Diza melihat kelakuan sahabatnya yang super duper aneh itu."Canda kali, dahlah lama kalo nungguin lo, mending naik lift, duh gile gue laper banget gara-gara ngurusin urusan percintaan lo" ucap Nisa kemudian memilih naik lift dari pada harus capek-capek naik tangga."Tungguin" ucap Diza membuntuti langkah Nisa.Setelah di dalam lift,Hening beberapa saat,Diza memilin-milin jari tangannya, masih gelisah tentang kejelasan dimana suaminya berada, "tapi Rayden ... ""Ssstt lo nggak denger perut gue udah demo mau di isi, curhatnya nanti aja pas kita abis makan aje yaa, kita tuh perlu mengisi tenaga untuk pembicaraan yang sangat menguras tenaga itu. " jelas Nisa sambil memegang perutnya yang berbunyi.Sambil tertunduk pasrah, Diza menjawab " iya , iyaa.""Mending sela
Jodoh nggak akan kemana"~hibur NisaDiza yang biasanya membalas sapaan-sapaan itu, kini menghiraukannya karena bergegas ingin menemui Rayden. Beberapa karyawan kebingungan tentang sikap bu bosnya namun tak ada yang berani menggosipkannya karena tahu bahwa pak bos-Rayden- sangat mencintai istrinya, 'yah awas saja kalo macam-macam nanti bisa-bisa dipecat' pemikiran seluruh karyawan perusahaan Rayden.Kecewa menghampiri Diza saat pintu ruangan Rayden terbuka dan tak terdapat seorang pun disana. Diza kemudian beralih pada meja sekertaris Rayden. Dan bertanya "Apa Rayden belum datang?""Maaf bu bos, tapi pak bos belum datang." Jawab sekertaris Rayden"Hmm lalu apa jadwal Rayden hari ini? Apa ada pertemuan penting? Jam berapa ? Dimana? " tanya Diza bertubi-tubi.Sekertaris Rayden terlihat salah tingkah saat akan menjelaskan pada Diza, " Anu bu bos, tapi kemarin pak bos bilang ingin mengosongkan jadwal untuk hari ini sampai seminggu ke depa
Diza kemudian berjalan mendekati meja disamping tempat tidur, terduduk, kemudian mengambil sebuah bingkai yang didalamnya terdapat foto yang mengabadikan momen paling bahagianya bersama Rayden -foto pernikahannya-'Ah, bee. Apa yang salah denganmu? Kenapa pergi? Padahal baru belum sampai 24 jam, kenapa aku merindukan senyum hangatmu, ah tidak, bukan hanya senyummu, tapi segala apa yang ada pada dirimu' batin Diza sambil mengelus wajah Rayden yang terpatri dalam foto dan terpatri juga dalam hatinya.Diza kemudian memeluk foto itu dan berkata "bee, apapun yang terjadi kamu harus dengerin penjelasan dari aku, SEMANGAT ISTRINYA BEE!"Semangat Diza pada dirinya sendiri kemudian pergi membersihkan diri.Setelah memastikan penampilannya tidak terlalu menampakkan kesedihannya di depan cermin, Diza kemudian turun ke bawah untuk menemui mo- sahabatnya.Diza yang turun dengan anggun membuat silau mata Nisa "Woaahh apa ini Diza sang ch****l stylis
"Kok bisa sih? Emang kenapa Rayden gak percaya sama kamu bi?" Tanya Nisa heran."Hiks i-ituu" tunjuk Diza ke gumpalan kertas diatas meja meja makan."Apaan bi? Ini?" Tanya Nisa sambil mengambil gumpalan kertas itu."Ooo muka babi loo terus ada apa?" Tanya Nisa heranMuka Diza merah padam, hilang sudah rasa sedihnya berganti rasa kekesalan."Bisa nggak sih nyet nggak usah ngatain gue babi!" Geplak Diza ke kepala Nisa -geplakan sayang, gasakit kok, cuman nyilu dikit aja ntar- peace."Aduhh iya iyaa sa, apaan sih cuman foto lo doang" heran Nisa."Kalo liat yang bener dong nyet buka bener-bener liat pake mata hati nurani loo" kesal Diza sambil merebut foto yang tak benar-benar dirapikan Nisa, kemudian merapikannya sehingga fotonya benar-benar terbuka sempurna. Dan menyerahkannya kembali ke Nisa."Lah inikan cowok yang kemarin sama lo di keepci itu
"Kok bisa sih? Emang kenapa Rayden gak percaya sama kamu bi?" Tanya Nisa heran."Hiks i-ituu" tunjuk Diza ke gumpalan kertas diatas meja meja makan."Apaan bi? Ini?" Tanya Nisa sambil mengambil gumpalan kertas itu."Ooo muka babi loo terus ada apa?" Tanya Nisa heranMuka Diza merah padam, hilang sudah rasa sedihnya berganti rasa kekesalan."Bisa nggak sih nyet nggak usah ngatain gue babi!" Geplak Diza ke kepala Nisa -geplakan sayang, gasakit kok, cuman nyilu dikit aja ntar- peace."Aduhh iya iyaa sa, apaan sih cuman foto lo doang" heran Nisa."Kalo liat yang bener dong nyet buka bener-bener liat pake mata hati nurani loo" kesal Diza sambil merebut foto yang tak benar-benar dirapikan Nisa, kemudian merapikannya sehingga fotonya benar-benar terbuka sempurna. Dan menyerahkannya kembali ke Nisa."Lah inikan cowok yang kemarin sama lo di keepci itu
Rayden berhenti di depan sebuah cafe pelangi kemudian memarkirkan mobilnya. Setelah masuk ke cafe Rayden duduk dan memesan segelas Coffee latte art, memilih duduk di samping kaca yang menembus dunia luar, Rayden memandang jalanan yang ramai akan deru kendaraan yang lalu lalang, ponsel di saku celana Rayden bergetar membuatnya mengeluarkan ponselnya dan melihat sebuah pesan. Rayden termenung menatap datar pesan di ponselnya kemudian membatin, "Ahh.. apa yang ku lakukan sudah benar?"Tak terasa sinar mentari tak lagi terlihat dan langit biru telah tergantikan oleh gelapnya malam yang dingin, Diza yang masih setia terduduk di aspal kemudian bangkit dan masuk ke dalam rumah. Ia kemudian duduk di kursi tempat kejadian mereka bertengkar tadi dan memungut foto-foto yang Rayden lemparkan.Diza meremas foto itu dan mengumpat kasar "Aaahhh!!! S***********n!!!"Diza
Kamu ke timezone MMB dengan seorang laki-laki ?"Diza terkejut? Tentu saja.Diza menelan ludah. Apakah yang dilihatnya saat itu benar-benar suaminya Rayden.Rayden menatap Diza dengan datar dan dingin sebuah tatapan yang belum pernah Diza dapat selama menjalani pernikahan mereka.Diza mengernyitkan dahi bingung karena dia tak merasa bersalah, justru menurutnya Rayden yang harus menjelaskan apa yang ia lihat di MMB."Selingkuhan kamu?" Rayden berucap dengan nada datar dan tatapan dingin.Nada datar dan tatapan dingin yang mampu menusuk hati Diza dengan begitu kejamnya. Diza terkejut karena suaminya yang selama ini manis dan penyayang padanya kini menanyakan kesetiaannya.Dan itu berhasil menyulut kemarahan Diza. Diza menggebrak meja penuh emosi lalu berteriak."AKU GAK PERNAH SELINGKUH!!!" serunya.Rayden tetap tenang tap
Langkah Diza berhenti saat terhadang Ray. Ray meraih tangan Diza kemudian menautkan jemari mereka, dan menggenggam erat walau dengan raut wajah yang datar. Lalu mulai menuntun Diza ke arah meja makan. Diza tersenyum senang dalam keheningan langkah mereka.Walau dalam pikirannya ada perasaan resah yang menyelimuti diri. Membuatnya bingung akan keadaan saat ini. Mengapa suaminya berubah? Apa yang terjadi?, namun Diza belum sanggup untuk bertanya sekarang. Ini situasi yang baru untuknya, karena Ray tidak pernah memperlakukannya dingin sebelumnya. Apalagi melihat outfit Ray yang mirip dengan seorang pria yang dia lihat sebelumnya di Mall mata batin.Kecemasan Diza semakin menjadi-jadi, dan membuatnya berpikir apa yang dia curigai tentang Ray benar. Oleh karena itu setelah Diza berpikir matang-matang Dizamemberanikan diri untuk bertanya pada suaminya."Ray?", karena keadaannya yang canggung Diza lebih memilih mema
Mobil yang dikendarai Namo berhenti di depan rumah besar bercat putih."Turun gih!" ucap Namo sambil menengok ke belakang.Diza cemberut dan mendumel pada Namo, "Iya iya! Pengen banget ya aku cepet pergi biar abang bisa modus?"Namo melotot kearah Diza agar diam tidak membocorkan rencana yang sudah terancang di otaknya.Diza tak memperdulikan pelototan oppanya itu dan beralih pada sahabat baiknya -Nisa-."Aku duluan ya Nisa." Dan Diza cipika-cipiki sama Nisa lalu keluar dari mobil.Namo menurunkan kaca mobil disampingnya. "Kok gak pamit?""Tauk sebel!" Ucap Diza sambil bersedekap dan memalingkan wajahnya dari Namo.Namo terkekeh lalu keluar dari mobil menghampiri Diza. "Duh dede Diza ngambek abang harus apa nih?" Ucapnya sambil menjepit pipi Diza dengan kedua telapak tangannya.Diza cepat-ce