Di dalam sana tuan Cai nampak tengah menikmati surga dunia, di atas ranjang panasnya sehingga Gu Lang memilih untuk melancarkan aksinya setelah Gong Cai selesai dengan aktivitasnya. Jangan salah paham, Gu Lang bukan melakukannya karena dia ingin atau suka melihat pemandangan yang menodai matanya itu. Hanya saja bukankah akan lebih seru jika membuat musuh yang sedang terbang tinggi ke angkasa, jatuh dengan begitu menyedihkan ke dasar bumi? Itulah yang Gu Lang inginkan. Menjatuhkan musuhnya di saat dia merasa tengah berada di puncak tertinggi, dan merasa tak ada yang bisa menjatuhkannya. Setelah beberapa menit kemudian, akhirnya suara-suara laknat yang berasal dari kedua insan yang tengah mereguk nikmatnya surga dunia di dalam sana pun berakhir. Dan inilah saatnya bagi Gu Lang untuk beraksi. Brak! Pyar! Gu Lang memecahkan atap kediaman itu dan melompat turun, membuat kedua manusia yang masih berpelukan tanpa sehelai benang pun di tubuhnya itu begitu terkejut. "Aaaaa!" jerit si wa
Gu Lang pun menunggu kedatangan para tetua yang akan mengantarkan sendiri nyawa mereka ke hadapannya, "Kau, pergilah." Tentu saja ucapan itu ia tujukan pada wanita yang bersama dengan Gong Cai tadi.Dan tentu saja wanita itu senang bukan kepalang mendengarnya, karena bukan inginnya menemani Gong Cai si pria tua nan tambun itu, melainkan dia terpaksa melakukan itu demi keselamatan keluarganya."Terimakasih tuan, terimakasih." Wanita itu langsung mengenakan pakaiannya dan berlari dengan terburu-buru untuk keluar dari ruangan itu."Sekte Racun Hitam ya? Bukankah itu salah satu sekte terbesar di negeri Benua Timur ini? Tapi ada masalah apa antara keluarga Gu dan sekte besar sekelas sekte Racun Hitam?" Sekeras apapun Gu Lang memikirkan hal itu, tetap saja dia tak bisa memikirkan masalah besar apa yang ada di antara keluarga Gu dan sekte Racun Hitam, hingga mereka membinasakan keluarga Gu dan menahan ayahnya.Lagi pula sekte besar seperti sekte Racun Hitam itu tentu saja tidak biasanya ber
Gu Lang melesat cepat menuju rumah besar keluarga Xi. Dengan jarak rumah keluarga Gong dan Xi yang cukup jauh, Gu Lang harus memakan waktu beberapa puluh menit hanya untuk sampai di kediaman ahli senjata perang itu.Sesampainya di sana, Gu Lang sudah di suguhkan dengan pemandangan yang membuatnya berdecak kesal."Sial! Ternyata informasinya menyebar begitu cepat. Tapi tidak masalah. Jika aku tak bisa menghancurkan pertahanan kalian, maka panggil namaku secara terbalik!"Gu Lang pun memilih untuk masuk ke menara langit dan mencari cara untuk bisa menembus benteng pertahanan keluarga Xi, yang sudah setara dengan benteng perang itu.Bagaimana tidak disebut setara dengan benteng perang jika ada lebih dari lima puluh penjaga di atas menara pengintai, dan banyak sekali pelontar panah serta pelontar batu di atas sana. Dan jangan lupakan adanya ranjau di setiap sisi tembok, sehingga Gu Lang sudah pasti tak dapat melompat naik ke atas tembok itu."Selamat datang kembali, tuan.""Luo Luo, ada
Penjaga itu pun berjalan semakin dekat ke arah Gu Lang dengan sedikit terburu-buru, mungkin saja karena di sudah tidak dapat lagi menahan panggilan alamnya."Haish ... gara-gara pria topeng emas itu, semuanya jadi harus sibuk begini. Sungguh melelahkan!" gerutunya sesaat setelah dia sampai di pohon yang dia tuju, tempat Gu Lang tengah bersembunyi saat ini.Baru saja pria itu akan membuka celananya, Gu Lang pun langsung memukul tengkuk pria itu dan membuatnya pingsan tanpa suara atau menimbulkan kecurigaan."Dasar sialan! Bagaimana bisa kau membicarakan seseorang di hadapan orangnya langsung? Dasar otak udang!" gumam Gu Lang lirih namun dengan intonasinya yang begitu menekan karena menahan kekesalannya.Gu Lang segera menukar pakaiannya dengan pakaian milik pengawal itu, dan mulai menggunakan jurus seribu wajah untuk bisa masuk ke dalam benteng pertahanan keluarga Xi itu.Beruntung tadi Gu Lang sempat mendengar pria itu berbicara, jadi setidaknya dia tau bagaimana cara bicara penjaga i
Pintu itupun terbuka dan memperlihatkan sebuah ruangan yang begitu luas, dengan satu kursi kebesaran yang berada di ujung depan ruangan itu. Jika digambarkan, maka suasa di ruangan itu benar-benar seperti sebuah singgasana seorang raja.Ada dua patung singa besar, di kiri dan kanan kursi yang sudah pasti milik kapala keluarga Xi itu.Tapi saat ini, hanya ada satu orang di dalam ruangan itu yang tidak lain adalah tetua pertama keluarga Xi. Gu Lang sebenarnya tidak mengenali pria paruh baya dihadapannya itu, tapi mendengar dari apa yang pemuda tadi katakan jika orang yang memanggil mereka adalah tetua pertama, maka bisa di simpulkan jika pria itu adalah tetua pertama.Meskipun Gu Lang adalah seorang tuan muda dari salah satu keluarga besar di kota Biluo, tapi dia yang lebih sering berada di sekte tidak terlalu perduli dengan pergantian pemimpin di keluarga besar lainnya.Jadi yang dia ketahui hanyalah sekedar, siapa kepala keluarga saat ini di setiap keluarga besar di kota Biluo."Membe
Gu Lang yang keluar paling akhir, masih bisa mendengar ucapan tetua gila itu dan dia pun bersumpah, "Dasar pak tua serakah! Kau sudah bau tanah tapi masih menginginkan kedudukan dan kekuasaan? Bahkan menggunakan cara licik seperti itu? Tunggu saja pak tua, aku akan membunuhmu dengan cara yang paling menyakitkan!"Gu Lang yang tadi masih mendengar dari balik pintu pun segera menyusul para elite lainnya, yang sudah bisa dia pastikan jika mereka semua mau tak mau harus menuruti perkataan pak tua brengsek itu.Saat mereka kembali melewati lorong panjang itu, Xi Guan memberikan sesuatu pada salah satu elite itu yang Gu Lang tak tau apa itu."Hancurkan giok ini untuk memberikannya sinyal pada master array, agar dia menonaktifkan arraynya. Dan ini, hancurkan ini jika kalian dalam bahaya (hampir tertangkap)."Baik." Elite itu pun mengangguk dan mengajak para elite, termasuk Gu Lang untuk mendiskusikan rencana pembunuhan itu.Dan ternyata para elite itu memiliki ruang pribadi mereka sendiri di
Pintu besar itu di buka oleh Gu Lang dengan keras dan membuat tetua pertama dan Xi Guan, yang masih ada di dalam ruangan itu sambil membicarakan hal yang entah apa itu, terlonjak kaget karenanya."Lancang! Kenapa kau masuk tanpa permisi!?" Bukan tetua pertama, melainkan Xi Guan lah yang meneriaki Gu Lang dengan kesal, "Apa kau sudah bosan hidup?! Kau sudah tidak menginginkan nyawamu lagi!?" Xi Guan pun turun dan mencabut pedang miliknya dari sarung pedangnya.Pedang itu memiliki aura yang terasa menekan, kabut berwarna biru itu juga terasa amat dingin. Dan dilihat dari hal itu, Gu Lang bisa menebak jika akar spiritual dari pemuda di hadapannya itu adalah jenis es, seperti milik ayahnya."Tunggu, Xi Guan. Mungkin dia punya sesuatu yang mendesak untuk di laporkan." Cegah tetua pertama, tanpa berniat pindah dari tempatnya duduk saat ini.Dia terlihat sangat percaya diri saat duduk di kursi yang seharusnya hanya boleh di duduki oleh sang kepala keluarga, tapi dia justru dengan congkaknya
Tetua pertama pun akhirnya memikirkan sebuah negosiasi dengan Gu Lang, agar dia tak menghabisi nyawanya.Sedangkan Xi Guan hanya bisa terdiam, karena dia masih tak menyangka jika tuan muda sampah yang terkenal di seluruh kota Biluo, bahkan sampai ke pelosok sebagai orang paling tidak berguna itu, sekarang justru ada di hadapannya dan bukan lagi sebagai seorang sampah apalagi tuan muda tidak berguna.Dia yang sekarang bahkan terasa lebih mengerikan daripada para penjahat yang pernah dia temui. Bahkan orang terkuat yang pernah dia kalahkan saja, tak ada seujung kuku dari Gu Lang dan hal itu membuatnya tak lagi berani berkata-kata di depan Gu Lang seperti sebelumnya."G-Gu Lang, bagaimana kalau kita membuat sebuah kesepakatan?" Tetua pertama mencoba membuka percakapan.Namun Gu Lang sama sekali tak mengeluarkan sepatah kata pun sebagai jawaban. Dia masih setia bersandar dengan tangan bersidekap di depan dada, seolah dua makhluk di hadapannya itu sama sekali bukanlah ancaman baginya dan s