Menyaksikan Caca memaksakan senyum, ditambah dengan wajah penuh luka.Dan ada bekas ikat pinggang yang rusak.Bram merasa panas di hatinya. "Apa yang sudah terjadi?"Caca mengerutkan bibirnya dan tersenyum, "Apa kamu membawa pakaian untukku?"Bram segera menyerahkan kantong kertas di tangannya kepada Caca."Kamu bisa keluar sebentar, aku akan mengganti pakaianku."Bibir Bram bergerak, tetapi pada akhirnya tidak ada yang keluar dari bibirnya, dan akhirnya dia berbalik, berjalan keluar dari kamar, menutup pintu. Dia berdiri di depan jendela ruang tamu, hanya untuk merasakan penyumbatan di ulu hatinya.Istrinya telah dipukuli.Siapa yang melakukannya?Siapa yang berani menyentuhnya?Lengan Bram meninju asal, dan tanaman hijau yang ditempatkan di ambang jendela jatuh ke lantai dengan keras.Dia berdiri dengan tangan mengepal di pangkuannya, pembuluh darahnya menonjol.Caca akhirnya selesai mengganti pakaiannya, efek obat itu perlahan memudar dan dia mendapatkan kekuatan.Melihat tanaman
Ketika salep dingin menyentuh kulit Caca yang nampak sangat memar, dan tergores, membuat Caca yang sedang tertidur pun, masih mampu merasakan nyeri sekaligus dingin pada kulitnya. Bram mendengar rintihan Caca, dan Bram segera meringankan gerakan tangannya pada tubuh Caca.Dalam gelapnya malam, dengan mendapat bantuan dari cahaya luar, yang masuk melalui celah gorden kamar, Bram bisa melihat luka di punggung Caca, kemarin, punggung itu yang selalu ia belai dengan lembut dan hangat. Tapi sekarang, terdapat banyak luka pada punggung kecilnya.Bram mencoba menahan amarah, sebelum membantu Caca mengobati punggung.***Bukit Senja.Tempat itu adalah tempat berkumpulnya para konglomerat di kota ini. Tempat itu bisa dikatakan seperti komplek mansion termahal, dan terelit di kota ini. Jadi di tempat itu, ada banyak orang yang memiliki kuasa tinggi di kota tersebut.Mansion terbesar di lingkungan bukit Senja adalah mansion nomor 8, mansion yang dimiliki oleh keluarga Arnest Saputra. Dan di dep
Melihat Levan yang hanya diam saja, Yezline segera meraih tangan Levan dan berlutut. “Sayang, kamu harus percaya padaku, aku mencintaimu, aku tidak akan melakukan apapun yang membahayakanmu.”melihat mata Yezline yang membengkak akibat terlalu lama menangis, hati Levan melunak.Dia mengangkat Yezline dan mendudukan Yezline di ranjang, menyeka air mata di wajah Yezline dengan lembut, "Tidurlah, masalah ini sudah selesai, dan tidak ada yang boleh menyinggung masalah ini lagi."Yezline dengan lembut bersandar di dada Levan, melingkarkan tangannya di pinggang Levan."Sayang, apa kamu tidak ingin, kakakku hilang dari pandangan kita? Aku benar-benar takut, suatu hari kamu tidak menginginkanku lagi karena dia."Yezline berbicara dengan air mata di sela-sela pembicaraan, dan siapapun yang melihatnya akan merasa iba.Levan dengan lembut membelai kepalanya, "kita sudah bertunangan, kenapa kamu masih berkata omong kosong seperti itu." “Ya sudah, aku lega mendengar itu dari kamu, ayo tidur!”"B
Ashar menunduk dan bahkan tidak berani bernapas. Wajah Bram sangat pucat, lantainya penuh dengan kertas berhamburan halaman demi halaman. Setiap kali dia memikirkan keadaan Caca tadi malam, Bram merasa dadanya tertusuk sangat dalam. Apalagi mengingat ikat pinggang yang putus, tergeletak di lantai begitu saja, menghantui pikiran bram. Dai bertanya-tanya, siapa yang berani melakukan itu pada wanitanya? "Aku hanya meminta padamu untuk menemukan manajer terkenal, mengapa begitu sulit! Ha?" Bentak Bram. Bram membuat seluruh ruangan berantakan. "Tuan, Saham Star King saat ini sangat anjlok." Jawab Ashar dengan gemetar: "Dan kriteria permintaan tuan…" Bram:“Bukan seorang pria.” “Wanita.” “Harus dewasa, dan stabil, dengan orientasi seksual yang normal.”Lebih dari sepuluh tahun lebih tua dari Caca.”“Mereka yang memiliki keterampilan bisnis yang kuat, akan membuat Caca populer dalam setahun.” Dalam industri seperti ini, permasalahan tentang saham sangat berpengaruh dalam hubunga
"Apa yang kamu katakan! Susi Lesmana sudah di rekrut oleh star king?" Yezline merasa tidak percaya dengan apa yang diberitahukan oleh asistennya.Mira dapat memahami temperamen Yezline, mengetahui bahwa masalah ini pasti akan mengejutkan Yezline, dia segera menurunkan suaranya, takut, mungkin yang dia katakan akan membuat Yezline marah."Ya, itu di konfirmasi kepala perusahaan Star King langsung."“Yakin berita itu akurat? Jangan sampai itu cuma gosip.”"Berita itu sangat akurat, pimpinan Star King mengumumkan kalau Susi Lesmana secara resmi di kontrak oleh Star King." Mira berkata sambil mengamati wajah Yezline dengan hati-hati.Sejak debutnya, Yezline telah memerintahkan manajer perusahaan untuk menghubungi Susi Lesmana, dan mengatakan bahwa tidak peduli berapa banyak harga yang diminta, bagaimanapun Susi Lesmana harus bekerja untuknya.Susi Lesmana telah mencetak begitu banyak Bintang sebelum Star King International terpuruk seperti ini. Yezline tahu dari awal bahwa Susi Lesmana
Semua orang menatap tukang kurir tersebut."Memang ada apa?" Tanya Mira."Ada hadiah untuk Beliau di depan." "Wow, itu pasti untuk Nona Yezline, anda sangat-sangat beruntung nona Yezline, pasti hadiah itu dari Tuan muda Levan." "Ya, Tuan Muda Levan tidak pernah muncul selama ini, jadi mungkin dia meminta maaf dengan memberikan kejutan yang sangat istimewa." "Ya Tuhan. Andai aku memiliki suami yang sangat luar biasa seperti ini, bahagianya hidupku."Ada banyak staf yang merasa iri dengan Yezline, terutama staff perempuan.Yezline yang mendengar banyak pujian untuknya, merasa sangat bangga pada dirinya sendiri. Dia melakukan syuting untuk film ini selama dua bulan, dan selama itu dia selalu ingin Levan mengunjunginya sesekali, tetapi Levan terlalu sibuk. Jadi dia merasa sangat bahagia ketika tunangannya mengirim sebuah hadiah istimewa.Mira bertatap muka dengan Yezline, keduanya sama-sama tersenyum bangga."Nona Yezline, Tuan Muda Levan benar-benar manis, karena belum bisa berkunjung
Yezline berpikir dengan keras. Ya, hanya ada sedikit orang yang Caca kenal. Pengirim mawar 80% pasti dari lelaki penghibur yang sempat Yezline lihat hari itu, berprofesi sebagai lelaki penghibur memang sangat menguntungkan akhir-akhir ini, mereka dipelihara oleh beberapa wanita kaya, jadi seharusnya bukan masalah untuk membeli satu mobil penuh mawar. Yezline berharap, hanya satu orang ini saja yang memberikan Caca hadiah. Jadi kali ini, hadiahnya mungkin dari Levan, tunangannya. Mudah-mudahan, hadiah dari Levan akan membuat reputasinya kembali bersinar. Berpikir demikian, Yezline melangkah keluar. Ketika dia keluar, dia tidak melihat apa-apa. Hanya ada satu kurir pengantar. “Di mana hadiah Nona hendarmo?” teriak Mira. Kurir tersebut segera datang, "Ada di tas saya, tolong tanda tangani ini dulu." “Ada di dalam tas?” Mata Mira berbinar dan dia bersemangat melebihi Nonanya. "Nona Yezline, itu pasti berlian, itu pasti berlian..." Yezline menarik sudut bibirnya. Kali ini d
"Hallo, Kak Bagas, apakah kamu di sana?"Percakapan antara kedua orang itu benar-benar sepi. Sampai penelpon di seberang menjawab."Yah, kenapa Sayang, apakah kamu menyukai hadiah yang ku kirimkan?" Caca perlahan menghela nafas lega, "Kak Bagas, aku sudah menikah."Entah jawaban apa yang ditunggu Caca, keduanya sama-sama terdiam cukup lama.Caca tidak membalas pesan yang dia kirimkan semalam, dan sekarang, Caca tidak tahu kenapa penelfon bernama Bagas ini hanya terdiam.Kembali ke kenyataan.Ya, dia sudah menikah dan Caca berharap lelaki ini tidak akan mengganggunya lagi.Gelisah, Caca sama sekali tidak bisa tenang karena kemunculan pria itu yang tiba-tiba.Membuat Caca tidak bisa tidur hingga larut malam.Di sisi lainBangunan gelap yang tinggi menjulang tersebut tetap menyala, yah, tiada hari tanpa lembur. Seluruh staf Mcoal telah diselimuti suasana yang menyedihkan akhir-akhir ini, dengan setiap karyawan merasa seolah-olah mereka akan mati lemas.Dikarenakan, saham Mcoal telah ja
Sebelum masuk ke dalam kamar, bahkan Bram sudah menyambar bibir Caca dengan ganas. Caca hanya diam mematung, dia tak tahu harus berbuat apa. Ini pertama kalinya, dia melakukan ini dengan suaminya tanpa kegelapan. “Buka bibirmu, Sayang!” Seru parau Bram sambil membuka pintu kamarnya dengan siku dan Caca yang masih dalam gendongannya. Caca semakin membeku, tapi perlahan bagai terhipnotis dengan wajah Bram yang semakin terlihat sensual, dia membuka bibirnya mengikuti arahan Bram dalam setiap gerakan lidahnya. Bram semakin memperdalam lumatannya hingga tak memberi Caca jeda untuk bernapas. Kini Bram sudah menurunkan Caca di tempat tidur mereka, tangan Bram tak tinggal diam, meremas salah satu dada Caca dan memilin ujung dada itu dari luar pakaian Caca. Bram semakin lihai memberi rangsangan ke tubuh Caca. Caca terus melenguh akibat ulah Bram yang memberinya rangsangan bertubi-tubi, membuat Caca tak kuasa menahannya dan ingin segera mengakhiri sesi kegiatan tersebut. “Sssh…” Bram men
Bram membawa Caca kembali ke Rainbow City dan Lina sudah terlelap dikamarnya. Sepasan suami istri tersebut duduk berhadapan di ruang tamu dengan berjarak meja kopi di depan mereka. Yang satu bersandar di sofa, satunya lagi hanya duduk diam dengan kaki erlangnya. “Ada yang ingin kau katakan?” Bram bertanya lebih dulu. “Cerai.” Caca dengan tegas bicara. Bram mencibir, “jadi kau ingin menceraikan suamimu untuk menikah lagi dengannya?” Caca mencengkram baju di lututnya, “Bukankah aku sudah mengatakan alasan kenapa aku ingin menceraikan suamiku pada Asta? Semua karena suamiku hanya menganggapku sebagai boneka s*ks nya.” Pupil mata Bram mengecil. “Aku melakukan itu agar kamu tidak selingkuh!” Ucap Bram dengan tenangnya. “Apa aku akan melakukan perselingkuhan kalau sejak awal kau memperlakukanku selayaknya bagaimana seorang suami memperlakukan seorang istrinya?” Caca berkata lagi, “Tidak usah sibuk mencari kesalahanku, lebih baik sekarang jelaskan padaku kenapa kau membohongiku, mem
Di salah satu bar. Saat Bram menyesap satu sloki minumannya, John datang terlambat. Tadi waktu Bram menelponnya, dia sudah bersiap akan tidur dan ketika menerima panggilan dari Bram, John segera menanggalkan pakaian tidurnya. John pikir, Bram mengajaknya bertemu di bar untuk mengajaknya bersenang-senang dengan seorang wanita. Tapi begitu John masuk, pemandangan yang dilihatnya adalah Bram yang sedang menenggak minumannya dengan wajah yang sangat tidak enak untuk dipandang. “Yah, katakan padaku, siapa orang disini yang berani membuat mood mu jadi hancur seperti itu!” John menjatuhkan pantatnya di sebelah tempat duduk Bram. Bram kemudian menceritakan duduk masalahnya. Setelah mendengar keseluruhan cerita, ekspresi John jadi agak rumit. “Errrr, mari kita selesaikan ini, jadi, kamu menyamar sebagai orang lain untuk mendekati wanita itu, dan akhirnya pendekatan itu berhasil, kan?” Bram menatap John penuh arti dan tidk berkata apa-apa. John segera bertepuk tangan. “Kalau begitu kamu
Bram kembali ke kamarnya. Ashar dan beberapa pengawal saling berpandangan, wajah mereka yang tadinya berseri-seri saat Bram baru keluar, tapi sekarang seperti kanebo kering. “Tuan, anda baik-baik saja?” Bram mengangkat kepalanya dengan sepasang mata yang tajam. “Batalkan rencana hari ini!” Ashar terkejut, “Tuan, tapi kenapa?” “Lakukan saja apa yang kusuruh,” geram Bram. “Baik, saya akan membatalkan semuanya.” Ashar tidak berani lagi bertanya lebih banyak dan segera berjalan keluar ruangan. Bram mengepalkan tangannya, sorot matanya memancarkan cahaya dingin yang menusuk. Di sisi lain, Caca sudah berganti pakaian, dia sudah merias dirinya dan memakai gaunnya. Gaun organza biru laut, benang yang tersulam lembut membungkus tubuhnya, tidak terlalu luar biasa, tapi jika dilihat lebih teliti, gaun itu membuat Caca seperti peri, sangat cocok. Caca tidak berhenti mengagumi gaun itu, kalau dia tidak tahu bahwa gaun itu adalah gaun KW dari Asta, dia pasti akan menyangka gaun itu adalah
Caca mencengkram ponselnya dengan erat. Kenapa harus seperti itu, kenapa suaminya harus pura-pura menjadi orang lain di hadapannya? Kepala Caca dipenuhi dengan pertanyaan tak terhitung jumlahnya. Siapa dia sebenarnya? Caca melihat ke arah kerumunan lagi dan menemukan kalau orang-orang itu sudah masuk ke dalam salah satu kamar, menyisakan dua orang untuk berjaga di depan pintu. Caca mengumpulkan keberaniannya dan mendekat. Kedua penjaga di depan pintu tidak mengenal Caca dan terlihat tidak perduli saat Caca berjalan mendekat. “Permisi, boleh saya tahu siapa yang ada di ruangan ini?” Kedua penjaga itu saling memandang. “Ada perlu apa, Nona?” Salah satunya bertanya. “Tidak apa-apa, saya hanya melihat seorang pria tampan disini tadi dan ingin tanya saja.” Caca tersenyum kecil. “Asal anda tahu, di dalam adalah orang penting. Bramasta Moses. Cari tahu sendiri saja siapa dia di internet!” Pengawal itu juga tampak sombong. Sebagai pengawal seorang Bramasta Moses, tentu saja suatu
Bagaimana ini, Susi pasti sudah menghabiskan banyak uang untuk memesan gaun ini. Caca sendiri tidak tahu apakah noda merah dari minuman berkarbonasi bisa dihilangkan dalam semalam. Dia hanya berjalan menyusuri lorong hotel, memikirkan kemana harus mencari bantuan, atau setidaknya pinjaman untuk gaun yang akan dipakainya besok. Tiba-tiba, sosok pria muncul di benaknya, Asta. “Hei, Asta, apa kamu sudah tidur?” “Belum, kenapa?” Bagi Bram tidak ada hari tanpa bekerja, dia sudah terbiasa masih bekerja hingga dini hari, jadi dia pasti belum tidur. “Begini, aku ingin minta bantuanmu.” “Bantuan apa? Katakan!” “Gaun KW super yang kamu berikan padaku di acara pertunangan Yezline dulu itu. Bisa tidak, kamu carikan untukku dengan model berbeda? Aku dalam keadaan darurat.” Padahal gaun yang Bram dulu berikan pada Caca adalah asli, bukan KW. “Untuk apa memangnya?” Tanya Bram. “Ceritanya panjang. Jadi besok aku harus menghadiri acara Golden Award, tapi barusan gaunku rusak. Aku bingung dim
“Ashar, cari tahu siapa saja yang masuk dalam nominasi Aktris Pendukung Terbaik tahun ini!” Dari sebelum Bram memerintahkan untuk itu, rupanya Ashar sudah mengantongi semua data yang Bram minta. “Saya sudah memiliki rincian datanya, Tuan. Dan kandidat terkuat untuk nominasi itu adalah Yezline Hendarmo. ESSE Internasional sudah membuat pelobian. Jadi besar kemungkinan, kalau pemenang nominasi itu adalah Yezline.” Mendengar itu alis Bram merajut. “Tapi jangan khawatir, Tuan. Jika anda mau, kita bisa dengan mudah mengambil posisi itu. Bukan hal yang sulit untuk menjadikan nona muda pemenang. Hanya saja…” “Hanya saja apa?” “Susi, manajer nona muda, berpikir kalau tidak akan baik bagi nona muda untuk memenangkan penghargaan apapun di tahun ini.” “Kenapa?” “Karena, di film nona yang pertama, nona hanya berperan sebagai tokoh wanita ketiga. Jika nona memenangkan nominasi itu tahun ini, maka media pasti akan dibuat heboh dan lebih mudah bagi mereka untuk menggoreng berita tersebut. Sem
Ruangan Presdir Mcoal Indonesia. Bram sedang sibuk berbahagia di mejanya, suasana hatinya sedang sangat baik hari ini, ditambah lagi setoples kue kering di mejanya yang selalu ia pandangi dari waktu ke waktu sambil tersenyum sendirian. Dikejutkan dengan bunyi telepon di mejanya yang tiba-tiba berbunyi, suara Ashar datang dari ujung ponsel Bram. “Pak Bram, Pak John ada disini.” “Suruh dia masuk.” “Baik.” Setelah beberapa saat, si John dengan angkuhnya masuk ke ruangan Bram, sambil berkata, “Tuan Bramasta Moses, satu pertanyaan penting untuk anda. Kenapa anda sulit sekali ditemui sudah seperti artis papan atas.” John menatap ke arah Bram dan dengan segera menemukan setoples kue di meja Bram, dengan cepat John melangkahkan kakinya mendekat. Tepat ketika John ingin meraih kue itu, Bram segera dengan cepat menggeser toplesnya dan tangan John langsung hampa. “Oh, jadi begitu, sekarang kue saja tidak boleh kusentuh?” Pekik John “Kamu tidak boleh makan kue ini!” “Kenapa tidak boleh
Gerak cepat Ashar tidak perlu diragukan lagi, dalam sekejap dia sudah mengantongi nomor kamar Caca dan membawa Bram malam itu juga pada Caca. Hingga malam syuting masih berlangsung, tapi scene untuk Caca sudah berakhir. Hotel tempat dimana Caca menginap sekarang benar-benar sepi. “Tunggu aku di mobil.” Bram memberi perintah, turun dari mobil dengan kaki panjangnya dan langsung menuju lantai enam hotel. Lantai enam adalah tempat suite terbaik di hotel ini, semua pemain penting tinggal di lantai ini. Sekarang sudah sangat malam, sebagian besar orang pasti sudah beristirahat setelah seharian disibukkan dengan sepanjang hari. Bram menaiki lift dan pintu perlahan terbuka. Ini adalah pertama kalinya Bram datang ke hotel ini, jelas dia tidak tahu struktur pasti hotel ini, tapi menurut penyelidikan Ashar, Caca tinggal di kamar nomor 621. Setelah Bram keluar dari lift, dia hanya berdiri di depan lift. Masih mencari pintu kamar dengan nomor 621. Sampai akhirnya dia menyadari kalau kamar