Selama perjalanan dari kedai bakso menuju rumah Jelita, Gilang merasakan tubuhnya panas dingin. Dia tiba-tiba saja merasa tidak sehat, seperti sedang meriang dan masuk angin.Bahkan, dia mengendarai motor maticnya dengan begitu perlahan. Sesekali dia bahkan akan menahan napasnya karena merasakan sesuatu hal yang berbeda, entah apa Gilang tidak paham.Padahal, Jelita memeluk tubuh pria itu tidak terlalu kencang. Hanya saja memang wanita itu menyandarkan kepalanya di pundak Gilang, Jelita terlihat begitu intim sekali.Ketika dia menghembuskan napasnya, tentu saja rasa hangat dari hembusan napas Jelita secara langsung terkena leher Gilang. Hal itu benar-benar membuat otak minimalis Gilang berkeliaran ke mana-mana."Ya Tuhan! Ini berkah apa ujian?" tanya Gilang dalam hati yang terus saja berdebar dengan begitu kencang.Karena Jelita merasa jika Gilang mengendarai motornya begitu lelet, akhirnya gadis itu pun melayangkan protesnya."Lang, kenapa bawa motornya pelan banget? Kita kapan sampa
Miliknya kini memang sudah tertidur kembali dengan pulas, tetapi tetap saja dia merasa malu ketika mengingat kejadian yang baru saja dia lewati.Pertama dia kesal karena bertemu dengan Gina dan wanita itu mengatakan hal yang tidak sepatutnya, yang kedua dia kesal karena miliknya tidak bisa dikondisikan.Tentunya yang ketiga dia merasa malu dan kesal terhadap dirinya sendiri, karena ternyata pikirannya tidak jauh-jauh dari selangkangan."Ya ampun, Lang. Sadar, Lang. Sadar, elu harus fokus sama kuliah. Elu harus fokus dalam bekerja, hidup elu harus mapan dulu. Nanti bakalan banyak cewek yang ngantri dan memperebutkan elu!" ucap Gilang sambil menyentil miliknya dengan hati-hati.Dia benar-benar merasa kesal terhadap dirinya sendiri, karena ternyata imannya yang setipis tisu itu membuat dirinya terus saja berpikiran yang aneh-aneh ketika dirinya berada di dekat Jelita."Heh! Mending gue mandi, gue harus guyur ini kepala biar nggak mikirin hal yang aneh-aneh." Gilang langsung membuka pakai
Dengan cepat Gilang bangun dari tempat tidurnya yang terlihat begitu basah karena air seninya sendiri, dia bahkan menatap jijik ke arah miliknya yang sangat lengket dengan cairan cintanya.Gilang benar-benar tidak menyangka jika hal tersebut bisa terjadi kepada dirinya, yang lebih tidak disangkakan lagi bisa-bisanya dia sampai mimpi basah dengan Jelita. Wanita yang tadi malam sudah menemaninya.Apakah otaknya sudah korslet karena saat berpacaran dengan Gina, dia selalu saja diberi jatah seksualitas yang rutin, pikirnya."Ada apa sih sebenernya sama gue?" tanya Gilang lirih.Gilang menatap kasur busa tipis miliknya dengan tatapan yang begitu sulit untuk diartikan, setelah itu dia masuk ke dalam kamar mandi dan dengan cepat membersihkan tubuhnya.Setelah selesai dengan ritual mandinya, Gilang langsung berpakaian dan segera pergi ke kampus. Sepanjang perjalanan menuju kampus, Gilang terus saja berpikir dengan apa yang sudah terjadi kepada dirinya."Astaghfirullahaladzim, sepertinya untuk
Setelah mengetahui di mana Gilang berada, Jelita langsung melangkahkan kakinya menuju taman yang ada di belakang kampus. Saat tiba di sana, dia melihat Gilang yang sedang fokus dalam melakukan pekerjaannya.Pria itu terlihat begitu serius, pria itu bahkan tidak menolehkan wajahnya ke kiri dan ke kanan. Matanya hanya tertuju kepada berkas yang ada di tangannya tersebut.Tanpa terasa senyum di bibir Jelita mengembang dengan begitu sempurna, dia tidak menyangka jika pria seperti Gilang bisa fokus dalam bekerja."Aih! Dia ternyata manis sekali," ujar Jelita.Setelah cukup lama memperhatikan Gilang, akhirnya Jelita memutuskan untuk kembali ke dalam kelasnya. Karena jujur saja wanita itu tidak berani mengganggu kegiatan Gilang, karena yang dia dengar dari Gerry jika Gilang harus segera menyelesaikan tugasnya.Setelah menghabiskan waktu di taman belakang untuk bekerja, Gilang segera masuk ke dalam kelas. Dia kembali menjadi seorang mahasiswa, mempelajari hal yang patut dia pelajari. Sedangka
"Elu? Elu ngapain di mari?" tanya Gilang dengan kaget.Ya, wanita yang tidak lain tidak bukan yang berada di hadapannya adalah Gina. Mantan kekasihnya yang beberapa kali bertemu dengan dirinya dan menghina dirinya.Wanita yang tega berselingkuh dari dirinya, wanita yang ternyata rela memberikan tubuhnya kepada pria lain. Padahal, Gilang sempat menyangka jika dirinya adalah pria yang begitu spesial untuk Gina.Namun, pada kenyataannya tidak seperti itu, Gina dengan mudahnya mendua dan mengatakan jika dia butuh harta bukan cinta dari Gilang.'Katanya dia kawin ama orang kaya, ngapa dia di mari?' batin Gilang bertanya-tanya.Gilang tidak akan pernah lupa dengan pesan yang dikirimkan oleh Gina ketika wanita itu hendak menikah dengan Jodi. Pesan penghinaan yang dirasa begitu menginjak-injak harga diri dari Gilang.Gilang memperhatikan penampilan dari Gina, dia memakai baju yang terlihat rapi dan juga bagus. Akan tetapi, dia sangat menyayangkan karena mantan kekasihnya itu kini berjualan es
Malam telah menjelang, Gita merasakan kakinya begitu pegal. Dia merebahkan tubuhnya dan mengganjal kakinya dengan bantal, Gerry yang melihat akan hal itu langsung menghampiri istrinya. Dia duduk tepat di samping istrinya, lalu dia elus kaki istrinya dan berkata."Sepertinya kamu begitu kelelahan, Beb. Mau aku pijitin, nggak?"Gerry menyingkap piyama tidur yang dipakai oleh Istrinya. Kemudian, dia mengecupi perut istrinya. Bangga sekali rasanya karena sebentar lagi dia akan menjadi seorang ayah."Boleh, Yang. Mau banget kalau dipijat, pake minyak anget dong mijitnya. Sekalian pijat punggungnya juga," ujar Gita seraya nyengir kuda.Gerry langsung mencebikkan bibirnya mendengar apa yang dikatakan oleh istrinya, padahal Gerry hanya menawarkan diri untuk memijat kaki istrinya saja. Namun, wanita itu malah meminta dirinya untuk memijat punggungnya"Aih! Ngelunjak!" keluh Gerry.Bukannya marah mendengar apa yang dikatakan oleh Gerry, Gi
Hari-hari berlalu dengan terasa begitu cepat, Gerry dalam setiap harinya selalu menjalankan kewajibannya sebagai seorang suami dengan begitu baik.Gerry juga selalu menjadi calon ayah yang baik, apa pun yang diinginkan oleh Gita selalu dia turuti. Walaupun permintaan Gita sangat aneh-aneh, tetapi Gerry selalu berusaha untuk menuruti keinginan dari istrinya tersebut.Dia juga menjalankan kewajibannya sebagai seorang mahasiswa dengan baik, bahkan pria muda itu menjalankan kewajiban yang sebagai anak dari pemilik perusahaan dengan begitu baik.Perusahaan milik sang ayah berkembang dengan pesat karena bantuan dari kepintaran Gerry, setiap ide yang dilontarkan oleh pria muda itu selalu saja berhasil membuat perusahaan ayahnya lebih dipercaya lagi dan berkembang dengan pesat.Kini bahkan perusahaan itu sedang ada di dalam puncak kejayaan, tetapi Gerry belum berani untuk mengambil alih kepemimpinan perusahaan tersebut dari ayahnya.Walaupun Nawa
Melihat kekesalan yang luar biasa dari wajah istrinya, Gerry berusaha untuk tersenyum. Lalu, pria muda itu menggenggam tangan istrinya dan menunduk untuk mengecup bibir Gita.Dia sadar kalau dirinya terlalu terburu-buru, karena istrinya pastinya masih ingin mendapatkan perhatian dari dirinya. Namun, dia malah terlihat tidak sabar untuk melihat babynya.''Maaf, Sayang. Aku penasaran, mau lihat baby kita." Gerry mengecup kening Gita, sedangkan Gita mulai mengejan untuk mengeluarkan plasenta baby yang masih tertinggal.Saat plasenta baby berhasil dikeluarkan, Gerry langsung tersenyum senang. Gerry menatap wajah Gita dan dia berkata."Plasenta babynya gede banget, Yang. Kalau kata orang tua dulu, itu artinya rezeky anak kita akan melimpah," ucap Gerry seraya tersenyum bahagia.Gita sempat kaget mendengar apa yang dikatakan oleh Gerry, karena ternyata Gerry yang lahir di zaman modern malah percaya akan hal itu. Namun, Gita tetap berharap jika