"Aih! Kamu tuh sok tahu," ujar Nawaf. Ada rasa malu di dalam hatinya karena Gerry sudah mengatakan hal seperti itu, tetapi dia tidak bisa membantah apa pun. Karena pada kenyataannya, pagi ini dia menghabiskan waktu 3 jam untuk melepas hasrat dengan istri tercintanya. "Tentu saja Gerry tahu, udah makan situ. Jangan bikin Gerry kesel karena Bapak sayangnya cuma sama emak doang, Bapak rindunya cuma sama emak doang." Gerry berbicara tanpa menolehkan wajahnya ke arah bapaknya, dia begitu serius memasukkan nasi uduk ke dalam mulutnya. Walaupun Gerry merasakan senang yang tiada tara karena bapaknya kembali pulang, tetapi tetap saja ada rasa iri di dalam hatinya. Sepuluh tahun tidak mendapatkan sentuhan kasih sayang dari bapaknya, dia juga ingin mendapatkan kasih sayang dari bapaknya. "Ya ampun! Maafkan Bapak ya, Gerry." Nawaf langsung merangkul pundak putarannya, lalu dia menguasap puncak kepala putranya dengan penuh kasih sayang.
Awalnya Gita merasa canggung saat bertemu kembali dengan Nawaf, tapi setelah mendengar apa yang dikatakan oleh Nawaf, rasanya itu merupakan hal yang begitu lucu.Gita bahkan langsung memutarkan bola matanya dengan malas mendengar apa yang dikatakan oleh Nawaf, dia merasa jika pria yang ada di hadapannya terlalu percaya diri dengan mengatakan hal seperti itu.Dulu Gita memang tergila-gila dengan pria itu, karena sangat tampan dan juga memang dia pecinta pria berwajah mulus seperti Nawaf. Bukan pria berjambang yang mampu menggelitikinya dengan bulu-bulu halus di wajahnya.Namun, setelah bertemu dengan Gerry. Dia jatuh hati kepada pria muda itu, terlebih lagi Gerry lebih kocak dan bisa membuat hari-harinya lebih berwarna dan juga bahagia.Tidak seperti Nawaf yang selalu terlihat serius saat berada di kantor, walaupun tampan tapi terkesan membosankan.Padahal pria itu bersikap serius karena memang sedang bekerja, jika dia sedang berduaan dengan mak Odah, tentunya pria itu akan berubah me
Di dalam kamar yang lainnya.Gerry sedang duduk seraya menatap layar laptopnya, tangannya bahkan dengan lincahnya mengetik sesuatu di sana. Telinganya yang disumbat oleh earphone menyebabkan Gerry tidak mendengar saat pintu kamarnya dibuka.Gita langsung melebarkan senyumnya ketika dia melihat Gerry yang sedang begitu serius dalam mengerjakan pekerjaannya, Gita bahkan sempat mengintip pekerjaan apa yang sedang dikerjakan oleh suaminya tersebut.Dia langsung merasa bangga karena Gerry ternyata sedang mengerjakan sebuah project besar, sekarang dia percaya jika suaminya memang sudah bekerja di sebuah perusahaan asing."Sayang," panggil Gita seraya melepaskan earphone yang melekat di telinga suaminya.Gerry yang kaget langsung membalikkan tubuhnya, tidak lama kemudian terbersit senyum yang begitu merekah di bibirnya."Beb, kamu dateng? Emak--""Lagi itu sama bapak, Neng juga pengen." Gita langsung mengusap dada Gerry, lalu tangan itu turun dan mengusap milik suaminya."Aduh, Yang. Aku lag
Gita selalu merasa bangga dan merasa menjadi wanita yang paling seksi di dunia ketika Gerry mengatakan hal itu, dia juga merasa dicintai dan merasa dipuja."Memangnya aku seksi?" tanya Gita seraya mengerling nakal.Gerry benar-benar menyukai tingkah istrinya itu, ketika berhadapan dengan pria lain Gita nampak dingin. Namun, ketika berada di dekatnya Gita selalu saja bertingkah manja dan juga nakal."Sangat, Sayang. Mantan Janda yang seksi dan juga nakal," ucap Gerry seraya membuka kain yang menempel di tubuhnya.Gita tertawa dengan tertahan ketika mendengar apa yang dikatakan oleh Gerry, terlebih lagi ketika dia melihat tingkah suaminya, karena pria itu tetap saja bersikap tidak sabaran.Namun, walaupun seperti itu Gita tetap begitu mencintai suaminya. Suami berondongnya, pria yang mampu membuat dirinya jatuh cinta pada pandangan pertama.Pria yang mampu menarik hatinya ketika mereka bertemu di hari pertama, pria yang mampu menahan dirinya walaupun dia sudah berusaha untuk menggoda Ge
Alma mencebikkan bibirnya mendengar apa yang dikatakan oleh mak Odah, tetapi walaupun seperti itu dia menuruti apa yang dikatakan oleh mak Odah.Wanita yang lebih tua 5 tahun darinya itu memindai penampilan Nawaf dari atas kepala sampai ujung kaki, tidak lama kemudian dia menutup mulutnya dengan kedua telapak tangannya."Astagfirullah! Rupanye mirip si Gerry, ini laki elu yang hilang selama sepuluh tahun, Dah?" tanya Alma dengan suaranya yang terdengar heboh.Tidak mungkin pria yang ada di samping mak Odah adalah pria sembarangan, pastinya itu adalah bapaknya Gerry. Dia percaya jika mak Odah bukanlah wanita ganjen atau kegatelan, wanita itu selalu setia menunggu suaminya yang tidak kunjung pulang."Iye, Mpok. Laki Aye udah pulang, bukan hilang tapi," jawab Mak Odah sedikit kesal.Alma mendekati Nawaf, dia mengelus-elus kedua lengan dari pria yang berada di samping mak Odah itu. Mak Odah yang merasa cemburu langsung menepis tangan Alma."Jangan pegang-pegang laki, Aye, Mpok. Aye cembur
Setelah melakukan perjalanan selama lima belas menit, akhirnya Nawaf dan juga mak Odah sudah sampai di sebuah Resto mewah tempat di mana dulu mak Odah bekerja.Dulu tempat itu merupakan rumah makan yang ramai pengunjung tetapi tidak mewah seperti sekarang, setelah sepuluh tahun berlalu rumah makan itu kini sudah menjadi Resto mewah tetapi dengan harga yang bersahabat."Kita pesan ruang privat aja ya, Nyai. Biar lebih enak dan leluasa makannya," ajak Nawaf.Dia ingin menghabiskan banyak waktu berduaan saja bersama dengan istrinya, dia ingin membicarakan banyak hal dengan istrinya tanpa didengar banyak orang. Namun, melihat raut wajah istrinya, sepertinya wanita itu tidak suka dengan apa yang diusulkan oleh Nawaf."Jangan, Abang. Mahal, kita makannya berbaur sama yang lain aje. Lebih nikmat dan lebih murah, Bang." Mak Odah tersenyum manis, Nawaf langsung mencuil dagu istrinya.Padahal jika mau memesan makanan yang termahal pun, Nawaf bisa membayarnya. Namun, istrinya seolah mengatakan j
Keiko jadi mengira jika pria yang dia cintai selama ini ternyata adalah buaya, karena pria itu selalu bersikukuh berkata mencintai istrinya. Namun, kali ini dia melihat dengan mata kepalanya sendiri jika Nawaf bermesraan dengan wanita cantik yang hampir seumuran dengan dirinya.Nawaf merasa kesal sekaligus lucu dengan apa yang dikatakan oleh Keiko, karena wanita itu sudah salah menduga. Nawaf tersenyum ke arah Keiko, lalu pria itu berkata."Karena perempuan yang ada di samping aku ini, wanita cantik yang menemani aku makan siang kali ini adalah istriku. Wanita yang selalu aku cintai dan selalu aku sayangi," ucap Nawaf seraya menatap wajah Keiko dengan serius.Dia memperhatikan raut wajah Keiko, wanita yang selama 5 tahun ini selalu saja berusaha untuk memilikinya. Wanita yang selalu berusaha untuk bisa menjadi istrinya.Dulu juga Gita terobsesi ingin memilikinya, bahkan dengan sukarela Gita berkata ingin menjadi istri keduanya.Namun, Gita tidak pernah melakukan hal yang tidak senonoh
"Nyai! Jadi, putra kita kerja di--"Nawaf tidak bisa meneruskan ucapannya, dia begitu kaget mengetahui hal tersebut. Mak Odah yang melihat reaksi dari suaminya langsung tersenyum dan berkata."Perusahaan asing, Abang. Putra kita kerja di perusahaan asing dari negeri Korea, Aye bangga bener ame die. Die hebat bener, kan?" Mengetahui putranya bekerja di perusahaan asing, tentu saja Nawaf sangat bahagia. Namun, dia tidak menyangka jika putranya ternyata bekerja di perusahaan miliknya.Pemuda yang dia angkat untuk menjadi pegawainya, pria muda yang tidak mau memberitahukan identitas aslinya ternyata adalah putranya sendiri.Pantas saja Nawaf begitu percaya kepada pemuda yang bekerja kepadanya itu, padahal pria itu tidak memberikan identitas aslinya. Pria muda itu hanya memberikan nama penanya saja, tetapi dia tidak takut jika pria itu akan mengambil pekerjaannya.Nawaf langsung menuntun istrinya untuk duduk di sampingnya, dia elus puncak kepala istrinya dengan begitu lembut lalu Nawaf be
Gendis kini sudah kembali bekerja, matanya terlihat begitu serius menatap layar laptopnya. Tangannya terlihat begitu lihai dalam mengetikkan sesuatu, tetapi pikirannya melayang entah ke mana.Otaknya berkelana memikirkan tentang pernikahannya bersama dengan Noah, jika dia benar-benar menikah dengan pria itu, akankah dia bahagia dengan pernikahannya, pikirnya."Aku harus berobat, karena ternyata rasa takut itu masih ada." Mata Gendis terlihat berkaca-kaca, tidak lama kemudian dia kembali mengerjakan tugasnya.Gendis pikir jika dirinya harus pergi ke psikiater, dia harus melakukan terapi. Jika dia terus seperti itu, rasanya kasihan terhadap Noah. Dia juga merasa kasihan terhadap dirinya sendiri, karena disadari atau tidak akan menyakiti dirinya dan juga orang lain.Jika Gendis sedang fokus bekerja, berbeda dengan Noah yang terlihat begitu fokus dengan lamunannya. Dia masih teringat akan Gendis yang terlihat ketakutan saat dia menggenggam kedua tangannya."Aku harus ke rumahnya nanti mal
Gendis menatap wajah Noah dengan raut kebingungan, dia juga harus menemukan pria yang mau menikahi dirinya dalam satu bulan jika tidak mau dijodohkan.Namun, rasanya jika dia langsung menikah dengan Noah, dia takut akan menyesal karena tidak mengenal pria itu.Akan tetapi, jika dia menolak ajakan dari Noah, dia takut nantinya malah akan dinikahkan dengan pria yang kata Gerry sangat jelek itu.Padahal, Gerry sengaja mengatakan jika pria yang dijodohkan dengan Gendis memiliki paras yang jelek, karena Gerry ingin putri sambungnya itu mencari jodohnya sendiri.Dia ingin agar Gendis menemukan pria yang dia sukai, bukan pria yang dijodohkan oleh Gita untuk putri sambungnya tersebut. Dia takut jika Gendis akan menyesal nantinya.Melihat Gendis yang hanya diam saja Noah menjadi ketakutan, dia takut jika Gendis akan menolak ajakannya untuk menikah.Noah memiliki alasan yang kuat memilih Gendis untuk menjadi istrinya, karena Gendis seorang janda dan memiliki seorang putra. Jika dia belum siap u
"Tidak apa-apa, sekarang katakan apa yang anda inginkan!" ujar Gendis setelah duduk di salah satu kursi yang ada di sana.Gendis duduk tepat di hadapan Noah, dia menatap pria itu dengan tatapan penuh selidik. Dia menebak jika pria itu pasti akan membicarakan hal yang penting. Namun, dia merasa bukan menyangkut masalah pekerjaan."Kita pesan makanan dulu, nanti aku akan bicara setelah kita makan.'' Noah tersenyum canggung ke arah Gendis.Ini pertama kalinya dia mengajak wanita yang tidak dia kenal untuk makan bersama, membicarakan masalah penting yang dirasa sangat mendadak."Hem!" jawab Gendis yang memang sudah merasa lapar.Pada akhirnya mereka pun memesan makanan yang diinginkan, setelah makanan datang, mereka melaksanakan makan siang tanpa ada yang berbicara. Suasana di antara keduanya begitu canggung.Setelah acara makan siang selesai, Noah berdehem beberapa kali. Lalu, dia menatap Gendis dengan begitu lekat."Sebenarnya kedatanganku untuk meminta tolong," ujar Noah memulai pembic
Tadi malam Gendis terlihat begitu bersemangat sekali, dia berniat ingin mencari pria baik yang akan dia jadikan sebagai seorang suami.Tidak apa tidak ada rasa cinta di saat pertama dia menikah dengan pria tersebut, karena Gendis yakin jika rasa cinta itu akan tumbuh seiring berjalannya waktu.Namun, hari ini dia terlihat begitu kebingungan. Selama 2 tahun lebih ini dia hanya serius dalam bekerja, Ia sama sekali tidak pernah pergi untuk berkumpul bersama dengan teman-teman kampusnya.Bahkan, setelah Jelita menikah dengan Gilang, dia jarang pergi bersama dengan sahabatnya itu. Jelita lebih banyak menghabiskan waktu bersama dengan Gilang, dia paham karena pasti Jelita sedang berusaha untuk menjadi istri yang baik untuk suaminya.Apalagi setelah Jelita memiliki seorang putri, Jelita benar-benar tidak pernah keluar sama sekali dari rumahnya. Selain memang putri cantiknya belum berusia empat puluh hari, Jelita kini lebih betah lagi tinggal di dalam rumahnya.Terkadang Gendis merasa iri, ka
Jika biasanya pagi-pagi Gendis akan untuk bersiap bekerja, pagi ini dia bangun untuk pergi mengajak Jo bermain di taman.Gendis bahkan membawa susu, roti isi, minuman dan juga beberapa camilan. Gendis persis seperti seorang ibu yang mengajak anaknya untuk jalan-jalan, atau piknik."Mom aku dan Jo pergi dulu, ya?" pamit Gendis.Gendis memakai sepeda menuju taman, Jo didudukan di depan dengan bangku khusus balita yang sudah dimodifikasi. Sedangkan untuk bekal dia simpan di dalam keranjang yang ada di belakang sepeda."Hati-hati!" pekik Gita ketika melihat putrinya yang sudah mulai mengayuh sepeda.Jo terlihat begitu riang, dia berpegangan pada setang sepeda dengan senyum mengembang di bibirnya. Jo selalu suka ketika Gendis mengajak dirinya pergi ke manapun."Topinya dipake, Sayang. Biar ganteng," ujar Gendis seraya membenarkan topi yang hampir dilepas oleh Jo."Hem!" jawab Jo dengan wajah ditekuk.Gendis hanya tertawa melihat wajah lucu dari adiknya tersebut, lalu dia mengayuh sepedanya
Waktu berjalan dengan begitu cepat, tanpa terasa kini sudah pukul 4 sore. Itu artinya para karyawan yang bekerja sudah bersiap untuk pulang ke kediaman masing-masing.Begitupun dengan Gerry, Gerry yang kini membantu sang ayah mengurus perusahaan baru saja selesai mengerjakan tugasnya. Gerry ditugaskan untuk mengurus perusahaan bersama dengan Gilang, sesekali Nawaf akan datang untuk membantu jika pekerjaan sedang banyak.Jafar yang dulu ditugaskan untuk membantu di perusahaan tersebut dipindahkan ke perusahaan cabang, karena perusahaan milik Nawaf tersebut semakin berkembang dan kini memiliki beberapa cabang di luar kota."Gerry, kasih gue kerjaan. Gue males balik ke rumah," pinta Gilang kepada Gerry yang hendak pulang ke kediaman Wijaya.Gerry merasa aneh dengan permintaan dari sahabatnya tersebut, karena biasanya ketika jam kerja habis mereka akan bersemangat untuk pulang.Namun, berbeda dengan Gilang. Pria itu malah terlihat menekuk wajahnya ketika jam kerja habis, dia seakan begitu
Gendis benar-benar tidak menyangka Noah akan langsung menyetujui pengajuan program kerjasama yang ditawarkan oleh dirinya, karena banyak orang berkata jika Noah adalah orang yang sangat sulit untuk diajak kerjasama.Namun, nyatanya Noah tidak mengajak Gendis untuk membicarakan apa pun. Pria berusia dua puluh delapan tahun itu bahkan dengan mudahnya langsung meminta bolpoin dan menandatangani berkas kerjasama mereka.Ah! Rasanya Gendis benar-benar sangat bersyukur, selepas kepergian Noah, Gendis bahkan langsung berlari menuju ruangannya dan memeluk Jo dengan erat.Tidak lupa Gendis memberikan kecupan di pipi gembil Jo, lalu dia mencubit gemes kedua pipi adiknya tersebut.Jo sempat menghindari cubitan dari kakaknya tersebut, sayangnya tangan Gendis lebih cepat. Namun, Jo hanya mengusap-usap pipinya yang memerah tanpa marah. Karena hal itu memang sudah terbiasa Gendis lakukan."Jo! Kak Gendis sangat senang sekali, projects besar ini akhirnya bisa Kak Gendis dapatkan. Kak Gendis keren, ti
Dua tahun kemudian."Jo! Kak Gendis mau kerja dulu, jangan nakal." Gendis mengecup pipi gembil adik tampannya.Dia merasa jika adiknya itu benar-benar menggemaskan, Gendis bahkan benar-benar lengket dengan adik tampannya itu. Ke manapun Gendis pergi, jika tidak sibuk dia akan mengajak adiknya tersebut.Jika orang yang pertama melihat kebersamaan mereka, tentu mereka akan menyangka jika Jo adalah anak dari Gendis.Jo langsung menggelengkan kepalanya dengan cepat, adik laki-laki Gendis yang berusia 2 tahun itu seakan tidak mau berpisah dari kakaknya tersebut.Jo bahkan dalam setiap malamnya tidur bersama dengan Gendis, mereka begitu lengket dan tidak terpisahkan. Gita sampai kebingungan dibuatnya.Jika saja usianya masih muda, rasanya Gita ingin hamil kembali dan memiliki anak. Namun, rasanya semua itu tidak mungkin. Karena dokter berkata jika usia Gita sudah sangat matang."No! Jo mau ikut," jawab Jo seraya memeluk kaki Gendis.Gendis langsung terkekeh dibuatnya, karena setiap kali Gen
Gilang merasa sangat beruntung karena dia begitu diterima di keluarga Jelita, bahkan dengan mudahnya Neezar menentukan tanggal pernikahan setelah Jelita menerima lamarannya.Awalnya Neezar akan mengadakan acara pernikahan Gilang dan juga Jelita secara besar-besaran, karena memang Jelita adalah anak satu-satunya yang mereka miliki.Namun, Gilang dan juga Jelita sepakat untuk mengadakan acara pernikahan secara sederhana saja. Karena mereka merasa kurang nyaman jika harus melaksanakan acara pernikahan yang mewah dan juga megah.Keduanya sepakat untuk memulai rumah tangga dari kesederhanaan, tidak perlu pernikahan yang mewah. Namun, yang penting prosesi pernikahan yang dilaksanakan berjalan dengan penuh khidmat.Satu bulan kemudian Gilang dan juga Jelita melaksanakan acara pernikahan, pernikahan itu dilaksanakan di kediaman Jelita sendiri.Kedua keluarga sepakat hanya mengundang kerabat dekat dan juga para sahabat, tidak ada ribuan tamu undangan. Hanya keluarga inti dan para sahabat saja.