Alma mencebikkan bibirnya mendengar apa yang dikatakan oleh mak Odah, tetapi walaupun seperti itu dia menuruti apa yang dikatakan oleh mak Odah.Wanita yang lebih tua 5 tahun darinya itu memindai penampilan Nawaf dari atas kepala sampai ujung kaki, tidak lama kemudian dia menutup mulutnya dengan kedua telapak tangannya."Astagfirullah! Rupanye mirip si Gerry, ini laki elu yang hilang selama sepuluh tahun, Dah?" tanya Alma dengan suaranya yang terdengar heboh.Tidak mungkin pria yang ada di samping mak Odah adalah pria sembarangan, pastinya itu adalah bapaknya Gerry. Dia percaya jika mak Odah bukanlah wanita ganjen atau kegatelan, wanita itu selalu setia menunggu suaminya yang tidak kunjung pulang."Iye, Mpok. Laki Aye udah pulang, bukan hilang tapi," jawab Mak Odah sedikit kesal.Alma mendekati Nawaf, dia mengelus-elus kedua lengan dari pria yang berada di samping mak Odah itu. Mak Odah yang merasa cemburu langsung menepis tangan Alma."Jangan pegang-pegang laki, Aye, Mpok. Aye cembur
Setelah melakukan perjalanan selama lima belas menit, akhirnya Nawaf dan juga mak Odah sudah sampai di sebuah Resto mewah tempat di mana dulu mak Odah bekerja.Dulu tempat itu merupakan rumah makan yang ramai pengunjung tetapi tidak mewah seperti sekarang, setelah sepuluh tahun berlalu rumah makan itu kini sudah menjadi Resto mewah tetapi dengan harga yang bersahabat."Kita pesan ruang privat aja ya, Nyai. Biar lebih enak dan leluasa makannya," ajak Nawaf.Dia ingin menghabiskan banyak waktu berduaan saja bersama dengan istrinya, dia ingin membicarakan banyak hal dengan istrinya tanpa didengar banyak orang. Namun, melihat raut wajah istrinya, sepertinya wanita itu tidak suka dengan apa yang diusulkan oleh Nawaf."Jangan, Abang. Mahal, kita makannya berbaur sama yang lain aje. Lebih nikmat dan lebih murah, Bang." Mak Odah tersenyum manis, Nawaf langsung mencuil dagu istrinya.Padahal jika mau memesan makanan yang termahal pun, Nawaf bisa membayarnya. Namun, istrinya seolah mengatakan j
Keiko jadi mengira jika pria yang dia cintai selama ini ternyata adalah buaya, karena pria itu selalu bersikukuh berkata mencintai istrinya. Namun, kali ini dia melihat dengan mata kepalanya sendiri jika Nawaf bermesraan dengan wanita cantik yang hampir seumuran dengan dirinya.Nawaf merasa kesal sekaligus lucu dengan apa yang dikatakan oleh Keiko, karena wanita itu sudah salah menduga. Nawaf tersenyum ke arah Keiko, lalu pria itu berkata."Karena perempuan yang ada di samping aku ini, wanita cantik yang menemani aku makan siang kali ini adalah istriku. Wanita yang selalu aku cintai dan selalu aku sayangi," ucap Nawaf seraya menatap wajah Keiko dengan serius.Dia memperhatikan raut wajah Keiko, wanita yang selama 5 tahun ini selalu saja berusaha untuk memilikinya. Wanita yang selalu berusaha untuk bisa menjadi istrinya.Dulu juga Gita terobsesi ingin memilikinya, bahkan dengan sukarela Gita berkata ingin menjadi istri keduanya.Namun, Gita tidak pernah melakukan hal yang tidak senonoh
"Nyai! Jadi, putra kita kerja di--"Nawaf tidak bisa meneruskan ucapannya, dia begitu kaget mengetahui hal tersebut. Mak Odah yang melihat reaksi dari suaminya langsung tersenyum dan berkata."Perusahaan asing, Abang. Putra kita kerja di perusahaan asing dari negeri Korea, Aye bangga bener ame die. Die hebat bener, kan?" Mengetahui putranya bekerja di perusahaan asing, tentu saja Nawaf sangat bahagia. Namun, dia tidak menyangka jika putranya ternyata bekerja di perusahaan miliknya.Pemuda yang dia angkat untuk menjadi pegawainya, pria muda yang tidak mau memberitahukan identitas aslinya ternyata adalah putranya sendiri.Pantas saja Nawaf begitu percaya kepada pemuda yang bekerja kepadanya itu, padahal pria itu tidak memberikan identitas aslinya. Pria muda itu hanya memberikan nama penanya saja, tetapi dia tidak takut jika pria itu akan mengambil pekerjaannya.Nawaf langsung menuntun istrinya untuk duduk di sampingnya, dia elus puncak kepala istrinya dengan begitu lembut lalu Nawaf be
Setelah seharian berkasih sayang dengan istrinya, bahkan setelah seharian mereka melakukan pergumulan panas di atas tempat tidur, akhirnya Gerry mengajak Gita untuk mandi bersama.Tentunya Gerry benar-benar hanya mengajak Gita untuk mandi, karena jika dia mengajak Gita untuk bercinta kembali, dia takut jika istrinya itu tidak akan bisa berjalan.Karena percintaan panas yang mereka lakukan saat ini terasa luar biasa, Gerry bahkan melakukan percintaan panas mereka dengan cukup kasar.Tentu saja hal itu Gerry lakukan atas persetujuan istrinya, Gita begitu menyukai Gerry yang menghentak inti tubuhnya dengan cepat dan sedikit kasar. Lebih berasa dan lebih nikmat.Namun, setelah beberapa saat melihat tubuh polos istrinya, tiba-tiba saja dia ingin melakukan hal yang lebih."Sadar, Gerry. Jangan macam-macam, kasihan istri kamu.""Jangan mentang-mentang kamu masih muda, terus saja tergoda oleh istri kamu yang bohay itu.""Lakukanlah, Gerry. Dia adalah istri kamu, dia adalah pasangan halal kamu
Sebenarnya mak Odah ingin sekali memaki anaknya, karena Gita pingsan pasti karena ulah anaknya. Apalagi saat melihat wajah Gita yang begitu pucat, dia yakin jika Gerry sudah menggempur istrinya seharian penuh.Tentu saja dia bisa menyimpulkan hal itu, karena kejadian serupa juga menimpa dirinya. Nawaf yang baru saja pulang setelah sepuluh tahun lamanya tidak bertemu, langsung mengajak dirinya untuk main kuda-kudaan.Bahkan, pria itu seakan tidak ada puasnya. Selalu saja ingin mereguk kenikmatan surgawi yang sudah lama tidak mereka rasakan.Pantas saja kenikmatan surgawi itu selalu dikatakan dengan nikmat sesaat, karena rasa nikmat yang luar biasa itu hanya bisa dirasakan sesaat saja.Kenikmatan itu hanya akan terasa ketika mereka melakukannya, tidak akan ada rasanya lagi ketika penyatuan itu terlepas. Hanya saja bayang-bayang kenikmatan itu yang terkadang membuat mereka rindu dan lebih menyayangi pasangan masing-masing.Karena dalam bercinta, bukan hanya pria yang berusaha untuk memua
"Jangan ngelamun aje, Gerry. Udah dua hari libur, tapi kerjaan elu malah duduk sambil ngelamun. Kaga ada kegiatan ape gitu?" Mak Odah mengelus-elus punggung putranya, pria berusia dua puluh tahun yang nampak duduk di depan meja belajarnya sambil melamun.Wanita yang berusia tiga puluh sembilan tahun itu nampak begitu menyayangi putranya, putra semata wayang yang dia besarkan sendirian."Kaga pengen pergi, Mak. Kaga ada temennye, si Gilang lagi pergi ama ceweknya."Sebenarnya Gerry ingin sekali pergi, pergi bersama dengan teman dekatnya, Gilang. Namun, dia tidak bisa pergi bersama dengan temannya itu karena Gilang sudah ada janji temu dengan kekasihnya.Berbeda dengan Gerry yang tidak punya pacar, karena dia merasa jika yang namanya pacaran itu pasti butuh modal besar. Tidak ada wanita saat ini yang hanya mau diajak pacaran tanpa dikasih jajan.Setidaknya kalau diajak malam mingguan, pasti harus jajan semangkok bakso dan segelas jus jeruk. Hem, mana sanggup Gerry. Belum beliin pulsany
Tadi malam Gerry tidak bisa tidur dengan lelap, karena setelah tutup warung, Gerry malah teringat akan apa yang dia lihat saat di danau.Dia juga malah teringat akan apa yang dilakukan oleh sejoli yang ada di parkiran alun-alun, malang sekali nasibnya, karena belum pernah melakukannya dan bahkan belum memiliki kekasih.Namun, walaupun seperti itu dia tetap bangun saat pagi hari tiba. Karena dia harus melaksanakan kewajibannya terhadap Sang Khalik, dia juga ingin melakukan hal yang membuat dirinya penasaran.Selepas shalat subuh dia pergi ke kamar mandi untuk menuntaskan hasratnya di sana, karena menurutnya itu adalah waktu yang tepat.Gerry memang belum pernah bercinta dengan seorang wanita, tetapi naluri kelelakiannya menuntun dirinya untuk bisa mencari kepuasan walaupun bukan bergumul dengan seorang wanita.Pagi masih begitu gelap, matahari belum menampakkan sinarnya. Walaupun seperti itu, sudah banyak manusia yang terbangun dari tidurnya dan mulai beraktivitas. Dari mulai aktivitas