Setelah seharian berkasih sayang dengan istrinya, bahkan setelah seharian mereka melakukan pergumulan panas di atas tempat tidur, akhirnya Gerry mengajak Gita untuk mandi bersama.Tentunya Gerry benar-benar hanya mengajak Gita untuk mandi, karena jika dia mengajak Gita untuk bercinta kembali, dia takut jika istrinya itu tidak akan bisa berjalan.Karena percintaan panas yang mereka lakukan saat ini terasa luar biasa, Gerry bahkan melakukan percintaan panas mereka dengan cukup kasar.Tentu saja hal itu Gerry lakukan atas persetujuan istrinya, Gita begitu menyukai Gerry yang menghentak inti tubuhnya dengan cepat dan sedikit kasar. Lebih berasa dan lebih nikmat.Namun, setelah beberapa saat melihat tubuh polos istrinya, tiba-tiba saja dia ingin melakukan hal yang lebih."Sadar, Gerry. Jangan macam-macam, kasihan istri kamu.""Jangan mentang-mentang kamu masih muda, terus saja tergoda oleh istri kamu yang bohay itu.""Lakukanlah, Gerry. Dia adalah istri kamu, dia adalah pasangan halal kamu
Sebenarnya mak Odah ingin sekali memaki anaknya, karena Gita pingsan pasti karena ulah anaknya. Apalagi saat melihat wajah Gita yang begitu pucat, dia yakin jika Gerry sudah menggempur istrinya seharian penuh.Tentu saja dia bisa menyimpulkan hal itu, karena kejadian serupa juga menimpa dirinya. Nawaf yang baru saja pulang setelah sepuluh tahun lamanya tidak bertemu, langsung mengajak dirinya untuk main kuda-kudaan.Bahkan, pria itu seakan tidak ada puasnya. Selalu saja ingin mereguk kenikmatan surgawi yang sudah lama tidak mereka rasakan.Pantas saja kenikmatan surgawi itu selalu dikatakan dengan nikmat sesaat, karena rasa nikmat yang luar biasa itu hanya bisa dirasakan sesaat saja.Kenikmatan itu hanya akan terasa ketika mereka melakukannya, tidak akan ada rasanya lagi ketika penyatuan itu terlepas. Hanya saja bayang-bayang kenikmatan itu yang terkadang membuat mereka rindu dan lebih menyayangi pasangan masing-masing.Karena dalam bercinta, bukan hanya pria yang berusaha untuk memua
Malam ini Gita tertidur dengan begitu pulas, karena dia bisa tidur kembali bersama dengan suaminya. Malam yang kemarin terasa begitu dingin, malam ini terasa begitu hangat. Karena dia berada di dalam pelukan suaminya.Namun, kehangatan itu seakan menghilang. Gita dengan cepat membuka matanya, dia mencari sosok suaminya yang semalaman tidur bersama dengan dirinya.Akan tetapi, ternyata Gerry tidak ada di sana. Gita langsung mengedarkan pandangannya, tetapi di dalam kamar tersebut tidak ada suaminya."Ke mana dia?" tanya Gita dengan wajahnya yang terlihat lebih ceria. Wajah pucatnya sudah tidak ada lagi, dia sudah terlihat lebih segar."Hoek! Hoek!"Samar-samar dia mendengar suara orang muntah-muntah dari dalam kamar mandi. Gita mengernyitkan dahinya, dengan cepat dia menajamkan pendengarannya."Apakah mungkin Gerry yang sedang muntah-muntah? Apakah dia sakit? Atau dia masuk angin dan kecapean?" tanya Gita khawatir.Dengan cepat Gita turun dari tempat tidurnya, lalu dia melangkahkan kak
Pagi ini mak Odah benar-benar dibuat pusing oleh tingkah Gerry, karena putranya itu benar-benar bertingkah sangat aneh.Sesudah meminum perasan jeruk lemon dan juga memakan belimbing wuluh, Gerry meminta mak Odah untuk membuatkan Gerry semur jengkol.Padahal di rumah Gita tidak tersedia jengkol mentah, tentu saja hal itu menyulitkan mak Odah. Karena itu artinya dia harus pergi ke pasar terlebih dahulu, padahal dia sangat malas untuk pergi ke mana pun."Ayolah, Mak. Buatin Gerry semur jengkol, kayaknya enak." Gerry berusaha untuk merayu ibunya tersebut, dia berharap jika mak Odah akan mengabulkan permintaannya."Gerry! Dulu kamu pernah berhenti makan jengkol karena Neng Gita, apa kamu mau melihat Neng Gita kebauan? Bahkan bisa-bisa Neng Gita tidak mau deket-deket sama kamu loh," ucap Mak Odah.Gerry langsung menolehkan wajahnya ke arah Gita, dia menatap wajah wanita itu dengan penuh permohonan. Bahkan, dia memeluk pinggang istrinya yang memang dari tadi ada di sampingnya."Bebeb, Aban
Saat tiba di ruang makan, Gita makan semur jengkol tersebut dengan begitu lahap. Nasi hangat dicampur dengan semur jengkol membuat Gita makan sambil memejamkan matanya.Wanita itu terlihat begitu menikmati makanan yang dibuatkan oleh mertuanya, mak Odah begitu senang dibuatnya. Walaupun Gerry tidak memakan semur jengkol tersebut, tetapi ada Gita yang memakannya.Gerry yang memesannya justru malah memilih menghindar, dia pergi ke dapur dan meminta bibi untuk membuatkan roti isi. Gerry sama sekali tidak mau duduk satu ruangan dengan Gita, karena dia merasa kebauan dengan jengkol yang dimasak oleh mak Odah.Setelah roti isi yang dibuat oleh bibi jadi, Gerry bahkan memakan roti isi tersebut di dalam dapur. Mak Odah sampai benar-benar merasa sangat kesal dibuatnya."Makan, Mak. Jangan liatin Gita aja," ucap Gita kala melihat mak Odah yang hanya memerhatikan dirinya memakan masakan yang sudah dibuatkan oleh wanita itu."Ah! Iye," jawab Mak Odah.Wanita itu langsung mengambil piring untuk di
"Hah? Maksudnya?" tanya Gilang bingung.Gerry sangat paham jika Gilang saat ini sedang patah hati, dia harus menghibur sahabatnya tersebut agar tidak terlalu larut dalam kesedihannya.Gerry juga harus menuntun Gilang agar tidak melakukan hal-hal yang di luar dugaan, karena biasanya orang yang patah hati akan melakukan hal yang aneh-aneh.Gerry menepuk-nepuk pundak sahabatnya tersebut, dia tersenyum dengan begitu hangat lalu kembali berkata."Lupakan wanita seperti Gina, mulailah kehidupan baru. Dengan nomor ponsel yang baru, siapa tahu nanti kamu akan mendapatkan kebahagiaan yang baru." Gerry melebarkan senyumnya, dia berharap jika Gilang akan ikut tersenyum.Sayangnya pria itu tidak tersenyum sama sekali, bahkan wajahnya berubah menjadi lebih muram. Gerry menjadi heran dibuatnya.Sebelum menikah Gerry hanya merasakan berpacaran satu kali saja dengan Gita, bahkan wanita itu kini sudah menjadi istrinya.Dia tidak pernah sekalipun mengalami yang namanya patah hati, jadinya dia bingung h
Selepas shalat maghrib Jelita nampak bersolek di depan cermin, dia memakai celana pendek yang hanya menutupi bokongnya. Dia juga memakai baju tanpa lengan yang panjangnya hanya sebatas pusar, Jelita terlihat begitu seksi.Wajah cantiknya dia poles dengan make up tipis, tetapi bibirnya dia poles dengan gincu berwarna merah. Warna yang begitu kontras dengan kulit putihnya, tetapi dia sangat suka.Rambutnya sengaja dia urai agar terlihat lebih cantik, tidak lupa dia pakai bandana kain agar terlihat lebih menarik."Sudah oke banget nih gue, sekarang saatnya gue pergi ke rumah Gendis. Gue pengen pastiin apakah benar Gerry benar-benar sudah menikah dengan tante Gita," ucap Jelita.Percaya?No! Jelita tidak bisa percaya begitu saja dengan apa yang dikatakan oleh Gendis, justru Jelita merasa jika apa yang dikatakan oleh Gendis adalah kebohongan semata.Judulnya dia tidak akan merasa percaya jika tidak melihat dengan mata kepalanya sendir
"Makasih banyak ya, Gerry. Makan malamnya enak, sekarang waktunya elu benerin hape gue." Gilang memberikan ponsel miliknya kepada Gerry.Selepas kepergian Jelita, mereka melaksanakan makan malam dengan begitu ceria. Tidak ada raut wajah tidak mengenakan dari keempat orang tersebut."Beres, gue benerin lagi. Kalem aja," ujar Gerry seraya melangkahkan kakinya menuju ruang keluarga.Gita dan juga Gendis mengikuti langkah kedua pria itu, saat tiba di ruang keluarga Gita melihat Gerry yang duduk dengan Gilang. Karena tidak mau mengganggu obrolan kedua sahabat itu, Gita langsung bersuara."Yang, aku mau tidur duluan. Lelah banget aku tuh.""Ya ampun! Padahal akunya belum ngapa-ngapain kamu loh, kok udah kecapean aja?" Sontak saja mendengar akan hal itu Gita langsung memelototkan matanya, begitupun dengan Gilang dan juga Gendis. Mereka refleks langsung memukul pundak Gerry."Astagfirullah! Gue punya bokap kok mesum amat, ya?"
Gendis kini sudah kembali bekerja, matanya terlihat begitu serius menatap layar laptopnya. Tangannya terlihat begitu lihai dalam mengetikkan sesuatu, tetapi pikirannya melayang entah ke mana.Otaknya berkelana memikirkan tentang pernikahannya bersama dengan Noah, jika dia benar-benar menikah dengan pria itu, akankah dia bahagia dengan pernikahannya, pikirnya."Aku harus berobat, karena ternyata rasa takut itu masih ada." Mata Gendis terlihat berkaca-kaca, tidak lama kemudian dia kembali mengerjakan tugasnya.Gendis pikir jika dirinya harus pergi ke psikiater, dia harus melakukan terapi. Jika dia terus seperti itu, rasanya kasihan terhadap Noah. Dia juga merasa kasihan terhadap dirinya sendiri, karena disadari atau tidak akan menyakiti dirinya dan juga orang lain.Jika Gendis sedang fokus bekerja, berbeda dengan Noah yang terlihat begitu fokus dengan lamunannya. Dia masih teringat akan Gendis yang terlihat ketakutan saat dia menggenggam kedua tangannya."Aku harus ke rumahnya nanti mal
Gendis menatap wajah Noah dengan raut kebingungan, dia juga harus menemukan pria yang mau menikahi dirinya dalam satu bulan jika tidak mau dijodohkan.Namun, rasanya jika dia langsung menikah dengan Noah, dia takut akan menyesal karena tidak mengenal pria itu.Akan tetapi, jika dia menolak ajakan dari Noah, dia takut nantinya malah akan dinikahkan dengan pria yang kata Gerry sangat jelek itu.Padahal, Gerry sengaja mengatakan jika pria yang dijodohkan dengan Gendis memiliki paras yang jelek, karena Gerry ingin putri sambungnya itu mencari jodohnya sendiri.Dia ingin agar Gendis menemukan pria yang dia sukai, bukan pria yang dijodohkan oleh Gita untuk putri sambungnya tersebut. Dia takut jika Gendis akan menyesal nantinya.Melihat Gendis yang hanya diam saja Noah menjadi ketakutan, dia takut jika Gendis akan menolak ajakannya untuk menikah.Noah memiliki alasan yang kuat memilih Gendis untuk menjadi istrinya, karena Gendis seorang janda dan memiliki seorang putra. Jika dia belum siap u
"Tidak apa-apa, sekarang katakan apa yang anda inginkan!" ujar Gendis setelah duduk di salah satu kursi yang ada di sana.Gendis duduk tepat di hadapan Noah, dia menatap pria itu dengan tatapan penuh selidik. Dia menebak jika pria itu pasti akan membicarakan hal yang penting. Namun, dia merasa bukan menyangkut masalah pekerjaan."Kita pesan makanan dulu, nanti aku akan bicara setelah kita makan.'' Noah tersenyum canggung ke arah Gendis.Ini pertama kalinya dia mengajak wanita yang tidak dia kenal untuk makan bersama, membicarakan masalah penting yang dirasa sangat mendadak."Hem!" jawab Gendis yang memang sudah merasa lapar.Pada akhirnya mereka pun memesan makanan yang diinginkan, setelah makanan datang, mereka melaksanakan makan siang tanpa ada yang berbicara. Suasana di antara keduanya begitu canggung.Setelah acara makan siang selesai, Noah berdehem beberapa kali. Lalu, dia menatap Gendis dengan begitu lekat."Sebenarnya kedatanganku untuk meminta tolong," ujar Noah memulai pembic
Tadi malam Gendis terlihat begitu bersemangat sekali, dia berniat ingin mencari pria baik yang akan dia jadikan sebagai seorang suami.Tidak apa tidak ada rasa cinta di saat pertama dia menikah dengan pria tersebut, karena Gendis yakin jika rasa cinta itu akan tumbuh seiring berjalannya waktu.Namun, hari ini dia terlihat begitu kebingungan. Selama 2 tahun lebih ini dia hanya serius dalam bekerja, Ia sama sekali tidak pernah pergi untuk berkumpul bersama dengan teman-teman kampusnya.Bahkan, setelah Jelita menikah dengan Gilang, dia jarang pergi bersama dengan sahabatnya itu. Jelita lebih banyak menghabiskan waktu bersama dengan Gilang, dia paham karena pasti Jelita sedang berusaha untuk menjadi istri yang baik untuk suaminya.Apalagi setelah Jelita memiliki seorang putri, Jelita benar-benar tidak pernah keluar sama sekali dari rumahnya. Selain memang putri cantiknya belum berusia empat puluh hari, Jelita kini lebih betah lagi tinggal di dalam rumahnya.Terkadang Gendis merasa iri, ka
Jika biasanya pagi-pagi Gendis akan untuk bersiap bekerja, pagi ini dia bangun untuk pergi mengajak Jo bermain di taman.Gendis bahkan membawa susu, roti isi, minuman dan juga beberapa camilan. Gendis persis seperti seorang ibu yang mengajak anaknya untuk jalan-jalan, atau piknik."Mom aku dan Jo pergi dulu, ya?" pamit Gendis.Gendis memakai sepeda menuju taman, Jo didudukan di depan dengan bangku khusus balita yang sudah dimodifikasi. Sedangkan untuk bekal dia simpan di dalam keranjang yang ada di belakang sepeda."Hati-hati!" pekik Gita ketika melihat putrinya yang sudah mulai mengayuh sepeda.Jo terlihat begitu riang, dia berpegangan pada setang sepeda dengan senyum mengembang di bibirnya. Jo selalu suka ketika Gendis mengajak dirinya pergi ke manapun."Topinya dipake, Sayang. Biar ganteng," ujar Gendis seraya membenarkan topi yang hampir dilepas oleh Jo."Hem!" jawab Jo dengan wajah ditekuk.Gendis hanya tertawa melihat wajah lucu dari adiknya tersebut, lalu dia mengayuh sepedanya
Waktu berjalan dengan begitu cepat, tanpa terasa kini sudah pukul 4 sore. Itu artinya para karyawan yang bekerja sudah bersiap untuk pulang ke kediaman masing-masing.Begitupun dengan Gerry, Gerry yang kini membantu sang ayah mengurus perusahaan baru saja selesai mengerjakan tugasnya. Gerry ditugaskan untuk mengurus perusahaan bersama dengan Gilang, sesekali Nawaf akan datang untuk membantu jika pekerjaan sedang banyak.Jafar yang dulu ditugaskan untuk membantu di perusahaan tersebut dipindahkan ke perusahaan cabang, karena perusahaan milik Nawaf tersebut semakin berkembang dan kini memiliki beberapa cabang di luar kota."Gerry, kasih gue kerjaan. Gue males balik ke rumah," pinta Gilang kepada Gerry yang hendak pulang ke kediaman Wijaya.Gerry merasa aneh dengan permintaan dari sahabatnya tersebut, karena biasanya ketika jam kerja habis mereka akan bersemangat untuk pulang.Namun, berbeda dengan Gilang. Pria itu malah terlihat menekuk wajahnya ketika jam kerja habis, dia seakan begitu
Gendis benar-benar tidak menyangka Noah akan langsung menyetujui pengajuan program kerjasama yang ditawarkan oleh dirinya, karena banyak orang berkata jika Noah adalah orang yang sangat sulit untuk diajak kerjasama.Namun, nyatanya Noah tidak mengajak Gendis untuk membicarakan apa pun. Pria berusia dua puluh delapan tahun itu bahkan dengan mudahnya langsung meminta bolpoin dan menandatangani berkas kerjasama mereka.Ah! Rasanya Gendis benar-benar sangat bersyukur, selepas kepergian Noah, Gendis bahkan langsung berlari menuju ruangannya dan memeluk Jo dengan erat.Tidak lupa Gendis memberikan kecupan di pipi gembil Jo, lalu dia mencubit gemes kedua pipi adiknya tersebut.Jo sempat menghindari cubitan dari kakaknya tersebut, sayangnya tangan Gendis lebih cepat. Namun, Jo hanya mengusap-usap pipinya yang memerah tanpa marah. Karena hal itu memang sudah terbiasa Gendis lakukan."Jo! Kak Gendis sangat senang sekali, projects besar ini akhirnya bisa Kak Gendis dapatkan. Kak Gendis keren, ti
Dua tahun kemudian."Jo! Kak Gendis mau kerja dulu, jangan nakal." Gendis mengecup pipi gembil adik tampannya.Dia merasa jika adiknya itu benar-benar menggemaskan, Gendis bahkan benar-benar lengket dengan adik tampannya itu. Ke manapun Gendis pergi, jika tidak sibuk dia akan mengajak adiknya tersebut.Jika orang yang pertama melihat kebersamaan mereka, tentu mereka akan menyangka jika Jo adalah anak dari Gendis.Jo langsung menggelengkan kepalanya dengan cepat, adik laki-laki Gendis yang berusia 2 tahun itu seakan tidak mau berpisah dari kakaknya tersebut.Jo bahkan dalam setiap malamnya tidur bersama dengan Gendis, mereka begitu lengket dan tidak terpisahkan. Gita sampai kebingungan dibuatnya.Jika saja usianya masih muda, rasanya Gita ingin hamil kembali dan memiliki anak. Namun, rasanya semua itu tidak mungkin. Karena dokter berkata jika usia Gita sudah sangat matang."No! Jo mau ikut," jawab Jo seraya memeluk kaki Gendis.Gendis langsung terkekeh dibuatnya, karena setiap kali Gen
Gilang merasa sangat beruntung karena dia begitu diterima di keluarga Jelita, bahkan dengan mudahnya Neezar menentukan tanggal pernikahan setelah Jelita menerima lamarannya.Awalnya Neezar akan mengadakan acara pernikahan Gilang dan juga Jelita secara besar-besaran, karena memang Jelita adalah anak satu-satunya yang mereka miliki.Namun, Gilang dan juga Jelita sepakat untuk mengadakan acara pernikahan secara sederhana saja. Karena mereka merasa kurang nyaman jika harus melaksanakan acara pernikahan yang mewah dan juga megah.Keduanya sepakat untuk memulai rumah tangga dari kesederhanaan, tidak perlu pernikahan yang mewah. Namun, yang penting prosesi pernikahan yang dilaksanakan berjalan dengan penuh khidmat.Satu bulan kemudian Gilang dan juga Jelita melaksanakan acara pernikahan, pernikahan itu dilaksanakan di kediaman Jelita sendiri.Kedua keluarga sepakat hanya mengundang kerabat dekat dan juga para sahabat, tidak ada ribuan tamu undangan. Hanya keluarga inti dan para sahabat saja.