“Apa kau sudah menemukannya?” tanya Dafa pada temannya yang tengah menarikan jemarinya di atas keyboard laptop.
Teman Dafa berdecak karena jengkel dengan ketidaksabaran Dafa. “Hei, aku ini Alex, memangnya apa yang tidak bisa aku lakukan? Sekarang lebih baik kau diam, sementara aku bekerja,” ucap Alex—teman Dafa—memberikan peringatan pada Dafa.
Tentu saja Dafa memilih untuk diam seperti apa yang diminta oleh Alex. Pria ini adalah satu-satunya orang yang Dafa pikir bisa memberikan bantuan padanya. Dengan uang yang Dafa miliki, ia bisa membayar jasa Alex yang memang seorang hacker handal ini. Alex memang hanya mau membantu jika usahanya dibayar dengan harga yang pantas, karena tahu jika kedua orang tua Dafa adalah orang kaya raya, Alex tidak berpikir dua kali untuk memberikan bantuan karena ia yakin jasanya akan dibayar mahal. “Mencari orang seperti yang kau minta adalah hal yang sangat mudah. Dia gadis berusia sembilan belas tahun dan terakhir kali terlihat di bar Madam Flo. Pembeli atau penyewa wanita di sana adalah VIP yang jelas disembunyikan identitasnya. Namun, itu bukan masalah bagiku,” ucap Alex masih dengan berkonsentrasi dengan pekerjaannya.
Dafa menunggunya dengan harap-harap cemas. Sebelumnya, ia sudah mengirim pesan pada Ezra untuk tidak melakukan hal bodoh lagi dan menitipkan Ezra pada Farrah. Ia meminta Farrah untuk mengawasi Ezra agar tidak melakukan kesalahan yang semakin memperkeruh masalah. Dafa juga mengatakan pada keduanya jika dirinya tengah mencari jalan untuk membawa Viola kembali dengan selamat tanpa kekurangan apa pun. Dafa bahkan sudah menyiapkan sejumlah uang bernominal besar untu membayar Alex, jika benar Alex bisa menemukan petunjuk di mana Viola berada. Dafa kembali menatap Alex, tetapi saat itulah Dafa melihat raut wajah Alex yang tengil diganti dengan raut pucat.
“Ada apa?” tanya Dafa sembari berniat mengintip apa terpampang di monitor laptopnya.
Sayangnya, Alex lebih dulu menutup laptopnya dengan kasar dan berkata, “Aku tidak bisa membantumu. Aku tidak mau terlibat dalam masalah ini lebih jauh. Jangan menghubungiku lagi jika kau ingin membicarakan mengenai masalah ini. Untuk kali ini, kau tidak perlu membayar jasaku sama sekali. Selain itu, sebagai temanmu aku memberikan sebuah saran. Berhenti mencari keberadaan gadis ini. Nyawamu saat ini tengah dipertaruhkan.”
Tanpa memberikan kesempatan pada Dafa untuk menanyakan penyebab Alex yang tiba-tiba mundur, Alex sudah beranjak pergi. Dafa terlihat sangat kesal, dan frustasi. Ia pun beranjak untuk mengejar Alex, ia tidak boleh menyerah begitu saja. Setidaknya, Dafa harus menawarkan bayaran dua kali lipat pada Alex mau membantunya. Sayangnya, begitu ke luar dari kafe, Dafa sama sekali tidak bisa melihat Alex. Temannya itu sudah menghilang bak asap tertiup angin. Dafa pun tidak bisa menahan diri untuk memaki, “Sialan!”
Dafa beranjak menuju mobilnya dan berusaha untuk menghubungi Alex. Namun, nomor Alex sama sekali tidak bisa dihubungi. Akun media sosialnya juga menghilang, seakan-akan ingin menegaskan jika Alex memang tidak mau lagi berurusan dengan masalah ini. Dafa mengernyitkan keningnya. “Sebenarnya siapa yang sudah membawa Viola pergi? Aku yakin jika orang ini memiliki pengaruh yang sangat kuat hingga Alex sama sekali tidak berani untuk menyinggungnya,” ucap Dafa.
Dafa sendiri sudah sangat mengenal Alex. Temannya itu terbilang tidak kenal takut. Menjadi hacker yang menembus dan mengacak-acak sistem orang lain saja ia kerjakan demi bayaran setimpal, jelas itu menunjukkan jika Alex bisa mengerjakan apa pun untuk uang. Namun, kali ini Alex sama sekali tidak berpikir dua kali untuk mundur. Tentu saja ini sudah lebih dari cukup mengonfirmasi jika orang yang telah membawa Viola pergi adalah orang yang memang memiliki kekuasaan dan pengaruh luas. Hanya saja, Dafa tidak bisa menebak siapa orang ini. Dafa benar-benar harus segera menemukan Viola, sebelum semuanya terlambat.
“Meski menakutkan, aku harap kau bertahan sedikit lebih lama lagi, Vio. Aku berjanji akan menemukanmu,” ucap Dafa dengan penuh tekad lalu mengendarakan mobilnya untuk membelah jalanan yang sudah mulai sepi.
***
Viola terlihat tidak sadarkan diri dan kini dibaringkan di ranjang luas yang dilapisi seprai putih polos. Kamar itu terlihat luas, tetapi sangat sederhana. Tidak ada ornament penghias apa pun, hanya ada satu ranjang luas dan satu set sofa serta meja yang semuanya tampak sengaja disediakan dalam warna putih dan hitam polos. Warna dasar yang entah kenapa terlihat begitu janggal di sana. Pria yang memiliki netra serupa dengan predator itu meminta bawahannya untuk pergi dari ruangan itu. Setelah ditinggalkan berdua dengan Viola, saat itulah ia bersiap untuk menyentuh Viola yang masih tak sadarkan diri setelah ia cium dengan hebatnya. Sayangnya, belum juga dirinya memulai acara pesta tersebut, bawahannya kembali masuk.
“Tuan, maafkan saya yang mengganggu kesenangan Anda. Tapi ini ada hal mendesak yang harus Anda periksa,” ucap bawahannya yang bernama Bram itu.
Pria itu tampak kesal ia mengenakan jubahnya lalu menerima ipad yang diberikan oleh Bram untuk memeriksa apa yang sebenarnya terjadi. “Ah, jadi ada yang berusaha untuk mencari identitasku?” tanyanya pada Bram.
“Benar, Tuan. Tapi, setelah mengetahui identitas Anda, ia dengan cepat segera mundur dan menghilang. Bahkan sekarang tim kita sama sekali tidak bisa menemukan jejaknya,” ucap Bram.
“Sepertinya dia bukan orang awam di bidang ini dan mengenal aku dengan baik.”
Bram jelas mengangguk menyetujui apa yang dikatakan oleh sang tuan. Secara normal, tuannya yang bernama Gerald Alden Dalton ini dikenal sebagai seorang pemimpin perusahaan kontruksi sukses yang sudah dikenal namanya di sepenjuru kota bahkan negeri ini. Bukan hanya skala lokal, kontruksinya bahkan dipercaya untuk mengurus pembangunan perusahaan luar negeri. Namun, bagi kalangan kriminal dan organisasi yang beregerak secara illegal, Gerald adalah seorang bos dari segala bos. Ia memang tidak pernah secara langsung terlibat dalam kejahatan yang terjadi, tetapi ia dengan sukses mengendalikan semuanya dari balik layar dan menikmati hasilnya.
Gerald mengotak-atik tablet tersebut dalam beberapa saat sebelum dirinya menemukan sesuatu yang luput dari laporan Bram. Tentu saja sebagai seorang pemimpin dari jaring tindak kriminal yang illegal dan kapan saja bisa ditargetkan oleh musuh serta para pihak berwajib, Geral memiliki banyak kemampuan termasuk kemampuan dalam menggunakan komputer serta menembus informasi lawan. Kemampuannya bahkan setara dengan hacker profesional. Gerald terkekeh pelan. “Apa kau tau alasan mengapa orang itu berusaha untuk mencari informasi mengenai diriku?” tanya Gerald.
Gerald menatap Bram dengan netra cokelat keemasannya yang tampak menyorot tajam. Bram jelas menggeleng. Tim yang bertugas untuk menjaga informasi mengenai Gerald, tidak menemukan informasi tersebut. “Maafkan saya, Tuan. Saya tidak mengetahui informasi tersebut, Tuan.”
Gerald menyerahkan tabletnya pada Bram, lalu beralih menatap Viola yang masih terbaring dengan tak sadarkan diri. Bram sendiri saat ini memeriksa informasi apa yang sudah didapatkan oleh Gerald. Bram terkejut, ternyata orang yang mencari informasi mengenai Gerald tak lain adalah seseorang yang mencari Viola. Padahal, Bram sendiri sudah memastikan jika Viola berasal dari keluarga yang tidak mampu dan terlilit hutang. Latar belakang yang sempurna hingga Viola nantinya tidak akan menimbulkan masalah bagi tuannya. Namun, ternyata Bram melewatkan sesuatu yang penting.
Gerald terkekeh lalu menyentuh pipi Viola yang lembut. “Ternyata, ada seseorang yang juga menginginkannya. Aku sendiri tidak menyangkal jika ia terlihat sangat menarik. Karena itulah, aku tidak sabar untuk melakukan sesuatu bersamanya,” ucap Gerald.
Bram merinding bukan main. Ia sudah melayani Gerald selama bertahun-tahun lamanya, dan ia tahu bahwa saat ini Viola benar-benar sudah membuat Gerald tertarik. Jika sudah seperti ini, maka kecil kemungkinan bahwa Viola bisa lepas begitu saja dari Gerald. Viola tidak akan bisa lepas, sebelum Gerald sendiri yang membuang Viola karena merasa bosan. Bram menatap wajah Viola dan menghela napas dalam hati. Jujur saja, saat ini Bram merasa menyesal dan merasa bersalah karena sudah membuat Viola berada dalam situasi ini, tetapi Bram tidak bisa melakukan apa pun. Bram harus melakukan hal ini demi menunjukkan kesetiaannya pada sang tuan. Bram berusaha untuk menepis perasaan bersalahnya, hal yang perlu ia lakukan adalah fokus pada tugasnya.
.
.
.
Lanjut enggak nih hehe
Ayo jangan lupa tinggalin jejaknya kakak-kakak
Viola terbangun dan kembali berada di ruangan pengap yang lembab. Namun, kali ini ruangan tidak terlalu gelap seperti sebelumnya. Viola tersentak dan segera memeriksa tubuhnya dan sama sekali tidak melihat hal yang aneh, dan bisa memastikan jika dirinya belum disentuh sama sekali. Hanya saja, gaun yang dikenakan olehnya sudah raib, dan kini tersisa sepasang pakaian dalam mini yang sebelumnya belum pernah Viola kenakan. Wajah Viola memerah, entah dirinya harus bersyukur atau tidak atas situasinya saat ini. Gadis satu itu pun menghela napas panjang. Namun jika dipikirkan lebih saksama, rasanya ia patut bersyukur. Jika dirinya tidak pingsan saat dicium dengan kasar, sepertinya Viola tidak akan bisa selamat seperti ini.
“Ya, marahlah padaku. Lalu maki aku dengan suara manismu itu. Karena selanjutnya, aku hanya akan membuatmu mendesah karena merasakan kenikmatan yang belum pernah kau rasakan,” ucap Gerald lalu mulai mencumbu Viola. Tamat sudah, Viola benar-benar diterkam oleh predator.Viola yang sama sekali tidak memiliki pengalaman dalam hubungan dengan lawan jenis, apalagi dalam berhubungan seks tentu saja tidak bisa mengimbangi serangan Gerald. Ia bahkan tidak bisa mencuri napas saat Gerald menciumnya dengan ganas, untungnya Gerald masih memiliki sedikit kebaikan hingga dirinya melepaskan ciuman tersebut guna memberikan kesempatan pada Viola untuk mengisi paru-parunya dengan oksigen. Tentu saja, salah satu tangan Gerald masih sibuk menggoda bagian intim Viola yang mulai bereaksi sesuai dengan harapan Gerald. Ia menyeringai saat melihat Viola yang menggeliat berusaha menjauhkan dirinya dari sentuhan ahlinya.
Viola mengedipkan matanya, tetapi tidak berusaha untuk bergerak dari posisinya saat ini. Masih seperti sebelumnya, setiap membuka mata Viola masih saja berada di ruangan pengap yang terasa lembab ini. Tanpa cahaya matahari, tanpa bisa ke luar dan mengetahui keadaan sekitar, Viola hanya bisa menghitung hari dari makanan yang ia terima secara rutin tiap harinya. Tentu saja, Viola masih memiliki asa untuk melarikan diri dari tempat mengerikan ini. Namun, tubuh Viola terasa begitu lemah. Setiap harinya, Viola selalu dientuh oleh Gerald yang seganas predator memangsa targetnya. Dua hingga tiga jam setelah Viola selesai makan malam, Gerald selalu datang dan membuat Viola begadang melayani Gerald di atas ranjang.
Farrah menghidangkan bubur untuk Ezra yang tampak begitu kehilangan semangatnya. Farrah yang melihat hal itu menghela napas panjang. Farrah menyisir rambutnya yang terawat dengan jemari lentiknya dan berkata, “Makanlah. Setidaknya, kau harus bertahan hidup selama Dafa berusaha untuk mencari cara membawa Viola kembali.”Ezra pun mengambil sendok dan mulai makan dalam diam. Farrah mengamati sebelum bertanya, “Apa Dafa sudah menghubungimu?”Ezra menjawab dengan sebua
Viola memuntahkan semua makanan yang sudah ia makanan yang sudah ia makan. Meskipun Viola tahu jika makan adalah cara untuk bertahan hidup, tetapi perut Viola sama sekali tidak bisa diajak bekerjasama. Denga mudahnya, perut Viola bergejolak dan memaksanya untuk memuntahkan semua makanan yang sudah ia santap. Viola mengerang saat berusaha untuk menguras isi perutnya. Ia dengan susah payah bangkit dan melangkah ke luar dari kamar mandi. Viola pun berbaring di atas ranjang dan memilih untuk memejamkan matanya, ia berpikir jika tidur bisa sedikit mengurangi rasa tidak nyaman yang menyerang sekujur tubuhnya ini. Viola meringkuk mencari posisi paling nyaman untuk tidur dan memulihkan dirinya. Tidak memerlukan waktu terlalu lama, Viola pun terlelap.
“Silakan, Nona,” ucap seorang pelayan yang menyajikan makan siang untuk Viola.Saat ini, kondisi Viola sudah jauh lebih baik. Alih-alih tinggal dikurung di dalam ruang pengap yang lembab, Kini Viola berada di dalam kamar yang mewah dan luas. Jelas ruangan ini jauh lebih baik daripada ruangan sebelumnya. Makanan yang datang tiap waktu makan juga lebih bervariasi dan rasanya lebih mudah untuk dicerna oleh Viola. Selain itu, Viola kini tidak berada dalam kondisi setengah telanjang karena hanya mengenakan pakaian dalam saja. Meskipun hanya diberikan gaun tidur, tetapi itu lebih baik daripada hanya mengenakan pakaian dalam saja. Setidaknya, pakaian ya
“Sepertinya, Dafa sudah lebih tenang. Akhir minggu ini, mari kita bertemu bersama. Tentu saja, jika kita bekerja sama, akan lebih mudah untuk mencari solusi dari masalah ini,” ucap Farrah pada Ezra yang duduk di seberangnya. Kali ini, seperti biasanya Farrah datang mengunjungi Ezra. Tentu saja untuk memastikan jika Ezra tidak lagi membuat ulah. Meskipun sebenarnya Farrah yakin jika Ezra tidak akan lagi membuat kesalahan yang tentunya hanya akan membuat dirinya semakin berada dalam situasi yang sulit.Ezra yang mendengar hal itu tentu saja merasa cukup lega. Semenjak Dafa tahu jika Viola terlibat masalah karena kesalahan yang sudah ia perbuat,
“Viola sudah minum obatnya?” tanya Farrah pada Ezra yang kembali ke dapur dengan nampan berisi mangkuk kosong.“Sudah, sekarang dia sudah tidur,” jawab Ezra.Keduanya lalu duduk di meja makan dan berbincang mengenai Viola. “Kamu masih belum menghubungi Dafa mengenai kepulangan Viola, bukan?” tanya Farrah.