“Apa kau sudah menemukannya?” tanya Dafa pada temannya yang tengah menarikan jemarinya di atas keyboard laptop.
Teman Dafa berdecak karena jengkel dengan ketidaksabaran Dafa. “Hei, aku ini Alex, memangnya apa yang tidak bisa aku lakukan? Sekarang lebih baik kau diam, sementara aku bekerja,” ucap Alex—teman Dafa—memberikan peringatan pada Dafa.
Tentu saja Dafa memilih untuk diam seperti apa yang diminta oleh Alex. Pria ini adalah satu-satunya orang yang Dafa pikir bisa memberikan bantuan padanya. Dengan uang yang Dafa miliki, ia bisa membayar jasa Alex yang memang seorang hacker handal ini. Alex memang hanya mau membantu jika usahanya dibayar dengan harga yang pantas, karena tahu jika kedua orang tua Dafa adalah orang kaya raya, Alex tidak berpikir dua kali untuk memberikan bantuan karena ia yakin jasanya akan dibayar mahal. “Mencari orang seperti yang kau minta adalah hal yang sangat mudah. Dia gadis berusia sembilan belas tahun dan terakhir kali terlihat di bar Madam Flo. Pembeli atau penyewa wanita di sana adalah VIP yang jelas disembunyikan identitasnya. Namun, itu bukan masalah bagiku,” ucap Alex masih dengan berkonsentrasi dengan pekerjaannya.
Dafa menunggunya dengan harap-harap cemas. Sebelumnya, ia sudah mengirim pesan pada Ezra untuk tidak melakukan hal bodoh lagi dan menitipkan Ezra pada Farrah. Ia meminta Farrah untuk mengawasi Ezra agar tidak melakukan kesalahan yang semakin memperkeruh masalah. Dafa juga mengatakan pada keduanya jika dirinya tengah mencari jalan untuk membawa Viola kembali dengan selamat tanpa kekurangan apa pun. Dafa bahkan sudah menyiapkan sejumlah uang bernominal besar untu membayar Alex, jika benar Alex bisa menemukan petunjuk di mana Viola berada. Dafa kembali menatap Alex, tetapi saat itulah Dafa melihat raut wajah Alex yang tengil diganti dengan raut pucat.
“Ada apa?” tanya Dafa sembari berniat mengintip apa terpampang di monitor laptopnya.
Sayangnya, Alex lebih dulu menutup laptopnya dengan kasar dan berkata, “Aku tidak bisa membantumu. Aku tidak mau terlibat dalam masalah ini lebih jauh. Jangan menghubungiku lagi jika kau ingin membicarakan mengenai masalah ini. Untuk kali ini, kau tidak perlu membayar jasaku sama sekali. Selain itu, sebagai temanmu aku memberikan sebuah saran. Berhenti mencari keberadaan gadis ini. Nyawamu saat ini tengah dipertaruhkan.”
Tanpa memberikan kesempatan pada Dafa untuk menanyakan penyebab Alex yang tiba-tiba mundur, Alex sudah beranjak pergi. Dafa terlihat sangat kesal, dan frustasi. Ia pun beranjak untuk mengejar Alex, ia tidak boleh menyerah begitu saja. Setidaknya, Dafa harus menawarkan bayaran dua kali lipat pada Alex mau membantunya. Sayangnya, begitu ke luar dari kafe, Dafa sama sekali tidak bisa melihat Alex. Temannya itu sudah menghilang bak asap tertiup angin. Dafa pun tidak bisa menahan diri untuk memaki, “Sialan!”
Dafa beranjak menuju mobilnya dan berusaha untuk menghubungi Alex. Namun, nomor Alex sama sekali tidak bisa dihubungi. Akun media sosialnya juga menghilang, seakan-akan ingin menegaskan jika Alex memang tidak mau lagi berurusan dengan masalah ini. Dafa mengernyitkan keningnya. “Sebenarnya siapa yang sudah membawa Viola pergi? Aku yakin jika orang ini memiliki pengaruh yang sangat kuat hingga Alex sama sekali tidak berani untuk menyinggungnya,” ucap Dafa.
Dafa sendiri sudah sangat mengenal Alex. Temannya itu terbilang tidak kenal takut. Menjadi hacker yang menembus dan mengacak-acak sistem orang lain saja ia kerjakan demi bayaran setimpal, jelas itu menunjukkan jika Alex bisa mengerjakan apa pun untuk uang. Namun, kali ini Alex sama sekali tidak berpikir dua kali untuk mundur. Tentu saja ini sudah lebih dari cukup mengonfirmasi jika orang yang telah membawa Viola pergi adalah orang yang memang memiliki kekuasaan dan pengaruh luas. Hanya saja, Dafa tidak bisa menebak siapa orang ini. Dafa benar-benar harus segera menemukan Viola, sebelum semuanya terlambat.
“Meski menakutkan, aku harap kau bertahan sedikit lebih lama lagi, Vio. Aku berjanji akan menemukanmu,” ucap Dafa dengan penuh tekad lalu mengendarakan mobilnya untuk membelah jalanan yang sudah mulai sepi.
***
Viola terlihat tidak sadarkan diri dan kini dibaringkan di ranjang luas yang dilapisi seprai putih polos. Kamar itu terlihat luas, tetapi sangat sederhana. Tidak ada ornament penghias apa pun, hanya ada satu ranjang luas dan satu set sofa serta meja yang semuanya tampak sengaja disediakan dalam warna putih dan hitam polos. Warna dasar yang entah kenapa terlihat begitu janggal di sana. Pria yang memiliki netra serupa dengan predator itu meminta bawahannya untuk pergi dari ruangan itu. Setelah ditinggalkan berdua dengan Viola, saat itulah ia bersiap untuk menyentuh Viola yang masih tak sadarkan diri setelah ia cium dengan hebatnya. Sayangnya, belum juga dirinya memulai acara pesta tersebut, bawahannya kembali masuk.
“Tuan, maafkan saya yang mengganggu kesenangan Anda. Tapi ini ada hal mendesak yang harus Anda periksa,” ucap bawahannya yang bernama Bram itu.
Pria itu tampak kesal ia mengenakan jubahnya lalu menerima ipad yang diberikan oleh Bram untuk memeriksa apa yang sebenarnya terjadi. “Ah, jadi ada yang berusaha untuk mencari identitasku?” tanyanya pada Bram.
“Benar, Tuan. Tapi, setelah mengetahui identitas Anda, ia dengan cepat segera mundur dan menghilang. Bahkan sekarang tim kita sama sekali tidak bisa menemukan jejaknya,” ucap Bram.
“Sepertinya dia bukan orang awam di bidang ini dan mengenal aku dengan baik.”
Bram jelas mengangguk menyetujui apa yang dikatakan oleh sang tuan. Secara normal, tuannya yang bernama Gerald Alden Dalton ini dikenal sebagai seorang pemimpin perusahaan kontruksi sukses yang sudah dikenal namanya di sepenjuru kota bahkan negeri ini. Bukan hanya skala lokal, kontruksinya bahkan dipercaya untuk mengurus pembangunan perusahaan luar negeri. Namun, bagi kalangan kriminal dan organisasi yang beregerak secara illegal, Gerald adalah seorang bos dari segala bos. Ia memang tidak pernah secara langsung terlibat dalam kejahatan yang terjadi, tetapi ia dengan sukses mengendalikan semuanya dari balik layar dan menikmati hasilnya.
Gerald mengotak-atik tablet tersebut dalam beberapa saat sebelum dirinya menemukan sesuatu yang luput dari laporan Bram. Tentu saja sebagai seorang pemimpin dari jaring tindak kriminal yang illegal dan kapan saja bisa ditargetkan oleh musuh serta para pihak berwajib, Geral memiliki banyak kemampuan termasuk kemampuan dalam menggunakan komputer serta menembus informasi lawan. Kemampuannya bahkan setara dengan hacker profesional. Gerald terkekeh pelan. “Apa kau tau alasan mengapa orang itu berusaha untuk mencari informasi mengenai diriku?” tanya Gerald.
Gerald menatap Bram dengan netra cokelat keemasannya yang tampak menyorot tajam. Bram jelas menggeleng. Tim yang bertugas untuk menjaga informasi mengenai Gerald, tidak menemukan informasi tersebut. “Maafkan saya, Tuan. Saya tidak mengetahui informasi tersebut, Tuan.”
Gerald menyerahkan tabletnya pada Bram, lalu beralih menatap Viola yang masih terbaring dengan tak sadarkan diri. Bram sendiri saat ini memeriksa informasi apa yang sudah didapatkan oleh Gerald. Bram terkejut, ternyata orang yang mencari informasi mengenai Gerald tak lain adalah seseorang yang mencari Viola. Padahal, Bram sendiri sudah memastikan jika Viola berasal dari keluarga yang tidak mampu dan terlilit hutang. Latar belakang yang sempurna hingga Viola nantinya tidak akan menimbulkan masalah bagi tuannya. Namun, ternyata Bram melewatkan sesuatu yang penting.
Gerald terkekeh lalu menyentuh pipi Viola yang lembut. “Ternyata, ada seseorang yang juga menginginkannya. Aku sendiri tidak menyangkal jika ia terlihat sangat menarik. Karena itulah, aku tidak sabar untuk melakukan sesuatu bersamanya,” ucap Gerald.
Bram merinding bukan main. Ia sudah melayani Gerald selama bertahun-tahun lamanya, dan ia tahu bahwa saat ini Viola benar-benar sudah membuat Gerald tertarik. Jika sudah seperti ini, maka kecil kemungkinan bahwa Viola bisa lepas begitu saja dari Gerald. Viola tidak akan bisa lepas, sebelum Gerald sendiri yang membuang Viola karena merasa bosan. Bram menatap wajah Viola dan menghela napas dalam hati. Jujur saja, saat ini Bram merasa menyesal dan merasa bersalah karena sudah membuat Viola berada dalam situasi ini, tetapi Bram tidak bisa melakukan apa pun. Bram harus melakukan hal ini demi menunjukkan kesetiaannya pada sang tuan. Bram berusaha untuk menepis perasaan bersalahnya, hal yang perlu ia lakukan adalah fokus pada tugasnya.
.
.
.
Lanjut enggak nih hehe
Ayo jangan lupa tinggalin jejaknya kakak-kakak
Viola terbangun dan kembali berada di ruangan pengap yang lembab. Namun, kali ini ruangan tidak terlalu gelap seperti sebelumnya. Viola tersentak dan segera memeriksa tubuhnya dan sama sekali tidak melihat hal yang aneh, dan bisa memastikan jika dirinya belum disentuh sama sekali. Hanya saja, gaun yang dikenakan olehnya sudah raib, dan kini tersisa sepasang pakaian dalam mini yang sebelumnya belum pernah Viola kenakan. Wajah Viola memerah, entah dirinya harus bersyukur atau tidak atas situasinya saat ini. Gadis satu itu pun menghela napas panjang. Namun jika dipikirkan lebih saksama, rasanya ia patut bersyukur. Jika dirinya tidak pingsan saat dicium dengan kasar, sepertinya Viola tidak akan bisa selamat seperti ini.
“Ya, marahlah padaku. Lalu maki aku dengan suara manismu itu. Karena selanjutnya, aku hanya akan membuatmu mendesah karena merasakan kenikmatan yang belum pernah kau rasakan,” ucap Gerald lalu mulai mencumbu Viola. Tamat sudah, Viola benar-benar diterkam oleh predator.Viola yang sama sekali tidak memiliki pengalaman dalam hubungan dengan lawan jenis, apalagi dalam berhubungan seks tentu saja tidak bisa mengimbangi serangan Gerald. Ia bahkan tidak bisa mencuri napas saat Gerald menciumnya dengan ganas, untungnya Gerald masih memiliki sedikit kebaikan hingga dirinya melepaskan ciuman tersebut guna memberikan kesempatan pada Viola untuk mengisi paru-parunya dengan oksigen. Tentu saja, salah satu tangan Gerald masih sibuk menggoda bagian intim Viola yang mulai bereaksi sesuai dengan harapan Gerald. Ia menyeringai saat melihat Viola yang menggeliat berusaha menjauhkan dirinya dari sentuhan ahlinya.
Viola mengedipkan matanya, tetapi tidak berusaha untuk bergerak dari posisinya saat ini. Masih seperti sebelumnya, setiap membuka mata Viola masih saja berada di ruangan pengap yang terasa lembab ini. Tanpa cahaya matahari, tanpa bisa ke luar dan mengetahui keadaan sekitar, Viola hanya bisa menghitung hari dari makanan yang ia terima secara rutin tiap harinya. Tentu saja, Viola masih memiliki asa untuk melarikan diri dari tempat mengerikan ini. Namun, tubuh Viola terasa begitu lemah. Setiap harinya, Viola selalu dientuh oleh Gerald yang seganas predator memangsa targetnya. Dua hingga tiga jam setelah Viola selesai makan malam, Gerald selalu datang dan membuat Viola begadang melayani Gerald di atas ranjang.
Farrah menghidangkan bubur untuk Ezra yang tampak begitu kehilangan semangatnya. Farrah yang melihat hal itu menghela napas panjang. Farrah menyisir rambutnya yang terawat dengan jemari lentiknya dan berkata, “Makanlah. Setidaknya, kau harus bertahan hidup selama Dafa berusaha untuk mencari cara membawa Viola kembali.”Ezra pun mengambil sendok dan mulai makan dalam diam. Farrah mengamati sebelum bertanya, “Apa Dafa sudah menghubungimu?”Ezra menjawab dengan sebua
Viola memuntahkan semua makanan yang sudah ia makanan yang sudah ia makan. Meskipun Viola tahu jika makan adalah cara untuk bertahan hidup, tetapi perut Viola sama sekali tidak bisa diajak bekerjasama. Denga mudahnya, perut Viola bergejolak dan memaksanya untuk memuntahkan semua makanan yang sudah ia santap. Viola mengerang saat berusaha untuk menguras isi perutnya. Ia dengan susah payah bangkit dan melangkah ke luar dari kamar mandi. Viola pun berbaring di atas ranjang dan memilih untuk memejamkan matanya, ia berpikir jika tidur bisa sedikit mengurangi rasa tidak nyaman yang menyerang sekujur tubuhnya ini. Viola meringkuk mencari posisi paling nyaman untuk tidur dan memulihkan dirinya. Tidak memerlukan waktu terlalu lama, Viola pun terlelap.
“Silakan, Nona,” ucap seorang pelayan yang menyajikan makan siang untuk Viola.Saat ini, kondisi Viola sudah jauh lebih baik. Alih-alih tinggal dikurung di dalam ruang pengap yang lembab, Kini Viola berada di dalam kamar yang mewah dan luas. Jelas ruangan ini jauh lebih baik daripada ruangan sebelumnya. Makanan yang datang tiap waktu makan juga lebih bervariasi dan rasanya lebih mudah untuk dicerna oleh Viola. Selain itu, Viola kini tidak berada dalam kondisi setengah telanjang karena hanya mengenakan pakaian dalam saja. Meskipun hanya diberikan gaun tidur, tetapi itu lebih baik daripada hanya mengenakan pakaian dalam saja. Setidaknya, pakaian ya
“Sepertinya, Dafa sudah lebih tenang. Akhir minggu ini, mari kita bertemu bersama. Tentu saja, jika kita bekerja sama, akan lebih mudah untuk mencari solusi dari masalah ini,” ucap Farrah pada Ezra yang duduk di seberangnya. Kali ini, seperti biasanya Farrah datang mengunjungi Ezra. Tentu saja untuk memastikan jika Ezra tidak lagi membuat ulah. Meskipun sebenarnya Farrah yakin jika Ezra tidak akan lagi membuat kesalahan yang tentunya hanya akan membuat dirinya semakin berada dalam situasi yang sulit.Ezra yang mendengar hal itu tentu saja merasa cukup lega. Semenjak Dafa tahu jika Viola terlibat masalah karena kesalahan yang sudah ia perbuat,
“Viola sudah minum obatnya?” tanya Farrah pada Ezra yang kembali ke dapur dengan nampan berisi mangkuk kosong.“Sudah, sekarang dia sudah tidur,” jawab Ezra.Keduanya lalu duduk di meja makan dan berbincang mengenai Viola. “Kamu masih belum menghubungi Dafa mengenai kepulangan Viola, bukan?” tanya Farrah.
"Ibu, Malvin ingin piknik," ucap Malvin yang sudah berusia lima tahun sembari bermanja di atas pangkuan sang ibu.Viola yang mendengar hal itu tersenyum dan mengangguk. "Kita akan piknik. Tapi, Malvin mau berjanji sesuatu pada Ibu terlebih dahulu?" tanya Viola.Malvin lalu duduk dengan tenang di atas pangkuan Viola yang tengah duduk sembari bersandar di ruang bersantai. "Janji apa, Ibu?" tanya Malvin."Malvin mau janji untuk bersikap lebih baik pada teman-teman Malvin di kelompok bermain?" tanya Viola sembari tersenyum dan mengusap kening putranya yang tumbuh tampan serta cerdas.Malvin yang mendengar hal itu mengernyitkan keningnya. Ia jelas tidak mau berjanji, karena ia sama sekali tidak menyukai teman-temannya yang berada di kelompok bermain. Tentu saja, hal itu bisa terbaca dengan mudah oleh Viola. Namun, Viola sama sekali tidak berkata apa pun. Ia mengamati putranya dalam diam, membiarkannya untuk mempertimbangkan jawaban seperti apa yang akan ia berikan padanya. Malvin ini meman
"Apa kepalamu sudah tidak apa-apa?" tanya Viola pada Evelin yang saat ini tengah menatap gemas pada Malvin.Kini keduanya tengah berada di taman kediaman Dalton yang indah. Viola memang sengaja membawa Malvin ke luar ruangan untuk menikmati waktu berjemur. Malvin malah terlihat bergaya dengan kacamata hitam yang ia kenakan. Bayi itu tampak tertidur lelap dalam pelukan Viola, seolah-olah tidak peduli dengan apa yang terjadi di sekitarnya. Hal itulah yang membuat Evelin yang melihat Malvin merasa begitu gemas padanya. Namun, Evelin tahu jika dirinya tidak boleh mengganggu tidur si bayi tampan. Evelin menatap Viola dan mengangguk. "Lukanya sudah benar-benar sembuh. Tapi aku masih dianjurkan untuk istirahat. Aku tidak bisa mengoperasi sebelum lolos evaluasi yang memastikan jika semua sarafku baik-baik saja," ucap Evelin.Tentu saja Viola yang mendengarnya merasa sangat bersyukur, tetapi di sisi lain juga merasa sangat bersalah. Karena Evelin tidak akan mendapatkan luka seperti itu jika ti
"Apa kau tengah memikirkan pria bodoh itu?" tanya Gerald saat menarik pinggang Viola lebih mendekat padanya. Saat ini, keduanya tengah berada di atas ranjang, setelah memburu kenikmatan duniawi. Dokter memang sudah memberikan izin pada Gerald untuk menyentuh Viola, mengingat Viola sudah benar-benar pulih setelah persalinannya. Tentu saja, Gerald sama sekali tidak membuang waktu dan segera meminta jatah dari istrinya itu. Setelah sekian lama berpuasa, Gerald agaknya lupa diri dan menahan Viola semalaman di atas ranjang. Untungnya, Malvin sama sekali tidak terbangun sepanjang malam. Seakan-akan Malvin tahu jika sang ayah perlu mendapatkan jatah untuk dimanjakan oleh sang ibu. Viola yang mendengar pertanyaan itu tentu saja mengernyitkan keningnya. Tanpa berbalik, Viola yang masih dipeluk oleh Gerald segera bertanya, "Apa maksudmu?"Mendengar pertanyaan Viola, Gerald pun kesal. Ia menari Viola untuk berbaring terlentang dan menangkangi Viola sembari menatapnya tajam. "Jadi, benar? Kau me
Viola selesai menyusui Malvin. Ia menciumi Malvin yang sudah kembali tidur dengan begitu gemas, sebelum menyerahkan Malvin pada perawat yang bertugas untuk membawa Malvin kembali ke ruang observasi. Malvin memang sudah tidak lagi harus berada di dalam incubator. Namun, kondisinya masih belum memungkinkan untuk meninggalkan rumah sakit. Dokter harus mengawasi dan memerika kondisinya, setidaknya untuk tiga hari ke depan. Begitu para perawat pergi dengan membawa Malvin, Viola sudah menatap Gerald dan Bram yang sejak tadi hanya saling berbisik, tanda jika pembicaraan mereka tidak boleh diketahui oleh Viola. Bram memang memasuki ruang rawatnya tepat Viola selesai menyusui Malvin.Baru saja Viola akan mengeluh, seseorang yang tak terduga datang ke ruangan tersebut. Orang tersebut tak lain adalah Dafa yang duduk di kursi roda, dan Dani yang mendorong kursi tersebut. Viola terlihat sangat terkejut dengan kondisi Dafa yang memang belum sehat sepenuhnya. Gips bahkan masih membalut tangannya. Ge
Dafa membuka matanya dan disambut dengan pemandangan di mana ibunya menangis dan ayahnya yang berusaha untuk menenangkan istrinya. Dafa pun mengalihkan pandangannya ke sekitar ruangan di mana dirinya berada, dan yakin jika kini dirinya tengah berada di rumah sakit. Sedetik kemudian, Dafa pun meringis merasakan sakit pada tubuhnya. Lalu Dafa pun mengingat kejadian menegangkan saat dirinya membantu upaya penyelamatan Viola. Ia sengaja menghentikan mobilnya tepat di tengah jalan yang akan dilalui oleh Farrah dan Ezra. Karena itu adalah satu-satunya cara menghentikan mereka. Dafa tidak peduli walaupun dirinya harus mengorbankan dirinya. Hal yang ia pikirkan adalah keselamatan Viola."Sayang, kau sudah sadar? Astaga, Dani panggilkan dokter," ucap Gina panik meminta suaminya untuk segera memanggilkan dokter.Saat ini, kondisi Dafa memang sangat memprihatikannya. Karena kecelakaan itu, separuh tubuhnya terhimpit oleh badan mobil yang ringsek. Tulang rusuk dan tangannya patas, dan salah satu k
“Dapat!” seru seseorang yang sebelumnya berkutat dengan komputernya dengan penuh konsentrasi.Gerald yang mendengar hal itu segera meminta orangnya untuk mengirimkan apa yang ia dapat pada ponselnya. Bram segera berlari menyiapkan mobil dan pasukan, sementara Dafa masih merasa takjub dengan apa yang ia lihat. Ia tidak menyangka jika Gerald benar-benar sangat jauh dari jangkauannya. Selain kaya raya dan memiliki kekuasaan yang terbantah, ternyata Gerald juga memiliki basis pertahanan internet yang sangat kuat.Gerald memiliki puluhan ahli dalam bidang data dan internet yang pantas saja dahulu Dafa kesulitan untuk menemukan keberadaan Viola. Bahkan, Alex yang dimintai bantuan oleh Dafa hingga saat ini tidak pernah terlihat lagi setelah memberikan peringatan pada untuk tidak mengusik orang yang berada di balik semua kejadian yang menyulitkan itu.Dafa pun mengikuti langkah orang-orang yang mulai berpacu dengan waktu. Persembunyian Farrah sudah ditemukan
Dafa memasuki ruang kerja Gerald dengan paksa, setelah melewati para pengawal di perusahaan Gerald yang memang menahannya untuk tidak masuk ke dalam perusahaan tersebut. Namun, Dafa sendiri tengah larut dalam kemarahannya hingga bisa melewati semua lapisan keamanan. Gerald yang melihat Dafa memasuki ruang kerjanya, segera menghela napas kasar dan menatap tajam pada Dafa. “Apa kau mencari mati?” tanya Gerald dengan dingin pada Dafa.Dafa berusaha untuk menyerang Gerald. Namun, Bram yang berada di sana, segera menghalau dan bahkan meringkus Dafa dengan mudahnya. “Kau! Aku sudah mundur karena berpikir jika Viola hidup bahagia denganmu! Tapi lihat, kini kau bahkan kehilangan Viola!” seru Dafa dengan penuh kemarahan.Gerald mengernyitkan keningnya. Fakta menghilangnya Viola hanya diketahui oleh orang-orang dalam ruang lingkup Gerald. Hal ini terjadi untuk meminimalisir masalah yang lebih besar di depannya. Terutama masalah keselamatan Viola dan janin
“Itu kontraksi palsu. Sepertinya, kelahiran penerusmu akan lebih cepat dari prediksi awalku,” ucap Evelin pada Gerald yang tengah mengamati Viola yang tampak tidur dengan tenang.Karena cemas dengan rasa sakit yang dirasakan oleh Viola, pada akhirnya dengan bantuan Bram, Evelin membawa Viola ke rumah sakit. Setelah memeriksa keadaannya secara saksama dengan peralatan medis lengkap, dan Evelin bisa bernapas lega saat dirinya tidak menemukan hal yang salam pada kandungan Viola. Hanya saja memang, jika sudah ada tanda kontraksi palsu seperti tadi, maka proses persalinan sudah dipastikan akan datang tidak lama lagi. Begitu Evelin selesai memeriksa, tak lama Gerald pun datang setelah meninggalkan pekerjaannya. Evelin yang melihat kedatangan itu tentu saja mengulum senyumnya. Rasanya sangat asing melihat Gerald yang memiliki seseorang yang menjadi prioritas dalam hidupnya. Viola benar-benar membawa dampak yang begitu besar bagi kehidupan Gerald.“Lalu apa y
Viola menatap pantulan dirinya sendiri pada cermin. Rasanya, tampilan Viola saat ini sangat berbeda daripada penampilannya beberapa bulan yang lalu, sebelum bertemu dengan Gerald. Tentu saja, setelah mengenyampingkan bahwa saat ini dirinya tengah hamil besar. Kehamilan Viola saat ini memang memasuki usia delapan bulan. Waktu memang terasa bergerak dengan begitu cepatnya setelah Viola mengetahui kehamilannya. Bukan hanya waktu yang berubah, tetapi Viola juga berubah. Tubuhnya memang semakin membengkak di kehamilannya yang menginjak usia delapan bulan ini. Namun, Viola sendiri merasa jika dirinya terlihat lebih bersih dan terawat. Kulitnya bahkan terasa sangat halus, dan semua kapalan yang berada di tangannya sudah menghilang.Tentu saja Viola sadar, jika ini tak terlepas dari bagaimana Gerald memperlakukannya. Setelah menikah dan mengetahui jika Viola hamil, Gerald benar-benar memanjakannya. Selain membelikan berbagai macam barang mewah yang sebenarnya tidak Viola inginkan, Ge