Dafa memukuli kemudi dengan emosinya yang meluap-luap. Ia benar-benar frustasi karena tidak bisa menyelematkan Viola. Dafa memang salah, jika saja tadi dirinya tidak lebih dulu meluapkan kemarahannya pada Ezra, ia masih memiliki peluang untuk menyelamatkan Viola. Ia melirik bar yang berada di seberang jalan. Sekarang sudah malam, dan bar tersebut sudah mulai ramai. Bar itu memang bukan hanya tempat bagi orang-orang menikmati minuman dan musik, tetapi ada layanan seks komersial yang menjadi penyumbang penghasilan terbesar bagi bar. Dafa sendiri sudah tahu masalah ini, tetapi Dafa berpikir dirinya tidak perlu mengusik usaha orang lain, selama dirinya tidak dirugikan. Sayangnya, tindakan Dafa itu malah membuat dirinya lebih rugi di lain hari.
“Sekarang apa yang harus aku lakukan?” tanya Dafa pada dirinya sendiri sembari menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi. Ia memejamkan matanya dan mengingat pembicaraannya dengan Flo.
“Aku sama sekali tidak mengatakan omong kosong, Tuan Dafa. Gadis manis bernama Viola itu memang sudah diincar oleh banyak pasang mata. Kau terlambat satu langkah, gadis itu sudah tidak lagi di sini. Seseorang sudah membawanya, tentu saja dengan nominal besar sebagai bayarannya,” ucap Flo sembari menyeringai.
Sontak Dafa dibuat marah dengan apa yang ia dengar. “Kau! Tindakanmu jelas illegal, Viola sama sekali tidak bersedia untuk dijual seperti itu, dan jelas aku bisa melaporkan tindakanmu ini sebagai upaya penjualan manusia. Pihak berwajib pasti akan menutup bar-mu ini,” ancam Dafa.
Flo kembali tertawa. “Benarkah? Itu tidak akan semudah yang kau pikirkan. Bar ini dilindungi oleh orang-orang berkuasa di kota ini. Tentu saja, dengan kau melapor ke polisi pun, kau tidak akan mungkin bisa melihat perbedaan. Yang ada, aku akan membuat hidup gadis itu semakin menderita. Aku tidak akan melepaskannya begitu saja,” ucap Flo mengancam balik.
Dafa terlihat begitu geram. Namun, ia berusaha untuk berpikir jernih. Flo ini adalah orang yang sudah berbisnis dalam waktu yang cukup lama, jadi Dafa tahu cara untuk menghadapinya. “Kalau begitu, hubungi orang yang sudah membawa Viola. Aku akan membayar dua—ah, tidak. Aku akan membayar tiga kali lipat dari nominal dia membayar,” ucap Dafa dengan getir. Sebenarnya ia tidak mau melakukan hal ini, karena merasa dirinya sudah merendahkan Viola dengan cara membayar dirinya. Namun, ini adalah cara satu-satunya bagi Dafa untuk menolong Viola.
“Sayangnya itu tidak bisa. Aku harus menyembunyikan identitas konsumenku, selain itu, aku juga tidak bisa membiarkan konsumen yang sudah menjadi langganan ini menjadi kecewa atas pelayananku. Jika kau ingin bertemu dengan gadis manis itu, dan ingin membelinya, kau harus bersabar. Tunggu hingga masa sewanya selesai.”
“Sialan!” maki Dafa lagi mengingat perkataan Flo yang benar-benar merendahkan Viola dan tidak menganggap Viola sebagai manusia, tetapi sebagai barang yang bisa disewa atau diperjualbelikan.
Dafa membuka matanya lalu menatap ponselnya yang terus saja bergetar tanda ada orang yang meneleponnya. Nama Farrah terpampang jelas di sana. Sejak siang, Farrah memang berusaha untuk menghubunginya, tetapi Dafa enggan untuk menerima telepon tersebut. Benaknya saat ini hanya dipenuhi oleh Viola, ia harus memikirkan cara bagaimana dirinya bisa menolong gadis satu itu. Dafa terdiam cukup lama sebelum teringat seseorang yang kemungkinan bisa memberikan bantuan untuk mencari keberadaan Viola saat ini.
Dafa menolak telepon Farrah dan menghubungi seseorang. Begitu sambungan telepon diangkat, saat itulah Dafa berkata, “Bantu aku. Jangan cemaskan biayanya, aku akan membayarmu dengan jumlah yang besar.”
***
Hening yang terasa begitu mencekam bagi Viola. Rasanya, air matanya sudah kering. Ia tidak bisa menangis lagi, meskipun tahu hal apa yang akan terjadi padanya. Viola merasakan dadanya sesak mengingat apa yang ia dengar di bar. Sudah dipastikan jika saat ini dirinya sudah dijual oleh pemilik bar, karena dirinya adalah jaminan yang digunakan oleh Ezra saat meminjam uang. Sebelumnya, Viola dimandikan dan didandani sedemikian rupa hingga tampil begitu berbeda dengan gaun seksi yang belum pernah Viola kenakan seumur hidupnya.
Setelah itu, Viola dibuat kembali tidak melihat apa pun dengan kain yang menutupi matanya, dan tidak bisa menjerit atau pun meminta tolong karena mulutnya ditutupi oleh sesuatu yang tidak Viola ketahui. Viola dibuat tidak sadarkan diri. Setelah sekian lama, barulah Viola terbangun di tempat yang gelap ini, tanpa bisa melihat apa pun karena ruangan yang tampak begitu gelap. Namun, Viola bisa merasakan jika ruang di mana dirinya tengah berada ini cukup lembab, dan pengap.
Sudah dipastikan jika Viola tidak berada di ruangan mewah atau luas. Apa mungkin Viola dikurung di gudang? Viola pikir itu memang sangat mungkin, mengingat statusnya saat ini. Di tengah kesibukan Viola memikirkan apa yang akan terjadi selanjutnya, Viola dikejutkan dengan sura jeritan wanita yang tampak dipenuhi oleh rasa sakit. Viola jelas tersentak dan segera meringkuk ketakutan. Dengan posisi dirinya yang tengah berada di tengah ruangan gelap, tidak ada banyak hal yang bisa Viola lakukan.
Meskipun merasa takut, Viola pun berusaha untuk menajamkan pendengarannya. Suara jeritan kesakitan wanita itu terdengar begitu dekat dengan Viola. Namun, Viola rasa jika di dalam ruangan di mana dirinya berada ini, hanya ada dirinya. Lalu, di mana wanita itu berada? Viola yakin, jika dirinya bisa mengamati dengan baik, ia bisa menemukan petunjuk dan bisa melarikan diri dari tempat yang tidak Viola ketahui ini.
Viola merinding saat mendengar suara jeritan yang sebelumnya ia dengar, berubah menjadi suara erangan yang terasa aneh di telinganya. Viola sudah menginjak usia dewasa, tahun ini dirinya akan tepat berusia dua puluh tahun, dan tentu saja kali ini Viola bisa menebak dengan tepat, apa yang terjadi pada wanita itu hingga mengerang dan mendesah seperti itu.
Itu suara yang ditimbulkan ketika berhubungan intim. Sebenarnya, bagi gadis seusia Viola, seks bukanlah hal yang tabu. Bahkan sangat penting bagi gadis seusianya untuk mempelajari edukasi seks agar bisa melindungi diri dan menjaga masa depan mereka agar lebih baik, tetapi situasi saat ini sama sekali bukan waktu yang tepat bagi Viola untuk merasa tenang mendengar suara itu. Viola takut jika dirinya akan menjadi salah satu dari para wanita yang mengerang dan mendesah seperti itu. Viola tidak mau. Viola hampir terisak saat dirinya sudah tidak lagi mendengar suara erangan, dan digantikan dengan dua langkah kaki yang mendekat. Tak lama, Viola mendengar suara pintu besi tua yang terbuka dan menimbulkan suara yang mengerikan.
“Apa saya perlu menghidupkan penerangannya, Tuan?”
Viola mengenali suara itu. Jelas, itu adalah suara pria yang membelinya pada pemilik bar. Viola semakin meringkuk saat mendengar suara pria lain yang terdengar begitu rendah dan mengerikan di telinganya. “Tidak perlu. Melihat tubuh telanjang wanita di tengah kegelamapan, adalah kelebihanku. Dan bukankah terasa sangat menyenangkan melihatnya meringkuk ketakutan seperti ini?”
Viola bergetar saat mendengar suara langkah kaki yang mendengar disusul dengan aroma khas laki-laki yang jelas belum pernah Viola temui sebelumnya. Sedetik kemudian, Viola merasakan rahangnya dicengkram dengan erat. Viola bisa merasakan embusan napas yang menerpa wajahnya, ada sedikit aroma tembakau yang tidak Viola sukai yang tercium dari embusan napas tersebut. Namun, lebih dari itu Viola ketakutan setengah mati karena sama sekali tidak bisa melihat apa pun.
Hal itu membuat Viola tidak bisa mengendalikan tubuhnya yang secara alami bergetar lebih hebat daripada sebelumnya. Sedetik kemudian, Viola mendengar suara rendah yang menyeramkan itu berkata, “Hidupkan lampunya. Sepertinya, dia ingin melihat siapa orang yang kini berkuasa atas dirinya.”
Lalu, sedtik kemudian lampu temarah dihidupkan. Namun, lampu tersebut tidak terlalu membantu Viola. Lampu itu bersinar kekuningan dengan cayaha yang redup. Viola perlu mengedipkan matanya berulang kali, sebelum bisa melihat dengan jelas. Lalu saat itulah, Viola bertemu tatap dengan sosok pemilik netra tajam yang begitu indah. Sayangnya, pemilik netra indah itu menyeringai dan memuat Viola merasa semakin ketakutan. “Persiapkan dirimu, aku akan mengambil apa yang harus aku ambil darimu,” ucap pria itu sebelum mencium bibir Viola dan mengulumnya dengan kasar.
“Apa kau sudah menemukannya?” tanya Dafa pada temannya yang tengah menarikan jemarinya di atas keyboard laptop.Teman Dafa berdecak karena jengkel dengan ketidaksabaran Dafa. “Hei, aku ini Alex, memangnya apa yang tidak bisa aku lakukan? Sekarang lebih baik kau diam, sementara aku bekerja,” ucap Alex—teman Dafa—memberikan peringatan pada Dafa.Tentu saja Dafa memilih untuk diam seperti apa yan
Viola terbangun dan kembali berada di ruangan pengap yang lembab. Namun, kali ini ruangan tidak terlalu gelap seperti sebelumnya. Viola tersentak dan segera memeriksa tubuhnya dan sama sekali tidak melihat hal yang aneh, dan bisa memastikan jika dirinya belum disentuh sama sekali. Hanya saja, gaun yang dikenakan olehnya sudah raib, dan kini tersisa sepasang pakaian dalam mini yang sebelumnya belum pernah Viola kenakan. Wajah Viola memerah, entah dirinya harus bersyukur atau tidak atas situasinya saat ini. Gadis satu itu pun menghela napas panjang. Namun jika dipikirkan lebih saksama, rasanya ia patut bersyukur. Jika dirinya tidak pingsan saat dicium dengan kasar, sepertinya Viola tidak akan bisa selamat seperti ini.
“Ya, marahlah padaku. Lalu maki aku dengan suara manismu itu. Karena selanjutnya, aku hanya akan membuatmu mendesah karena merasakan kenikmatan yang belum pernah kau rasakan,” ucap Gerald lalu mulai mencumbu Viola. Tamat sudah, Viola benar-benar diterkam oleh predator.Viola yang sama sekali tidak memiliki pengalaman dalam hubungan dengan lawan jenis, apalagi dalam berhubungan seks tentu saja tidak bisa mengimbangi serangan Gerald. Ia bahkan tidak bisa mencuri napas saat Gerald menciumnya dengan ganas, untungnya Gerald masih memiliki sedikit kebaikan hingga dirinya melepaskan ciuman tersebut guna memberikan kesempatan pada Viola untuk mengisi paru-parunya dengan oksigen. Tentu saja, salah satu tangan Gerald masih sibuk menggoda bagian intim Viola yang mulai bereaksi sesuai dengan harapan Gerald. Ia menyeringai saat melihat Viola yang menggeliat berusaha menjauhkan dirinya dari sentuhan ahlinya.
Viola mengedipkan matanya, tetapi tidak berusaha untuk bergerak dari posisinya saat ini. Masih seperti sebelumnya, setiap membuka mata Viola masih saja berada di ruangan pengap yang terasa lembab ini. Tanpa cahaya matahari, tanpa bisa ke luar dan mengetahui keadaan sekitar, Viola hanya bisa menghitung hari dari makanan yang ia terima secara rutin tiap harinya. Tentu saja, Viola masih memiliki asa untuk melarikan diri dari tempat mengerikan ini. Namun, tubuh Viola terasa begitu lemah. Setiap harinya, Viola selalu dientuh oleh Gerald yang seganas predator memangsa targetnya. Dua hingga tiga jam setelah Viola selesai makan malam, Gerald selalu datang dan membuat Viola begadang melayani Gerald di atas ranjang.
Farrah menghidangkan bubur untuk Ezra yang tampak begitu kehilangan semangatnya. Farrah yang melihat hal itu menghela napas panjang. Farrah menyisir rambutnya yang terawat dengan jemari lentiknya dan berkata, “Makanlah. Setidaknya, kau harus bertahan hidup selama Dafa berusaha untuk mencari cara membawa Viola kembali.”Ezra pun mengambil sendok dan mulai makan dalam diam. Farrah mengamati sebelum bertanya, “Apa Dafa sudah menghubungimu?”Ezra menjawab dengan sebua
Viola memuntahkan semua makanan yang sudah ia makanan yang sudah ia makan. Meskipun Viola tahu jika makan adalah cara untuk bertahan hidup, tetapi perut Viola sama sekali tidak bisa diajak bekerjasama. Denga mudahnya, perut Viola bergejolak dan memaksanya untuk memuntahkan semua makanan yang sudah ia santap. Viola mengerang saat berusaha untuk menguras isi perutnya. Ia dengan susah payah bangkit dan melangkah ke luar dari kamar mandi. Viola pun berbaring di atas ranjang dan memilih untuk memejamkan matanya, ia berpikir jika tidur bisa sedikit mengurangi rasa tidak nyaman yang menyerang sekujur tubuhnya ini. Viola meringkuk mencari posisi paling nyaman untuk tidur dan memulihkan dirinya. Tidak memerlukan waktu terlalu lama, Viola pun terlelap.
“Silakan, Nona,” ucap seorang pelayan yang menyajikan makan siang untuk Viola.Saat ini, kondisi Viola sudah jauh lebih baik. Alih-alih tinggal dikurung di dalam ruang pengap yang lembab, Kini Viola berada di dalam kamar yang mewah dan luas. Jelas ruangan ini jauh lebih baik daripada ruangan sebelumnya. Makanan yang datang tiap waktu makan juga lebih bervariasi dan rasanya lebih mudah untuk dicerna oleh Viola. Selain itu, Viola kini tidak berada dalam kondisi setengah telanjang karena hanya mengenakan pakaian dalam saja. Meskipun hanya diberikan gaun tidur, tetapi itu lebih baik daripada hanya mengenakan pakaian dalam saja. Setidaknya, pakaian ya
“Sepertinya, Dafa sudah lebih tenang. Akhir minggu ini, mari kita bertemu bersama. Tentu saja, jika kita bekerja sama, akan lebih mudah untuk mencari solusi dari masalah ini,” ucap Farrah pada Ezra yang duduk di seberangnya. Kali ini, seperti biasanya Farrah datang mengunjungi Ezra. Tentu saja untuk memastikan jika Ezra tidak lagi membuat ulah. Meskipun sebenarnya Farrah yakin jika Ezra tidak akan lagi membuat kesalahan yang tentunya hanya akan membuat dirinya semakin berada dalam situasi yang sulit.Ezra yang mendengar hal itu tentu saja merasa cukup lega. Semenjak Dafa tahu jika Viola terlibat masalah karena kesalahan yang sudah ia perbuat,