“Silakan, Nona,” ucap seorang pelayan yang menyajikan makan siang untuk Viola.
Saat ini, kondisi Viola sudah jauh lebih baik. Alih-alih tinggal dikurung di dalam ruang pengap yang lembab, Kini Viola berada di dalam kamar yang mewah dan luas. Jelas ruangan ini jauh lebih baik daripada ruangan sebelumnya. Makanan yang datang tiap waktu makan juga lebih bervariasi dan rasanya lebih mudah untuk dicerna oleh Viola. Selain itu, Viola kini tidak berada dalam kondisi setengah telanjang karena hanya mengenakan pakaian dalam saja. Meskipun hanya diberikan gaun tidur, tetapi itu lebih baik daripada hanya mengenakan pakaian dalam saja. Setidaknya, pakaian yang dikenakan oleh Viola bisa melindunginya lebih lama dari serangan Gerald. Bisa dikatakan jika Viola berada dalam kondisi yang lebih baik daripada sebelumnya.
Namun, Viola sama sekali tidak bisa bernapas lega. Meskipun dirinya bisa tinggal di kamar yang mewah, mengenakan gaun tidur mahal, hingga menyantap hidangan lezat, tetapi ada harga yang perlu dibayar oleh Viola. Pergerakan Viola benar-benar dibatasi. Salah satu kakinya terikat dengan rantai, yang hanya akan dilepas dua kali sehari, tepat saat waktunya Viola masuk ke dalam kamar mandi. Rantai itu membuat Viola sama sekali tidak bisa meninggalkan ranjang. Mungkin benar, kondisinya jauh lebih baik, dan Gerald pun tidak pernah datang untuk menyentuhnya, tetapi apa bedanya kondisi Viola saat ini dengan kondisinya sebelumnya?
Viola menggigit bibirnya. Merasa begitu terhina. Setelah menyentuhnya sesuka hati, kini Gerald pun memperlakukannya seperti hewan peliharaan yang harus diikat dan dipastikan tidak melarikan diri. Viola memilih untuk mengabaikan makan siangnya dan menatap pemandangan yang ditampilkan oleh dinding kaca di hadapannya. Pelayan yang ditugaskan untuk mengatarkan makanan untuk Viola, terlihat cemas. Ia ditugaskan untuk memastikan Viola makan makanannya. Jika sampai Gerald tahu jika Viola tidak makan, maka dirinya yang akan mendapatkan hukuman.
Karena itulah, si pelayan pun melangkah maju dan berkata, “Sebaiknya, Nona segera menghabiskan makananya. Meskipun Tuan tidak terlihat mengunjungi Nona, tetapi ia selalu memeriksa kondisi Nona termasuk apakah Nona menghabiskan makanan Nona. Sekarang, meskipun Tuan masih berada di luar kota, ia pasti akan memeriksa seperti biasanya. Jadi, silakan makan makanannya, Nona.”
Terhitung sudah satu minggu, Viola tinggal di kamar ini. Tidak pernah sekali pun Gerald datang mengunjunginya, karena memang ia berada di luar kota untuk masalah bisnis. Itu jauh lebih baik bagi Viola. Karena jika bisa, Viola bahkan tidak ingin lagi bertemu dengan Gerald. Viola yang mendengar hal itu hanya bergumam, “Aku tidak lapar.”
Pelayan itu pun terlihat kesal. Ia melangkah lebih mendekat pada Viola yang masih duduk di tepi ranjang dan menatap ke luar dinding kaca. Pelayan itu sedikit menundukkan kepalanya dan berbisik, “Jangan bertingkah. Kau pikir, dengan aku yang menyebutmu sebagai Nona, posisimu jauh lebih tinggi dariku? Kau hanya boneka yang ke depannya akan menjadi budak seks dari Tuan. Jadi, tunjukan rasa terima kasihmu dengan bersikap sebagai semestinya. Kau beruntung karena mendapatkan belah kasih dari Tuan.”
Rupanya, bisikan itu berhasil membuat Viola bereaksi. Ia pun melirik wanita pelayan itu dan tersenyum tipis. “Jika kau pikir, posisiku saat ini patut untuk mengucapkan terima kasih, bagaimana jika kau lebih dulu merasakan posisi ini?” tanya Viola penuh arti lalu menarik mangkuk keramik sup hangat di atas nampan dan menghantamkannya pada kepala pelayan itu.
Tentu saja, pelayan yang tidak menebak hal itu terlambat bereaksi dan tersungkur dengan kepala berlumuran darah. Viola menatapnya dengan sorot gelap, tanda jika Viola benar-benar sudah berada di ambang putus asanya. Viola segera melepaskan semua seragam pelayan itu, dan melepaskan rantai yang mengikat kakinya dengan kunci yang berada di saku pelayan itu. Sembari mengenakan seragam pelayan, Viola bergumam, “Karena kau berpikir, posisiku itu sangat beruntung, maka silakan tempati posisiku yang menurutmu mendapatkan belah kasih dari tuanmu.”
Selama satu minggu ini, Viola memang tidak melakukan sesuatu yang mencurigakan. Ia berperilaku tenang dan patuh atas semua perintah Gerald, walaupun Gerald tidak berada di sana. Saat tahu jika Gerald tidak ada di rumahnya, Viola pun bertekad untuk melarikan diri. Setelah hampir satu minggu mengamati sekelilingnya, Viola menemukan celah. Dan hari ini, Viola pun memilih untuk mengambil kesempatan yang mempertaruhkan hidupnya. Viola akan melarikan diri, dengan semua rencana yang tersusun apik di dalam kepalanya. “Aku sama sekali tidak akan pernah kembali ke sarang monster ini.”
***
Tepat pukul tujuh malam, Gerald tiba di kediamannya. Tanpa berbasa-basi, Gerald segera melangkah menuju kamar di mana Viola berada. Sebenarnya, Gerald sudah memasang kamera pengawas di dalam kamar ini, tetapi Gerald merasa ingin melihat Viola secara langsung setelah satu minggu ini dirinya harus disibukkan dengan pekerjaannya di luar kota. Gerald sebenarnya agak kesal karena begitu Viola sembuh, Gerald tidak bisa bersenang-senang dengan perempuan satu itu. Padahal, Gerald sudah menahan diri untuk tidak menyentuh wanita mana pun dan menunggu Viola benar-benar sehat. Tentu saja, hal itu membuat suasana hati Gerald memburuk. Bram sendiri menyarankan Gerald untuk menyentuh wanita lain saja, sayangnya Gerald seakan-akan kehilangan rasa. Ia tidak tertarik untuk menyentuh wanita lain.
Bram membukakan pintu kamar Viola yang terkunci. Begitu terbuka, kamar itu gelap. Gerald menghidupkan lampu, dan melangkah menuju ranjang di mana seorang wanita tengah berbaring memunggungi Gerald. Dengan kasar, Gerald menyentuh bahu wanita itu untuk membangunkannya. Namun, Gerald seketika marah saat mendapati jika wanita itu bukanlah Viola, melainkan seorang pelayan yang ditugaskan untuk melayani Viola. Pelayan itu berpakaian seperti Viola, da nada luka pada kepalanya. Pelayan itu masih bernapas, tetapi tampaknya kehilangan cukup banyak darah membuatnya tidak sadarkan diri dalam waktu yang lama, apalagi tidak segera mendapatkan penanganan yang tepat.
“Sialan!” maki Gerald.
Bram yang mendengar hal itu segera mendekat pada tuannya dan bertanya, “Ada apa, Tuan?”
“Apa kau buta? Lihat! Wanita itu melarikan diri!” seru Gerald dengan geram.
“Dia benar-benar tidak tahu diuntung,” ucap Gerald lalu melangkah ke luar dari kamar tersebut.
Tentu saja, Gerald harus memberikan hukuman pada para pelayan dan pengawal yang membiarkan Viola melarikan diri begitu saja. Secara kasar, saat ini Gerald bisa membaca apa yang sudah dilakukan oleh Viola hingga bisa melarikan diri dan melewati para pengawal. Viola menyamar menjadi salah satu pelayan. Namun, Gerald rasa jika hal itu tidak bisa menjadi alasan bagi para pengawal dan pelayan untuk bertindak bodoh serta melewatkan hal penting seperti ini. Gerald berdiri di tengah aula tengah kediaman mewahnya dan berteriak memanggil semua bawahannya. Bram yang tahu jika ada hal buruk yang akan terjadi, hanya bisa menghela napas lelah dalam hati dan berdiri di samping Gerald.
Tak membutuhkan waktu lama, kini para pelayan dan pengawal sudah berbaris di hadapan Gerald yang terlihat begitu marah. Gerald menguarkan aura mengerikan yang rasanya bisa membuat siapa pun yang berhadapan dengannya berlutut dengan mudahnya. Semua bawahan Gerald menunduk dalam, walaupun mereka sendiri belum mengetahui kesalahan apa yang sudah membuat sang tuan marah besar seperti ini. “Aku sepertinya sudah terlalu lunak pada kalian, dan membuat kalian bertingkah bodoh. Karena kalian sudah membiarkan wanita itu melarikan diri, maka aku tidak akan membiarkan kalian begitu saja. Datangi Bram, dan minta hukuman cambukkan dua puluh kali untuk para pelayan, dan pukulan sebanyak dua puluh kali untuk para pengawal. Lalu, setelah itu kalian akan bekerja di kebun anggur,” ucap Gerald lalu melangkah pergi begitu saja.
Para pelayan dan pengawal yang mendengar hal itu meluruh begitu saja. Ini hukuman yang berat. Bekerja di kebun anggur bukan hal yang mudah. Tentu saja, bekerja dengan mengurus kediaman milik Gerald yang luas ini terasa lebih baik daripada harus mengurus kebun anggur. Namun, mereka sama sekali tidak bisa mengeluhkan apa pun, mengingat kesalahan yang sudah disebutkan Gerald sebelumnya. Bram sendiri segera mengikuti Gerald dan berkata, “Kalau begitu, saya akan menemui Flo dan memintanya untuk mencari Viola, atau mencarikan wanita untuk menggantikannya.”
Gerald menggeleng. Tanpa menghentikan langkahnya, Gerald berkata, “Aku tidak mau pengganti, dan aku pun tidak mau siapa pun untuk mencarikan wanita itu.”
Bram yang mendengar hal itu tentu saja merasa bingung. Ia jelas mengenal siapa tuannya, dan rasanya reaksinya saat ini sangat berbeda dengan bayangannya. Bram mungkin tidak melihat, tetapi saat ini Gerald menyeringai dengan begitu menyeramkan sebelum berkata, “Karena aku sendiri yang akan berburu. Berburu peliharaanku yang baru saja melarikan diri. Ini pasti akan menjadi waktu perburuan yang sangat menyenangkan.”
“Sepertinya, Dafa sudah lebih tenang. Akhir minggu ini, mari kita bertemu bersama. Tentu saja, jika kita bekerja sama, akan lebih mudah untuk mencari solusi dari masalah ini,” ucap Farrah pada Ezra yang duduk di seberangnya. Kali ini, seperti biasanya Farrah datang mengunjungi Ezra. Tentu saja untuk memastikan jika Ezra tidak lagi membuat ulah. Meskipun sebenarnya Farrah yakin jika Ezra tidak akan lagi membuat kesalahan yang tentunya hanya akan membuat dirinya semakin berada dalam situasi yang sulit.Ezra yang mendengar hal itu tentu saja merasa cukup lega. Semenjak Dafa tahu jika Viola terlibat masalah karena kesalahan yang sudah ia perbuat,
“Viola sudah minum obatnya?” tanya Farrah pada Ezra yang kembali ke dapur dengan nampan berisi mangkuk kosong.“Sudah, sekarang dia sudah tidur,” jawab Ezra.Keduanya lalu duduk di meja makan dan berbincang mengenai Viola. “Kamu masih belum menghubungi Dafa mengenai kepulangan Viola, bukan?” tanya Farrah.
Dafa menatap gelas kristal berisi cairan keemasan yang berada di hadapannya. Ia tampak larut dalam pikirannya sendiri dan tempak terlalu tenang untuk seukuran seorang pria muda yang tengah berada di club malam. Tentu saja Dafa berbeda dengan teman-temannya yang lain yang kini menggila di lantai dansa. Mereka menari mengikuti hentakkan musik, hingga tertawa dengan para wanita bayaran yang menemani mereka mala mini. Sebenarnya, Dafa tidak terlalu dekat dengan teman-temannya itu. Namun, Dafa berusaha untuk mendekati mereka untuk mengorek informasi mengenai wanita-wanita yang dijual oleh Flo. Teman-teman Dafa juga adalah pelanggan tetap di bar Flo, yang artinya mereka memiliki beberapa informasi yang bisa menguntungkan bagi Dafa.
“Jangan merasa tidak nyaman. Pakai pakaian yang sudah aku belikan, dan makan apa pun yang ingin kamu makan. Hanya saja, untuk saat ini jangan ke luar dari kamarmu. Kita tidak tahu apa yang akan dilakukan oleh kakakmu, dan orang-orang dari bar Flo,” ucap Dafa sembari meletakkan beberapa kantung belanja berisi pakaian dan beberapa peralatan pribadi yang tentu saja dibutuhkan oleh Viola selama tinggal di hotel.Ini adalah hari kedua Viola tinggal di hotel yan
“Tidak ada hal mencurigakan yang terjadi semalam, bukan?” tanya Dafa pada staf hotel yang ia tugaskan untuk mengawasi unit yang ditinggali oleh Viola.“Tidak ada, Tuan. Tapi saya belum mengantarkan sarapan, Nona tadi malam sudah berpesan pada saya untuk mengantarkan sarapan saat Tuan tiba. Sepertinya, Nona ingin sarapan bersama dengan Tuan Dafa,” ucap staf hotel yang dipercaya oleh Dafa tersebut.Mendengar ucapa staf hotel itu, Dafa pun tidak bisa menahan sudut bibirnya yang terangkat. Tentu saja, Dafa merasa sangat senang. Padahal, Dafa berusaha untuk tidak mengharapkan cinta Viola, apalagi setelah tahu hal buruk yang terjadi pada gadis itu. Bukan karena Dafa merasa jijik setelah mengetahui kebenaran bahwa Viola sudah disentuh oleh pria lain, tetapi lebih karena Dafa tahu jika Viola bisa saja merasa trauma dengan hubungan yang melibatkan perasaan antar lawan jenis. Dafa berniat untuk membuat Viola terbiasa dengannya, dan mendekatinya secara per
Setelah puas mencium Viola, Gerald pun melepaskan ciumannya dari perempuan satu itu. Gerald tampak puas saat melihat bibir Viola yang membengkak. Tampak merekah indah dan mengundang Gerald untuk kembali memberikan ciuman yang sama panasnya seperti sebelumnya. Namun, ini belum saatnya. Gerald memiliki sebuah rencana lain untuk bersenang-senang dengan Viola. Hanya saja, untuk saat ini Gerald harus membuat Viola mengisi energinya terlebih dahulu. Viola harus makan, agar bisa bersenang-senang dengan benar nantinya. Gerald mengambil nampan dan memilih untuk menyuapi Viola. Tentu saja, hal itu membuat Viola membulatkan matanya. “A, Apa?” tanya Viola.“Makan,” perintah Gerald singkat dengan memberikan tatapan tajam pada Viola.Tentu saja, hati Viola memberontak dan tidak ingin menerima suapan tersebut. Rasanya Viola ingin mnepis nampan berisi makanan tersebut, serta membuat kekacauan. Namun, saat ini Viola bahkan masih bisa melihat senjata api yang Ger
“Katakan, di mana Viola?” tanya Dafa sembari mencengkram leher Ezra. Pria itu tampak terengah-engah karena baru saja kembali berengkar dengan Ezra, bahkan berkelahi dengan hebatnya.Farrah juga ada di sana, dan tampak begitu cemas dengan keadaan Dafa. Tidak seperti sebelumnya, kini Ezra melawan balik dan membuat Dafa sama babak belurnya dengan dirinya. Farrah sama sekali tidak peduli dengan keadaan Ezra, tetapi Farrah begitu cemas dengan keadaan Dafa. Rasanya, jika saja Dafa tidak mengajak mereka bertemu bertiga, Farrah sama sekali tidak mau lagi bertemu dengan Ezra. Karena bagi Farrah, Ezra adalah biang masalah yang sudah membuat hubungannya dengan Dafa semakin renggang. Jika saja sejak awal Ezra tidak membuat masalah, Farrah sama sekali tidak akan berakhir seperti ini dengan Dafa.Kini, Dafa memperlakukan Farrah dengan sangat dingin. Semua telepon Farrah sama sekali tidak pernah Dafa angkat. Pesan yang dikirimkan oleh Farrah juga tidak pernah dibalas oleh
“Dafa!”Meskipun mendengar teriakan itu, Dafa sama sekali tidak berniat untuk menghentikan langkahnya. Saat ini, Dafa tengah berada di salah satu perusahaan ayahnya. Meskipun sibuk karena harus mencari informasi mengenai hilangnya Viola, tetapi Dafa tidak meninggalkan tanggung jawabnya sebagai salah satu manager muda di perusahaan keluarganya. Tidak seperti anak orang kaya lainnya, Dafa tidak langsung mendapatkan posisi tinggi, tetapi memilih untuk memulai bekerja dari posisi rendah. Semua usaha dan kemampuannya berhasil membuatnya duduk di posisi manager di usianya yang masih muda tersebut.“Dafa, aku mohon, beri aku waktu untuk menjelaskan,” ucap Farrah sekali lagi dan membuat Dafa pada akhirnya menghentikan langkahnya.Dafa menatap Farrah dan berkata, “Kita bicara di kafe depan.”Pada akhirnya, keduanya duduk di meja yang berada di sebuah kafe yang terleltak di seberang gedung perusahaan di mana Dafa bekerja
"Ibu, Malvin ingin piknik," ucap Malvin yang sudah berusia lima tahun sembari bermanja di atas pangkuan sang ibu.Viola yang mendengar hal itu tersenyum dan mengangguk. "Kita akan piknik. Tapi, Malvin mau berjanji sesuatu pada Ibu terlebih dahulu?" tanya Viola.Malvin lalu duduk dengan tenang di atas pangkuan Viola yang tengah duduk sembari bersandar di ruang bersantai. "Janji apa, Ibu?" tanya Malvin."Malvin mau janji untuk bersikap lebih baik pada teman-teman Malvin di kelompok bermain?" tanya Viola sembari tersenyum dan mengusap kening putranya yang tumbuh tampan serta cerdas.Malvin yang mendengar hal itu mengernyitkan keningnya. Ia jelas tidak mau berjanji, karena ia sama sekali tidak menyukai teman-temannya yang berada di kelompok bermain. Tentu saja, hal itu bisa terbaca dengan mudah oleh Viola. Namun, Viola sama sekali tidak berkata apa pun. Ia mengamati putranya dalam diam, membiarkannya untuk mempertimbangkan jawaban seperti apa yang akan ia berikan padanya. Malvin ini meman
"Apa kepalamu sudah tidak apa-apa?" tanya Viola pada Evelin yang saat ini tengah menatap gemas pada Malvin.Kini keduanya tengah berada di taman kediaman Dalton yang indah. Viola memang sengaja membawa Malvin ke luar ruangan untuk menikmati waktu berjemur. Malvin malah terlihat bergaya dengan kacamata hitam yang ia kenakan. Bayi itu tampak tertidur lelap dalam pelukan Viola, seolah-olah tidak peduli dengan apa yang terjadi di sekitarnya. Hal itulah yang membuat Evelin yang melihat Malvin merasa begitu gemas padanya. Namun, Evelin tahu jika dirinya tidak boleh mengganggu tidur si bayi tampan. Evelin menatap Viola dan mengangguk. "Lukanya sudah benar-benar sembuh. Tapi aku masih dianjurkan untuk istirahat. Aku tidak bisa mengoperasi sebelum lolos evaluasi yang memastikan jika semua sarafku baik-baik saja," ucap Evelin.Tentu saja Viola yang mendengarnya merasa sangat bersyukur, tetapi di sisi lain juga merasa sangat bersalah. Karena Evelin tidak akan mendapatkan luka seperti itu jika ti
"Apa kau tengah memikirkan pria bodoh itu?" tanya Gerald saat menarik pinggang Viola lebih mendekat padanya. Saat ini, keduanya tengah berada di atas ranjang, setelah memburu kenikmatan duniawi. Dokter memang sudah memberikan izin pada Gerald untuk menyentuh Viola, mengingat Viola sudah benar-benar pulih setelah persalinannya. Tentu saja, Gerald sama sekali tidak membuang waktu dan segera meminta jatah dari istrinya itu. Setelah sekian lama berpuasa, Gerald agaknya lupa diri dan menahan Viola semalaman di atas ranjang. Untungnya, Malvin sama sekali tidak terbangun sepanjang malam. Seakan-akan Malvin tahu jika sang ayah perlu mendapatkan jatah untuk dimanjakan oleh sang ibu. Viola yang mendengar pertanyaan itu tentu saja mengernyitkan keningnya. Tanpa berbalik, Viola yang masih dipeluk oleh Gerald segera bertanya, "Apa maksudmu?"Mendengar pertanyaan Viola, Gerald pun kesal. Ia menari Viola untuk berbaring terlentang dan menangkangi Viola sembari menatapnya tajam. "Jadi, benar? Kau me
Viola selesai menyusui Malvin. Ia menciumi Malvin yang sudah kembali tidur dengan begitu gemas, sebelum menyerahkan Malvin pada perawat yang bertugas untuk membawa Malvin kembali ke ruang observasi. Malvin memang sudah tidak lagi harus berada di dalam incubator. Namun, kondisinya masih belum memungkinkan untuk meninggalkan rumah sakit. Dokter harus mengawasi dan memerika kondisinya, setidaknya untuk tiga hari ke depan. Begitu para perawat pergi dengan membawa Malvin, Viola sudah menatap Gerald dan Bram yang sejak tadi hanya saling berbisik, tanda jika pembicaraan mereka tidak boleh diketahui oleh Viola. Bram memang memasuki ruang rawatnya tepat Viola selesai menyusui Malvin.Baru saja Viola akan mengeluh, seseorang yang tak terduga datang ke ruangan tersebut. Orang tersebut tak lain adalah Dafa yang duduk di kursi roda, dan Dani yang mendorong kursi tersebut. Viola terlihat sangat terkejut dengan kondisi Dafa yang memang belum sehat sepenuhnya. Gips bahkan masih membalut tangannya. Ge
Dafa membuka matanya dan disambut dengan pemandangan di mana ibunya menangis dan ayahnya yang berusaha untuk menenangkan istrinya. Dafa pun mengalihkan pandangannya ke sekitar ruangan di mana dirinya berada, dan yakin jika kini dirinya tengah berada di rumah sakit. Sedetik kemudian, Dafa pun meringis merasakan sakit pada tubuhnya. Lalu Dafa pun mengingat kejadian menegangkan saat dirinya membantu upaya penyelamatan Viola. Ia sengaja menghentikan mobilnya tepat di tengah jalan yang akan dilalui oleh Farrah dan Ezra. Karena itu adalah satu-satunya cara menghentikan mereka. Dafa tidak peduli walaupun dirinya harus mengorbankan dirinya. Hal yang ia pikirkan adalah keselamatan Viola."Sayang, kau sudah sadar? Astaga, Dani panggilkan dokter," ucap Gina panik meminta suaminya untuk segera memanggilkan dokter.Saat ini, kondisi Dafa memang sangat memprihatikannya. Karena kecelakaan itu, separuh tubuhnya terhimpit oleh badan mobil yang ringsek. Tulang rusuk dan tangannya patas, dan salah satu k
“Dapat!” seru seseorang yang sebelumnya berkutat dengan komputernya dengan penuh konsentrasi.Gerald yang mendengar hal itu segera meminta orangnya untuk mengirimkan apa yang ia dapat pada ponselnya. Bram segera berlari menyiapkan mobil dan pasukan, sementara Dafa masih merasa takjub dengan apa yang ia lihat. Ia tidak menyangka jika Gerald benar-benar sangat jauh dari jangkauannya. Selain kaya raya dan memiliki kekuasaan yang terbantah, ternyata Gerald juga memiliki basis pertahanan internet yang sangat kuat.Gerald memiliki puluhan ahli dalam bidang data dan internet yang pantas saja dahulu Dafa kesulitan untuk menemukan keberadaan Viola. Bahkan, Alex yang dimintai bantuan oleh Dafa hingga saat ini tidak pernah terlihat lagi setelah memberikan peringatan pada untuk tidak mengusik orang yang berada di balik semua kejadian yang menyulitkan itu.Dafa pun mengikuti langkah orang-orang yang mulai berpacu dengan waktu. Persembunyian Farrah sudah ditemukan
Dafa memasuki ruang kerja Gerald dengan paksa, setelah melewati para pengawal di perusahaan Gerald yang memang menahannya untuk tidak masuk ke dalam perusahaan tersebut. Namun, Dafa sendiri tengah larut dalam kemarahannya hingga bisa melewati semua lapisan keamanan. Gerald yang melihat Dafa memasuki ruang kerjanya, segera menghela napas kasar dan menatap tajam pada Dafa. “Apa kau mencari mati?” tanya Gerald dengan dingin pada Dafa.Dafa berusaha untuk menyerang Gerald. Namun, Bram yang berada di sana, segera menghalau dan bahkan meringkus Dafa dengan mudahnya. “Kau! Aku sudah mundur karena berpikir jika Viola hidup bahagia denganmu! Tapi lihat, kini kau bahkan kehilangan Viola!” seru Dafa dengan penuh kemarahan.Gerald mengernyitkan keningnya. Fakta menghilangnya Viola hanya diketahui oleh orang-orang dalam ruang lingkup Gerald. Hal ini terjadi untuk meminimalisir masalah yang lebih besar di depannya. Terutama masalah keselamatan Viola dan janin
“Itu kontraksi palsu. Sepertinya, kelahiran penerusmu akan lebih cepat dari prediksi awalku,” ucap Evelin pada Gerald yang tengah mengamati Viola yang tampak tidur dengan tenang.Karena cemas dengan rasa sakit yang dirasakan oleh Viola, pada akhirnya dengan bantuan Bram, Evelin membawa Viola ke rumah sakit. Setelah memeriksa keadaannya secara saksama dengan peralatan medis lengkap, dan Evelin bisa bernapas lega saat dirinya tidak menemukan hal yang salam pada kandungan Viola. Hanya saja memang, jika sudah ada tanda kontraksi palsu seperti tadi, maka proses persalinan sudah dipastikan akan datang tidak lama lagi. Begitu Evelin selesai memeriksa, tak lama Gerald pun datang setelah meninggalkan pekerjaannya. Evelin yang melihat kedatangan itu tentu saja mengulum senyumnya. Rasanya sangat asing melihat Gerald yang memiliki seseorang yang menjadi prioritas dalam hidupnya. Viola benar-benar membawa dampak yang begitu besar bagi kehidupan Gerald.“Lalu apa y
Viola menatap pantulan dirinya sendiri pada cermin. Rasanya, tampilan Viola saat ini sangat berbeda daripada penampilannya beberapa bulan yang lalu, sebelum bertemu dengan Gerald. Tentu saja, setelah mengenyampingkan bahwa saat ini dirinya tengah hamil besar. Kehamilan Viola saat ini memang memasuki usia delapan bulan. Waktu memang terasa bergerak dengan begitu cepatnya setelah Viola mengetahui kehamilannya. Bukan hanya waktu yang berubah, tetapi Viola juga berubah. Tubuhnya memang semakin membengkak di kehamilannya yang menginjak usia delapan bulan ini. Namun, Viola sendiri merasa jika dirinya terlihat lebih bersih dan terawat. Kulitnya bahkan terasa sangat halus, dan semua kapalan yang berada di tangannya sudah menghilang.Tentu saja Viola sadar, jika ini tak terlepas dari bagaimana Gerald memperlakukannya. Setelah menikah dan mengetahui jika Viola hamil, Gerald benar-benar memanjakannya. Selain membelikan berbagai macam barang mewah yang sebenarnya tidak Viola inginkan, Ge