Dafa menatap gelas kristal berisi cairan keemasan yang berada di hadapannya. Ia tampak larut dalam pikirannya sendiri dan tempak terlalu tenang untuk seukuran seorang pria muda yang tengah berada di club malam. Tentu saja Dafa berbeda dengan teman-temannya yang lain yang kini menggila di lantai dansa. Mereka menari mengikuti hentakkan musik, hingga tertawa dengan para wanita bayaran yang menemani mereka mala mini. Sebenarnya, Dafa tidak terlalu dekat dengan teman-temannya itu. Namun, Dafa berusaha untuk mendekati mereka untuk mengorek informasi mengenai wanita-wanita yang dijual oleh Flo. Teman-teman Dafa juga adalah pelanggan tetap di bar Flo, yang artinya mereka memiliki beberapa informasi yang bisa menguntungkan bagi Dafa.
Dafa masih terlihat tenang saat teman-temannya kembali ke meja setelah puas menggila di lantai dansa. “Kenapa kau datang ke club jika hanya untuk melamun, Dafa?” tanya salah seorang teman Dafa.
“Apa aku tidak boleh datang hanya untuk melamun?” tanya balik Dafa dengan nada datar.
“Wah, Dafa memang tidak pernah berubah. Tapi sepertinya, saat ini suasana hatimu sangat buruk. Apa kau masih ingin mendapatkan infomasi mengenai Flo dan para pelanggannya?” tanya teman Dafa lagi.
“Iya. Aku membutuhkan itu secepatnya,” jawab Dafa. Ia memang sudah pernah mengatakan pada temannya ini untuk membagi informasi mengenai Flo dan para pelanggan lainnya yang tentu saja sudah sangat dikenal oleh sahabatnya itu. Namun, sampai saat ini Dafa belum mendapatkan apa yang ia mau.
“Ck. Berhentilah. Kau tidak akan mendapatkan apa pun, Flo itu terlalu kuat. Ia memiliki kekuasaan dan didukung oleh orang-orang berpengaruh di kota ini. Karena suasana hatimu tengah memburuk, bagaimana jika kau ikut bersenang-senang denganku. Aku sebentar lagi akan mengikuti pelelangan,” ucap pria itu sembari menyeringai membuat Dafa mengernyitkan kening.
“Pelelangan?” tanya Dafa.
Temannya itu tertawa keras lalu mengeluarkan ponselnya sembari berkata, “Ini bukan pelelangan biasa. Ini jelas pelelangan menarik yang bisa membuat darahmu berdesih karena merasa begitu antusias dan tertantang untuk memenanngkan pelelangan.”
Setelah mengatakan itu, teman Dafa menunjukkan layar ponselnya pada Dafa. Hanya butuh lima detik, sebelum ponsel itu direbut oleh Dafa dan hancur lebur karena menghantam dinding club. Tidak berhenti di sana, Dafa pun menghajar temannya itu dan membuat suasana kacau. Musik pun berhenti dan para pengunjung menjerit karena Dafa tampak kesetanan. Tidak memerlukan waktu terlalu lama, staf keamanan datang untuk melerai. Namun, Dafa sama sekali tidak perlu dilerai. Ia berhenti dengan sendirinya dan pergi begitu saja meninggalkan temannya yang sudah babak belur serta tergeletak tidak berdaya di atas lantai.
***
Brak
Ezra dan Farrah yang duduk di ruang tamu terkejut saat Dafa tiba-tiba mendobrak pintu. Sebelum keduanya bereaksi, Dafa sudah lebih dulu berderap pada Ezra dan menghajar sahabatnya itu hingga babak belur. Ezra sama sekali tidak bisa melawan Dafa, karena kekuatan Dafa tampak lebih besar daripada biasanya. Farrah yang melihat hal itu tentu saja mencoba untuk menghentikan Dafa yang sepertinya tidak akan melepaskan Ezra, sebelum Ezra benar-benar mati di tangannya. “Dafa, hentikan!” teriak Farrah frustasi sembari berusaha menahan Dafa.
Sayangnya, Dafa segera menghempaskan tangan Farrah hingga membuat gadis itu tersungkur. Dafa kembali menghajar Ezra hingga sahabatnya itu benar-benar tidak berdaya. Dafa berdiri dan menatap kedua sahabatnya itu. Ia berkata, “Kalian benar-benar tidak punya hati. Kalian melelang Viola? Apa kalian bukan manusia?!” teriak Dafa dengan kemarahan yang memuncak.
“Dafa, tenang dulu,” ucap Farrah berusaha untuk menenangkan Dafa. Hanya saja, tatapan yang diberikan oleh Dafa sukses membuat Farrah membeku.
“Tutup mulutmu, Farrah. Ada waktunya aku akan memberikan pelajaran padamu,” ucap Dafa lalu berbalik untuk menuju kamar Viola. Seperti yang ia perkirakan, pintu kamar Viola terkunci.
Dafa pun berteriak, “Viola, apa kau di dalam?”
“Ka, Kak Dafa. Tolong aku!”
Dafa mengetatkan rahangnya saat mendengar suara Viola yang serak dan penuh dengan ketakutan. Dafa pun berkata, “Menjauh dari pintu!”
Dafa pun segera mendobrak pintu dan hanya membutuhkan satu kali percobaan hingga dirinya bisa membuka pintu. Saat masuk, ia melihat Viola yang menangis hingga kedua matanya sembab. Dafa membuka lemari Viola dan mengambil sebuah sweter lalu ia pakaikan pada Viola. Dafa menggendorng Viola dan ke luar dari kamar tersebut. Saat ke luar, Farrah menghadang dan mencoba untuk berbicara dengan Dafa. Viola sendiri memeluk leher Dafa yang menyembunyikan wajahnya pada ceruk leher pria itu. Dafa yang merasakan tubuh Viola menggigil dalam pelukannya, yakin jika saat ini Viola merasa begitu takut. Dafa menatap tajam pada Farrah sebelum berkata dingin, “Minggir!”
Untuk kedua kalinya, Farrah membeku karena sikap dingin Dafa padanya. Semenjak mengenal Dafa, belum pernah sekali pun dirinya mendapatkan perlakuan sedingin ini dari Dafa. Melihat Farrah yang benar-benar mematung, Dafa sama sekali tidak peduli dan segera beranjak pergi meninggalkan rumah tersebut. Tentu saja Dafa harus segera mengungsikan Viola ke tempat yang aman. Sekarang, rumahnya sendiri tidak akan bagi Viola, dan tentu saja Dafa harus memastikan jika Viola akan aman di tempat baru yang akan mereka tuju itu. Saat tiba di dalam mobil, Dafa memakaikan sabuk pengaman sembari berkata, “Aku akan melindungimu, Viola. Aku tidak akan segan-segan pada siapa pun yang berusaha untuk melukaimu, termasuk kakakmu sendiri.”
Viola yang mendengar hal itu mau tidak mau merasa tersentuh. Ia merasa jika Dafa terasa lebih seperti kakaknya sendiri dibanding dengan kakak kandungnya sendiri. Viola mengucapkan terima kasih secara berulang kali pada Dafa dengan berderai air mata. Viola benar-benar bersyukur karena ada seseorang yang menyayanginya dengan tulus seperti ini. Sebelumnya, hati Viola bahkan terasa begitu hancur saat dirinya tahu jika sang kakak yang ia anggap sebagai satu-satunya orang yang akan melindunginya saat dunia berusaha untuk menyakitinya, berbalik dan menancapkan sebuah pisau pada jantung Viola. Semuanya terasa terlalu menyedihkan bagi Viola. Bagaimana bisa Ezra berpikir untuk menjualnya? Setan apa yang merasuki Ezra hingga berpikir untuk menjual adiknya sendiri?
Hal yang bisa Viola lakukan saat ini adalah bersyukur karena Tuhan mengirimkan Dafa untuk menolongnya. Meskipun Viola sama sekali tidak memiliki ikatan darah dengan Dafa, tetapi Viola yakin jika Dafa melindunginya dengan tulus. “Terima kasih, Kak,” gumam Viola.
“Tidak perlu berterima kasih, Viola. Aku hanya melakukan hal yang harus aku lakukan,” ucap Dafa masih tetap fokus dengan kemudi yang ia kendalikan.
Ternyata, Dafa membawa Viola ke hotel. Takut jika Viola berpikiran buruk padanya, Dafa pun segera menjelaskan, “Karena Ezra bisa saja datang untuk membawamu kembali, aku harus membawamu ke tempat yang tidak akan terpikirkan oleh dirinya. Rumah dan apartemenku jelas bukan pilihan, jadi tolong bersabar untuk sementara kau harus tinggal di hotel. Tenang saja, aku akan meminta para pekerja hotel untuk lebih memperhatikanmu dan memastikan keamananmu.”
Mendengar penjelasan tersebut, Viola pun semakin yakin jika Dafa benar-benar akan melindunginya dengan segala kemampuan yang ia miliki. Mungkin, ini akan sangat merepotkan bagi Dafa karena harus mengurusnya. Namun, setelah semuanya jauh lebih tenang, dan Viola pun sudah bisa berpikir dengan jernih, Viola akan berusaha untuk hidup dengan kemampuannya sendiri. Viola tidak ingin menjadi beban bagi Dafa lebih daripada ini. Sudah cukup Viola merepotkan Dafa. Viola pun menggumamkan terima kasih untuk kesekian kalinya pada Dafa dan hal itu membuat Dafa menghela napas panjang.
“Sudah cukup ucapan terima kasihnya, sekarang mari turun. Kau juga pasti belum makan bukan?” tanya Dafa lalu segera turun dan membukakan pintu untuk Viola.
Dafa menggandeng tangan Viola dengan lembut dan membawa gadis satu itu untuk masuk ke dalam gedung hotel. Tentu saja, keduanya berharap jika tidak ada hal buruk yang akan terjadi. Sayangnya, mereka terlalu lengah. Karena ternyata ada seseorang yang mengawasi mereka. Orang itu mengawasi dari dalam mobilnya yang terparkir di seberang gedung hotel. Setelah mengambil beberapa potret, orang itu segera mengemudikan mobilnya meninggalkan tempat tersebut.
“Jangan merasa tidak nyaman. Pakai pakaian yang sudah aku belikan, dan makan apa pun yang ingin kamu makan. Hanya saja, untuk saat ini jangan ke luar dari kamarmu. Kita tidak tahu apa yang akan dilakukan oleh kakakmu, dan orang-orang dari bar Flo,” ucap Dafa sembari meletakkan beberapa kantung belanja berisi pakaian dan beberapa peralatan pribadi yang tentu saja dibutuhkan oleh Viola selama tinggal di hotel.Ini adalah hari kedua Viola tinggal di hotel yan
“Tidak ada hal mencurigakan yang terjadi semalam, bukan?” tanya Dafa pada staf hotel yang ia tugaskan untuk mengawasi unit yang ditinggali oleh Viola.“Tidak ada, Tuan. Tapi saya belum mengantarkan sarapan, Nona tadi malam sudah berpesan pada saya untuk mengantarkan sarapan saat Tuan tiba. Sepertinya, Nona ingin sarapan bersama dengan Tuan Dafa,” ucap staf hotel yang dipercaya oleh Dafa tersebut.Mendengar ucapa staf hotel itu, Dafa pun tidak bisa menahan sudut bibirnya yang terangkat. Tentu saja, Dafa merasa sangat senang. Padahal, Dafa berusaha untuk tidak mengharapkan cinta Viola, apalagi setelah tahu hal buruk yang terjadi pada gadis itu. Bukan karena Dafa merasa jijik setelah mengetahui kebenaran bahwa Viola sudah disentuh oleh pria lain, tetapi lebih karena Dafa tahu jika Viola bisa saja merasa trauma dengan hubungan yang melibatkan perasaan antar lawan jenis. Dafa berniat untuk membuat Viola terbiasa dengannya, dan mendekatinya secara per
Setelah puas mencium Viola, Gerald pun melepaskan ciumannya dari perempuan satu itu. Gerald tampak puas saat melihat bibir Viola yang membengkak. Tampak merekah indah dan mengundang Gerald untuk kembali memberikan ciuman yang sama panasnya seperti sebelumnya. Namun, ini belum saatnya. Gerald memiliki sebuah rencana lain untuk bersenang-senang dengan Viola. Hanya saja, untuk saat ini Gerald harus membuat Viola mengisi energinya terlebih dahulu. Viola harus makan, agar bisa bersenang-senang dengan benar nantinya. Gerald mengambil nampan dan memilih untuk menyuapi Viola. Tentu saja, hal itu membuat Viola membulatkan matanya. “A, Apa?” tanya Viola.“Makan,” perintah Gerald singkat dengan memberikan tatapan tajam pada Viola.Tentu saja, hati Viola memberontak dan tidak ingin menerima suapan tersebut. Rasanya Viola ingin mnepis nampan berisi makanan tersebut, serta membuat kekacauan. Namun, saat ini Viola bahkan masih bisa melihat senjata api yang Ger
“Katakan, di mana Viola?” tanya Dafa sembari mencengkram leher Ezra. Pria itu tampak terengah-engah karena baru saja kembali berengkar dengan Ezra, bahkan berkelahi dengan hebatnya.Farrah juga ada di sana, dan tampak begitu cemas dengan keadaan Dafa. Tidak seperti sebelumnya, kini Ezra melawan balik dan membuat Dafa sama babak belurnya dengan dirinya. Farrah sama sekali tidak peduli dengan keadaan Ezra, tetapi Farrah begitu cemas dengan keadaan Dafa. Rasanya, jika saja Dafa tidak mengajak mereka bertemu bertiga, Farrah sama sekali tidak mau lagi bertemu dengan Ezra. Karena bagi Farrah, Ezra adalah biang masalah yang sudah membuat hubungannya dengan Dafa semakin renggang. Jika saja sejak awal Ezra tidak membuat masalah, Farrah sama sekali tidak akan berakhir seperti ini dengan Dafa.Kini, Dafa memperlakukan Farrah dengan sangat dingin. Semua telepon Farrah sama sekali tidak pernah Dafa angkat. Pesan yang dikirimkan oleh Farrah juga tidak pernah dibalas oleh
“Dafa!”Meskipun mendengar teriakan itu, Dafa sama sekali tidak berniat untuk menghentikan langkahnya. Saat ini, Dafa tengah berada di salah satu perusahaan ayahnya. Meskipun sibuk karena harus mencari informasi mengenai hilangnya Viola, tetapi Dafa tidak meninggalkan tanggung jawabnya sebagai salah satu manager muda di perusahaan keluarganya. Tidak seperti anak orang kaya lainnya, Dafa tidak langsung mendapatkan posisi tinggi, tetapi memilih untuk memulai bekerja dari posisi rendah. Semua usaha dan kemampuannya berhasil membuatnya duduk di posisi manager di usianya yang masih muda tersebut.“Dafa, aku mohon, beri aku waktu untuk menjelaskan,” ucap Farrah sekali lagi dan membuat Dafa pada akhirnya menghentikan langkahnya.Dafa menatap Farrah dan berkata, “Kita bicara di kafe depan.”Pada akhirnya, keduanya duduk di meja yang berada di sebuah kafe yang terleltak di seberang gedung perusahaan di mana Dafa bekerja
“Ayah, penyelidikan pihak kepolisian hanya menemukan jalan buntu. Aku tidak bisa mendapatkan informasi apa pun mengenai Viola. Flo benar-benar menutup mulutnya, ia bahkan tidak menyebutkan apa pun berkaitan dengan bisnisnya menjual para wanita penjaja seks komersial,” ucap Dafa tampak begitu frustasi saat berbicara dengan ayahnya, Dani.Dani adalah seorang pengusaha yang sudah dikenal namanya di kota ini. Pribadinya yang bijaksana dan dapat diandalkan, mendorongnya untuk masuk ke dalam ranah politik. Kabarnya tahun depan akan menjadi tahun pertamanya terjun ke dunia politik secara resmi. Karena mengetahui masalah yang berkaitan dengan para gadis yang terpaksa harus menjual diri mereka karena terlilit hutang atau bahkan sengaja dijebak oleh pihak bar untuk melunasi hutang yang bahkan tidak mereka ketahui, Dani pun memilih untuk memberikan dukungan pada putranya untuk mengungkapkan hal ini pada publik. Sebagai seseorang yang berpengalaman dalam hal ini, Dani pun mem
“Ingat, jangan mengatakan hal yang macam-macam,” ucap Bram pada Evelin yang tengah merapikan pakaiannya saat melangkah menyusuri lorong kediaman mewah milik Gerald. Kediaman keluarga Dalton di Indonesia ini memiliki tampilan yang menunjukkan kesuksesannya Gerald sebagai seorang pengusaha muda yang sukses. Tentu saja, tampilan kediaman Gerald di negara lain juga tidak kalah mewah dan indahnya dengan kediamannya ini.Mendengar apa yang dikatakan oleh Bram, Evelin pun menghentikan langkahnya dan menatap Bram dengan tajam. Tentu saja Bram juga menghentikan langkahnya dan menatap Evelin dengan kening mengernyit. Bram sama sekali tidak merasa sudah melakukan kesalahan yang patut mendapatkan tatapan tajam seperti saat ini. “Apa ada yang ingin kau katakan padaku?” tanya Bram.“Ya. Aku ingin mengatakan jika aku tidak menyukaimu, kau menyebalkan,” jawab Evelin, sama sekali tidak membuat Bram terkejut.Sejak awal mengenal, Evelin dan Bra
Para wartawan tampak mengarahkan kamera mereka dan beberapa dari mereka meneriakkan pertanyaan yang sebelumnya sudah mereka susun. Semua wartawan itu tengah mencecar sosok yang baru pagi tadi menjadi bahan pembicaraan negatif orang-orang. Sebenarnya, hal semacam ini bukanlah hal yang aneh. Namun, sosok yang kali ini menjadi fokus dari pembicaraan negatif, adalah orang yang tidak biasa. Dani jelas bukan orang yang lekat dengan imej negatif. Selain dikenal sebagai orang yang bijaksana dan dermawan, Dani juga sudah didukung untuk maju menjadi pejabat pada tahun depan. Namun, pagi inu skandal mengenai masa lalu Dani, membuat masyarakat sepakat jika Dani sama sekali tidak pantas menjadi seorang pemimpin, sementara dirinya sendiri adalah seorang pelanggar hukum. Dani memiliki skandal yang berkaitan dengan wanita.Ada bukti yang menunjukkan jika dirinya pernah tidur dengan seorang gadis bayaran. Selain itu, kini terdengar kabar jika kejaksaan akan melakukan investigasi mengenai alir