Share

12. Neraka

“Viola sudah minum obatnya?” tanya Farrah pada Ezra yang kembali ke dapur dengan nampan berisi mangkuk kosong.

“Sudah, sekarang dia sudah tidur,” jawab Ezra.

Keduanya lalu duduk di meja makan dan berbincang mengenai Viola. “Kamu masih belum menghubungi Dafa mengenai kepulangan Viola, bukan?” tanya Farrah.

Ezra menggeleng. “Aku belum menghubunginya seperti yang kau minta. Selain itu, Viola sendiri meminta untuk segera pindah dari sini. Sepertinya, ia benar-benar trauma setelah apa yang ia lalui,” ucap Ezra merasa begitu bersalah.

Viola memang tidak menjelaskan apa yang sudah ia alami. Namun, dokter yang sebelumnya dipanggil oleh Farrah untuk memeriksa Viola, bisa menjelaskan jika Viola mengalami pelecehan. Hal itu membuat fisiknya melemah dan mentalnya terbebani dengan ingatan yang tidak menyenangkan tersebut. Farrah yang mendengar hal itu berusaha untuk mengendalikan ekspresinya sebisa mungkin.  “Kalian bisa pindah, tetapi nanti saat kondisi Viola lebih baik. Hal yang terpenting saat ini adalah penyembuhan fisik dan mental Viola. Aku akan mencarikan psikiater yang bisa menangani Viola,” ucap Farrah.

“Terima kasih karena sudah membantu kami, Farrah,” ucap Ezra tulus.

Di saat mereka akan kembali melanjutkan perbincangan tersebut, tiba-tiba ada tamu yang datang. Karena berpikir jika itu adalah kurir makanan pesan antar, Farrah pun segera beranjak untuk membuka pintu. Namun, begitu melihat Flo di sana, Farrah terkejut. Ezra yang pada akhirnya ikut menuju pintu depan juga terkejut dengan kehadiran Flo di sana. Ezra berpikir jika Flo datang karena tahu jika Viola melarikan diri dan kini tengah berada di sana. Rasanya, Ezra ingin mengusir Flo saat itu juga. Namun, Farrah memberikan isyarat pada Ezra untuk tenang. Pada akhirnya, ketiganya kini duduk bersama di ruang tamu.

“Jadi, atas dasar apa kau datang ke rumahku? Bukankah kita sudah tidak lagi memiliki urusan apa pun?” tanya Ezra dingin.

“Wah, jangan bersikap dingin seperti itu padaku. Kita memiliki hubungan dekat di masa lalu, jadi jangan lupakan itu,” ucap Flo sembari tersenyum.

“Jika kau tidak memiliki sesuatu yang penting untuk dibicarakan, lebih baik kau pergi sekarang juga. Aku tidak mau melihatmu lagi, apalagi memiliki hubungan apa pun denganmu,” ucap Ezra tegas mengusir Flo.

“Kau tidak perlu mengusirku. Aku jelas akan pergi setelah semua urusanku selesai denganmu.” Setelah mengatakan hal itu, Flo mengeluarkan secarik kertas dari tas mewahnya dan meletakkannya di atas meja. Meskipun tahu jika kertas itu ditujukan untuknya, Ezra sama sekali tidak melirik kertas itu bahkan berniat untuk membacanya. Saat ini Ezra sudah terlalu merasa marah terhadap Flo yang sudah membuat kehidupan adiknya hancur. Meskipun itu bukan sepenuhnya kesalahan Flo, tetapi Ezra tetap saja merasa marah. Jika saja Flo tidak sekejam itu membawa adiknya dan menjualnya, Viola tidak mungkin hancur seperti ini.

“Aku ingin membicarakan hutangmu yang masih belum sepenuhnya lunas. Ternyata, harga adikmu tidak cukup untuk menutup semua hutangmu. Itu hanya bisa melunasi hutang pokokmu, dan bukan bunganya. Sekarang, kau harus melunasi bunganya. Aku akan memberikan waktu dua minggu. Kau harus mendapatkan uang yang tertera pada kertas ini, dan kau akan selamat.”

“Tunggu—”

“Aku tidak memiliki waktu untuk berbicara panjang lebar denganmu. Semuanya sudah jelas tertulis pada kertas itu. Kau hanya perlu membayar hutangmu, setelah itu, kau bisa hidup dengan tenang, dan kemungkinan besar pula adikmu juga bisa hidup tenang,” ucap Flo sebelum bangkit dan melangkah pergi meninggalkan Ezra dan Farrah yang sama-sama larut dalam pikiran mereka masing-masing.

***

“Tenanglah, kita pasti bisa menemukan solusi,” ucap Farrah pada Ezra yang tampak begitu cemas.

“Aku tidak bisa tenang. Kau tau bukan, Flo itu memiliki kekuasaan yang sudah dipastikan akan dengan mudah membuatku dan Viola celaka jika tidak mengikuti apa yang ia inginkan,” ucap Ezra tampak begitu frustasi.

Hingga malam tiba, Farrah memang tidak beranjak dari rumah Ezra dan memilih untuk membantu sahabatnya itu untuk memikirkan cara ke luar dari situasi yang menyulitkan tersebut. Farrah menghela napas panjang dan berkata, “Sebenarnya, ada satu cara yang terpikirkan olehku. Tapi, aku rasa kamu tidak akan mau mendengarnya, dan mungkin akan sangat marah padaku jika mendengarnya.”

Ezra yang mendengar hal itu mengernyitkan keningnya. “Memangnya cara seperti apa yang kau pikirkan?” tanya Ezra.

“Berjanjilah dulu untuk tidak marah padaku,” ucap Farrah dengan nada manis yang tentu saja tidak bisa ditolak oleh Ezra yang jelas-jelas memiliki perasaan pada gadis itu.

“Aku berjanji. Jadi, katakanlah,” ucap Ezra lembut.

Farrah menyeringai dalam hatinya. Semuanya berjalan sesuai dengan rencananya, tetapi Farrah tetap harus berhati-hati agar tidak terjadi kesalahan yang bisa membuat semuanya kacau. “Aku berpikir untuk mendapatkan uang dari Viola,” ucap Farrah singkat.

Tentu saja Ezra yang mendengar hal itu dengan mudah memahami apa yang dimaksud oleh Farrah. Seketika perasaan marah membuncah di dalam dada Ezra. Bagaimana mungkin Farrah berpikir untuk kembali menjual Viola? Apakah Farrah tidak memiliki hati nurani? Apa yang dirasakan oleh Ezra saat ini dapat dibaca dengan mudah oleh Farrah. Karena itulah, Farrah pun segera mengambil tindakan. “Aku harap kamu tidak marah padaku. Aku tidak bisa memberikan bantuan lagi padamu, karena Ayah sudah memblokir atm-ku. Setidaknya, sekarang kita harus melakukan apa yang bisa kita lakukan. Mungkin, ini terdengar jahat. Aku pun merasa menjadi orang jahat saat memikirkan hal ini. Namun, ini satu-satunya cara bagimu untuk mendapatkan uang secara singkat karena Flo memberikan tenggat,” ucap Farrah.

Ezra masih tidak bereaksi. Tentu saja ia merasa begitu marah atas apa yang dikatakan oleh Farrah padanya. Itu bukan ide terbaik. Itu hanya ide yang bisa membuat Viola benar-benar terjerumus dalam neraka tanpa ujung. Dan Ezra tidak akan pernah tega melakukan hal itu pada adiknya sendiri, satu-satunya keluarga yang ia miliki saat ini. Sudah cukup Ezra menghancurkan kehidupan Viola, Ezra tidak boleh melakukan kesalahan yang sama untuk kedua kalinya. Farrah yang melihat Ezra tampak teguh tidak terbujuk oleh perkataannya, mulai merasa cemas. Namun, ia pun berhasil mendapatkan sebuah ide. “Mari lakukan sekali. Hanya sekali saja, untuk mendapatkan uang guna melunasi hutangmu. Aku mendapatkan cara untuk mendapatkan uang dengan nominal tinggi dalam sekali percobaan. Setelah itu, kamu dan Viola bisa pergi dari kota ini. Kalian bisa memulai hidup yang baru. Lagi pula, sekarang Viola bukan lagi gadis, ia pasti bisa melalui ini,” ucap Farrah.

Sayangnya, Ezra masih tidak yakin. “Aku masih tidak yakin. Aku tidak akan tega menjual Viola,” ucap Ezra.

“Apa? Kakak berencara untuk menjualku?”

Dengan kompak Ezra dan Farrah menoleh pada Viola yang berada di dekat pintu dapur. Wajah Viola tampak begitu syok. Tentu saja tidak menyangka jika Farrah dan Ezra mendapatkan ide yang sangat kejam seperti itu. Tanpa berpikir dua kali, Viola berbalik dan berniat untuk melarikan diri. Namun, Farrah segera beranjak dan menangkap Viola. Dengan kekuatannya yang lebih besar dari Viola, Farrah menarik Viola dan menguncinya di dalam kamar Viola sendiri. Ezra yang masih tampak bingung mengikuti langkah Farrah. Ezra berniat untuk menjelaskan situasi tersebut pada Viola, tetapi Farrah menghalangi Ezra membuka pintu kamar Viola.

Farrah menangkup wajah Ezra dan mencium pria itu. Tentu saja Ezra terkejut bukan main. Setelah menciumnya, Farrah pun berkata, “Aku melakukan semua ini demi dirimu, Ezra. Aku tidak ingin kamu berada dalam kesulitan lagi, Ezra. Jadi, tolong percaya padaku.”

Tolong percaya padaku, dan akan kubuat Viola hidup dalam neraka, lanjut Farrah dalam hati.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status