Viola berusaha berteriak meminta tolong pada siapa pun yang ada di sekitarnya. Namun, dirinya tidak bisa melakukan hal itu karena mulutnya ditutup rapat oleh kain. Begitu pula dengan pandangannya yang ditutup dengan sempurna, saat ini bahkan Viola tidak mengetahui di mana dirinya berada. Viola hanya bisa meringkuk dengan penuh rasa takut. Sebelum dibawa paksa oleh para pria yang menagih hutang kakaknya, Viola dengan jelas mendengar alasan mengapa dirinya dibawa seperti ini. Viola dijadikan barang jaminan oleh Ezra. Meskipun Viola tahu jika Ezra melakukan hal itu ketika mabuk, tetapi Viola tetap merasa sangat kecewa. Viola bertanya-tanya, mengapa kakaknya bisa melakukan hal ini padanya?
Saat Viola larut dalam pikirannya, Viola mendengar langkah kaki yang mendekat padanya. Lalu sedetik kemudian, Viola merasakan dagunya dicengkram dengan erat. “Penampilannya sesuai dengan apa yang aku butuhkan.”
Viola bisa mendengar suara pria begitu dekat dengannya. Dengan aroma khas parfum pria yang dicium olehnya, Viola lebih dari yakin jika orang yang tengah mencengkram rahangnya saat ini adalah seorang pria. Namun, perkataan yang barusan Viola dengar sama sekali tidak bisa dimengerti olehnya. Apa yang ia katakan dengan penampilan yang sesuai dengan apa yang ia butuhkan? Apa mungkin, pria ini mencari seseorang yang memiliki penampilan seperti Viola? Namun, untuk apa?
“Kalau begitu, kau bisa membeli keperawanan, dan menyewanya sesuai berapa lama kau butuhkan. Tentu saja, karena dia barang baru, harganya akan lebih mahal. Kualitasnya menentukan harga, kau mengerti bukan?”
Mendengar suaraa wanita yang menjawab perkataan pria tadi, membuat jantung Viola berhenti berdetak. Dengan perkataan tersebut, sudah jelas apa yang sebenarnya terjadi di sini. Viola akan dijual. Ia memang masihlah seorang gadis perawan. Sebelumnya, Viola sudah mendengar kabar bagaimana para gadis yang masih perawan menjual keperawanannya dengan harga tinggi, atau terjebak hingga terpkas kehilangan keperawanannya.
Ya, sebelumnya Viola hanya mendengarnya dan kini Viola benar-benar mengalami kejadian mengerikan itu. Tubuh Viola pun bergetar hebat, ia mulai bergumam dan menangis. Viola berharap jika apa yang ia lakukan tersebut bisa menyelamatkannya dari hal mengerikan yang akan ia alami. Viola merasakan cengkraman pada rahangnya dilepas, lalu sosok yang sebelumnya berada di dekatnya menjauh begitu saja.
“Seperti biasanya, aku hanya akan menyewanya.”
“Kau memang biasanya menyewa, tapi pada akhirnya kau membeli semua wanita itu.”
“Karena mereka berguna, jadi pada akhirnya aku harus membeli mereka. Apa kau keberatan mengenai itu?”
“Mana mungkin aku keberatan. Itu malah lebih menguntungkan bagiku.”
“Baik. Tuliskan saja nominalnya. Aku akan membayarnya sesuai dengan yang kau minta.”
“Ah, kau memang yang terbaik. Apa aku juga perlu menyiapkannya?”
“Kau akan menjual barang, apa kau pikir pantas menjualnya begitu saja tanpa membingkisnya?”
Viola yang mendengarnya merasa begitu takut dan terhina. Ia manusia, tetapi mereka membicarakan dan memperlakukannya seolah-olah dirinya adalah barang yang tidak memiliki jiwa atau pun perasaan. Viola menangis pilu. Dalam hati, Viola berdoa jika ini hanyalah mimpi. Jika pun ini adalah kenyataan, Viola berharap jika ada orang yang datang dan menyelamatkannya dari sini. Viola berdoa agar kakaknya, datang dan melepaskannya dari orang-orang yang jelas memiliki niat jahat ini.
“Tapi jika ingin aku membingkisnya dengan cantik, akan ada biaya tambahan.”
“Apa biasanya kau memang setamak ini?”
“Kau seperti baru mengenalku saja. Jadi, apa kau mau membayar lebih untuk bingkisan cantiknya?”
“Lakukan sesukamu, dan totalkan semuanya lalu tulis nominalnya pada cek itu. Aku hanya ingin melihat semuanya beres tepat waktu. Aku tidak memiliki banyak waktu.”
“Baiklah. Aku akan membingkis hadiah yang kau inginkan dengan secantik mungkin.”
Lalu doa yang dipanjatkan oleh Viola sama sekali tidak terkabul. Harapannya musnah. Ia benar-benar tidak bisa melepaskan dirinya dari orang-orang ini. Tidak ada orang yang datang untuk menolongnya lepas dari orang-orang berhati kejam ini. Viola hanya bisa menangis, ia kehilangan daya dan harapan untuk melarikan diri dari tempat yang tidak ia kenali tersebut.
***
“Apa kau gila?!” tanya Dafa sembari menghadiahkan sebuah pukulan telak pada rahang Ezra.
Farrah yang berada di rumah Ezra tentu saja segera berusaha memisahkan Dafa dan Ezra. Sebenarnya, Ezra sendiri tidak melakukan perlawanan dan menerima semua pukulan yang diberikan oleh Dafa. Saat ini, Dafa, Ezra, dan Farrah, tengah berada di rumah Ezra. Mereka memang sudah bersahabat semenjak sekolah menengah pertama. Pada awalnya, hanya Ezra dan Dafa yang bersahabat, tetapi pada akhirnya Farrah juga masuk ke dalam lingkaran persahabatan itu. Hingga saat ini, persahabatan tersebut masih terjaga dengan baik. Ketiganya saling menjaga, menghibur dan melindungi.
“Dafa tenanglah,” ucap Farrah berusaha untuk menenangkan sahabatnya itu yang tampak begitu marah.
Bagaimana mungkin Dafa tidak marah sementara dirinya tahu apa yang sudah terjadi pada Viola. Karena tingkah bodoh yang dilakukan oleh Ezra, Viola dibawa oleh orang-orang bar di mana Ezra meminjam uang untuk bertaruh dan minum-minum. Padahal, Dafa dan Farrah sudah berulang kali menasihati Ezra untuk berhati-hati dalam bertindak. Apalagi jika itu berkaitan dengan peminjaman uang. Banyak lintah darat dan penipu ulung yang memanfaatkan situasi seseorang yang tengah kesulitan untuk meraup untung besar. Namun, semua peringatan tersebut menguap begitu saja karena Ezra tidak berhati-hati hingga membuat adiknya berada dalam situasi berbahaya seperti ini.
“Ezra memang salah, tetapi aku juga salah. Jika saja malam itu aku datang lebih cepat, Ezra tidak mungkin melakukan kesalahan seperti ini,” ucap Farrah lagi merasa menyesal karena datang terlambat ke bar di mana Ezra mabuk berat, dan melewatkan momen penting di mana dirinya bisa mencegah bencana terjadi.
Dafa menarik tangannya kasar dari genggaman tangan Farrah lalu menatap tajam Ezra. “Kau harus merasa bersalah karena sudah membuat adikmu berada dalam situasi berbahaya seperti ini, Ezra. Jika sampai ada hal buruk yang terjadi padanya, aku sendiri yang akan memberikan pelajaran padamu.”
Setelah mengatakan hal itu, Dafa berbalik pergi. Farrah menatap kepergian Dafa dengan tatapan nanar. Terlihat sekali jika dirinya begitu kecewa dengan sikap yang ditunjukkan oleh Dafa. Namun, dengan apik Farrah menyembunyikan perasaannya yang sesungguhnya dan berbalik untuk menenangkan Ezra. “Jangan seperti ini, kita harus mencari solusinya,” ucap Farrah pada Ezra.
Sementara saat ini, Dafa mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi menuju bar di mana sebenarnya dirinya cukup sering menghabiskan waktu untuk sekadar minum satu atau dua gelas minuman alkohol. Ya, baginya cukup satu atau dua gelas untuk meredakan stress dan ia pulang untuk beristirahat. Dafa memang bukan orang yang baik, tetapi ia sebisa mungkin menjaga tubuhnya untuk tidak disentuh oleh para wanita penghibur atau pun dirinya yang menyentuh mereka. Dafa ingin menjadi pria pertama bagi Viola, dan begitu pula sebaliknya. Ia ingin Viola menjadi wanita pertama baginya. Viola sangat berharga bagi Dafa, hal inilah yang membuat Dafa begitu melindunginya dan ingin menjadikan Viola sebagai pendamping hidupnya.
Begitu tiba di bar, Dafa sama sekali tidak peduli dengan bar yang belum buka dan segera masuk ke dalam bar tersebut. Karena para pekerja sudah mengenal sosok Dafa sebagai putra orang kaya dan berpengaruh, mereka membiarkan Dafa begitu saja. Darka berkata pada salah seorang bartender, “Panggilkan aku managermu.”
Bartender itu sama sekali tidak mempertanyakan perintah Darka dan segera beranjak untuk memanggilkan manager. Tak lama, bartender itu kembali seorang wanita cantik berpakaian seksi. Walaupun masih terlihat muda, tetapi Dafa tahu jika wanita itu sudah tidak lagi berusia muda, mungkin sekarang sudah memasuki kepala empat. “Ada apa Tuan Dafa?” tanya sang manager bernama Flo itu.
“Di mana perempuan bernama Viola, perempuan yang kau bawa sebagai jaminan hutang dari Ezra?” tanya Dafa dengan dingin.
Mendengar pertanyaan tersebut, Flo tertawa kecil dengan gerakan tangan yang menutupi bibirnya. “Ah, gadis manis itu ternyata memiliki banyak penggemar yang sudah menargetkannya,” ucap Flo.
Dafa mengernyitkan keningnya tidak suka dengan caranya membicarakan Viola. “Jaga bicaramu!” desis Data tajam penuh peringatan.
Flo menghela napas panjang dan melipat kedua tangannya di depan dada. “Aku sama sekali tidak mengatakan omong kosong, Tuan Dafa. Gadis manis bernama Viola itu memang sudah diincar oleh banyak pasang mata. Kau terlambat satu langkah, gadis itu sudah tidak lagi di sini. Seseorang sudah membawanya, tentu saja dengan nominal besar sebagai bayarannya,” ucap Flo sembari menyeringai.
Dafa memukuli kemudi dengan emosinya yang meluap-luap. Ia benar-benar frustasi karena tidak bisa menyelematkan Viola. Dafa memang salah, jika saja tadi dirinya tidak lebih dulu meluapkan kemarahannya pada Ezra, ia masih memiliki peluang untuk menyelamatkan Viola. Ia melirik bar yang berada di seberang jalan. Sekarang sudah malam, dan bar tersebut sudah mulai ramai. Bar itu memang bukan hanya tempat bagi orang-orang menikmati minuman dan musik, tetapi ada layanan seks komersial yang menjadi penyumbang penghasilan terbesar bagi bar. Dafa sendiri sudah tahu masalah ini, tetapi Dafa berpikir dirinya tidak perlu mengusik usaha orang lain, selama dirinya tidak dirugikan. Sayangnya, tindakan Dafa itu malah membuat dirinya lebih rugi di lain hari.
“Apa kau sudah menemukannya?” tanya Dafa pada temannya yang tengah menarikan jemarinya di atas keyboard laptop.Teman Dafa berdecak karena jengkel dengan ketidaksabaran Dafa. “Hei, aku ini Alex, memangnya apa yang tidak bisa aku lakukan? Sekarang lebih baik kau diam, sementara aku bekerja,” ucap Alex—teman Dafa—memberikan peringatan pada Dafa.Tentu saja Dafa memilih untuk diam seperti apa yan
Viola terbangun dan kembali berada di ruangan pengap yang lembab. Namun, kali ini ruangan tidak terlalu gelap seperti sebelumnya. Viola tersentak dan segera memeriksa tubuhnya dan sama sekali tidak melihat hal yang aneh, dan bisa memastikan jika dirinya belum disentuh sama sekali. Hanya saja, gaun yang dikenakan olehnya sudah raib, dan kini tersisa sepasang pakaian dalam mini yang sebelumnya belum pernah Viola kenakan. Wajah Viola memerah, entah dirinya harus bersyukur atau tidak atas situasinya saat ini. Gadis satu itu pun menghela napas panjang. Namun jika dipikirkan lebih saksama, rasanya ia patut bersyukur. Jika dirinya tidak pingsan saat dicium dengan kasar, sepertinya Viola tidak akan bisa selamat seperti ini.
“Ya, marahlah padaku. Lalu maki aku dengan suara manismu itu. Karena selanjutnya, aku hanya akan membuatmu mendesah karena merasakan kenikmatan yang belum pernah kau rasakan,” ucap Gerald lalu mulai mencumbu Viola. Tamat sudah, Viola benar-benar diterkam oleh predator.Viola yang sama sekali tidak memiliki pengalaman dalam hubungan dengan lawan jenis, apalagi dalam berhubungan seks tentu saja tidak bisa mengimbangi serangan Gerald. Ia bahkan tidak bisa mencuri napas saat Gerald menciumnya dengan ganas, untungnya Gerald masih memiliki sedikit kebaikan hingga dirinya melepaskan ciuman tersebut guna memberikan kesempatan pada Viola untuk mengisi paru-parunya dengan oksigen. Tentu saja, salah satu tangan Gerald masih sibuk menggoda bagian intim Viola yang mulai bereaksi sesuai dengan harapan Gerald. Ia menyeringai saat melihat Viola yang menggeliat berusaha menjauhkan dirinya dari sentuhan ahlinya.
Viola mengedipkan matanya, tetapi tidak berusaha untuk bergerak dari posisinya saat ini. Masih seperti sebelumnya, setiap membuka mata Viola masih saja berada di ruangan pengap yang terasa lembab ini. Tanpa cahaya matahari, tanpa bisa ke luar dan mengetahui keadaan sekitar, Viola hanya bisa menghitung hari dari makanan yang ia terima secara rutin tiap harinya. Tentu saja, Viola masih memiliki asa untuk melarikan diri dari tempat mengerikan ini. Namun, tubuh Viola terasa begitu lemah. Setiap harinya, Viola selalu dientuh oleh Gerald yang seganas predator memangsa targetnya. Dua hingga tiga jam setelah Viola selesai makan malam, Gerald selalu datang dan membuat Viola begadang melayani Gerald di atas ranjang.
Farrah menghidangkan bubur untuk Ezra yang tampak begitu kehilangan semangatnya. Farrah yang melihat hal itu menghela napas panjang. Farrah menyisir rambutnya yang terawat dengan jemari lentiknya dan berkata, “Makanlah. Setidaknya, kau harus bertahan hidup selama Dafa berusaha untuk mencari cara membawa Viola kembali.”Ezra pun mengambil sendok dan mulai makan dalam diam. Farrah mengamati sebelum bertanya, “Apa Dafa sudah menghubungimu?”Ezra menjawab dengan sebua
Viola memuntahkan semua makanan yang sudah ia makanan yang sudah ia makan. Meskipun Viola tahu jika makan adalah cara untuk bertahan hidup, tetapi perut Viola sama sekali tidak bisa diajak bekerjasama. Denga mudahnya, perut Viola bergejolak dan memaksanya untuk memuntahkan semua makanan yang sudah ia santap. Viola mengerang saat berusaha untuk menguras isi perutnya. Ia dengan susah payah bangkit dan melangkah ke luar dari kamar mandi. Viola pun berbaring di atas ranjang dan memilih untuk memejamkan matanya, ia berpikir jika tidur bisa sedikit mengurangi rasa tidak nyaman yang menyerang sekujur tubuhnya ini. Viola meringkuk mencari posisi paling nyaman untuk tidur dan memulihkan dirinya. Tidak memerlukan waktu terlalu lama, Viola pun terlelap.
“Silakan, Nona,” ucap seorang pelayan yang menyajikan makan siang untuk Viola.Saat ini, kondisi Viola sudah jauh lebih baik. Alih-alih tinggal dikurung di dalam ruang pengap yang lembab, Kini Viola berada di dalam kamar yang mewah dan luas. Jelas ruangan ini jauh lebih baik daripada ruangan sebelumnya. Makanan yang datang tiap waktu makan juga lebih bervariasi dan rasanya lebih mudah untuk dicerna oleh Viola. Selain itu, Viola kini tidak berada dalam kondisi setengah telanjang karena hanya mengenakan pakaian dalam saja. Meskipun hanya diberikan gaun tidur, tetapi itu lebih baik daripada hanya mengenakan pakaian dalam saja. Setidaknya, pakaian ya
"Ibu, Malvin ingin piknik," ucap Malvin yang sudah berusia lima tahun sembari bermanja di atas pangkuan sang ibu.Viola yang mendengar hal itu tersenyum dan mengangguk. "Kita akan piknik. Tapi, Malvin mau berjanji sesuatu pada Ibu terlebih dahulu?" tanya Viola.Malvin lalu duduk dengan tenang di atas pangkuan Viola yang tengah duduk sembari bersandar di ruang bersantai. "Janji apa, Ibu?" tanya Malvin."Malvin mau janji untuk bersikap lebih baik pada teman-teman Malvin di kelompok bermain?" tanya Viola sembari tersenyum dan mengusap kening putranya yang tumbuh tampan serta cerdas.Malvin yang mendengar hal itu mengernyitkan keningnya. Ia jelas tidak mau berjanji, karena ia sama sekali tidak menyukai teman-temannya yang berada di kelompok bermain. Tentu saja, hal itu bisa terbaca dengan mudah oleh Viola. Namun, Viola sama sekali tidak berkata apa pun. Ia mengamati putranya dalam diam, membiarkannya untuk mempertimbangkan jawaban seperti apa yang akan ia berikan padanya. Malvin ini meman
"Apa kepalamu sudah tidak apa-apa?" tanya Viola pada Evelin yang saat ini tengah menatap gemas pada Malvin.Kini keduanya tengah berada di taman kediaman Dalton yang indah. Viola memang sengaja membawa Malvin ke luar ruangan untuk menikmati waktu berjemur. Malvin malah terlihat bergaya dengan kacamata hitam yang ia kenakan. Bayi itu tampak tertidur lelap dalam pelukan Viola, seolah-olah tidak peduli dengan apa yang terjadi di sekitarnya. Hal itulah yang membuat Evelin yang melihat Malvin merasa begitu gemas padanya. Namun, Evelin tahu jika dirinya tidak boleh mengganggu tidur si bayi tampan. Evelin menatap Viola dan mengangguk. "Lukanya sudah benar-benar sembuh. Tapi aku masih dianjurkan untuk istirahat. Aku tidak bisa mengoperasi sebelum lolos evaluasi yang memastikan jika semua sarafku baik-baik saja," ucap Evelin.Tentu saja Viola yang mendengarnya merasa sangat bersyukur, tetapi di sisi lain juga merasa sangat bersalah. Karena Evelin tidak akan mendapatkan luka seperti itu jika ti
"Apa kau tengah memikirkan pria bodoh itu?" tanya Gerald saat menarik pinggang Viola lebih mendekat padanya. Saat ini, keduanya tengah berada di atas ranjang, setelah memburu kenikmatan duniawi. Dokter memang sudah memberikan izin pada Gerald untuk menyentuh Viola, mengingat Viola sudah benar-benar pulih setelah persalinannya. Tentu saja, Gerald sama sekali tidak membuang waktu dan segera meminta jatah dari istrinya itu. Setelah sekian lama berpuasa, Gerald agaknya lupa diri dan menahan Viola semalaman di atas ranjang. Untungnya, Malvin sama sekali tidak terbangun sepanjang malam. Seakan-akan Malvin tahu jika sang ayah perlu mendapatkan jatah untuk dimanjakan oleh sang ibu. Viola yang mendengar pertanyaan itu tentu saja mengernyitkan keningnya. Tanpa berbalik, Viola yang masih dipeluk oleh Gerald segera bertanya, "Apa maksudmu?"Mendengar pertanyaan Viola, Gerald pun kesal. Ia menari Viola untuk berbaring terlentang dan menangkangi Viola sembari menatapnya tajam. "Jadi, benar? Kau me
Viola selesai menyusui Malvin. Ia menciumi Malvin yang sudah kembali tidur dengan begitu gemas, sebelum menyerahkan Malvin pada perawat yang bertugas untuk membawa Malvin kembali ke ruang observasi. Malvin memang sudah tidak lagi harus berada di dalam incubator. Namun, kondisinya masih belum memungkinkan untuk meninggalkan rumah sakit. Dokter harus mengawasi dan memerika kondisinya, setidaknya untuk tiga hari ke depan. Begitu para perawat pergi dengan membawa Malvin, Viola sudah menatap Gerald dan Bram yang sejak tadi hanya saling berbisik, tanda jika pembicaraan mereka tidak boleh diketahui oleh Viola. Bram memang memasuki ruang rawatnya tepat Viola selesai menyusui Malvin.Baru saja Viola akan mengeluh, seseorang yang tak terduga datang ke ruangan tersebut. Orang tersebut tak lain adalah Dafa yang duduk di kursi roda, dan Dani yang mendorong kursi tersebut. Viola terlihat sangat terkejut dengan kondisi Dafa yang memang belum sehat sepenuhnya. Gips bahkan masih membalut tangannya. Ge
Dafa membuka matanya dan disambut dengan pemandangan di mana ibunya menangis dan ayahnya yang berusaha untuk menenangkan istrinya. Dafa pun mengalihkan pandangannya ke sekitar ruangan di mana dirinya berada, dan yakin jika kini dirinya tengah berada di rumah sakit. Sedetik kemudian, Dafa pun meringis merasakan sakit pada tubuhnya. Lalu Dafa pun mengingat kejadian menegangkan saat dirinya membantu upaya penyelamatan Viola. Ia sengaja menghentikan mobilnya tepat di tengah jalan yang akan dilalui oleh Farrah dan Ezra. Karena itu adalah satu-satunya cara menghentikan mereka. Dafa tidak peduli walaupun dirinya harus mengorbankan dirinya. Hal yang ia pikirkan adalah keselamatan Viola."Sayang, kau sudah sadar? Astaga, Dani panggilkan dokter," ucap Gina panik meminta suaminya untuk segera memanggilkan dokter.Saat ini, kondisi Dafa memang sangat memprihatikannya. Karena kecelakaan itu, separuh tubuhnya terhimpit oleh badan mobil yang ringsek. Tulang rusuk dan tangannya patas, dan salah satu k
“Dapat!” seru seseorang yang sebelumnya berkutat dengan komputernya dengan penuh konsentrasi.Gerald yang mendengar hal itu segera meminta orangnya untuk mengirimkan apa yang ia dapat pada ponselnya. Bram segera berlari menyiapkan mobil dan pasukan, sementara Dafa masih merasa takjub dengan apa yang ia lihat. Ia tidak menyangka jika Gerald benar-benar sangat jauh dari jangkauannya. Selain kaya raya dan memiliki kekuasaan yang terbantah, ternyata Gerald juga memiliki basis pertahanan internet yang sangat kuat.Gerald memiliki puluhan ahli dalam bidang data dan internet yang pantas saja dahulu Dafa kesulitan untuk menemukan keberadaan Viola. Bahkan, Alex yang dimintai bantuan oleh Dafa hingga saat ini tidak pernah terlihat lagi setelah memberikan peringatan pada untuk tidak mengusik orang yang berada di balik semua kejadian yang menyulitkan itu.Dafa pun mengikuti langkah orang-orang yang mulai berpacu dengan waktu. Persembunyian Farrah sudah ditemukan
Dafa memasuki ruang kerja Gerald dengan paksa, setelah melewati para pengawal di perusahaan Gerald yang memang menahannya untuk tidak masuk ke dalam perusahaan tersebut. Namun, Dafa sendiri tengah larut dalam kemarahannya hingga bisa melewati semua lapisan keamanan. Gerald yang melihat Dafa memasuki ruang kerjanya, segera menghela napas kasar dan menatap tajam pada Dafa. “Apa kau mencari mati?” tanya Gerald dengan dingin pada Dafa.Dafa berusaha untuk menyerang Gerald. Namun, Bram yang berada di sana, segera menghalau dan bahkan meringkus Dafa dengan mudahnya. “Kau! Aku sudah mundur karena berpikir jika Viola hidup bahagia denganmu! Tapi lihat, kini kau bahkan kehilangan Viola!” seru Dafa dengan penuh kemarahan.Gerald mengernyitkan keningnya. Fakta menghilangnya Viola hanya diketahui oleh orang-orang dalam ruang lingkup Gerald. Hal ini terjadi untuk meminimalisir masalah yang lebih besar di depannya. Terutama masalah keselamatan Viola dan janin
“Itu kontraksi palsu. Sepertinya, kelahiran penerusmu akan lebih cepat dari prediksi awalku,” ucap Evelin pada Gerald yang tengah mengamati Viola yang tampak tidur dengan tenang.Karena cemas dengan rasa sakit yang dirasakan oleh Viola, pada akhirnya dengan bantuan Bram, Evelin membawa Viola ke rumah sakit. Setelah memeriksa keadaannya secara saksama dengan peralatan medis lengkap, dan Evelin bisa bernapas lega saat dirinya tidak menemukan hal yang salam pada kandungan Viola. Hanya saja memang, jika sudah ada tanda kontraksi palsu seperti tadi, maka proses persalinan sudah dipastikan akan datang tidak lama lagi. Begitu Evelin selesai memeriksa, tak lama Gerald pun datang setelah meninggalkan pekerjaannya. Evelin yang melihat kedatangan itu tentu saja mengulum senyumnya. Rasanya sangat asing melihat Gerald yang memiliki seseorang yang menjadi prioritas dalam hidupnya. Viola benar-benar membawa dampak yang begitu besar bagi kehidupan Gerald.“Lalu apa y
Viola menatap pantulan dirinya sendiri pada cermin. Rasanya, tampilan Viola saat ini sangat berbeda daripada penampilannya beberapa bulan yang lalu, sebelum bertemu dengan Gerald. Tentu saja, setelah mengenyampingkan bahwa saat ini dirinya tengah hamil besar. Kehamilan Viola saat ini memang memasuki usia delapan bulan. Waktu memang terasa bergerak dengan begitu cepatnya setelah Viola mengetahui kehamilannya. Bukan hanya waktu yang berubah, tetapi Viola juga berubah. Tubuhnya memang semakin membengkak di kehamilannya yang menginjak usia delapan bulan ini. Namun, Viola sendiri merasa jika dirinya terlihat lebih bersih dan terawat. Kulitnya bahkan terasa sangat halus, dan semua kapalan yang berada di tangannya sudah menghilang.Tentu saja Viola sadar, jika ini tak terlepas dari bagaimana Gerald memperlakukannya. Setelah menikah dan mengetahui jika Viola hamil, Gerald benar-benar memanjakannya. Selain membelikan berbagai macam barang mewah yang sebenarnya tidak Viola inginkan, Ge