Beranda / Rumah Tangga / Genggam Tanganku menuju Jannah-Nya / Bab 6. Kembalikan barang yang bukan milikmu

Share

Bab 6. Kembalikan barang yang bukan milikmu

Penulis: Penasaya
last update Terakhir Diperbarui: 2023-12-31 11:09:37

Hujan kembali menyirami kota Jakarta. Nayyara mengeluarkan sepeda motor nya untuk memulai aktivitas nya seperti biasa, tak lupa ia memakai helm dan juga pelindung hujan untuk melindungi dirinya. Hujan itu tipis, namun bisa membuat pakaian basah bagi yang berjalan di bawahnya

Belum sempat Nayyara menaiki sepeda motor nya, seseorang menarik tangannya dari belakang menampilkan sosok Rania dengan wajah yang terlihat merah menahan amarahnya

"Apa yang kau lakukan?" tanya Nayyara berusaha melepas cekalan tangannya

"Sudah berulangkali aku katakan jangan pernah sekali-kali mencari kesempatan untuk mendekati kak Faris, perempuan murahan!" bentak Rania geram kala mengingat Nayyara pulang bersama Faris

"Apa hubungannya denganmu? Apa kamu punya hubungan spesial sama kak Faris? Tidak, kan?" jawab Nayyara setenang mungkin walaupun sebenarnya ia merasa kesal Rania menyebutnya sebagai wanita murahan

Kemarahan Rania semakin memuncak melihat Nayyara yang sudah mulai berani padanya, dengan cepat ia mengambil kunci motor Nayyara dan melemparkannya ke sembarang tempat

"Apa-apaan kamu Rania!" bentak Nayyara tanpa sengaja mendorong Rania

"Nayya" terik Fania yang entah keluar dari mana segera menghampiri dengan menatap Nayyara penuh amarah

Plak

Seketika wajah Nayyara langsung tertoleh kesamping saat tamparan keras itu mendarat ke pipinya, sudut bibirnya mengeluarkan sedikit darah. Nayyara merasakan perih di bagian pipi kanannya

"Anak gak tahu diri! Berani kamu menyakiti anakku. Hah!"

Nayyara menatap Fania dengan tatapan sendu sebelum kembali bersuara untuk membela diri. "Tapi, Rania duluan bun, dia-" belum sempat Nayyara melanjutkan, sebuah tamparan kembali mengenai pipinya

Plakk

"Diam! Sekali lagi aku lihat kamu berani menyentuh atau menyakiti putriku. Habis kau di tanganku!" bentak Fania dengan napas memburu, kemudian berlalu dari hadapan Nayyara dengan merangkul lembut tubuh Rania

Nayyara menatap kepergian dua orang wanita itu dengan hati yang pilu, dadanya terasa sesak. Sakit hati dan keperihan itu menjalar memenuhi hatinya. Air matanya jatuh tanpa mampu ia minta, sampai kapan ia akan terus di perlakukan tidak adil oleh kedua orangtuanya

Apa kesalahannya sampai ia harus terus di sakiti seperti ini? Kenapa segala kebaikannya tidak ada yang berbekas sama sekali di hati kedua orang tuanya dan juga Rania adiknya? Nayyara mengusap kedua matanya, ia tidak kuasa menahan air matanya yang terus saja mengalir membasahi pipinya. Ia sudah berusaha untuk tidak akan lagi menangis, namun nyatanya hatinya tidak sekuat itu.

***

Sore itu, mendung kembali menyapa. Awan-awan sebagian sudah berwarna abu-abu kehitaman. Matahari seakan menyelesaikan tugasnya lebih awal dari biasanya, Nayyara baru selesai mengerjakan shalatnya setelah tahu bahwa sebentar lagi waktu ashar akan segera berakhir. Ia terlalu fokus mengerjakan pesanan kue yang kian menumpuk hingga membuatnya terlambat mengerjakan kewajiban nya.

Ya. Nayyara baru mengenal Islam, Agamanya baru-baru ini. Ia baru mempelajarinya sedikit, itupun tanpa sepengetahuan keluarga nya. Sebab, Nayyara tahu bahwa kedua orangtuanya akan sangat menentang jika mengetahui dirinya sedang mempelajari agama tertentu, kedua orang tua Nayyara sangat tidak mempercayai adanya Tuhan, bagi mereka, pencapaian yang mereka miliki saat ini itu murni hasil dari jerih payah mereka sendiri tanpa adanya campur tangan Tuhan.

Dan hal itu yang membuat Nayyara dan juga Rania seakan mengikuti jejak kedua orangtuanya, sedari kecil hingga kini beranjak dewasa, tidak sekalipun mereka melihat atau mendengar orang tua mereka mengajak untuk beribadah, baik itu dalam agama Islam atau agama lainnya. Agama yang tertera di atas ijazah ataupun berkas lainnya hanya sebagai formalitas saja.

Saat berada di rumah, Nayyara akan diam-diam mengerjakan shalat nya dengan tidak lupa memeriksa pintu kamarnya yang selalu ia kunci sempurna. Sebelum melakukan kegiatannya

"Nayya, di luar ada yang nunggu kamu tuh" ucap Salwa memecah lamunan Nayyara

"Siapa? Kak Faris?" tebak Nayyara

"Iya" balas Salwa cepat

Nayyara menghela napas panjang saat mengetahui Faris masih saja menemuinya, bukan tidak suka, hanya saja Nayyara ingin meminimalisir pertemuannya dengan Faris yang dapat menimbulkan masalah baru lagi antara dirinya dengan Rania.

Nayyara meraih benda pipih yang terletak di atas meja kerjanya dan segera mengirim pesan pada Faris, meminta agar laki-laki berwajah tampan itu tidak lagi menunggu dirinya meskipun ada rasa bersalah dalam hatinya, namun Nayyara bisa apa? Ia hanya berusaha untuk melindungi dirinya supaya tidak lagi berurusan dengan hal-hal yang menyangkut dengan Rania.

Nayyara memasuki rumah dengan sangat hati-hati, hatinya dilanda rasa takut mengingat ia pulang terlambat di sebabkan menunggu Faris yang tak juga kunjung pulang meski sudah mendapat pesan darinya. Nayyara menunggu hingga Faris merasa jenuh sendiri, hingga memutuskan untuk pulang setelah Nayyara tidak juga menampakkan diri

"Syukurlah ayah sama bunda sudah tidur" Nayyara bernafas lega setelah sampai di depan pintu kamarnya

Namun saat membuka pintu kamarnya, Nayyara di kejutkan dengan keadaan kamarnya yang terlihat sangat berantakan, bahkan baju-baju dari lemari pakaian nya pun sudah berserakan di lantai. Nayyara melihat Rania yang masih sibuk mencari sesuatu tanpa memperdulikan kehadirannya

"Rania! Apa yang kau lakukan?" Nayyara menghentikan pergerakan Rania yang masih terus saja mengeluarkan baju-bajunya di dalam lemari

Bukannya mengindahkan pertanyaan Nayyara, Rania justru menepis kasar tangan Nayyara dan melanjutkan kegiatannya

"Hentikan, Rania!" bentak Nayyara, ini pertama kali baginya meninggikan suara di depan Rania adiknya.

Sejenak, Rania terdiam mendengar Nayyara yang membentaknya dengan keras. Ia menghentikan kegiatannya dan beralih memandang Nayyara dengan tatapan nyalang

"Apa-apaan kamu! Lihat, seluruh barang-barang milikku berserakan gara-gara kamu, apa kamu nggak punya sopan santun? Masuk kamar orang seenaknya dan menghancurkannya" ucap Nayyara yang sudah tidak bisa lagi menyembunyikan amarahnya, tubuhnya sudah benar-benar lelah. Rasanya ia ingin segera merebahkan tubuhnya. Namun yang terjadi malah sebaliknya

Nayyara melihat kotak perhiasan pemberian Delia saat ia berulang tahun itu sudah berada di tangan Rania. Jadi sedari tadi Rania membongkar seisi kamarnya hanya untuk mencari itu? pikir Nayyara

"Kembalikan, itu bukan milikmu?" Nayyara mencoba meraih kotak itu dari tangan Rania. Namun dengan cepat Rania menepisnya

"Barang semahal ini sangat tidak layak di pakai oleh wanita kampungan seperti kamu" ucap Rania dengan senyum mengejek

"Terserah kamu mau bilang aku apa, cepat balikin" Nayyara masih terus berusaha untuk mengambil nya kembali

"Rania! Kenapa kamu selalu saja suka mengambil sesuatu yang seharusnya bukan menjadi milikmu? Apa kamu tidak malu? Dengan begini, semua akan tampak jelas, bahwa kamu memang selalu iri dengan kehidupan ku" ucap Nayyara yang mendapat keberanian entah dari mana. Ia sudah lelah terus-menerus mengalah pada Rania

Rania tersenyum mendengar perkataan yang Nayyara lontarkan padanya. "Apa, aku iri? Untuk apa iri pada anak yang tidak tahu asal usul nya seperti mu. Dengar, nikmatilah waktumu disini sebelum aku menendangmu keluar dari rumahku" ucap Rania menekankan

Rania melangkah keluar dari dalam kamar Nayyara setelah berhasil menemukan sesuatu yang dia inginkan. Namun, belum beberapa langkah Nayyara kembali mencekal nya

"Kamu boleh pergi, tapi sebelum itu kembalikan dulu barang yang bukan milik mu?"

"Lepas" Rania kembali menepis tangan Nayyara.

Nayyara tetap berusaha mengambil kotak itu dari tangan Rania sedangkan Rania juga tetap tidak mau mengembalikan. Hingga terjadilah aksi tarik menarik dari dua orang bersaudara berbeda orang tua itu.

Bab terkait

  • Genggam Tanganku menuju Jannah-Nya    bab 7. Mari bertempur

    Ada apa ribut malam-malam begini?" suara berat itu menghentikan aksi tarik menarik di antara mereka berdua. Keduanya menoleh kearah suara dengan dua tatapan yang berbedaTak kunjung mendapat jawaban dari Rania ataupun Nayyara membuat Yacob semakin murka, bukan apa-apa. Ia baru saja mengistirahatkan diri seusai satu harian menghabiskan waktu di perusahaan dengan pekerjaan yang kian menumpuk, niat hati ingin mencari kedamaian di rumah. Namun nyatanya ada saja yang mengganggu acara tidurnya"Nayya! Apa kau tidak mempunyai mulut untuk menjelaskan apa yang terjadi?" kali ini suara Fania yang menginterupsi, wanita berusia senja itu keluar setelah mendengar suara ribut-ribut di luar kamarnya"Ini bukan kesalahan Nayya bunda, Rania! Dia memasuki kamar aku dan membuatnya sangat berantakan, bahkan barang milik-ku juga di ambil olehnya" jelas Nayyara berharap bundanya mau membujuk putri kesayangannya itu untuk mengembalikan apa yang bukan menjadi miliknya"Bukannya bunda yang bilang, bahwa apapu

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-03
  • Genggam Tanganku menuju Jannah-Nya    Bab 8. Merebut perhatian Faris

    Nayyara memasuki gedung mewah yang menjulang tinggi di depannya, ia melangkahkan kakinya menuju meja resepsionis yang terletak tidak jauh dari tempat dimana ia berdiri. "Assalamualaikum, Mbak," sapa Nayyara ramah melihat petugas resepsionis nya memakai hijab, sudah pasti wanita itu beragama Islam. Pikir Nayyara."Waalaikumsalam, ada yang bisa saya bantu?" balas wanita berhijab itu tak kalah ramah."Saya ingin mengantarkan pesanan dari Umi Syafanah. Apa beliau ada?""Oh, iya, mari mbak saya antar."Nayyara mengikuti langkah wanita yang berjalan mendahuluinya itu dengan sesekali menatap kagum interior bangunan itu. Banyak orang yang berlalu lalang, sepertinya sedang sibuk dengan urusan masing-masing."Silahkan masuk, Mbak," ujarnya mempersilahkan."Terima kasih, Mbak," balas Nayyara."Sama-sama." Resepsionis itu pun berlalu meninggalkan Nayyara seorang diri.Nayyara mengetuk pintu bercorak abstrak tersebut dengan hati-hati, takut membuat orang yang didalamnya merasa terganggu. Dengan g

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-04
  • Genggam Tanganku menuju Jannah-Nya    Bab 9. tatapan penuh permusuhan

    Nayyara telah selesai mengerjakan segala pekerjaannya dengan sempurna tanpa tertinggal apapun. Ia merasa perutnya sangat perih karena belum di isi makanan sama sekali, Nayyara berjalan menuju meja makan dan mendapati pemandangan yang kembali membuat kesedihan itu terpancar di mata indahnyaEntah kapan terakhir kali ia duduk dan makan bersama keluarganya, yang pasti Nayyara sangat merindukan saat-saat itu. Dimana ia masih diperlukan selayaknya seorang anak yang begitu di cintaiNayyara berniat ingin melewati ruang makan itu dengan hati-hati dan tanpa mengeluarkan suara. Namun, belum sempat melangkah menuju kamarnya Faris menghentikannya, membuat Nayyara seketika menoleh ke arah suara itu"Nay, kamu sudah makan? Sini gabung sama kita, masa kami makan kamu malah sibuk dengan pekerjaan kamu sih,?" ujar Faris tanpa tahu kalau sebenarnya hadirnya Nayyara akan membuat kedua orangtuanya dan juga Rania kehilangan selera makan jika ia turut andil bersama mereka"Aku sudah lebih dulu sarapan ta

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-05
  • Genggam Tanganku menuju Jannah-Nya    Bab 10. Melewatkan jam makan

    Faris menyudahi pembicaraannya dengan Rania dalam sambungan telepon, ada rasa bersalah dalam hatinya yang membatalkan janjinya secara sepihak. Tapi mau bagaimana lagi, malam ini ia memang benar-benar merasa sangat kelelahan Faris berbalik dan segera merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur king size miliknya. Bayang-bayang wajah teduh Nayyara terus berputar di pikirannya, bagaimana bisa seorang Nayyara yang ia kenal dengan sifat ramah dan juga rendah hati itu bisa berubah seperti yang di katakan oleh Fania dan juga Rania? Ada keraguan dalam hatinya, tapi mengingat kembali wajah sedih Fania juga membuat hatinya semakin dibuat bingung harus mempercayai yang manaFaris yang masih setia dengan tatapan lurus memandang langit-langit kamarnya itupun terkejut dengan sebuah tangan yang mengelus lembut bahunya. Faris pun menoleh pada pemilik tangan yang sangat di kenali nya itu"Anak mama ini lagi mikirin apa,?" tanya Delia lembut, seraya memindahkan kepala anak laki-laki satu-satunya itu kepan

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-06
  • Genggam Tanganku menuju Jannah-Nya    Bab 11. Tidak memiliki rasa iba

    Satu harian ini tubuh Nayyara benar-benar sangat lemas dan juga lemah, sepertinya sakit lambungnya kembali kumat di karenakan melewatkan makan malam dan juga sarapan hingga siang hari ini ia belum juga memakan apa-apa. Hari ini Nayyara tidak bekerja lantaran sang bunda memintanya untuk menemani Rania bertemu dengan salah satu dosen yang akan membimbing Rania menyelesaikan skripsi kuliahnyaMeskipun Nayyara masih marah pada Rania, akan tetapi ia juga tidak tega meninggalkan adiknya itu seorang diri. Apalagi berduaan dengan pria yang sudah berumur dan terkenal dengan kegenitan nya, Nayyara mengetahui itu saat ia masih menjadi asisten dosen di kampusnya dulu, dan dengan secara kebetulan pria tua itu juga yang menjadi dosen pembimbing Rania saat iniSesekali, Nayyara merintih kesakitan dan memegangi perutnya yang terasa perih bahkan kini wajahnya sudah terlihat sedikit pucat. Nayyara berusaha untuk tetap bertahan sampai Rania selesai dengan urusannya"Aku di jemput temanku" ucap Rania ber

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-07
  • Genggam Tanganku menuju Jannah-Nya    Bab 12. Terlalu ambisius

    Malam ini sepertinya Nayyara akan kembali tidur di teras, ia tidak di perbolehkan masuk sebelum matahari terbit oleh bundanya yang menguncinya sendirian di luar. Sebenarnya hal itu bukan lagi hal yang baru bagi seorang Nayyara, ia sudah biasa tidur dengan keadaan yang seperti itu Nayyara sudah biasa tidur dengan di peluk oleh kesunyian dan kesakitan"Jika banyak orang yang mengatakan bahwa rumah adalah sebaik-baiknya tempat kita pulang, tapi kenapa aku tidak merasakan itu? Aku memang hanya seorang anak pungut bunda, tapi apa selama aku menjadi putri kalian apa tidak pernah sekalipun kalian bahagia atas hadirnya aku?" lirih Nayyara dengan air mata yang sudah membasahi pipinya, Nayyara menyenderkan kepalanya di lutut ia terisak dengan tubuh yang menggigil menahan dinginnya malamDua hari berlalu setelah kejadian dimana Nayyara di siksa oleh Fania Bundanya sendiri, hari ini gadis yang masih terlihat sedikit pucat itu akan kembali bekerja. Luka di tubuhnya juga belum sepenuhnya pulih, beg

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-08
  • Genggam Tanganku menuju Jannah-Nya    Bab 13. Sesak

    Tidak akan ada kata baik-baik saja saat mengetahui keluarga kita sendiri berusaha untuk menghancurkan kita yang notabene adalah seorang anak. Meski tidak lahir dari rahim seorang ibu yang mengadopsi nya, namun bukan berarti Nayyara harus di perlakukan sebegitu kejamnya, dimana hati sepasang suami istri itu? Mengapa mereka begitu tega pada anak yang dahulu mereka ambil dengan sebuah janji akan memperlakukan nya selayaknya anak sendiri? Nayyara meluruhkan tubuhnya di pintu kamarnya yang ia tutup setelah mendengar percakapan ketiga orang tersebut. Ia terisak menangis pilu meratapi nasibnya yang hanya sebagai anak pungut di rumah itu"Ayah, bunda, kenapa kalian begitu tega padaku? Apa salahku? Kenapa dulu mengambil-ku jika hanya untuk di sakiti setelah mendapatkan apa yang kalian mau?" lirihnya dengan menangis terisak Nayyara teringat ia belum melaksanakan shalat Isya nya yang sudah terlewat beberapa menit itu, dengan langkah gontai Nayyara menuju kamar mandi untuk membersihkan diri ser

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-09
  • Genggam Tanganku menuju Jannah-Nya    Bab 14. kemana harus pergi?

    "Bagaimana kakak-ku sayang, kau suka dengan hadiah spesialnya dari aku?" ucap Rania dengan senyum penuh kemenanganNayyara hanya mampu tersenyum menanggapi Rania yang sepertinya memang sengaja mencari masalah dengannya. Bukannya memang selalu seperti itu? Rania akan selalu merasa puas dan juga bahagia jika melihat kehidupan Nayyara penuh dengan kesengsaraanGadis yang tidak pernah mau kebahagiaan itu menghampiri Nayyara selalu saja mencari seribu cara untuk membuat sang kakak menderita. Alasannya hanya karena Nayyara lebih segalanya darinya, berparas cantik, pintar, baik hati dan yang pastinya di sukai banyak orang, bahkan sang nenek sendiri selalu saja memuji dan membandingkan kepribadian Nayyara dengan dirinya dan tentunya hal itu menjadi salah satu pemicu Rania begitu membenci seorang Nayyara"Apa kau tuli? Ah, atau kau mau MENANGISI kehidupanmu yang sangat malang itu? Ini belum seberapa Nayya, ini masih permulaan. Aku akan membuatmu merasakan bagaimana rasanya hidup tapi seperti

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-10

Bab terbaru

  • Genggam Tanganku menuju Jannah-Nya    Bab 54. Rindu yang tidak kalah besarnya

    Sebulan telah berlalu, selama itu juga Nayyara dan juga Yazdan tidak pernah bertukar kabar, Yazdan selalu mempertanyakan keadaan istrinya pada Alzena adiknya. Begitu pula dengan Nayyara, ia tahu alasan Yazdan tidak menghubunginya itu sebabnya ia juga melakukan hal yang sama seperti Yazdan. Mereka berdua bertukar kabar melalui Alzena, meskipun sesekali gadis itu mendengus kesal pada keduanya.Namun mengingat Yazdan yang berjanji akan menambahkan uang jajannya selama membantu dirinya. Maka, meskipun di landa sedikit kesal, ia tetap menjalankan apa yang diperintahkan oleh kedua manusia yang di sayangi nya itu.Bagi Yazdan waktu satu bulan yang ia habiskan di negeri orang sangat menguras tenaga serta rindunya. Ia merindukan istri beserta keluarganya, Yazdan dengan semangat menyusun segala barang-barang miliknya tanpa tertinggal.Akhirnya setelah berjuang selama satu bulan ini, ia berhasil merampungkan bisnisnya dengan nyaris sempurna. Dan tentunya semua itu berkat kerja keras, usaha serta

  • Genggam Tanganku menuju Jannah-Nya    Bab 53. khawatir

    Yazdan masih terduduk di salah satu meja yang berada di sana, entah dimana Fahira pergi. Namun laki-laki itu tidak terlalu memperdulikan nya sebab ia tahu jika Fahira pasti bisa menjaga dirinya.Sesaat kemudian, Yazdan merasakan hawa aneh di tubuhnya. Tiba-tiba saja hawa panas menggerayangi tubuhnya, ia meraih gelas yang berisi air putih tersebut untuk ia minum kembali, seraya mencoba untuk menghilangkan dahaga yang membuat ia merasakan sesuatu sensasi yang aneh."Jangan di minum, nih, aku bawakan yang baru," ucap Arga menghentikan pergerakan Yazdan yang berniat kembali menyeruput air putih yang berisikan obat tersebut. Yazdan merasa terkejut sekaligus bingung, melihat Arga yang sudah di depan matanya, padahal ia pergi sendiri tanpa memberitahu asisten sekaligus sahabat tersebut."Kenapa kamu sangat ceroboh Yazdan? Andai saja aku tidak mengikuti kemana kamu pergi, mungkin saat ini kamu sudah melakukan sesuatu yang akan menghancurkan keluarga yang baru akan kamu bina bersama Nayyara. B

  • Genggam Tanganku menuju Jannah-Nya    Bab 52. Bukan pesta

    Yazdan tampak bersiap-siap. Ia merapikan setelan jas dan dasinya seorang diri. Dia memang memiliki asisten. Namun, kali ini ia tidak ingin merepotkan orang lain. Terlebih, Yazdan hanya suka jika dirinya dibantu oleh sang istri tercinta. Tadi, dia sudah melihat gambar sang istri yang tengah membuat sarapan. Sangat cantik. Sampai sekarang, Yazdan belum menghubungi Nayyara secara langsung. Ia mengetahui keadaan Nayyara dari sang adik tercinta. Adiknya kali benar-benar sangat membantu. Meski yang dilakukan Alzena tidak gratis, hal itu tidak menjadi masalah."Masya Allah, ternyata aku semakin tampan saja. Tidak malu-maluin bersanding dengan istriku yang cantik," ujar Yazdan mematut dirinya di depan cermin. Tak lama, Yazdan terkekeh geli. Sejak kapan dirinya menjadi sedikit narsis begini? Ah iya, semenjak menikah dengan seorang Nayyara lebih tepatnya. Sebenarnya, sifat narsis itu sudah ada. Namun, semakin terasah saja saat ini.Yazdan berpikir kalau lama-lama sifatnya mulai mirip dengan Alz

  • Genggam Tanganku menuju Jannah-Nya    Bab 51. Rindu

    Baru lagi sehari tepatnya, Yazdan meninggalkan Nayyara seorang diri, namun gadis cantik tersebut sudah merasa rindu dengan keberadaan sang suami. Lihatlah, niat awal tidur setelah melaksanakan sholat isya, nyatanya tak begitu. Seorang Nayyara sama sekali tidak merasakan kantuk. Nayyara hanya duduk bersandar di tepi ranjang sambil memperhatikan isi kamarnya. Tepatnya, kamar baru dirinya. Kamar dimana dirinya tidak akan pernah lagi kesepian karena ada sosok Yazdan, suaminya.Suaminya yang insyaAllah akan menuntun ke jalan surga-Nya. Sayang, karena ada urusan pekerjaan yang memang mengharuskan sang suami pergi cukup jauh, membuat Nayyara ditinggal seorang diri.Lebih tepatnya, Nayyara sendirilah yang menolak untuk ikut. Padahal, Yazdan sudah membujuknya berulang kali. Sebenarnya, Nayyara ingin ikut. Namun, takut kalau dirinya akan menganggu."Sedang apa Abang Yazdan di sana ya?" lirih Nayyara. Netranya menatap lurus ke depan. Tepatnya ke sebuah foto pernikahan yang terpampang jelas. Sont

  • Genggam Tanganku menuju Jannah-Nya    Bab 50. banyak pertanyaan.

    "Hmmm, dari subuh sampai matahari terbit Abang masih aja peluk aku kayak gini. Aku juga mau bangun, Bang. Mau nyuci," ucap Nayyara sedikit kesal."Memangnya kamu lebih mentingin cucian daripada Abang?" Yazdan justru mempererat pelukannya pada pinggang Nayya."Bukannya gitu, Bang. Kalau aku di kamar terus pasti Abang nggak berangkat-berangkat ke kantor," timpal sang istri."Tapi Abang pilih di kamar saja sama kamu, daripada harus ke kantor. Capek," balas Yazdan sesuai isi hati.Nayyara jadi tertawa kecil mendengarnya. Walaupun di luar matahari sudah mulai merangkak naik, tapi di dalam kamar mereka berdua masih terasa nyaman seperti malam hati, mengingat gorden jendela yang tebal sehingga tidak tembus cahaya. Akan tetapi—sedikit cahaya matahari bisa menembus celah-celah kamar.Umi dan Alzena bahkan sudah selesai menyiapkan sarapan dan beres-beres rumah. Namun, mereka berdua paham mengapa sampai pukul 07:15 pagi ini sepasang pengantin itu belum juga keluar kamar."Mau sarapan dulu aja, N

  • Genggam Tanganku menuju Jannah-Nya    Bab 49. Lima menit yang ketujuh

    Mata Fahira terasa panas menahan bendungan air bening dan sesaknya dada melihat keromantisan Yazdan terhadap Nayyara. Jika saja sudah tidak memiliki kewarasan, wanita itu pasti akan menghabisi Nayyara sekarang. Akan tetapi Fahira tidak ingin membuat Yazdan membencinya karena lagi-lagi berulah.Sementara, sepasang pengantin baru di seberang sana masih saja mengumbar kemesraan. Yazdan terus merangkul sang istri di mana keduanya—sambil menikmati jagung bakar yang masih hangat.Fahira pun menelan kasar salivanya tatkala Yazdan menyuapi jagung bakar miliknya pada Nayyara. "Aaarrg! Aku tidak tahan melihatnya! Kenapa mereka tidak pulang saja?" gumam Fahira seraya menghentakkan kaki.Namun, bagaimanapun Fahira kesal, tidak akan berpengaruh terhadap mereka berdua. Kini Yazdan justru berdiri dan meninggalkan istrinya di bangku panjang itu. Kening Fahira mengernyit, pun kedua alisnya yang saling bertaut."Mau ke mana Yazdan?" tanyanya dalam hati.Seketika bola mata wanita itu membulat sempurna.

  • Genggam Tanganku menuju Jannah-Nya    Bab 48. Rindu

    Sebulan telah berlalu, selama itu juga Nayyara dan juga Yazdan tidak pernah bertukar kabar, Yazdan selalu mempertanyakan keadaan istrinya pada Alzena adiknya. Begitu pula dengan Nayyara, ia tahu alasan Yazdan tidak menghubunginya itu sebabnya ia juga melakukan hal yang sama seperti Yazdan. Mereka berdua bertukar kabar melalui Alzena, meskipun sesekali gadis itu mendengus kesal pada keduanya.Namun mengingat Yazdan yang berjanji akan menambahkan uang jajannya selama membantu dirinya. Maka, meskipun di landa sedikit kesal, ia tetap menjalankan apa yang diperintahkan oleh kedua manusia yang di sayanginya itu.Bagi Yazdan waktu satu bulan yang ia habiskan di negeri orang sangat menguras tenaga serta rindunya. Ia merindukan istri beserta keluarganya, Yazdan dengan semangat menyusun segala barang-barang miliknya tanpa tertinggal.Akhirnya setelah berjuang selama satu bulan ini, ia berhasil merampungkan bisnisnya dengan nyaris sempurna. Dan tentunya semua itu berkat kerja keras, usaha serta

  • Genggam Tanganku menuju Jannah-Nya    Bab 47. Penuh kebencian

    Suara adzan terdengar sayup-sayup di kamar yang malam itu di penuhi bahagia cinta. Yazdan terbangun lebih dulu, sebelum beranjak ia lebih dulu memandangi wajah Nayyara, istrinya, kekasih halalnya, cintanya serta bidadari surganya, Yazdan memandang lekat wajah cantik alami istrinya itu, ia membangunkan Nayyara dengan cara yang paling lembutYazdan mencium kedua kelopak mata Nayyara dengan cinta, ia ingin melaksanakan shalat subuh pertama berjamaah dengan istri cantiknya itu. Melihat Nayyara yang masih terlelap dengan wajah cantiknya membuat Yazdan ingin berlama-lama menikmatinya"Assalamualaikum sayangku," bisik Yazdan tepat di telinga NayyaraWanita itu menggeliat sebelum benar-benar membuka matanya, ia mengerjapkan mata mencoba mengumpulkan nyawa yang masih di awang-awang. Merasakan ada hembusan nafas yang begitu dekat mengenai pipinya, Nayyara menoleh, segera menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Ia malu Yazdan sudah lebih dulu bangun di bandingkan dirinya"Kenapa di tutupi waja

  • Genggam Tanganku menuju Jannah-Nya    Bab 46. Wanita yang tidak pantas

    Mendung menggelayut, gerimis perlahan turun, titik-titik hujan membasahi petala bumi. Gerimis itu terus saja turun seiring suara lantang laki-laki menyebut namanya, pagi ini akad nikah di adakan secara sederhana di rumah Yazdan. Bahkan semuanya di adakan dengan begitu tiba-tiba, Nayyara sendiri juga tidak tahu apa penyebabnya, Alzena hanya mengatakan padanya bahwa alasan Abang laki-lakinya itu mempercepat karena ingin menghindari sesuatu yang mungkin bisa saja terjadi.Nayyara menghela nafas dalam-dalam, seharusnya ia merasa senang dan juga bahagia. Tapi entah kenapa ia merasa seperti ada kesedihan yang menyesak di dadanya, sehingga rasa bahagia tidak bisa ia rasakan seutuhnya."Sah!""Sah!" Mendengar suara sah yang menggema di lantai bawah, mampu di dengar oleh Nayyara yang berada di lantai atas. Detik itu juga air matanya mengalir begitu saja, ada bahagia, sedih yang menggelayut di hatinya, Nayyara mengangkat kedua tangannya mengamini setiap doa yang di panjatkan oleh penghulu sert

DMCA.com Protection Status